makalah sunan gresik

13
TUGAS PAI SEJARAH SUNAN GRESIK Disusun oleh : Tika Santika Wahyuni Siti Aliyah Elsa Nurhasanah Kelas IX – E

Upload: as-as

Post on 25-Dec-2015

285 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

ad

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sunan Gresik

TUGAS PAI SEJARAH SUNAN GRESIK

Disusun oleh :

Tika Santika WahyuniSiti AliyahElsa Nurhasanah

Kelas IX – E

SMP NEGERI 2 CIKIJINGTAHUN AJARAN 2014 – 2015

Page 2: Makalah Sunan Gresik

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyusun makalah tentang “Sunan Gresik”.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu memahami

materi-materi tentang tokoh Sunan Gresik. Selain sederhana, penyampaian materi

dalam makalah ini sangat praktis dan mudah dipahami.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan guru

pembimbing sangat kami harapkan demi perbaikan dimasa mendatang.

Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi para

pembaca dan penulis khususnya.

Cikijing, 19 Februari 2015

Penyusun,

Page 3: Makalah Sunan Gresik

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali. Ia

disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum

Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah,

pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya

Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-

Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.

Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang

mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam

dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa

yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik

hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia

membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun

1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan,

Gresik, Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Asal keturunan

2. Penyebaran Islam

3. Wafat

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui asal keturunan Sunan Gresik

2. Untuk mengetahui penyebaran agama

3. Untuk mengetahui Wafatnya Sunan Gresik

Page 4: Makalah Sunan Gresik

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Sunan Gresik atau Maulana Malik IbrahimMaulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali. Ia

disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.

Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

2.2 Asal keturunanTidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan

Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko di Afrika Utara.

Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.

Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, “Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang’gala“.

Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.

Page 5: Makalah Sunan Gresik

Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.

2.3 Penyebaran agamaMaulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang

pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para Walisongo lainnya.[9] Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.

Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar. Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.

Page 6: Makalah Sunan Gresik

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.

2.4 Legenda rakyatMenurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim

berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.

Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Page 7: Makalah Sunan Gresik

2.5 WafatSetelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama

di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai berikut:

Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 822 Hijriah. Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga

Page 8: Makalah Sunan Gresik

menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur

Page 9: Makalah Sunan Gresik

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum dapat disebutkan bahwa para pembawa agama Islam

pertama kali ke wilayah Nusantara-Indonesia adalah para pedagang dan

Muballigh dari Arab, Persia dan India. Mereka mengunjungi daerah-daerah

pesisir nusantara yang berhubungan langsung dengan bandar-bandar

perdagangan internasional. Aceh dengan kerajaan Perlak dan Pasai telah

menjadi penyangga penyebaran Islam yang utama ke wilayah lainnya di

Nusantara. Sebab ditemukan laporan bahwa hampir seluruh ulama yang

menyebarkan Islam ke daerah lain adalah berasal atau paling tidak berguru ke

kepada ulama yang ada di kedua kerajaan tersebut. Setidaknya hingga

pertengahan abad ke 15, umat Islam bukan saja telah menyebar luas

keseluruh kepuluan Indonesia, bahkan secara sosial telah muncul menjadi

agen perubahan sejarah yang penting.

Islam dengan demikian menyediakan “cetak biru untuk organisasi

politico-ekonomi”, dan dengan ini sedang dipersiapkan jalan bagi terjadinya

proses-proses perubahan struktural baru dari system agraris-patrimonial

kearah persamaan dan pertumbuhan ekonomi atau “kapitalisme-politik”. Dari

cetak biru politico-ekonomi inilah, Islam menyentuh kalangan menengah

pedagang pribumi memeluk agama Islam untuk berpartisipasi dalam

komunitas moral perdagangan Muslim Internasional. Melalui Malaka yang

sejak ahir abad ke 14 telah berkembang menjadi “entrepot-state” (Negara

penyalur perdagangan lintas laut).

Dengan demikian hubungan perdagangan antar pulau di wilayah

Nusantara semakin terbuka. Dan itu berarti memperluas jangkauan dakwah

dan penyebaran Agama Islam. Para ulama – yang nota bene adalah para Sayid

keturunan Rasulullah – yang sebagiannya menjadi Sultan atau paling tidak

menjadi anggota keluarga kerajaan karena perkawinan dengan kerabat para

raja menajdi leluasa dalam menyebarkan Islam. Hal inilah yang mempercepat

proses islamisasi di wilayah kepulauan Nusantara-Indonesia.

Page 10: Makalah Sunan Gresik

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik

http://duniakumtsmanusaja.blogspot.com/p/sejarah-sunan-gresik.html