limbah padat gresik

225
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah Perancangan Pengelolaan Limbah Padat Terpadu ini. Selesainya makalah ini tidak lepas dari bimbingan kedua dosen mata kuliah Perancangan Pengelolaan Limbah Padat Terpadu. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ir. Djoko M Hartono S.E., M.Eng. dan Ir. Irma Gusniani D. M.Sc selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan selama ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada asisten penulis, Yuliana Sukarmawati yang telah meluangkan waktu untuk turut serta membimbing dan memberi masukkan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Namun demikian diharapkan makalah ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis melainkan juga dapat bermanfaat sebagai media yang dapat memperkaya pengetahuan pembaca. Depok, Mei 2012 Penulis ii

Upload: ratih-dwi-anggraeni

Post on 25-Oct-2015

174 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas besar limbah padat

TRANSCRIPT

Page 1: Limbah padat Gresik

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-

Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah Perancangan Pengelolaan Limbah

Padat Terpadu ini.

Selesainya makalah ini tidak lepas dari bimbingan kedua dosen mata kuliah

Perancangan Pengelolaan Limbah Padat Terpadu. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ir. Djoko M Hartono S.E., M.Eng. dan

Ir. Irma Gusniani D. M.Sc selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang

telah diberikan selama ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada asisten penulis, Yuliana Sukarmawati yang telah

meluangkan waktu untuk turut serta membimbing dan memberi masukkan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah

ini. Namun demikian diharapkan makalah ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis

melainkan juga dapat bermanfaat sebagai media yang dapat memperkaya

pengetahuan pembaca.

Depok, Mei 2012

Penulis

ii

Page 2: Limbah padat Gresik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1

1.3 Batasan Penulisan 2

1.4 Rumusan Masalah 2

1.5 Metode Penulisan 2

1.6 Sistematika Penulisan 3

BAB 2 GAMBARAN OBJEK STUDI

2.1 Geografis, Klimatologi, Hidrologi dan Hidrogeologi, Topografi 4

2.2 Tata Guna Lahan 7

2.3 Keadaan/Status Sosial-Ekonomi 8

BAB 3 SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

3.1 Aspek Institusi 11

3.2 Aspek Teknis Operasional 13

3.3 Aspek Pembiayaan 24

3.4 Aspek Peraturan 24

3.5 Aspek Peran masyarakat dan Swasta 26

BAB 4 KONSEP PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT TERPADU

4.1 daerah dan Periode Pelayanan 28

4.2 Proyeksi Penduduk 29

4.3 Timbulan dan Komposisi Limbah Padat 37

4.4 Sistim Pengelolaan yang Akan Diterapkan 44

iii

Page 3: Limbah padat Gresik

4.5 Alokasi Sumber Daya 57

BAB 5 TEORI TENTANG SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

TERPADU

5.1 Sumber, Jenis, Dan Komposisi Sampah 61

5.2 Karakteristik Limbah Padat 64

5.3 Enam Elemen Fungsional Dalam Pengelolaan Sampah 68

BAB 6 SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT TERPADU KOTA

GRESIK

6.1 Aspek Institusi 120

6.2 Aspek Teknis Operasional 121

6.3 Aspek Pembiayaan 145

6.4 Aspek Peraturan 146

6.5 Aspek Peran Serta Masyarakat 147

BAB 7 KESIMPULAN 149

DAFTAR PUSTAKA 150

iv

Page 4: Limbah padat Gresik

DAFTAR TABEL

v

Page 5: Limbah padat Gresik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan jumlah serta aktivitas penduduk dan diikuti dengan

perubahan pola konsumsi masyarakat tentunya akan membuat limbah padat

yang dihasilkan semakin banyak, baik dari sisi volume, jenis, dan

karakteristik yang semakin beragam. Limbah padat tersebut apabila tidak

ditangani dengan baik akan merusak ekosistem karena mengandung zat-zat

berbahaya terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia itu sendiri.

Permasalahan sampah juga dialami Kabupaten Gresik. Pengelolaan

sampah di daerah ini belum sepenuhnya sesuai dengan metode dan teknik

pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu,

Kabupaten ini memerlukan pengelolaan sampah terpadu mulai dari sumber

timbulannya hingga ke pembuangan akhirnya.

Dalam pengelolaan sampah terpadu tersebut ada beberapa aspek yang

harus diperhatikan, yaitu lembaga danperaturan, pembiayaan, teknik dan

operasional, serta peran serta masyarakat yang tinggi dalam mengelola

sampah. Aspek-aspek tersebut apabila dipergunakan secara maksimal dan

bersinergis oleh Kabupaten Gresik akan menciptakan lingkungan yang bersih

dan sehat.

1.2 Maksud danTujuan Penulisan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk merencanakan sistem

pengelolaan limbah padat terpadu di Kabupaten Gresik mulai dari sumber

timbulan limbah padat hingga ke pemrosesan akhirnya dalam periode

pelayanan 2014-2039. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah untuk

merencanakan dan menyusun sistem pengelolaan limbah padat terpadu yang

sesuai dengan kriteria perencanaan dan tujuan pengelolaan yaitu untuk

1

Page 6: Limbah padat Gresik

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat Kabupaten

Gresik.

1.3 Batasan Penulisan

Lokasi wilayah studi yang akan di bahas dalam makalah ini hanya

terbatas kedalam 3 kecamatan di Kabupaten Gresik, yaitu: Kecamatan

Kebomas, Kecamatan Gresik, dan Kecamatan Manyar.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sistem

pengelolaan limbah padat terpadu yang mencakup 5 aspek, yaitu lembaga dan

peraturan, pembiayaan, teknik dan operasional, serta peran serta masyarakat,

namun akan lebih mendetail dalam aspek teknis serta operasional untuk

pelayanan daerah Kabupaten Gresik

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah dengan studi pustaka dan studi

literatur. Penulis mencari data terkait Kabupaten Gresik melalui situs resmi

Kabupaten Gresik maupun dari dokumen Gresik Dalam Angka serta dokumen

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik. Untuk referensi teknis,

penulis mendapatkannya melalui buku-buku ilmiah dan referensi teknis.

2

Page 7: Limbah padat Gresik

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

1.3 Batasan Penulisan

1.4 Rumusan Masalah

1.5 Metode Penulisan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 2 GAMBARAN OBJEK STUDI

2.1 Geografis, Klimatologi, Hidrology dan hidrogeologi, Topografi,

2.2 Tata Guna Lahan

2.3 Keadaan/Status Sosial – Ekonomi

BAB 3 SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

BAB 4 KONSEP PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN

LIMBAH PADAT TERPADU

4.1 Daerah dan Perioda Pelayanan

4.2 Proyeksi Penduduk

4 3 Timbulan dan Komposisi Limbah Padat

4.4 Sistim Pengelolaan yang Akan Diterapkan

4.5 Alokasi Sumber Daya

BAB 5 TEORI TENTANG SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH

PADAT TERPADU

BAB 6 SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT TERPADU KOTA

GRESIK

BAB 7 KESIMPULAN

3

Page 8: Limbah padat Gresik

BAB 2

GAMBARAN OBJEK STUDI

2.1. KEADAANALAM

2.1.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut dari Ibukota Propinsi

Jawa Timur (Surabaya) memiliki luas 1.191,25 kilometer persegi dengan

panjang pantai ± 140 kilometer persegi. Secara geografis, wilayah Kabupaten

Gresik terletak antara 112o – 113o Bujur Timur dan 7o – 8o Lintang Selatan.

Wilayah nya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 – 12 meter di

atas permukaan air laut kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai

ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut.Secaraa dministrasi

pemerintahan, wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari 18 kecamatan, 330 Desa

dan 26 Kelurahan.

Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan

daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian

Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah dan Kecamatan

Ujung pangkah. Sedangkan Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak

berada di Pulau Bawean.Kabupaten Gresik juga berdekatan dengan

kabupaten/kota yang tergabung dalam Gerbang kertasusila, yaitu Gresik,

Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan. Adapun batas-

batas wilayah Kabupaten Gresik sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kab. Sidoarjo, Kab.Mojokerto, Kota Surabaya

Sebelah Barat : Kab. Lamongan

4

Page 9: Limbah padat Gresik

Gambar 2.1.1.1. Peta Wilayah Kabupaten Gresik(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2012)

Pada pengerjaan tugas besar ini, tidak semua kecamatan di Kabupaten

Gresik yang akan dilayani pengolahan limbahnya, akan tetapi hanya 3

kecamatan di daerah pesisir pantai saja yaitu Kecamatan Manyar, Kecamatan

Gresik, dan Kecamatan Kebomas. Alasan pemilihan 3 kecamatan ini sebagai

daerah pelayanan didasarkan kepada wilayah Kabupaten Gresik yang

cakupannya sangat luas sehingga tidak memungkinkan untuk melayani

Kabupaten Gresik secara keseluruhan. Alasan kedua adalah karena jika dilihat

dari pesebaran penduduknya, ketiga kecamatan yang dipilih ini memiliki

pesebaran penduduk yang paling merata. Luas Kecamatan Gresik adalah 5.54

km2 dengan persentase daerah pelayanan sebesar 100%, Kecamatan Kebomas

sebesar 30.06 km2 dengan persentase daerah pelayanan 65%, dan Kecamatan

5

Page 10: Limbah padat Gresik

Manyar sebesar 95.42 km2 dengan persentase daerah pelayanan 24.2%.

Sehingga luas total daerah pelayanan adalah 48.17064 km2.

Gambar 2.1.1.2. Peta Daerah Pelayanan (Kec. Gresik, Kebomas, Manyar)(Sumber: www.maps.google.co.id)

2.1.2. Topografi

Wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar terdiri dari dataran rendah

tandus/gersang. Keadaan tanahnya merupakan tanah bergerak. Dimusim

kemarau, tanah ini sangat keras dan terbelah-belah yang mengakibatkan

tanaman menjadi cepat mati. Pada musim peng hujan belahan tanah cepat

merapat sehingga air hujan sulit untuk menembus kebawah sehingga

menyebabkan air mudah menggenang. Sebagian besar tanah di wilayah

Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan

Litosol. Dilihat dari keadaan tanahnya, Kabupaten Gresik merupakan dataran

rendah dengan ketinggian rata-rata 0 sampai 12 meter di atas permukaan air

laut. Sedangkan wilayah yang memiliki permukaan di atas 12 meter sampai

dengan 25 meter sangat sedikit. Berdasarkan karakteristik tinggi tempat dari

permukaan air laut dapat digambarkan sebagai berikut:

6

Page 11: Limbah padat Gresik

1.  0 m – 25 m, dominan berada dibagian Tengah dan sebagian di Utara dan

Selatan.

2.     25 m – 50 m, sporadis

3.     50 m – 100 m, sebagian besar di wilayah Kecamatan Kebomas dan

sedikit di sudut Barat Laut dan Barat Daya.

4.     100 m – 500 m, sedikit di sudut Barat Laut

5.     100 m – 1000 m, hanya dibagian Tengah Pulau Bawean

Jika dilihat dari kemiringan tanahnya, maka komposisinya dapat dilihat

sebagai berikut :

1.      0– 2 % : 917.66 Km persegi (91,87 %)

2.      3 – 15 % : 75.54 Km persegi (7,56 %)

3.   16 – 40 % : 3.54 Km persegi (0,35 %)

4.   > 40 % : 2.17 Km persegi (0,22 %).

(Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Gresik, 2003 : 3)

2.1.3. Klimatologi

Wilayah Kabupaten Gresik termasuk tropis. Pada musim kemarau

angin berhembus dari arah Timur Laut ke Barat Daya dan pada musim

penghujan dari arah Barat Daya ke Timur Laut. Suhu terpanas dari terik

matahari dialami pada Bulan September sedang kan musim penghujan

berlangsung dari Bulan Desember sampai dengan Bulan Mei. Curah hujan

rata-rata 290 mm/tahun, sedangkan minimum 17 mm/tahun.

2.2. TATA GUNA LAHAN

Berdasarkan Tabel 2.1.4.1 tidak terdapat hutan sebagai syarat daya

dukung lingkungan,akan tetapi hal ini dapat dioptimalkan melalui kemitraan

dengan masyarakat pada penggunaan lahan perkebunan. Selain itu

berdasarkan hasil interpretasi bentuk lahan (Tabel 4-1) pada satelit

penginderaan jauh untuk dilakukan reboisasi terutama pada bentuk lahan.

Perbukitan denudasional terkikis lemah, karst bergelombang tidak

7

Page 12: Limbah padat Gresik

berkembang, perbukitan dike, perbukitan karst tidak berkembang, dan

perbukitan lipatan dengan luas 17.145 Ha atau 16,40% dari total luas wilayah.

Dalam jangka panjang area tersebut sebaiknya dijadikan sebagai area lindung

atau area cagar alam untuk mengurangi dan meminimalisir bentuk bencana

yang mungkin terjadi.

Tabel 2.2.1. Tabel PenggunaanLahanKabupaten Gresik

Sumber: website resmi Kab. Gresik (www.gresik.go.id)

2.3. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI

2.3.1. DemografiBerdasarkan hasil sementara Pencacahan Sensus Penduduk 2010

jumlah penduduk Kabupaten Gresik adalah 1.177.201 jiwa, yang terdiri atas

582.746 laki-laki dan 594.455 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih

tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Gresik masih bertumpu di

Wilayah Driyorejo yaitu sebesar 31 persen, kemudian diikuti Wilayah Gresik

25 persen sedangkan wilayah-wilayah yang lain dibawah 20 persen.

Kecamatan Driyorejo dan Menganti adalah dua kecamatan dengan urutan

teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Wilayah Driyorejo yang

masing-masing 120.048 jiwa, 119.556 jiwa. Sedangkan Kecamatan Manyar

dan Kecamatan Kebomasmeru-pakan kecamatan yang paling banyak

penduduknya untuk Wilayah Gresik, yakni sebanyak 112.689 jiwa dan

106.122 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 1.191,25 kilometer persegi dan

8

Page 13: Limbah padat Gresik

didiami oleh 1.177.201 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk

Kabupaten Gresik adalah sebanyak 988 jiwa per kilo meter

persegi.Kecamatan paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah

Kecamatan Gresik yaitu mencapai 13.780 jiwa per kilo meter persegi,

sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Tambak yaitu 311 jiwa perkilo

meter persegi.

Secara umum, laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gresik per

tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000 - 2010 ialah

sebesar 1,60 persen.

Gambar 2.3.1.1 Grafik laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Gresik(Sumber: www.bps.go.id)

9

Page 14: Limbah padat Gresik

Dilihat dari laju pertumbuhan 3 kecamatan yang akan dilayani,

Kabupaten Gresik memiliki laju pertumbuhan yang sangat kecil jika

dibandingkan dengan Kecamatan Manyar dan kecamatan Kebomas.

Kecamatan gresik memiliki laju pertumbuhan sebesar -0.54% berdasarkan

hasil sensus penduduk tahun 2010, sedangkan Kecamatan Manyar memiliki

laju pertumbuhan sebesar 3.74%, dan Kecamatan Kebomas sebesar 2.13%.

Berikut ini merupakan tabel perincian jumlah serta kepadatan penduduk

kepadatan tiap kecamatan di Kabupaten Gresik.

Tabel 2.3.1.2 Tabel Kepadatan Penduduk Kabupaten Gresik

Sumber: Gresik dalam Angka 2011

Besarnya volume sampah di Kabupaten Gresik

mengalami peningkatan dari 2043,3 m3/hari menjadi

2233,5m3/harI dari tahun 1998 hingga tahun 2004.

Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah

10

Page 15: Limbah padat Gresik

penduduk di Kabupaten Gresik yang lumayan cepat dari

tahun ketahun.

BAB III

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

3.1. ASPEK INSTITUSI

Organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin

yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek

ekonomi, sosial, budaya dan kondisi fisik wilayah kota dan meperhatikan pihak

yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan organisasi

disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang membinanya, pola sistem

operasional yang ditetapkan, kapasitas kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan

fungsi yang harus ditangani (Rahardyan dan Widagdo, 2005).

Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 dikatakan bahwa

dalam pengurangan dan penanganan sampah pemerintah daerah dapat membentuk

lembaga pengelola sampah. Maka dengan memperhatikan pertambahan penduduk

dan perkembangan kota, dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah

sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam hal kebersihan dan

persampahan.

Selama ini pelayanan persampahan ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup

Bidang Kebersihan Lingkungan. Pelayananannya meliputi pengumpulan,

pengangkutan dari TPS ke TPA serta pengolahan sampah di TPA.

Berikut adalah skema kelembagaan dalam Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Gresik.

11

Page 16: Limbah padat Gresik

Jika berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Persampahan, maka

tingkat pelayanan pengangkutan sampah (eksisting) oleh Bidang Kebersihan

Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik sudah cukup baik.

Namun demikian, sampah yang tidak terangkut (± 100 m3 /hari) menjadi

tertumpuk di TPS/kontainer sehingga menyebabkan gangguan estetika dan

menimbulkan bau terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain itu, jika melihat

perkembangan dalam hal kependudukan dan aktifitasnya, maka permasalahan

tingkat pelayanan akan dihadapi oleh pengelola pada waktu-waktu mendatang.

Apabila diukur terhadap seluruh daerah di Kabupaten Gresik, maka tingkat

pelayanan saat ini hanya 10 %.

12

Pimpinan: Kepala Dinas

Sub Bagian Tata Usaha : Kepala Sub Bagian

Kepegawaian

Keuangan

Perlengkapan dan Umum

Seksi Perencanaan dan Pengendalian: Kepala

Seksi

Sub seksi Perencanaan Teknis

Sub Seksi Pengendalian dan

Laporan

Seksi Penanggulangan Kebersihan: Kepala

Seksi

Sub seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan

Sub seksi Penanggulangan air

kotor

Seksi Pertamanan: Kepala Seksi

Sub seksi Pembibitan dan Penghijauan

Sub seksi Pembangunan dan

Pemeliharaan

Sub seksi Pemakaman

Page 17: Limbah padat Gresik

3.2. ASPEK TEKNIS OPERASIONAL

3.2.1. Daerah pelayanan di Kabupaten Gresik

Wilayah pelayanan kebersihan khususnya bidang persampahan Kota

Gresik meliputi seluruh wilayah di kecamatan perkotaan yang terdiri dari :

Kecamatan Gresik (22 kelurahan/desa)

Kecamatan Kebomas (21 kelurahan/desa)

Kecamatan Manyar (7 desa)

Kecamatan Cerme (3 desa)

Kecamatan Duduk Sampeyan (2 desa)

Kecamatan Driyorejo (2 desa)

Secara umum penanganan kebersihan di Kota Gresik terbagi dalam 4

kegiatan, yakni: pembersihan/penyapuan jalan-jalan umum, pengangkutan

sampah dari TPS ke TPA, pengolahan sampah di TPA dan retribusi kebersihan.

3.2.2. Sumber sampah di Kabupaten Gresik

Secara umum, sumber-sumber sampah di Kabupaten Gresik berasal

dari :

Sampah rumah tangga

Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,

perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah

kebun/halaman, dan lain-lain.

Sampah dari pertanian

Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami

dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim

panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia

seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak

mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik

penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi

penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa

didaur ulang.

13

Page 18: Limbah padat Gresik

Sampah dari industri

Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan

kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk

(kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk

pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali

beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang

Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung

Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung

ini dapat berupa bahan organic maupun anorganik. Sampah organik,

misalnya : kayu, bamboo, triplek. Sampah anorganik, misalnya : semen,

pasir, spesi, batu bata, ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.

Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari

kertas-kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-

onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastic dan sebagainya.

Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan tergantung dari jenis usaha

pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran, dsb.

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-

kotoran ternak, sisa makanan, bangkai binatang, dsb.

Sampah dari perdagangan dan perkantoran

Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar

tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus,

kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah

yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta

biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll),

toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari

laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain.

14

Page 19: Limbah padat Gresik

Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah

dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.

3.2.3. Komposisi dan karakteristik sampah

Komposisi sampah di Kabupaten Gresik diasumsikan tidak terlalu

berbeda jauh dengan komposisi sampah di Kota Surabaya. Berikut ini

merupakan hasil analisa komposisi sampah yang dilakukan dalam kerjasama

Pemrintah Jepang (Kitakyushu) dengan Pemerintah Kota Surabaya dengan

metode sampling point di Kota Surabaya pada tahun 2002.

Tabel 3.2.1. Analisa Komposisi Sampah

Komposisi di atas berubah dari pengukuran yang dilakukan oleh JICA

pada studi tahun 1992. Hasil studi Kitakyushu menunjukkan komposisi kertas

dan plastik meningkat menjadi 30% dari studi tahun 1992 sebesar 20%,

15

Page 20: Limbah padat Gresik

sedangkan sampah dapur/ bahan organik menurun menjadi 55.6% dari studi

1992 sebesar 71.85%. Perubahan ini terjadi karena majunya usaha kemasan

dan berubahnya pola/gaya hidup masyarakat.

Dinas kebersihan Kota Surabaya secara lengkap juga masih

menggunakan data pengukuran JICA (1992) untuk komposisi sampah yang

dapat dilihat pada tabel 3.2.1., sedangkan jumlah sampah berdasarkan

sumbernya dapat dilihat pada tabel 3.2.2. sumber sampah saai ini belum

berubah banyak, dimana sampah domestic memang didominasi oleh sampah

timbulan dari aktivitas rumah tangga dan pasar.

Tabel 3.2.2 Komposisi Sampah

Dari komposisi sampah hasil pengukuran Kitakyushu dapat dilihat

bahwa potensi daur ulang sampah dari kertas dan plastic saja mencapai

16

Page 21: Limbah padat Gresik

kurang lebih 30%. Jika ini dapat dipilah dari mulai sumber sampah dengan

factor pemilahan 80%, maka sampah yang dikumpulkan ke TPS berpotensi

untuk direduksi sebesar 24%, yang berarti mengurangi jumlah timbulan

sampah sebanyak 2.088 m3/hari, sehingga jumlah timbul sampah yang

diangkut ke TPA Benowo menjadi 6.612 m3/hari.

Tabel 3.2.3. Presentase Jumlah Sampah Berdasarkan Sumber Sampah di KotaSurabaya

Jumlah timbulan sampah yang diangkut ke TPA berjumlah 6.064

m3/hari tidak melebihi kapasitas pengangkutan dari armada pengangkutan

yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan penambahan armada

pengangkutan sampah.

3.2.4. Pola Operasi Penanganan Sampah dari Sumber Sampai TPA

Secara umum penanganan kebersihan di Kota Gresik terbagi dalam 4

kegiatan, yakni pembersihan/penyapuan jalan-jalan umum, pengangkutan

17

Page 22: Limbah padat Gresik

sampah dari TPS ke TPA, pengolahan sampah di TPA dan retribusi

kebersihan

Pada saat ini pengolaan sampah masih terkonsentrasi di wilayah kota

Gresik, sehingga proses pengelolaan sampah di pedesaaan di luar wilayah

Kota Gresik harus didorong untuk dapat dilaksanakan secara mandiri oleh

masyarakat dan diusahakan dapat memberi manfaat. Dengan karakteristik

sampah yang didominasi oleh sampah organik, maka pengomposan

merupakan sarana alternatif yang dapat dikembangkan. Pengomposan dapat

dilaksanakan di TPS-TPS, terutama di daerah-daerah yang dapat

memanfaatkan hasil pengomposan tersebut, misalanya untuk pertanian.

Komitmen pemerintah dareah untuk melaksanakan pengelolaan

sampah seoptimal mungkin diwujudkan melalui pembangunan TPA Ngipik

dengan menggunakan sistem controlled landfill. Dan sebagai upaya untuk

meminimalkan dampak TPA tersebut, dilaksanakan upaya pemantauan

kualitas lindi dan kualitas udara ambient secara berkala sesuai dengan

ketentuan pada dokumen pengelolaan lingkungan.

Berkaitan dengan telah selesainya pengoperasian TPA Roomo yang

dahulu beroperasi dengan sistem open dumping, pemerintah daerah tetap

berkewajiban untuk memantau lingkungan lokasi TPA dan sekitarnya, serta

melakukan upaya reklamasi sehingga secara estetika dan aspek pengelolaan

lingkungan TPA Roomo tidak memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan.

Pengelolaan sampah dengan membangun TPA perlu dilaksanakan

secara terpadu dan bekerja sama dengan daerah potensial sekitar seperti

Surabaya dan Sidoarjo. Dari hasil rekapitulasi data dapat dibuat matriks

kondisi pengelolaan sampah daerah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo sebagai

berikut :

18

Page 23: Limbah padat Gresik

Tabel 3.2.4. Matriks Kondisi Pengelolaan Sampah

Berdasarkan data laporan periodik, penanganan persampahan tahun

2008, jumlah sampah terangkut ke TPA sebanyak 655 m3/hari atau 86,75%

dari total timbulan sampah pada daerah layanan sebesar 755,03 m3/hari. Jika

berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Persampahan, maka tingkat

pelayanan pengangkutan sampah (eksisting) oleh Bidang Kebersihan

Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik sudah cukup baik.

Namun demikian, sampah yang tidak terangkut ( + 100 m3/hari) menjadi

tertumpuk di TPS/kontainer sehingga menyebabkan gangguan estetika dan

menimbulkan bau terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain itu, jika melihat

perkembangan dalam hal kependudukan dan aktifitasnya, maka permasalahan

tingkat pelayanan akan dihadapi oleh pengelola pada waktu-waktu

mendatang.

Apabila diukur terhadap seluruh daerah di Kabupaten Gresik, maka

tingkat pelayanan saat ini hanya + 10 %. Tuntutan akan perluasan coverage

area kian waktu semakin besar, sebagai contoh pada tahun 2007 area daerah

layanan meliputi 4 kecamatan, tetapi pada tahun 2008 sudah melingkupi 6

kecamatan.

3.2.5. Sarana/prasarana Persampahan yang Ada di Kabupaten Gresik

Berdasarkan kondisi eksisting, Kabupaten Gresik memiliki + 50 TPS

yang tersebar diseluruh kabupaten, serta 2 TPA yaitu TPA Ngipik yang

19

Page 24: Limbah padat Gresik

sampahnya berasal dari + 37 Depo serta TPA Roomo. Tempat pembuangan

akhir sampah (TPA) Ngipik merupakan salah satu aset daerah Kabupaten

Gresik di bidang lingkungan hidup yang mulai beroperasi sejak Maret 2003.

Luas lahan TPA Ngipik adalah 6 hektar dengan umur rencana masa pakai 10

tahun. Berikut ini merupakan tabel yang berisi data TPA dan TPS yang ada di

kabupaten Gresik pada tahun 2009.

Tabel 3.2.5. TPA dan TPS di Kabupaten Gresik

NO NAMA TPS/ LOKASI

JUMLAH JUMLAH CONTAINER LUAS

TPA TPSKAPASITAS 6 M3

KAPASITAS 1,5 M3

(Ha)

I. KECAMATAN GRESIK1 TPA Kelurahan Ngipik 1

KECAMATAN GRESIK1 TPS Desa Kramatinggil 1 22 TPS Desa Sidorukun 1 13 TPS Desa Sidorukun 1 14 TPS Desa Pulopancikan 1 25 TPS Kelurahan Sidokumpul 1 26 TPS Kelurahan Bedilan 1 27 TPS Kelurahan Bedilan 1 18 TPS Kelurahan Kebungson 1 19 TPS pasar Kota Gresik 1 1

10 TPS Kelurahan Lumpur 2 211 TPS Kelurahan Tiogopatut 1 112 TPS Kelurahan Terate 1 113 TPS Kelurahan Tiogopatut 1 214 TPS Rusunawa 1 115 TPS Jl. Gubernur Suryo 1 1 (dump truck)16 TPS Jl. Usman Sadar17 TPS Jl. Gubernur Suryo 1 118 TPS Pasar Baru Gresik 1 1

20

Page 25: Limbah padat Gresik

19 TPS Jl. Arief Rahman Hakim 1JUMLAH 20 24

II. KECAMATAN KEBOMAS1 TPS Desa Segoromadu 1 12 TPS Desa Singosari 1 13 TPS Desa Singosari (Jegong) 1 14 TPS Desa Indro 1 15 TPS desa Karang Kiring 1 16 TPS desa Kawisanyar 1 17 TPS desa Kebomas 1 18 TPS Desa Randu Agung RW II 1 19 TPS desa Randu Agung RW IV 1 1

10TPS Komplek Perum Kemabangan

2 2

11 TPS JL. DR. Wahidin SH 1 112 TPS Desa Randu Agung RW VI 1 113 TPS RSU Bunder 1 1

NO NAMA TPS/ LOKASI

JUMLAH JUMLAH CONTAINER LUAS

TPA TPSKAPASITAS 6 M3

KAPASITAS 1,5 M3

(Ha)

14 TPS Kantor Pemkab Gresik 1 115 TPS Terminal Bunder 1 116 TPS desa Randu Agung 1 117 TPS Rusunawa 1 118 TPS Puskesmas Gending 1 1

JUMLAH 19 18 1III. KECAMATAN MANYAR

1 TPS Desa Yosowilangun 2 22 TPS Perum Dinari 1 23 TPS Desa Suci 1 14 TPS Desa Dahanrejo 1 15 TPS Komplek Permata Suci 1 16 TPS Desa Manyarejo 1 17 TPS Desa Pongangan 1 18 TPS Jl.Roomo Meduran 1 1 1

JUMLAH 9 9 1IV. KECAMATAN CERME

TPS Komplek Perumahan 1 1TPS desa Banjar Sari 1 1TPS desa ngabetan 1 1TPS Jl. Raya Pasar Cerme 1 1JUMLAH 4 4

V.KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN

1 TPS Jl. Rata Ambeng- 1 1

21

Page 26: Limbah padat Gresik

ambeng watang rejo

2TPS Jl. Raya Pasar Duduk Sampeyan

1 1

JUMLAH 2 2

VI.KECAMATAN DRIYOREJO

2 2

JUMLAH 2 2

Sumber:Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik

3.2.6. Kondisi pengumpulan

Frekuensi Pengumpulan :

Pengumpulan yang dilakukan oleh petugas kebersihan di Kabupaten

Gresik dilakukan sebanyak 3 hari sekali.

Jumlah Petugas dan alat pengumpul :

Pengangkutan sampah yang ada di Kabupaten Gresik dilakukan sesuai

dengan luas jalan pada wilayah yang akan dilayani. Pengangkutan pada

daerah pemukiman dilakukan gerobak atau pick up. Sedangkan untuk daerah

dengan jalan yang lebih besar digunakan truk pengangkut sampah. Jumlah

petugas pengumpul sampah di Kabupaten Gresik sebanyak 193 orang.

Daerah yang Dilayani :

1. Daerah permukiman, taman, dan jalan

Pengumpulan sampah di daerah pemukiman dilakukan dengan alat

angkut Dump Truck, Arm Roll Truck dan alat pengumpul berupa gerobak

sampah. Sedangkan untuk jalan protokol pengumpulan sampahdilakukan

dengan menggunakan alat angkut Dump Truck.

2. Sarana Umum

22

Page 27: Limbah padat Gresik

Pengelolaan dan pengankutan sampah pada sarana umum dilayani

dengan menggunakan alat angkut Dump Truck dan arm roll truck.

3. Kapasitas atau Volume :

Berdasarkan data laporan periodik, penanganan persampahan tahun

2008, jumlah sampah terangkut ke TPA sebanyak 655 m3/hari atau 86,75%

dari total timbulan sampah pada daerah layanan sebesar 755,03 m3/hari.

3.2.7. Pembuangan akhir

Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) yang tersedia (eksisting) di

kabupaten Gresik adalah TPA Roomo dan TPA Ngipik. TPA Ngipik

merupakan salah satu aset daerah Kabupaten Gresik di bidang lingkungan

hidup yang mulai beroperasi sejak Maret 2003. TPA Ngipik saat ini berada

dalam tahap operasional dan pemeliharaan. Luas lahan TPA Ngipik adalah 6

hektar dengan umur rencana masa pakai 10 tahun. Setelah + 7 tahun

beroperasi luas lahan yang terpakai sekitar 80 % dengan tinggi timbunan 4 m.

Secara teori metode penimbunan yang diterapkan di TPA Ngipik adalah

sanitary landfill dimana penutupan sampah dengan tanah yang dilakukan oleh

alat berat seharusnya dilakukan setiap hari.

Laju timbulan sampah relatif besar yaitu 425 m3/hari yang dilayani

oleh 6 armroll dan 2 unit dumptruk. Pengelolaan sampah saat ini dilakukan

dengan sistem controledlandfill dan penimbunan tumpukan sampah dilakukan

secara terbatas diakibatkan lahan penutup tidak tersedia di LPA. Adanya

limbah pabrik pembuatan panel (Jayaboard) yang mengandung campuran

gipsum dan kapur sangat menolong pihak DKP untuk penutupan sel sampah.

Melihat lahan yang tersedia saat ini untuk penimbunan sampah sudah

tidak tersedia, sebaiknya Pemda segera menyediakan lahan pengganti TPA

dan segera menutup lahan bekas TPA dan melakukan penghijauan. Timbulan

sampah dapat juga dikurangi dengan cara mengaktifkan pembuatan kompos di

lokasi bekas TPA yang dapat memberikan nilai ekonomis berupa pupuk untuk

taman kota dan pertanian di sekitar kota Gresik bahkan ke kota terdekat yang

membutuhkannya.

23

Page 28: Limbah padat Gresik

Pelayanan persampahan oleh Bidang Kebersihan Lingkungan Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik yang melibatkan peranan sarana

kendaraan adalah berupa kendaraan pengangkut sampah dari TPS ke TPA dan

kendaraan pengolahan sampah di TPA. Saat ini kendaraan pengangkut

meliputi 16 unit dengan berbagai kondisi, yakni 10 unit armroll truck

kapasitas 6 m3, 2 unit dump truck kapasitas 8 m3, 1 unit armroll pick up

kapasitas 1,5 m3 dan 3 unit pick up. Sedangkan kendaraan operasional TPA

berjumlah 5 unit dalam berbagai kondisi, yakni 2 unit bulldozer, 1 unit

backhoeloader dan 1 unit dump truck.

Pengoperasian kendaraan pengangkut dan pengolah sampah

merupakan salah satu elemen penting di dalam proses pengelolaan sampah.

Pengelolaan kendaraan operasional sampah yang tidak efisien dan efektif

dapat menimbulkan beragam permasalahan antara lain berkurangnya fungsi

dan tingkat pelayanan asset kendaraan, menumpuknya timbulan sampah di

beberapa TPS, permasalahan sosial dan lingkungan yang lain serta akan

menambah biaya operasi kendaraan. Secara teoritis, ketersediaan sarana

kendaraan operasional yang handal senantiasa menjadi ujung tombak

pelayanan oleh setiap institusi pengelola persampahan. Di tengah tuntutan

terhadap peningkatan pelayanannya, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Gresik khususnya Bidang Kebersihan Lingkungan memiliki tantangan yang

serius dalam mengelola (merencanakan, melaksanakan atau menghapus) asset

kendaraan operasional sampahnya. Hal ini dikarenakan sebagian unit yang

dioperasikan sudah tidak layak padahal tidak ada unit cadangan lagi, sehingga

apabila salah satu atau lebih dari unit kendaraan tersebut rusak dan tidak bias

beroperasi, maka sudah jelas akan mengganggu pelayanan /pengambilan

sampah dari lokasi TPS dan juga penimbunan sampah di TPA.

3.3. ASPEK PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan utama pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik adalah

dari subsidi Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah, dan juga retribusi

24

Page 29: Limbah padat Gresik

kebersihan dari masyarakat yang nilainya masih sangat kecil dari total pembiayaan

pengelolaan sampah. Total biaya pengelolaan bidang persampahan di area

pelayanan Kabupaten Gresik adalah sebesarRp 5.478.640.800,00 (BLH Kab.

Gresik,2009).

3.4. ASPEK PERATURAN

Manajemen persampahan kabupaten Gresik berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Gresik No. 9 Tahun 2010 mengenai Pengelolaan Sampah. Kegiatan

penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan

sampah terpadu.

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah

terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah.

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan

cara memisahkan jumlah dan jenis sampah rumah tangga yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun dengan sampah yang tidak mengandung bahan berbahaya

atau beracun untuk kemudian memisahkan sampah yang tidak mengandung bahan

berbahaya atau beracun menjadi sampah kering dan sampah basah.

Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan dengan

alat angkut khusus yang disertai dengan dokumen pengangkutan sampah 14.

Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan dengan cara

25

Page 30: Limbah padat Gresik

penimbunan (sanitary landfill), insenerasi dan/atau cara lain yang sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan teknologi. Berdasarkan pasal 29 Setiap orang

dilarang:

a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. mengimpor sampah;

c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;

d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan;

e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;

f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

pemrosesan akhir; dan/atau

g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan

sampah.

Spesifikasi lain tercantum pada pasal 23 :

(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3.5. ASPEK PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA

Pengelolaan sampah harus memperhatikan aspek sosial serta pemberdayaan

masyarakat selaku subjek utama. Saat ini pertisipasi masyarakat di bidang

persampahan masih rendah. Masih banyak kebiasaan buruk yang ada pada

masyarakat. Untuk dapat memberdayakan masyarakat secara optimal, yang perlu

diperhatikan adalah bentuk dan pola komunikasi serta sosialisasi. Kegiatan ini

bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab

masyarakat terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi. Kemudian mendorong

terjadinya kesepakatan-kesepakatan dan kerjasama antar elemen masyarakat untuk

mengatasi persoalan mereka sendiri.

26

Page 31: Limbah padat Gresik

Pemberdayaan masyarakat harus meliputi dua factor, yaitu kuantitas dan

kualitas. Kuantitas berkaitan dengan jumlah masyarakat yang harus diberdayakan

sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya tersebut yang meliputi

kemampuan, baik fisik maupun non fisik. Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan

untuk memberdayakan masyarakat adalah :

Masyarakat yang menentukan kebutuhan bagi mereka sendiri

Meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat

Pemerintah hanya sebagai fasilitator dan mediator

Mengembangkan potensi yang telah dimiliki oleh masyarakat dari potensi

daerahnya

Mengembangkan jaringan usaha yang berhubungan dengan kekuatan sector

informal di wilayah tersebut.

Pemerintah daerah yang belum dapat menangani sampah seluruh Kabupaten

Gresik dapat diminimalisasi dengan melibatkan masyarakat, misalnya dengan

pengelolaan sampah di sumber seperti reduce, reuse, dan recycle.

Permasalahan penanganan sampah, disebabkan karena ketidak seimbangan

antara jumlah sampah yang ditimbulkan dengan pelayanan penanganan yang dapat

diberikan. Pelayanan pemerintah daerah belum dapat menangani sampah

seluruhnya. Keterbatasan sarana menyebabkan hanya sebagian sampah yang

terangkut ke Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah. Oleh karena itu

pelaksanaan pengelolaan sampah harus melibatkan masyarakat karena sebagai

penghasil utama sampah, masyarakat juga harus merasakan dampak negatif jika

sampah tidak tertangani.

Di Kabupaten Gresik, masyarakat sudah turut membantu dalam hal mengatasi

keterbatasan dana pengelolaan limbah padat dengan retribusi yaitu pembayaran

atas pelayanan persampahan/kebersihan. Meskipun demikian, tarif yang dikenakan

kepada masyarakat masih sangat kecil dari total pembiayaan pengelolaan sampah.

Oleh karenanya, tarif retribusi yang dikenakan kepada masyarakat dapat dinaikkan

namun tetap dalam batas kemampuannya dan juga berkeadilan.

27

Page 32: Limbah padat Gresik

Pemerintah daerah Kabupayen Gresik harus bekerjasama dengan masyarakat

untuk bersama-sama mengelola sampah sedini mungkin dari sumbernya, terutama

di daerah-daerah yang tidak termasuk dalam wilayah pelayanan pengelolaan

sampah oleh pemerintah. Pada saat ini pengolaan sampah masih terkonsentrasi di

wilayah kota Gresik, sehingga proses pengelolaan sampah di pedesaaan di luar

wilayah Kota Gresik harus didorong untuk dapat dilaksanakan secara mandiri oleh

masyarakat dan diusahakan dapat memberi manfaat. Dengan karakteristik sampah

yang didominasi oleh sampah organik, maka pengomposan merupakan sarana

alternatif yang dapat dikembangkan. Pengomposan dapat dilaksanakan di TPS-

TPS, terutama di daerah-daerah yang dapat memanfaatkan hasil pengomposan

tersebut, misalanya untuk pertanian.

BAB 4

KONSEP PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH

PADAT TERPADU

4.1. DAERAH DAN PERIODE PELAYANAN

28

Page 33: Limbah padat Gresik

Gambar 4.1.1. Peta Wilayah Pelayanan di Kabupaten Gresik

(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2012)

4.2. PROYEKSI PENDUDUK GRESIK

Proyeksi penduduk (population projections) merupakan perhitungan

jumlah penduduk (menurut komposisis umur dan jenis kelmain) di masa yang

akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan

29

Page 34: Limbah padat Gresik

migrasi (BPS). Ada beberapa cara untuk memproyeksikan jumlah penduduk

masa yang akan datang antara lain:

1. Metode Matematik, ada 2 cara, yaitu:

• Linear Rate of Growth, ada 2 cara yaitu:

a. Arithmathic Rate of Growth: Pt= P0(1+rt).

b. Geometric Rate of Growth: Pt=P0 (1+r)t.

• Eksponential Rate of Growth:

Pn= P0 ern

Dimana :

P0: jumlah penduduk pada tahun awal

Pn: jumlah penduduk pada tahun ke-n

r :tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun awal ke tahun ke-n.

n : banyak perubahan tahun.

2. Metode Komponen

Metode ini sering digunakan dalam penghitunag proyeksi penduduk.

Metode ini melakukan tiap komponen penduduk secara terpisah dan untuk

mendapat proyeksi jumlah penduduk total, hasil proyeksi tiap komponen

digabungkan. Metode ini membutuhkan data-data sebagai berikut:

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah

dilakukan perapihan (smothing).

Pola mortalitas menurut umur.

Pola fertilitas menurut umur.

Rasio jenis kelamin saat lahir.

Proporsi migrasi menurut umur.

Berikut merupakan perhitungan penduduk Gresik dengan menggunakan

metode aritmatika, geometri dan eksponensial.

Tabel 4.2.1. Data Penduduk Gresik dan Nilai Ka Rata-rata (Sumber: Data

Gresik Dalam Angka yang telah diolah kembali)

Kecamatan Kebomas Kecamatan Gresik Kecamatan Manyar

TahunJumlah

PendudukKa tahun

jumlah penduduk

Ka tahunjumlah

pendudukKa

30

Page 35: Limbah padat Gresik

2007 87404 2007 86970 2007 926812008 91411 4007 2008 93255 6285 2008 84378 -83032009 93042 1631 2009 89970 -3285 2009 100698 163202010 95428 2386 2010 91146 1176 2010 102364 1666

rata2 8024/3 rata2 1392 rata2 9683/3

Tabel 4.2.2. Proyeksi Penduduk Gresik dengan Metode Aritmatika

Proyeksi Penduduk Gresik dengan Metode Aritmatika

Kecamatan Kebomas Kecamatan Gresik Kecamatan Manyar

Tahun Tf-T0 PfPenduduk Dilayani

Tahun Tf-T0 Pf Tahun Tf-T0 PfPenduduk Dilayani

2014 4 106127 48500 2014 4 96714 2014 4 115275 121272015 5 108801 49722 2015 5 98106 2015 5 118502 124662016 6 111476 50945 2016 6 99498 2016 6 121730 128062017 7 114151 52167 2017 7 100890 2017 7 124958 131462018 8 116825 53389 2018 8 102282 2018 8 128185 134852019 9 119500 54612 2019 9 103674 2019 9 131413 138252020 10 122175 55834 2020 10 105066 2020 10 134641 141642021 11 124849 57056 2021 11 106458 2021 11 137868 145042022 12 127524 58278 2022 12 107850 2022 12 141096 148432023 13 130199 59501 2023 13 109242 2023 13 144324 151832024 14 132873 60723 2024 14 110634 2024 14 147551 155222025 15 135548 61945 2025 15 112026 2025 15 150779 158622026 16 138223 63168 2026 16 113418 2026 16 154007 162022027 17 140897 64390 2027 17 114810 2027 17 157234 165412028 18 143572 65612 2028 18 116202 2028 18 160462 168812029 19 146247 66835 2029 19 117594 2029 19 163690 172202030 20 148921 68057 2030 20 118986 2030 20 166917 175602031 21 151596 69279 2031 21 120378 2031 21 170145 178992032 22 154271 70502 2032 22 121770 2032 22 173373 182392033 23 156945 71724 2033 23 123162 2033 23 176600 185782034 24 159620 72946 2034 24 124554 2034 24 179828 189182035 25 162295 74169 2035 25 125946 2035 25 183056 192572036 26 164969 75391 2036 26 127338 2036 26 186283 195972037 27 167644 76613 2037 27 128730 2037 27 189511 199372038 28 170319 77836 2038 28 130122 2038 28 192739 202762039 29 172993 79058 2039 29 131514 2039 29 195966 20616

Luas 30,06 km Luas 5,54 km Luas 95,42Kepadatan/km 5755 Kepadatan/km 23738,99 Kepadatan/km 2054

31

Page 36: Limbah padat Gresik

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450

50000

100000

150000

200000

R² = 1

Penduduk Kec Kebomas 2014-2039 Metode Aritmatika

waktu (tahun)jum

lah

pend

uduk

(jiw

a)

Grafik 4.2.1. Proyeksi Penduduk Kec. Kebomas dengan Metode Aritmatika

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450

50000

100000

150000R² = 1

Penduduk Kec Gresik 2014-2039 Metode Aritmatika

waktu (tahun)

Jum

lah

Pe

nd

ud

uk

(jiw

a)

Grafik 4.2.2. Proyeksi Penduduk Kec. Gresik dengan Metode Aritmatika

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450

50000100000150000200000250000

R² = 1

Penduduk Kec Manyar 2014-2039 Metode Aritmatika

waktu (tahun)

jum

lah

pe

nd

ud

uk

(jiw

a)

Grafik 4.2.3. Proyeksi Penduduk Kec. Manyar dengan Metode Aritmatika

32

Page 37: Limbah padat Gresik

Tabel 4.2.3. Data Penduduk Gresik dan Nilai r Rata-rata (Sumber: Data Gresik

Dalam Angka yang telah diolah kembali)

Kecamatan Kebomas Kecamatan Gresik Kecamatan Manyar

TahunJumlah

Pendudukr Tahun

Jumlah Penduduk

r TahunJumlah

Pendudukr

2007 87404 2007 86970 2007 926812008 91411 0,045844584 2008 93255 0,072266299 2008 84378 -0,089586862009 93042 0,017842492 2009 89970 -0,03522599 2009 100698 0,1934153452010 95428 0,025644333 2010 91146 0,013071024 2010 102364 0,016544519

rata2 0,029777136 rata2 0,016703776 rata2 0,040124334

Tabel 4.2.4. Proyeksi Penduduk Gresik dengan Metode Geometrik

Proyeksi Penduduk Gresik dengan Metode GeometrikKecamatan Kebomas Kecamatan Gresik Kecamatan Manyar

Tahun n Pt Tahun n Pt Tahun n Pt2014 4 107312,1268 2014 4 97390,22298 2014 4 119808,67792015 5 110507,5745 2015 5 99017,00745 2015 5 124615,92142016 6 113798,1736 2016 6 100670,9654 2016 6 129616,05222017 7 117186,7573 2017 7 102352,5506 2017 7 134816,812018 8 120676,2433 2018 8 104062,2247 2018 8 140226,24472019 9 124269,6362 2019 9 105800,4568 2019 9 145852,72942020 10 127970,0301 2020 10 107567,7239 2020 10 151704,9732021 11 131780,6111 2021 11 109364,5111 2021 11 157792,0342022 12 135704,6603 2022 12 111191,3114 2022 12 164123,33432023 13 139745,5564 2023 13 113048,6261 2023 13 170708,67382024 14 143906,7788 2024 14 114936,9651 2024 14 177558,24562025 15 148191,9105 2025 15 116856,8464 2025 15 184682,6522026 16 152604,6412 2026 16 118808,797 2026 16 192092,92042027 17 157148,7704 2027 17 120793,3525 2027 17 199800,52092028 18 161828,2107 2028 18 122811,0576 2028 18 207817,38372029 19 166646,9913 2029 19 124862,466 2029 19 216155,91782030 20 171609,2614 2030 20 126948,1407 2030 20 224829,032031 21 176719,2938 2031 21 129068,654 2031 21 233850,14512032 22 181981,4882 2032 22 131224,5879 2032 22 243233,22652033 23 187400,3757 2033 23 133416,534 2033 23 252992,79772034 24 192980,6222 2034 24 135645,0939 2034 24 263143,96522035 25 198727,0324 2035 25 137910,8791 2035 25 273702,44162036 26 204644,5543 2036 26 140214,5116 2036 26 284684,56972037 27 210738,283 2037 27 142556,6234 2037 27 296107,34852038 28 217013,4655 2038 28 144937,8573 2038 28 307988,45862039 29 223475,505 2039 29 147358,8668 2039 29 320346,2904

33

Page 38: Limbah padat Gresik

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450

50000100000150000200000250000

f(x) = 4610.19639861405 x − 9183925.74970509R² = 0.990489063789665

Proyeksi Penduduk Kec.Kebomas 2014-2039 Metode Geometri

Tahun

Pt

Grafik 4.2.4. Proyeksi Penduduk Kec. Kebomas dengan Metode Geometri

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450

50000

100000

150000

200000

f(x) = 1993.72005208163 x − 3919549.96118354R² = 0.996939974083589

Proyeksi Penduduk Kec.Gresik 2014-2039 Metode Geometri

Tahun

Pt

Grafik 4.2.5. Proyeksi Penduduk Kec. Gresik dengan Metode Geometri

2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450

100000200000300000400000

f(x) = 7909.86529853524 x − 15824793.8980862R² = 0.983087963883196

Proyeksi Penduduk Kec.Manyar 2014-2039 Metode Geometri

Tahun

Pt

Grafik 4.2.6. Proyeksi Penduduk Kec. Manyar dengan Metode Geometri

34

Page 39: Limbah padat Gresik

Tabel 4.2.5. Data Penduduk Gresik (Sumber: Data Gresik Dalam Angka)

Kecamatan Kebomas Kecamatan Gresik Kecamatan ManyarTahun Jumlah Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Tahun Jumlah Penduduk2007 87404 2007 86970 2007 926812008 91411 2008 93255 2008 843782009 93042 2009 89970 2009 1006982010 95428 2010 91146 2010 102364

Tabel 4.2.6. Proyeksi Penduduk Gresik dengan Metode Eksponensial

Tahun

Kecamatan Kebomas Kecamatan Gresik Kecamatan Manyar

Jumlah Penduduk

% Luas Yang

Dilayani

Jumlah Pendudu

k Terlayani

Jumlah Pendudu

k

% Luas Yang

Dilayani

Jumlah Pendudu

k Terlayani

Jumlah Pendudu

k

% Luas Yang

Dilayani

Jumlah Pendudu

k Terlayani

2011 97482,42 0,46 44549,46 90655,14 1,00 90655,14 106264,90 0,11 11179,07

2012 99581,06 0,46 45508,55 90166,92 1,00 90166,92 110314,46 0,11 11605,082013 101724,89 0,46 46488,27 89681,33 1,00 89681,33 114518,34 0,11 12047,332014 103914,87 0,46 47489,09 89198,36 1,00 89198,36 118882,43 0,11 12506,432015 106151,99 0,46 48511,46 88717,99 1,00 88717,99 123412,82 0,11 12983,032016 108437,28 0,46 49555,84 88240,20 1,00 88240,20 128115,85 0,11 13477,792017 110771,77 0,46 50622,70 87764,99 1,00 87764,99 132998,11 0,11 13991,402018 113156,51 0,46 51712,53 87292,33 1,00 87292,33 138066,42 0,11 14524,592019 115592,60 0,46 52825,82 86822,23 1,00 86822,23 143327,88 0,11 15078,092020 118081,13 0,46 53963,07 86354,65 1,00 86354,65 148789,84 0,11 15652,692021 120623,23 0,46 55124,82 85889,59 1,00 85889,59 154459,95 0,11 16249,192022 123220,06 0,46 56311,57 85427,04 1,00 85427,04 160346,13 0,11 16868,412023 125872,80 0,46 57523,87 84966,98 1,00 84966,98 166456,62 0,11 17511,242024 128582,64 0,46 58762,27 84509,39 1,00 84509,39 172799,98 0,11 18178,562025 131350,83 0,46 60027,33 84054,27 1,00 84054,27 179385,07 0,11 18871,312026 134178,61 0,46 61319,62 83601,60 1,00 83601,60 186221,10 0,11 19590,462027 137067,27 0,46 62639,74 83151,37 1,00 83151,37 193317,64 0,11 20337,022028 140018,11 0,46 63988,28 82703,56 1,00 82703,56 200684,62 0,11 21112,022029 143032,48 0,46 65365,85 82258,17 1,00 82258,17 208332,34 0,11 21916,562030 146111,75 0,46 66773,07 81815,17 1,00 81815,17 216271,50 0,11 22751,762031 149257,31 0,46 68210,59 81374,56 1,00 81374,56 224513,21 0,11 23618,792032 152470,59 0,46 69679,06 80936,32 1,00 80936,32 233069,00 0,11 24518,862033 155753,04 0,46 71179,14 80500,44 1,00 80500,44 241950,83 0,11 25453,232034 159106,17 0,46 72711,52 80066,91 1,00 80066,91 251171,13 0,11 26423,202035 162531,48 0,46 74276,88 79635,72 1,00 79635,72 260742,79 0,11 27430,142036 166030,53 0,46 75875,95 79206,84 1,00 79206,84 270679,22 0,11 28475,452037 169604,91 0,46 77509,44 78780,28 1,00 78780,28 280994,31 0,11 29560,602038 173256,24 0,46 79178,10 78356,01 1,00 78356,01 291702,48 0,11 30687,102039 176986,17 0,46 80882,68 77934,03 1,00 77934,03 302818,72 0,11 31856,53

35

Page 40: Limbah padat Gresik

2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450.00

20000.00

40000.00

60000.00

80000.00

100000.00

f(x) = 1290.78488010196 x − 2552854.32827495R² = 0.993728087344904

Proyeksi Penduduk Kec.Kebomas 2014-2039 Metode Eksponensial

Tahun

Pend

uduk

Ter

laya

ni

Grafik 4.2.7. Proyeksi Penduduk Kec. Kebomas dengan Metode Eksponensial

2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 20450.00

10000.00

20000.00

30000.00

40000.00

f(x) = 726.702926293068 x − 1451764.60055063R² = 0.98101917927353

Proyeksi Penduduk Kec.Manyar 2014-2039 Metode Eksponensial

Tahun

Pend

uduk

Ter

kaya

ni

Grafik 4.2.8. Proyeksi Penduduk Kec. Manyar dengan Metode Eksponensial

2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 204570000.0075000.0080000.0085000.0090000.0095000.00

f(x) = − 454.17032161605 x + 1003834.98395389R² = 0.999593456342108

Proyeksi Penduduk Kec.Gresik 2014-2039 Metode Eksponensial

Tahun

Pend

uduk

Ter

laya

ni

Grafik 4.2.9. Proyeksi Penduduk Kec. Gresik dengan Metode Eksponensial

36

Page 41: Limbah padat Gresik

Proyeksi dengan metode matematik lebih mudah penghitungannya bila

dibandingkan dengan metode komponen. Metode ini digunakan bila komponen dari

pertumbuhan penduduk tidak diketahui.

Dari ketiga metode yang diuraikan diatas, penulis menggunakan metode

aritmatika untuk memperkirakan jumlah penduduk Gresik yang akan digunakan

dalam perhitungan selanjutnya. Pemilihan metode ini didasarkan pada pendekatan

statistik, dimana metode yang dipilih memilikki nilai koefisien korelasi paling

mendekati satu.

Tabel 4.2.7. Nilai Koefisien Korelasi Rata-rata dari tiap Metode

Kecamatan

Metode Aritmatik Metode Geometri Metode EksponensialR R R

Kebomas 1 0,9900 0,993Gresik 1 0,9960 0,999Manyar 1 0,9830 0,981

Rata-rata 1 0,9897 0,991

Dari perhitungan koefisien korelasi (r), metode aritmatika mempunyai nilai

koefisien korelasi 1. Dengan demikian dari ketiga pendekatan statistik tersebut,

penulis memilih metode aritmatika sebagai acuan untuk menghitung proyeksi

penduduk.

37

Page 42: Limbah padat Gresik

4.3. TIMBULAN DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT

Tabel 4.3.1. Proyeksi Timbulan Sampah Domestik

TIMBULAN DOMESTIKKecamatan Manyar

Periode Layanan Jumlah PendudukTimbulan Limbah

Total Timbulan Limbahl/orang/hari

2014 115275 3 3458242019 131413 3 3942392024 147551 3 4426542029 163690 3 4910692034 179828 3 5394842039 195966 3 587899

Kecamatan Gresik

Periode Layanan Jumlah PendudukTimbulan Limbah

Total Timbulan Limbahl/orang/hari

2014 96714 3 2901422019 103674 3 3110222024 110634 3 3319022029 117594 3 3527822034 124554 3 3736622039 131514 3 394542

Kecamatan Kebomas

Periode Layanan Jumlah PendudukTimbulan Limbah

Total Timbulan Limbahl/orang/hari

2014 106127 3 3183802019 119500 3 3585002024 132873 3 3986202029 146247 3 4387402034 159620 3 4788602039 172993 3 518980

Tabel 4.3.2. Proyeksi Timbulan Sampah Pabrik/Industri

38

Page 43: Limbah padat Gresik

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH PABRIK/INDUSTRIKecamatan Manyar

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 38 102364 2693.789474 70 2660

2014 43 1152752693.789474 70

2995.492686

2019 49 1314132693.789474 70

3414.858544

2024 55 1475512693.789474 70

3834.224402

2029 61 163690 2693.789474 70 4253.59026

2034 67 1798282693.789474 70

4672.956117

2039 73 1959662693.789474 70

5092.321975

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH PABRIK/INDUSTRIKecamatan Gresik

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 11 91146 8286 70 7702014 12 96714 8286 70 817.038378

2019 13 1036748286 70

875.8363505

2024 13 110634 8286 70 934.634323

2029 14 1175948286 70

993.4322954

2034 15 1245548286 70

1052.230268

2039 16 131514 8286 70 1111.02824

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH PABRIK/INDUSTRIKecamatan Kebomas

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 89 95428 1072.224719 70 62302014 99 106127 1072.224719 70 6928.460552019 111 119500 1072.224719 70 7801.53623

39

Page 44: Limbah padat Gresik

7

2024 124 1328731072.224719 70

8674.611924

2029 136 1462471072.224719 70

9547.687611

2034 149 159620 1072.224719 70 10420.7633

2039 161 1729931072.224719 70

11293.83899

Tabel 4.3.3. Proyeksi Timbulan Sampah SD

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH SDKecamatan Manyar

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 19 102364 5387.578947 20 380

2014 21 1152755387.578947 20

427.9275266

2019 24 1314135387.578947 20

487.8369349

2024 27 1475515387.578947 20

547.7463431

2029 30 1636905387.578947 20

607.6557514

2034 33 1798285387.578947 20

667.5651596

2039 36 1959665387.578947 20

727.4745679

TIMBULAN LIMBAH PADAT SDKecamatan Gresik

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 23 91146 3962.869565 20 460

2014 24 967143962.869565 20

488.1008492

2019 26 1036743962.869565 20

523.2269107

2024 28 1106343962.869565 20

558.3529722

2029 30 1175943962.869565 20

593.4790336

40

Page 45: Limbah padat Gresik

2034 31 1245543962.869565 20

628.6050951

2039 33 1315143962.869565 20

663.7311566

TIMBULAN LIMBAH PADAT SDKecamatan Kebomas

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 25 95428 3817.12 20 500

2014 28 1061273817.12 20

556.0562239

2019 31 1195003817.12 20

626.1265038

2024 35 1328733817.12 20

696.1967836

2029 38 1462473817.12 20

766.2670635

2034 42 1596203817.12 20

836.3373433

2039 45 1729933817.12 20

906.4076232

Tabel 4.3.4. Proyeksi Timbulan Sampah SMP,SMA, dan SMK

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH SMP, SMA, DAN SMKKecamatan Manyar

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 11 102364 9305.818182 40 440

2014 12 1152759305.818182 40

495.4950308

2019 14 1314139305.818182 40

564.8638193

2024 16 1475519305.818182 40

634.2326078

2029 18 1636909305.818182 40

703.6013963

2034 19 1798289305.818182 40

772.9701848

2039 21 1959669305.818182 40

842.3389733

41

Page 46: Limbah padat Gresik

TIMBULAN LIMBAH PADAT SDKecamatan Gresik

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 22 91146 4143 40 880

2014 23 967144143 40

933.7581463

2019 25 1036744143 40

1000.955829

2024 27 1106344143 40

1068.153512

2029 28 1175944143 40

1135.351195

2034 30 1245544143 40

1202.548878

2039 32 131514 4143 40 1269.74656

TIMBULAN LIMBAH PADAT SDKecamatan Kebomas

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 9 95428 10603.11111 40 360

2014 10 10612710603.11111 40

400.3604812

2019 11 11950010603.11111 40

450.8110827

2024 13 13287310603.11111 40

501.2616842

2029 14 14624710603.11111 40

551.7122857

2034 15 15962010603.11111 40

602.1628872

2039 16 17299310603.11111 40

652.6134887

Tabel 4.3.5 Proyeksi Timbulan Sampah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH RUMAH SAKIT DAN RUMAH SAKIT BERSALINKecamatan Manyar

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan

42

Page 47: Limbah padat Gresik

LimbahPenduduk/unit l/unit/hari2010 2 102364 51182 650 1300

2014 2 11527551182 650

1463.962591

2019 3 131413 51182 650 1668.91583

2024 3 14755151182 650

1873.869069

2029 3 16369051182 650

2078.822307

2034 4 17982851182 650

2283.775546

2039 4 19596651182 650

2488.728785

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH RUMAH SAKIT DAN RUMAH SAKIT BERSALINKecamatan Gresik

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 2 91146 45573 650 1300

2014 2 9671445573 650

1379.415443

2019 2 10367445573 650

1478.684748

2024 2 11063445573 650

1577.954052

2029 3 11759445573 650

1677.223356

2034 3 124554 45573 650 1776.49266

2039 3 13151445573 650

1875.761964

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH RUMAH SAKIT DAN RUMAH SAKIT BERSALINKecamatan Kebomas

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 1 95428 95428 650 650

2014 1 10612795428 650

722.8730911

2019 1 11950095428 650

813.9644549

2024 1 132873 95428 650 905.055818

43

Page 48: Limbah padat Gresik

7

2029 2 14624795428 650

996.1471825

2034 2 15962095428 650

1087.238546

2039 2 172993 95428 650 1178.32991Tabel 4.3.6. Proyeksi Timbulan Sampah Hotel/Penginapan

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH HOTEL/PENGINAPANKecamatan Manyar

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 5 102364 20472.8 60 3002014 6 115275 20472.8 60 337.837521

2019 6 13141320472.8 60

385.1344223

2024 7 14755120472.8 60

432.4313235

2029 8 16369020472.8 60

479.7282248

2034 9 179828 20472.8 60 527.025126

2039 10 19596620472.8 60

574.3220273

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH HOTEL/PENGINAPANKecamatan Gresik

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 2 91146 45573 60 120

2014 2 9671445573 60

127.3306563

2019 2 10367445573 60

136.4939767

2024 2 11063445573 60

145.6572971

2029 3 11759445573 60

154.8206175

2034 3 12455445573 60

163.9839379

2039 3 13151445573 60

173.1472582

44

Page 49: Limbah padat Gresik

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH HOTEL/PENGINAPANKecamatan Kebomas

Periode Layanan

Jumlah Unit

Jumlah Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 3 95428 31809.33333 60 180

2014 3 10612731809.33333 60

200.1802406

2019 4 11950031809.33333 60

225.4055414

2024 4 13287331809.33333 60

250.6308421

2029 5 14624731809.33333 60

275.8561429

2034 5 15962031809.33333 60

301.0814436

2039 5 17299331809.33333 60

326.3067444

Tabel 4.3.7. Proyeksi Timbulan Sampah Pasar

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH PASARKecamatan Manyar

Periode Layanan

Jumlah UnitJumlah

Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 3 102364 34121.33333 800 2400

2014 3 11527534121.33333 800

2702.700168

2019 4 13141334121.33333 800

3081.075378

2024 4 14755134121.33333 800

3459.450588

2029 5 16369034121.33333 800

3837.825798

2034 5 17982834121.33333 800

4216.201008

2039 6 19596634121.33333 800

4594.576218

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH PASARKecamatan Gresik

Periode Jumlah Unit Jumlah Ratio Timbulan Total

45

Page 50: Limbah padat Gresik

Layanan PendudukPerbandingan Limbah Timbulan

LimbahPenduduk/unit l/unit/hari2010 2 91146 45573 800 1600

2014 2 9671445573 800

1697.742084

2019 2 10367445573 800

1819.919689

2024 2 11063445573 800

1942.097294

2029 3 117594 45573 800 2064.2749

2034 3 12455445573 800

2186.452505

2039 3 131514 45573 800 2308.63011

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH PASARKecamatan Kebomas

Periode Layanan

Jumlah UnitJumlah

Penduduk

Ratio Perbandingan

Timbulan Limbah

Total Timbulan LimbahPenduduk/unit l/unit/hari

2010 4 95428 23857 800 3200

2014 4 10612723857 800

3558.759833

2019 5 11950023857 800

4007.209624

2024 6 13287323857 800

4455.659415

2029 6 14624723857 800

4904.109206

2034 7 15962023857 800

5352.558997

2039 7 17299323857 800

5801.008788

Berikut adalah grafik proyeksi timbulan sampah domestik dan non-domestik

untuk Kabupaten Gresik periode 2014-2039

46

Page 51: Limbah padat Gresik

2014 2019 2024 2029 2034 20390

200400600800

1000120014001600

Proyeksi Timbulan Sampah

Periode Layanan (Tahun)

Tota

l Tim

bvul

an Li

mba

h (m

3/ha

ri)

Grafik 4.3.1 Proyeksi Timbulan Sampah Domestik dan Non-domestik

Kabupaten Gresik

4.4. KONSEP PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN YANG AKAN

DITERAPKAN

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut

pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah

tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah

tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat

lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak

menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran

dan yang lainnya ( Aswar, 1986).

Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten

Gresik pada tahun 2006 (Tabel 4.2.1.), rata-rata produksi sampah sekitar 140,144

ton/tahun yang bersumber dari sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah

rumah tangga, dan sampah spesifik. Dalam jangka waktu 3 tahun, yaitu tahun 2009

(Tabel 4.2.2.), jumlah produksi sampah telah meningkat menjadi 177,278

ton/tahun Sementara itu, rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi

47

Page 52: Limbah padat Gresik

masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi suatu permasalahan yang perlu

mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan bersih dan sehat. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya:

1. Sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam

menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah),

membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta upaya

pendidikan, penyuluhan dan latihan keterampilan untuk meningkatkan

kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2. Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata,

pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga.

3. Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga

desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan),

nilai struktur ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap

mental dan perilaku warga yang apatis.

4. keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah.

5. finansial (keuangan).

6. keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

7. kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah

lingkungan (sampah).

Pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan

penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005) faktor-faktor tersebut di

antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah,

keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang

persampahan dan penegakan hukumnya.

Saat ini pertisipasi masyarakat di bidang persampahan masih rendah. Masih

banyak kebiasaan buruk yang ada pada masyarakat. Untuk dapat memberdayakan

masyarakat secara optimal, yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan pola

komunikasi serta sosialisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan

kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab masyarakat terhadap persoalan-

48

Page 53: Limbah padat Gresik

persoalan yang dihadapi. Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga

disamping kesadaran dan partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan

model pengelolaan sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara

lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan manfaat lain. Sistem

pengelolaan sampah yang akan diterapkan di Kabupaten Gresik berdasarkan

kepada 6 elemen fungsional seperti pada bagan dibawah ini :

Gambar 4.4.1. Enam Elemen Fungsional dalam Sistem Pengelolaan Sampah(sumber: Tchobanoglous et al., 1993)

4.4.1. Timbulan sampah

Pengelolaan sampah yang paling efektif untuk mengurangi volume

sampah yang diangkut ke TPS adalah dengan cara mengurangi timbulan

sampah di sumbernya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi

volume sampah di sumber, salah satunya adalah dengan mengembangkan

program 3R di Kabupaten Gresik, yaitu :

A. Reduce (mengurangi)

49

Page 54: Limbah padat Gresik

Langkah-langkah yang dapat diterapkan adalah :

Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik

pembungkus barang belanja.

Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli

botol baru setiap kali habis.

Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang

besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama

B. Re-use (Penggunaan Kembali)

Langkah-langkah yang dapat diterapkan adalah :

Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah.

Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk

pembungkus.

Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan

tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan

lainnya.

C. Recycle (Daur Ulang Sampah)

Daur ulang memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan

teknologi dan penanganan khusus. Tapi bisa membantu dengan cara-cara

berikut :

Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur

ulang.

Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang.

Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur

ulang.

Berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Sampah melarang adanya pembakaran sampah yang dikarenkan sampah bisa

terdiri dari berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng

aerosol dapat meledak bila kena panas, sedangkan bahan dari plastik dan karet

dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila dibakar.

50

Page 55: Limbah padat Gresik

Bila pembakaran tidak bisa dihindari, pastikan bahwa hanya sampah

organik yang dibakar, tidak terlalu banyak sampah basah, dan lakukan jauh

dari kerumunan orang banyak atau benda lain yang dapat memperburuk

pembakaran.

Pengembangan program 3R tersebut tidak akan berjalan efektif dan

menuai manfaat jika tidak didukung dengan peran aktif serta kesadaran dari

masyarakat di Kabupaten Gresik untuk membantu pemerintah dalam

pengelolaan sampah terpadu. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi ke

masyarakat Kabupaten Gresik untuk ikut berperan serta dalam menyukseskan

program 3R yang akan dikembangkan.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan diatas diharapkan masyarakat

Kabupaten Gresik semakin sadar bahwa masalah sampah jangan dianggap

masalah yang sepele karena menyangkut kebersihan lingkungan kita serta

tidak serta merta menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab penyelesaian

masalah sampah kepada Pemerintah saja. Diperlukannya peran serta aktif dari

masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah sampah yang ada di

Kabupaten Gresik.

Pada umumnya proses pengelolaan sampah dengan basis partisipasi

aktif masyarakat terdiri dari beberapa tahapan proses, antara lain :

1. Mengupayakan agar sampah dikelola, dipilah dan diproses tahap awal

mulai dari tempat timbulan sampah itu sendiri (dalam hal ini mayoritas

adalah lingkungan rumah tangga). Upaya ini setidaknya dapat mengurangi

timbulan sampah yang harus dikumpulkan dan diangkut ke TPS sehingga

bebannya menjadi berkurang.

2. Pada fase awal di tingkat rumah tangga diupayakan untuk mengolah

sampah organik menjadi kompos dan sampah non organik dipilah serta

mengumpulkan menurut jenisnya sehingga memungkinkan untuk di daur

ulang. Sampah organik sebenarnya telah dapat diproses menjadi kompos

di setiap rumah tangga pada tong-tong sampah khusus kompos yang

mampu memproses sampah menjadi kompos untuk periode tampung

51

Page 56: Limbah padat Gresik

antara 18 hingga 28 hari dengan bantuan mikroba pengurai. Bila proses

pengomposan di tiap rumah tangga belum mungkin dilakukan, selanjutnya

petugas sampah mengangkut sampah yang telah terpilah ke tempat

pembuangan sampah sementara untuk diproses. Hasil pengamatan di

beberapa tempat pembuangan sampah atau TPS di beberapa bagian kota

diketahui bahwa masing-masing sampah non organik masih memiliki nilai

ekonomi. Sebagai gambaran nilai ekonomi ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.4.1. Harga Jual Beberapa Sampah Non Organik

Sumber: www.sanitasi.or.id

Setelah dipisahkan, sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan

baku pembuatan kompos baik dalam skala individu maupun skala komunal.

sedangkan untuk sampah non organik akan diangkut oleh pemulung dengan

gerobak. Pengangkutan sampah organik akan dilakukan oleh truk sampah dan

dibawa ke TPS ataupun UPS pada pagi hari dan sore hari sedangkan untuk

sampah non organik akan diangkut oleh pemulung dengan gerobak pada pagi

hari.

Berdasarkan tipe rumah yaitu rumah sederhana tipe 21-36; menengah

tipe 45-54 dan rumah mewah tipe > 70, pewadahan sampah dan penanganan

sampah di masing-masing rumah berbeda. Tergantung dari kemampuan dari

masyarakat untuk melakukan penanganan sejak dari sumbernya. Gambaran

umum penanganan sampah di sumber sampah terutama dari pemukiman dapat

dilihat pada bagan berikut ini

52

Page 57: Limbah padat Gresik

Gambar 4.4.2. Pola Operasional Sampah di Pemukiman

(sumber: SNI 3242-2008 Pengelolaan Sampah di Pemukiman

4.4.2. Pewadahan

Penyimpanan atau pewadahan adalah salah satu cara penampungan

sampah sebelum dikumpulkan, pindahkan, angkut dan di bawa ke UPS dan

53

Tipe 21-36

PemilahanPewadahan :- Organik- Anorganik

Tipe 45-54

PemilahanPewadahan :- Organik dapur- Organik RT- AnorganikPengomposan

> Tipe 70

PemilahanPewadahan :- Organik dapur- Organik RT- AnorganikPengomposan

Sampah Anorganik

Sampah Organik Sampah organik dapur

Sampah organik rumah tangga

Sampah anorganik

Pengumpulan dengan alat pengumpul bersekat/

pengaturan pengambilan jenis sampah

Residu ke TPA sampah

TPSS (TPS Terpadu)- Pengomposan skala

lingkungan- Barang lapak- Pengolahan sampah anorganik- Pemindahan residu sampah- Dan lain-lain

Page 58: Limbah padat Gresik

TPS ataupun dibawa ke TPA. Penyimpanan sampah yang dimaksud adalah

tempat pembuangan sampah sementara sebelum diangkut serta dibuang.

Penyimpanan sampah setempat atau dekat dengan penghasil sampah

merupakan hal yang penting dalam pengelolaan sampah yang berhubungan

dengan kesehatan masyarakat sekitar sebab dapat melibatkan nilai-nilai

keindahan,kesehatan dan ekonomi.

Pada sumber sampah seperti pada rumah-rumah, pewadahan yang

digunakan untuk memisahkan sampah organik dan non organik adalah

kantong pemilah sampah. Untuk pewadahan pada TPS ataupun UPS

digunakan container untuk memudahkan pengangkutan sampah oleh armroll

truk maupun dump truk. Sarana pewadahan yang akan diterapkan diarahkan

untuk memperhatikan hal-hal berikut :

Alat pewadahan yang akan digunakan adalah tipe tidak tertanam (dapat

diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.

Jenis wadah yang digunakan disesuai dengan kemampuan pengadaannya,

dapat berupa tong sampah (plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu) serta

kantong plastik.

Ukuran adah minimal dapat mewadahi timbulan sampah selama 2 hari

pada tiap tempat timbulan sampah (untuk pemukiman 40 liter, dan untuk

komunal 100 liter - 1 m3).

Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan (memiliki tutup)

Peruntukan wadah individual (toko, kantor, hotel, pemukiman high

income, home industry) memiliki ketentuan :

Diletakkan di halaman muka (tidak diluar pagar).

Mudah diambil (diangkut).

Penempatan wadah untuk sumber sampah besar seperti hotel dan

restoran boleh dibelakang dengan alasan estetika dan kesehatan, dengan

syarat menjamin kemudahan pengambilan.

Peruntukan wadah komunal (pedagang kaki lima, rumah susun,

pemukiman low income) memiliki ketentuan :

54

Page 59: Limbah padat Gresik

Tidak mengambil lahan trotoar (harus ada lokasi khusus).

Tidak dipinggir jalan protokol.

Sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.

Tidak mengganggu pemakai jalan.

Adapun cara pewadahan sampah yang akan diterapkan dalam

pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut :

1. Pewadahan Sampah Rumah Tangga

Sampah rumah tangga dimasukkan kedalam tempat sampah yang

tertutup, khususnya untuk sampah dari sisa - sisa makanan karena akan

cepat membusuk dan dapat menimbulkan bau serta dapat mengundang lalat

dan menjadi media perkembangan.

a. Tempat sampah pada pola pengumpulan individual

Pewadahan pada pola pengumpulan individual (langsung/tidak

langsung ), kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah untuk 3

hari (+ 40 - 60 liter ), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan dan

perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh orang

dewasa sendirian (dirumah atau petugas kebersihan) serta efisiensi

pengumputan (pengumpulan dilakukan 2-3 hari sekali secara reguler).

Bila tempat sampah menggunakan kantong plastik bekas, ukuran dapat

bervariasi, kecuali dibuat standar.

Pada pemakaian bak sampah permanen dari pasangan bata atau

lainnya, sampah diharuskan dimasukkan dalam kantong plastik sehingga

memudahkan sarta mempercepat proses pengumpulan.

b. Tempat sampah pada pola pengumpulan komunal

Kapasitas disesuaikan dengan kemudahan untuk membawa sampah

tersebut (oleh penghasil sampah) ke tempat penampungan komunal

(kontainer besar, bak sampah, TPS). Kapasitas tersebut untuk

menampung sampah maksimun 3 hari (cukup berat untuk membawanya

sampai ke penampungan komunal yang jaraknya kira-kira 50 - 100 m

dari rumah).

55

Page 60: Limbah padat Gresik

2. Pewadahan Sampah Non Rumah Tangga

Prinsip kesehatan tetap dipertahankan (tertutup dll), sedangkan

kapasitasnya tergantung aktifitas sumber sampah serta jenis / komposisi

sampahnya. Perkantoran misalnya , sampah umumnya didominasi oleh

kertas yang tidak mudah membusuk dan tidak berbau busuk.

Kapasitas penyimpangan sampah dari perkantoran dapat diperhitungkan

untuk menampung sampah sampai 1 minggu. Untuk jumiah sampahnya

besar, pemakaian bin atau container besar dapat dipertimbangkan dan harus

memperhatikan peralatan pengumpulan yang digunakan.

Bila jumlah sampahnya dapat mencapai 6- 10 m3 perhari atau setelah 1

minggu, pemakaian container dari Arm roll truck dianjurkan. Sampah dari

pasar setiap harinya berjumlah besar dan cepat membusuk, oleh karena itu

pemakaian tempat sampah komunal dari container arm roll dianjurkan,

sedangkan masing - masing toko atau kios dapat menggunakan kantong

plastik, bin plastik atau keranjang dengan kapasitas 50-120 liter tergantung

dengan jumlah sampah yang diproduksi setiap harinya.

3. Pewadahan Sampah Bagi Pejalan Kaki

Disepanjang daerah pertokoan atau taman dan tempat - tempat umum

dapat dilakukan dengan menempatkan bin-bin sampah plastik. Sampah dari

pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus makanan atau lainnya

yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat sampah ini berkisar 50 - 120

liter.

Tabel 4.4.2. Jenis Peralatan dan Sumber Sampah

56

Page 61: Limbah padat Gresik

sumber: www.sanitasi.or.id

4.4.3. Pengumpulan

Sampah sebelum dibuang harus dikumpulkan dulu asalnya

mengunakan sapu, penggaruk, gerobak, dll. Akan tetapi pengumpulan sampah

bukan sekedar mengumpulkan, tetapi mengangkutnya sampah ketempat

pengumpulan atau tempat pembuangan sementara (TPS). Pengumpulan

sampah dapat dilakukan sebagai berikut:

1.Perorangan, yaitu orang mengumpulkan sampah untuk dibuang pada tempat

pembuangan sampah sementara.

2.Pemerintah, yaitu petugas kebersihan yang mengumpulkan dengan

menggunakan truk atau gerobak sampah.

3.Swasta, yaitu hanya mengambil sampah-sampah tertentu sebagai bahan

baku perusahaan, seperti pembuatan kertas, karton dan plastik.

57

Page 62: Limbah padat Gresik

Truk sampah beroperasi dengan ketentuan :

a. Jam kerja

- Pagi : Pukul 05.00-12.00 WIB

- Siang : Pukul 12.00-18.00 WIB

b. Fungsi

- Truk sampah membawa sampah dari kontainer yang berada pada TPS ke

tempat pemrosesan akhir (TPA).

Petugas penyapu jalan bertugas membersihkan sampah yang ada disepanjang

jalan protokol dengan frekuensi sebanyak 2 kali dalam 1 hari yaitu pada :

- Pagi : Pukul 05.00-12.00 WIB

- Malam : Pukul 21.00-03.00 WIB

4.4.4. Pemindahan dan Pengangkutan

Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem

pengumpulan sampah sebagai berikut :

1. Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem pemindahan

(Transport Depo) dilakukan dengan cara :

a. Kendaraan angkutan dari pool lansung menuju lokasi pemindahan atau

transfer depo untuk mengangkut sampah lansung ketempat pembuangan

akhir (TPA).

b. Dari tempat pembuangan akhir kendaraan tersebut kembali ke transfer

depo untuk pengambilan pada ret berikutnya.

2. Untuk pengumpulan sampah kontainer dengan sistem kontainer pola

pengangkutan sebagai berikut:

a. Sistem pengosongan kontainer dengan proses:

1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk

mengangkut sampah ke TPA.

2. Kontainer kosong dikembalikan ke tepat semula.

3. Kendaraan menuju ke kontainer isi berikutnya untuk di angkut ke

TPA.

58

Page 63: Limbah padat Gresik

4. Demikian sampai ret berakhir.

4.4.5 Pemisahan, Pemrosesan dan Transformasi Sampah

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume

sampah atau merubah bentuk manjadi bermanfaat antara lain daur ulang,

penghancuran, dan pengeringan. Pengolahan sampah dan pemanfaatan

kembali dapat dimaksudkan penangganan terhadap sampah dengan

mengunakan semua teknik, perlengkapan dan prasarana, untuk meningkatkan

secara efisien dari semua unsur yang lain untuk memanfaatkan kembali semua

benda yang masih bermanfaat maupun mengubah produk yang berasal dari

sampah. Salah satu caranya adalah dengan mengubah sampah menjadi

kompos. Sampah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi lebih bermanfaat

dan tidak mencemari lingkungan. Tidak salah memang karena kompos dapat

dimanfaatkan untuk pupuk

Pengolahan sampah dilakukan pada sumber dengan memisahkan

sampah organik dan non organik. Sampah non organik didaur ulang dan dijual

ke pengepul sampah, sedangkan untuk sampah organik akan di bawa ke UPS

untuk dilakukan proses composting untuk mengurangi volume sampah.

Dalam proses pengangkutan dilakukan proses pemadatan yang dilakukan di

truk sehingga volume sampah lebih kecil.

4.4.6. Pembuangan Akhir (TPA)

Dikabupaten Gresik, sudah terdapat 2 TPA yaitu TPA Romo yang

menggunakan sistem control landfill dan TPA Ngipik yang sudah

menerapkan sistem sanitary landfill. TPA Ngipik sangat potensial untuk

dijadikan penghasil gas methana. Sebab, volume sampah yang masuk sangat

besar yakni mencapai 650 meter kubik perhari. Yang menjadi kendala

hanyalah luas areal TPA Ngipik yang terbatas. Luasan tanah TPA Ngipik

sangat terbatas untuk pembangunan instalasi penghasil gas methana. Saat ini

luas TPA Ngipik mencapai 4 hektar yang merupakan pengembangan dari

59

Page 64: Limbah padat Gresik

luasa lahan yang sudah ada. Sebelumnya, luas TPA Ngipik hanya 3 hektar.

Namun karena volume sampah yang terlampau banyak membuat sampah di

TPA Ngipik menggunung, apalagi pengolahan sampahnya tidak sebanding

dengan input sampah yang masuk ke TPA. Dengan luasan yang ada, maka

sampah yang menumpuk akan dikelola untuk menghasilkan air lindi.

Diperlukan jalannya lindi, dan ada ruangan kosong untuk pembangunan

instalasi untuk menghasilkan gas methana.

Rencananya akan dibangun instalasi penjemputan gas metan, instalasi

penangkapan gas methane, serta instalasi penerimaan gas metan. Setelah

rangkaian instalasi yang terbuat dari drum atau tangki-tangki berpipa tersebut,

gas methane dari timbunan sampah akan masuk pada flaring gas. Gas yang

sudah berada pada flaring dan mirip tandon penyimpan air ini, aliran gas

metan sudah bisa dikonsumsi sesuai kebutuhan.

Gas metan ini nantinya dapat digunakan untuk isi ulang ampul

berbahan bakar gas bagi masyarakat. Lebih dari itu, gas metan dari flaring gas

bisa digunakan untuk kompor, lampu petromak, penggerak mesin perancah

atau pemilah sampah plastik, menghidupkan generator mini, menggerakkan

pompa air dikawasan TPA, serta untuk isi ulang tabung elpiji 3 kilogram.

4.5. ALOKASI SUMBER DAYA

Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Ngipik merupakan salah satu aset

daerah Kabupaten Gresik di bidang lingkungan hidup yang mulai beroperasi sejak

Maret 2003 dengan luas lahan 6 hektar dan umur rencana masa pakai 10 tahun.

Setelah kurang lebih 7 tahun beroperasi luas lahan yang terpakai sekitar 80 % dengan

tinggi timbunan 4 m. Masa pakai TPA Ngipik yang telah mendekati batas akhir ini

menyebabkan timbulnya kebutuhan akan TPA lain untuk menampung limbah di

daerah Gresik.

Saat ini TPA Ngipik memiliki alat berat berupa 2 unit bulldozer dan 1 unit

excavator. Secara ringkas kondisi eksisting alat berat dapat dilihat pada tabel berikut

60

Page 65: Limbah padat Gresik

Tabel 4.5.1 Umur ekonomis alat berat di TPA Ngipik tahun 2010

No Jenis Tipe TahunKondisi

Fisik

Umur (Tahun)

Ekonomis Pakai Sisa1 Bulldozer Mitsubishi 1999 Baik 8 7 12 Bulldozer Komatsu D31E 2007 Baik 8 3 53 Excavator Caterpillar 320D 2009 Baik 10 1 94 Dump Truck Daihatsu Delta 2002 Rusak Berat 8 8 0

Sumber: www.gresik.go.id

Berikut merupakan data mengenai data tenaga kerja pengambilan sampah

serta data TPA dan TPS Kabupaten Gresik.

Tabel 4.5.2. Data Tenaga Kerja Pengambilan Sampah Kab.Gresik Tahun 2009

NO. URAIAN SATUAN 20091 Volume

- Basah m3/Hari 383,82- Kering m3/Hari 83,86

2 Jumlah Tenaga Kerja Orang Rp. 20.000/Hr x 193 Orang3 Upah Rata - Rata Per Hari Orang Rp. 15.000/Hr x 193 Orang

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik

Tabel 4.5.3 Data Tempat Pembuangan Sampah TPA dan TPS di Kabupaten

Gresik Tahun 2009

NO NAMA TPS/ LOKASI

JUMLAH JUMLAH CONTAINER LUAS

TPA TPSKAPASITAS 6 M3

KAPASITAS 1,5 M3

(Ha)

61

Page 66: Limbah padat Gresik

I. KECAMATAN GRESIK1 TPA Kelurahan Ngipik 1

KECAMATAN GRESIK1 TPS Desa Kramatinggil 1 22 TPS Desa Sidorukun 1 13 TPS Desa Sidorukun 1 14 TPS Desa Pulopancikan 1 25 TPS Kelurahan Sidokumpul 1 26 TPS Kelurahan Bedilan 1 27 TPS Kelurahan Bedilan 1 18 TPS Kelurahan Kebungson 1 19 TPS pasar Kota Gresik 1 1

10 TPS Kelurahan Lumpur 2 211 TPS Kelurahan Tiogopatut 1 112 TPS Kelurahan Terate 1 113 TPS Kelurahan Tiogopatut 1 214 TPS Rusunawa 1 115 TPS Jl. Gubernur Suryo 1 1 (dump truck)16 TPS Jl. Usman Sadar17 TPS Jl. Gubernur Suryo 1 118 TPS Pasar Baru Gresik 1 119 TPS Jl. Arief Rahman Hakim 1

JUMLAH 20 24II. KECAMATAN KEBOMAS

1 TPS Desa Segoromadu 1 12 TPS Desa Singosari 1 13 TPS Desa Singosari (Jegong) 1 14 TPS Desa Indro 1 15 TPS desa Karang Kiring 1 16 TPS desa Kawisanyar 1 17 TPS desa Kebomas 1 18 TPS Desa Randu Agung RW II 1 19 TPS desa Randu Agung RW IV 1 1

10TPS Komplek Perum Kemabangan

2 2

11 TPS JL. DR. Wahidin SH 1 112 TPS Desa Randu Agung RW VI 1 113 TPS RSU Bunder 1 1

NO NAMA TPS/ LOKASI

JUMLAH JUMLAH CONTAINER LUAS

TPA TPSKAPASITAS 6 M3

KAPASITAS 1,5 M3

(Ha)

14 TPS Kantor Pemkab Gresik 1 115 TPS Terminal Bunder 1 116 TPS desa Randu Agung 1 117 TPS Rusunawa 1 118 TPS Puskesmas Gending 1 1

62

Page 67: Limbah padat Gresik

JUMLAH 19 18 1III. KECAMATAN MANYAR

1 TPS Desa Yosowilangun 2 22 TPS Perum Dinari 1 23 TPS Desa Suci 1 14 TPS Desa Dahanrejo 1 15 TPS Komplek Permata Suci 1 16 TPS Desa Manyarejo 1 17 TPS Desa Pongangan 1 18 TPS Jl.Roomo Meduran 1 1 1

JUMLAH 9 9 1IV. KECAMATAN CERME

TPS Komplek Perumahan 1 1TPS desa Banjar Sari 1 1TPS desa ngabetan 1 1TPS Jl. Raya Pasar Cerme 1 1JUMLAH 4 4

V.KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN

1TPS Jl. Rata Ambeng-ambeng watang rejo

1 1

2TPS Jl. Raya Pasar Duduk Sampeyan

1 1

JUMLAH 2 2

VI.KECAMATAN DRIYOREJO

2 2

JUMLAH 2 2

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik

BAB 5

DASAR TEORI

5.1 SUMBER, JENIS, DAN KOMPOSISI SAMPAH

5.1.1. Definisi Sampah

63

Page 68: Limbah padat Gresik

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah

umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon,

kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-

2454-1991).

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah

padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuanperlakuan, baik

karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena

sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi social ekonomis tidak ada

harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan

terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).

5.1.2. Sumber-Sumber Sampah

Secara umum, sumber-sumber sampah di Kabupaten Gresik berasal dari :

• Sampah rumah tangga

Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,

perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah

kebun/halaman, dan lain-lain.

• Sampah dari pertanian

Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan

sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar

atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan

pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah

pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang

berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma,

namun plastik ini bisa didaur ulang.

• Sampah dari industri

Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan

kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu,

64

Page 69: Limbah padat Gresik

plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri

berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus

sebelum dibuang

• Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung

Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini

dapat berupa bahan organic maupun anorganik. Sampah organik, misalnya : kayu,

bamboo, triplek. Sampah anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata,

ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.

• Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-

kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan

yang jatuh, daun-daunan, plastic dan sebagainya.

• Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan tergantung dari jenis usaha

pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran, dsb.

• Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-

kotoran ternak, sisa makanan, bangkai binatang, dsb.

• Sampah dari perdagangan dan perkantoran

Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional,

warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan

organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal dari

lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas,

alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak

tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film,

komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus

dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena

berbahaya dan beracun.

5.1.3. Jenis Sampah

65

Page 70: Limbah padat Gresik

Berdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis sampah, yaitu:

1. Sampah Organik, yang mengandung senyawa-senyawa organik dan tersusun oleh

unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Bahan-bahan ini mudah

didegradasi oleh mikroba. Bahan-bahan yang termasuk dalam jenis sampah ini,

antara lain daun-daunan, kayu, tulang, sisa makanan, sayuran,buah-buahan dan

sebagainya.

2. Sampah Anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi, dan logam-logam

lainnya seperti gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa

organik. Sampah ini sulit didegradasi oleh mikroorganisme di alam.

Berdasarkan sifat fisiknya, sampah digolongkan atas lima kategori, antara lain:

1. Sampah Basah (Garbage), terdiri dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat

mudah membusuk (sisa makanan, buah atau sayuran). Sifat utama dari sampah

basah ini banyak mengandung air dan cepat membusuk terutama pada daerah

tropis seperti Indonesia.

2. Sampah Kering (Rubbish), tersusun dari bahan organik maupun anorganik yang

sifatnya lambat atau tidakmudah membusuk. Sampah kering ini terdiri atas dua

golongan:

- Metalic Rubbish, misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.

- Non Metalic Rubbish, misalnya kertas, kayu, sisa-sisa kain, kaca, mika,

keramik, dan batu-batuan.

3. Sampah Lembut, terdiri dari partikel-partikel kecil, ringan dan mempunyai sifat

mudah beterbangan, yangdapat membahayakan dan mengganggu pernafasan serta

mata.

- Debu, berasal dari penyapuan lantai rumah atau gedung, debu pengrajin kayu,

debu pabrik kapur,pabrik semen, pabrik tenun, dan lain-lain.

- Abu berasal dari sisa pembakaran kayu, abu rokok, abu sekam, sampah yang

terbakar, dan lain-lain.

4. Sampah Besar (Bulky Waste), merupakan sampah yang berukuran besar, misal:

bekas furnitur (kursi,meja), peralatan rumah tangga (kulkas, TV), dan lain-lain.

66

Page 71: Limbah padat Gresik

5. Sampah Berbahaya dan Beracun (Hazardous Waste), merupakan sampah yang

berbahaya baik terhadapmanusia, hewan maupun tanaman, yang terdiri dari:

- Sampah patogen, berupa sampah yang berasal dari rumah sakit dan klinik.

- Sampah beracun, berupa sisa-sisa pestisida, insektisida, kertas bekas

pembungkus bahan beracun,baterei bekas, dan lain-lain.

- Sampah radioaktif, berupa sampah bahan-bahan nuklir.

- Sampah ledakan, berupa petasan, mesiu dari sampah perang, dan sebagainya.

5.2. KARAKTERISTIK LIMBAH PADAT

5.2.1. Sifat-Sifat Fisik Limbah Padat

Sifat fisik dari limbah padat domestik mencakup densitas, kadar air (kelembapan),

ukuran partikel dan distribusi, field capacity, dan permeabilitas limbah padat.

a. Densitas

Densitas adalah berat per unit volume diekspresikan sebagai kg/m3.

Densitas bervariasi karena besarnya variasi komponen limbah, adanya

pemadatan, laju dekomposisi, dsb.

Densitas penting karena dibutuhkan untuk mengetahui total massa dan volume

limbah yang harus ditangani.

Tabel 5.2.1.1 Sifat Tipikal Limbah yang dipadatkan

67

Page 72: Limbah padat Gresik

Sumber: Tchobanoglous et al., 1993

b. Kadar Air (Kelembapan)

Kadar air adl persentase berat air bahan.

Kadar air dirumuskan sebagai berikut :

M=¿) x 100

Dimana :

M = kadar air (%)

w = berat awal sampel

d = berat sampel setelah pengeringan pada suhu 105oC (Kg)

c. Ukuran Partikel dan Distribusi

Ukuran dan distribusi komponen limbah penting untuk penanganan, terutama

jika akan digunakan pemisahan cara mekanis seperti magnetic separators.

Contoh : besi dengan ukuran besar akan berat jika dipisahkan dengan magnetic

belt atau drum system.

d. Field Capacity

Field capacity adalah jumlah total kadar air yang dapat ditahan dalam limbah

berdasarkan tekanan gravitasi.

Penting untuk menangani penumpukan limbah.

e. Permeabilitas sampah yang dimampatkan

68

Page 73: Limbah padat Gresik

Konduktivitas hidraulik pemampatan limbah adalah sifat fisik yang penting

karena dapat memindahkan gas dan cairan dalam landfill.

Permeabilitas juga tergantung pada sifat bahan seperti ukuran porositas,

distribusi, dan cairan dalam landfill.

5.2.2. Sifat-Sifat Kimia Limbah Padat

Informasi mengenai komposisi kimia yang terkandung di dalam limbah limbap

padat domestik adalah penting untuk mengevaluasi proses alternatif dan pilihan

pemulihan. Sebagai contoh, kelayakan dalam pembakaran limbah padat/ sampah

bergantung pada komposisi kimia dari limbah padat tersebut. Jika limbah padat akan

digunakan sebagai bahan bakar, maka karakteristik penting yang harus diketahui

adalah :

a. Analisis Proksimat (Proximate Analysis)

Analisis proksimat meliputi 4 uji, yaitu kehilangan kelembapan ketika dipanaskan

pada suhu 105oC selama 1 jam, bahan volatile, senyawa karbon, dan abu (berat

residu setelah pembakaran).

Tabel 5.2.2.1 Nilai Analisis Proksimat (% berdasarkan berat)

b. Titik Pengabuan (Pushing Point of Ash)

69

Page 74: Limbah padat Gresik

Titik pengabuan adalah suhu dimana abu dihasilkan dari pembakaran limbah padat

dengan suhu 1100oC -1200oC.

c. Analisis Unsur (Ultimate Analysis of Solid Waste Components)

Analisis unsure dari komponen limbah padat mencakup determinasi persentasi dari

C (karbon), H (hidrogen), S (sulfur), O (oksigen), N (nitrogen), dan abu. Hasil

analisis ini digunakan untuk karakteristik komposisi bahan organik limbah. Hal ini

penting untuk menentukan nilai C/N berkaitan dengan dekomposisi biologis.

Tabel 5.2.2.2. Data Analisis Unsur (berdasarkan % berat)

d. Kandungan Energi (Energy Content of Sokid Waste Components)

Kandungan energi komponen limbah (kJ/kg) dapat dideterminasi menggunakan

boiler system, laboratory bomb calorimeter, atau dengan menghitung komposisi

elemen. Kandungan energy oenting jika akan dilakukan proses pembakaran limbah.

e. Nutrien Esensial (Essential Nutrients and Other Elements).

Analisa ini penting jika kandungan organic limbah digunakan untuk konversi

biolpgi seperti kompos, produksi metana atau etanol. Nutrien utama yang paling

penting adalah bentuk nitrogen (nitrat, ammonium), fosfor dan potassium.

5.2.3. Sifat Biologis Limbah

70

Page 75: Limbah padat Gresik

Fraksi organik limbah (tidak termasuk karet dan kulit), dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Bahan yang larut terhadap air, seperti gula, pati, asam amino dan asam organik

Hemiselulosa

Selulosa

Lemak, minyak dan lilin, seperti ester dari alcohol dan asam lemak rantai panjang.

Lignin dan lignoselulosa

Protein, seperti rantai asam amino

5.3. ENAM ELEMEN FUNGSIONAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

Permasalahan sampah, terutama di daerah perkotaan saat ini cukup kompleks. Hal

tersebut disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah serta jenis sampah, dana yang

terbatas untuk fasilitas umum, pesatnya kemajuan di bidang teknologi, dan kepedulian

masyarakat yang masih rendah pada masalah sampah. Untuk itu, diperlukan sebuah

sistem pengelolaan limbah padat terpadu yang efisien.

Pengelolaan sampah terpadu dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan

teknik-teknik, teknologi, dan program manajemen yang sesuai ke dalam sistem

penanganan sampah. Pengelolaan tersebut tentunya didasarkan pada keenam elemen

fungsional mulai dari timbulan hingga pembuangan akhir, yaitu sbb:

Gambar 5.3.1. Elemen fungsional Pengelolaan Limbah Padat

71

Page 76: Limbah padat Gresik

Sumber: Tchobanoglous et al., 1993

Setiap elemen tersebut akan dikaji secara terpisah untuk mengidentifikasi

aspek dan hubungan dasar dalam tiap elemen, dan juga untuk mengembangkan

pertimbangan, analisis, serta evaluasi dari setiap elemen.

5.3.1. Timbulan Limbah Padat dan Laju Pengumpulan

a. Timbulan Limbah Padat

Jumlah timbulan limbah padat dan pengumpulannya adalah hal mendasaryang

harus diketahui dalam merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu yang

efektif dan efisien.Data-data tersebut digunakan untuk menentukan peraturan dan

program pengelolaan sampah, memilih peralatan spesifik, dan mendesain rute

pengumpulan limbah, material dalam fasilitas pemulihan, dan fasilitas

pembuangan. Jumlah timbulan limbah padat tersebut umumnya diklasifikasikan

berdasarkan sumbernya, yang terdiri dari: pemukiman, niaga, sekolah, penjara,

rumah sakit, industri, dll.

72

Page 77: Limbah padat Gresik

Jumlah timbulan limbah padat bisa dihitung berdasarkan volume (m3) atau

berat (kg). Kedua pengukuran ini umum digunakan. Namun, pengukuran

volumesangat dipengaruhi oleh kondisi saat sampah diukur (dipadatkan atau tidak

dipadatkan), sehingga kuantitas sampah akan lebih akurat jika dihitung dengan

pengukuran berat yang tidakmemperhatikan tingkat kompaksi.

Dalam menentukan jumlah timbulan limbah padat dari suatu daerah, metode

yang paling tepat adalah dengan analisa langsung di lapangan selama 8 hari

berturut-turut baik sampah rumah tangga maupun non-rumah tangga.Namun,

untuk mempermudahnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

memperkirakan kuantitas limbah padat, yaitu:

1. Load-count analysis.

Dalam analisa yang digunakan untuk menentukan jumlah limbah, tipe,

estimasi volume, dan berat yang dibawa oleh setiap kendaraan dicatat.

2. Weight-volume analysis

Analisa ini menggunakan data berat-volume yang lebih spesifik dari

menimbang dan mengukur masing-masing beban.

3. Mass-balance analysis

Analisis dengan lebih terperinci dimana pengukuran dibuat dalam suatu

sistem yang didalamnya ada aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang

dalam system, dan aliran bahan yang menjadi sampah.

Selain itu, jumlah timbulan sampah yang bervariasi terhadap waktu membuat

perencana perlu untuk mengetahui laju timbulan sampah.Laju timbulan sampah

didefinisikan sebagaijumlah timbulan sampah yang dihasilkan tiap orang dalam

satuan waktu dengan satuan berat (kg/orang/hari) atau dengan satuan volume

(m3/orang/hari).

Besarnya timbulan sampah dipengaruhi faktor-faktor berikut, antara lain:

1. Aktivitas reduksi dan daur ulang

Reduksi sampah di awal akan mengurangi kuantitas dari timbulan sampah

yang dihasilkan. Reduksi tersebut dilakukan melalui desain, pengolahan, dan

73

Page 78: Limbah padat Gresik

pembungkusan produk dengan meminimalisasi bahan berbahaya,

meminimalisasi volume bahan, dan memperpanjang masa pakainya.

Daur ulang tentunya akan berdampak pada kuantitas sampah yang

dikumpulkan, diproses, dan dibuang.

2. Kebiasaan masyarakat dan peraturan tentang limbah padat

Masyarakat yang bersedia mengubah pola hidupnya untuk mengurangi

sampah yang dihasilkan akan membuat timbulan sampah semakin kecil dan

mengurangi beban ekonomi.Peraturan dari pemerintah adalah faktor

terpenting yang mempengaruhi timbulan sampah.

3. Faktor geografi dan fisik

Faktor geografi misalnya perbedaan iklim dan musim dapat mempengaruhi

jumlah dari beberapa jenis sampah yang dihasilkan dan juga lamanya sampah

tersebut dihasilkan.

Penggunaan penggiling sampah makanan frekuensi pengumpulan sampah,

dan juga karakteristik area yang dilayani juga mempengaruhi kuantitas dari

sampah yang dihasilkan.

b. Laju Pengumpulan

Sampah yang dikumpulkan adalah sampah yang berasal dari komunitas

dengan atau tanpa program daur ulang.Perbedaan besar timbulan sampah

(pemukiman dan komersial) yang dihasilkan dengan yang dikumpulkan untuk

diproses bervariasi sekitar 4-15 persen. Perbedaan tersebut disebabkan karena

dilakukan pengomposan, pembakaran, pembuangan ke saluran, diberikan ke

lembaga sosial, dijual, maupun dikirim ke tempat drop-off dan daur ulang,

atau langsung didaur ulang.

5.3.2. Penanganan Sampah : Pemisahan – Pewadahan - Proses di Sumber

Penanganan sampah merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pengaturan

sampah mulai dari sumber timbulan hingga sampah tersebut ditempatkan ke dalam

wadah sebagai tempat penyimpanan sebelum dikumpulkan maupun dikirim ke pusat

74

Page 79: Limbah padat Gresik

drop-off atau daur ulang. Aktivitas dalam penanganan sampah ini bervariasi

tergantung dari jenis material sampah yang akan dipisahkan untuk digunakan kembali

atau didaur ulang.

a. Penanganan Dan Pemisahan Sampah Di Permukiman

Dalam pengelolaan sampah, perumahan penduduk dapat dibagi menjadi 4

macam, yaitu:

1. Rumah tunggal

Rumah tunggal biasanya diklasifikasikan menurut luasnya. Hal ini akan

membantu untuk mengetahui metode penanganan sampah yang tepat dan alat

pengelolaan sampah yang dibutuhkan. Secara umum, penghuni rumah tunggal

bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan misalnya dengan

memisahkan sampah organic yang dapat diolah menjadi kompos dan

anorganik yang dapat daur ulang.Alat kompaktor dapat digunakan dalam

pengelolaan sampah tingkat ini untuk mengurangi volume sampah.

2. Rumah susun (rusun) rendah (< 4 lantai) dan rusun medium (4-7 lantai)

Metode penanganan sampahnya tidak jauh berbeda dengan penanganan di

rumah tunggal, tetapi akan berbeda tergantung lokasi penyimpanan sampah

dan metode pengumpulan.

Pengumpulannya ada dua tipe, yaitu pengumpulan di tepi jalan (paling banyak

digunakan) dan pengumpulan mekanis.

Pada pengumpulan tepi jalan, pemilik gedung akan menyediakan area untuk

penyimpanan sampah. Kemudian penghuni akan membawa sampah dan

material daur ulang dan menempatkannya ke dalam container yang sesuai.

Staff pengelola akan membawa container tersebut ke jalan untuk diangkut.

Pada pengumpulan mekanis, container besar untuk penyimpanan diletakkan

diluar ruangan. Kontainer tersebut akan dikosongkan secara mekanis dengan

kendaraan pengumpul.

3. Rusun tinggi: terdiri atas > 7 lantai.

75

Page 80: Limbah padat Gresik

Beberapa metode penanganan sampah yang dapat diterapkan di rusun tinggi

adalah :

o Sampah dikumpulkan oleh petugas pengelola bangunan dari setiaprumah

di semua lantai dan ditempatkan di kontainer besar di basement

o Sampah ditangani oleh masing-masing penghuni rumah untukditempatkan

dalam kontainer besar di basement

o Sampah ditempatkan dalam kantung plastik dan dilewatkan melalui

cerobong gravitasi ke kontainer yang tersedia di basement

Penanganan sampah di daerah komersial dan industri adalah dengan

mengumpulkan sampah tersebut ke container berukuran besar, kemudian dikompaksi

sebelum diangkut ke TPS atau TPA dengan truk arm roll. Umumnya sekarang kantor

dan bangunan komersial telah menerapkan prinsip daur ulang, misalnya dengan

mengumpulkan kertas secara terpisah untuk didaur ulang.

Tabel di bawah ini menunjukkan penanggung jawab serta peralatan dan fasilitas

pendukung untuk penanganan sampah di daerah permukiman, pertokoan dan

sejumlah sumber sampah lainnya.

Tabel 5.3.2.1 Penanggung Jawab serta Peralatan dan Fasilitas Pendukung

Penanganan Sampah Berdasarkan Sumber.

Sumber sampah Penanggung jawabPeralatan serta fasilitas

pendukungPemukiman

- Rumah tunggal Penghuni rumah Kompaktor rumah tangga

- Rusun rendah Penghuni rumahKompaktor rumah tangga,

tempat sampah beroda, kereta ukuran kecil

- Rusun mediumPenghuni rumah, petugas pengelola gedung, petugas

cleaning service

Cerobong gravitasi, service elevator, kereta

sampah, pneumatic conveyor

- rusun tinggiPenghuni rumah, petugas pengelola gedung, petugas

cleaning service

Cerobong gravitasi, service elevator, kereta

sampah, pneumatic conveyor

76

Page 81: Limbah padat Gresik

PertokoanPetugas khusus, petugas

cleaning service

service elevator, kereta sampah, pneumatic

conveyor

IndustriPemilik, petugas taman,

petugas Dinas Kebersihan

service elevator, kereta sampah, pneumatic

conveyorDaerah terbuka, taman Operator Container

Fasilitas pengolahan limbah

Pemilik lahan, buruhBerbagai jenis conveyor,

peralatan manual

PertanianBervariasi menurut komoditas petani

(sumber: Tchobanoglous, Theissen & Vigil, 1993)

b. Penyimpanan/pewadahan sampah

Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu

wadah individu ataupun komunal di sumber sampah.

1. Pola pewadahan individual untuk daerah pemukiman dan daerah komersial.

Bentuk yang dipakai tergantung selera dan kemampuan pengadaan dari

pemiliknya, dengan kriteria:

o Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer.

o Sifat: dapat diangkat, tertutup.

o Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,

panas matahari, tahandiperlakukan kasar, mudah dibersihkan.

o Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500 liter untuk

kantor, toko besar, hotel,rumah makan.

o Pengadaan: pribadi, swadaya masyarakat, instansi pengelola.

2. Pola pewadahan komunal : diperuntukkan bagi daerah pemukiman, taman

kota,jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat

penggunaannya adalahumum, dengan kriteria:

o Bentuk: kotak, silinder, kontainer.

o Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup.

o Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,

panas matahari, tahandiperlakukan kasar, mudah dibersihkan.

77

Page 82: Limbah padat Gresik

o Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10 m3 untuk

pemukiman dan pasar.

o Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi hasil

produksi), instansipengelola.

Beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam penyimpanan onsite

sampah adalah, yaitu tipe kontainer yang akan digunakan, lokasi kontainer, dan

kesehatan masyarakat serta estetika.

1. Tipe kontainer yang digunakan

Tipe dan kapasitas kontainer yang digunakan tergantung pada karakteristik

dan tipe sampah yang dikumpulkan, jenis dari sistem pengumpulan yang

digunakan, dan frekuensi pengumpulan.

Tabel 5.3.2.2 Jenis Kontainer serta Kapasitas dan Dimensinya

JenisKapasitas (L)

Dimensi (cm)Range tipikal

Ukuran kecilKontainer plastik atau logam

76-152 114 50.8D x 66T

Barrel, plastic, aluminium, fiber

76-246 114 50.8D x 66T

Kantung kertas

Standar 76-208 11438L x 31d x

109T

Tahan bocor 76-208 11438L x 31d x

109T

Anti bocor 76-208 11438L x 31d x

109TKantung plastik 76L x 102T

Ukuran medium

Kontainer 760-7600 3040183L x 107d x

165TUkuran besar

Kontainer

Terbuka, roll off9120-38000

-240L x 180T x

600PDengan kompaktor stasioner

15200-30400

-240L x 180T x

540T

78

Page 83: Limbah padat Gresik

Dengan kompaktor terpasang

15200-30400

-240L x 240T x

660PKontainer trailer

Terbuka15200-38000

-240L x 360T x

600TTertutup, dengan kompaktor terpasang

15200-30400

-240L x 360T x

720P

Ket: L = lebar, D = diameter, d = kedalaman, T = tinggi, P = panjang

(Sumber: Tchobanoglous, Theissen & Vigil, 1993)

Wadah yang digunakan untuk menampung sampah hendaknya

dikelompokkan untuk mendukung kegiatan daur ulang dan pengomposan.

Misalnya dengan pengelompokan sbb:

o Wadah berwarna gelap misalnya hijau untuk menampung sampah organik

seperti sayuran, kulit buah, daun sisa, sisa makanan, dll

o Wadah berwarna terang misalnya kuning untuk menampung sampah

anorganik seperti plastik, gelas, logam, dll.

o Wadah berlabel khusus dengan warna merah untuk menampung sampah

bahan berbahaya

2. Lokasi kontainer

Berdasarkan SNI 19-2454-2002, tetang Tata Cara Teknik Operasional

Pengelolaan Sampah Perkotaan, lokasi penempatan kontainer adalah sbb:

a. Wadah individual ditempatkan di halaman muka atau di halaman belakang

untuk sumber sampah dari hotel restoran

b. Wadah komunal ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber samaph,

tidak mengganggu sarana umum, di luar jalur lalu lintas, di ujung gang

kecil, di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah pejalan

kaki), dan mempertimbangkan jarak antar wadah sampah

3. Kesehatan masyarakat dan estetika

Masalah kesehatan berkaitan dengan hama, serangga, dan tikus sebagai

sumber penyakit pada tahap penyimpanan limbah padat. Oleh karena itu,

79

Page 84: Limbah padat Gresik

sanitasi yang baik dengan menggunakan kontainer dengan penutup ketat,

pencucian kontainer dan daerah penyimpanan secara periodik, dan membuang

material biodegradable (biasanya dengan kurang dari 8 hari), terutama di

daerah dengan iklim hangat.

Masalah estetika berkaitan dengan timbulnya bau dan dapat

ditanggulangi dengan penggunaan kontainer berpenutup ketat, frekuensi

pengumpulan yang cepat, dan pencucian kontainer secara periodic. Ada

beberapa hal yang terjadi selama masa penyimpanan, yaitu

a. Dekomposisi oleh mikroba.

Sampah makanan mudah diuraikan oleh mikroba hanya dalam beberapa

hari saja. Pembusukan makanan apabila dibiarkan terlalu lama akan

menjadi media berkembangnya penyakit dan bau

b. Penyerapan air

Sampah yang kadar airnya bervariasi dan ditambah dengan hujan, apabila

tidak segera diangkut akan menyebabkan adanya genangan air dalam

wadah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan wadah yang cepat berkarat

maupun banyaknya lalat/nyamuk penyebab penyakit.

c. Kontaminasi komponen sampah.

Dampak yang berbahaya selama masa penyimpanan adalah kontaminasi

sampah oleh bahan berbahaya dan beracun, seperti cat, pembersih lantai,

pestida, dll. Hal ini dapat mengurangi nilai sampah untuk daur ulang, serta

menjadikan seluruh sampah dalam kontainer tersebut sebagai sampah B3

Berikut adalah contoh wadah dan penggunaannya berdasarkan SNI 19-2454-

2002, tetang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan :

80

Page 85: Limbah padat Gresik

Tabel 5.3.2.3 Jenis Wadah serta kapasitas dam Umurnya

No Wadah Kapasitas Pelayanan Umur wadah Keterangan

1.Kantong plastic

10 40 L 1 KK 2-3 hari Individual

2. Tong 40 L 1 KK 2-3 tahunMaksimum

pengambilan 3 hari sekali

3. Tong 120 L 2-3 KK 2-3 tahun Toko4. Tong 140 L 4-6 KK 2-3 tahun5. Kontainer 1000 L 80 KK 2-3 tahun Komunal6. Kontainer 500 L 40 KK 2-3 tahun Komunal7. Tong 30-40 L Pejalan kaki, umum 2-3 tahun

Sumber: SNI 19-2454-2002 tentang tata cara Pengelolaan Sampah Perkotaan

Berikut adalah tabel penggunaan beberapa kontainer dan keterbatasannya:

Tabel 5.3.2.4 Jenis Kontainer dan Keterbatasannya

Jenis container

Penggunaan Keterbatasan

Kontainer plastik

atau logam

Di sumber sampah dengan volume sampah yang sangat kecil, seperti rumah tangga, taman, dan toko kecil

Kontainer akan rusak, memerlukan tenaga untuk mengangkat, tidak cukup besar untuk menampung sampah berukuran besar

Kantung kertas

Di rumah tunggal/rusun rendah /medium, dapat digunakan langsung atau sebagai pelapis tempat sampah rumah tangga

Mahal, dapat sobek karena gangguan binatang selama penyimpanan, bahan kertasnya menambah volume sampah

Kantung plastik

Di rumah tunggal, rusun rendah hingga tinggi, di pusat perdagangan dan industry, dapat digunakan langsung atau sebagai pelapis tempat sampah rumah tangga, baik untuk menyimpan sampah basah

Mahal, mudah sobek, mudah rapuh pada iklim panas, sifatnya tidak mudah diuraikan mengganggu pembuangan akhir

81

Page 86: Limbah padat Gresik

Jenis container

Penggunaan Keterbatasan

Kontainer medium

Untuk sampah dengan volume medium, dapat digunakan untuk menyimpan sampah berukuran besar. Lokasi harus diperhitungkan untuk akses truk pengangkut, digunakan di pemukiman padat, daerah perdagangan dan industry

Karena tidak tertutup rapat menyebabkan sampah menjadi basah dan menyebabkan berat bertambah

Kontainer besar dan terbuka

Di pusat perdagangan, untuk menaruh sampah berukuran besar di industry, untuk melayani penampungan sampah di kawasan pemukiman padat, ditempatkan di tempat yang beratap namun mempunyai kemudahan akses bagi truk pengangkut

Biaya pengadaan tinggi, akan menyebabkan sampah menjadi basah dan bertambah berat apabila air hujan masuk ke kontainer

Kontainer dengan

kompaktor stasioner

Digunakan di daerah pusat perdagangan yang besar

Biaya pengadaan tinggi, dan bila sampah dalam kontainer terlalu dipadatkan akan sulit untuk dikosongkan pada daerah pembuangan

(sumber: Tchobanoglous, Theissen & Vigil, 1993)

c. Pengolahan di sumber untuk sampah pemukiman

Pemrosesan sampah di sumber dapat mengurangi volume sampah yang akan

dibuang ke TPS maupun TPA, memperoleh kembali barang yang masih berguna

(daur ulang). Pengurangan sampah ini sangat diharapkan terjadi, karena akan

meringankan beban untuk penyaluran dan pemrosesan selanjutnya. Dengan

berkurangnya sampah, jumlah yang diangkut dan diproses akhir akan berkurang

jumlahnya. Selain itu, kebutuhan operasional dan biaya juga dampak terhadap

lingkungan akan dapat diminimalisasi.

82

Page 87: Limbah padat Gresik

Untuk skala rumah tangga, hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pengolahan di

sumber adalah:

1. Penggilingan sampah makanan (grindingof food waste)

Penggiling ini digunakan untuk sampah yang berasal dari sisa kegiatan

memasak dan sisa makanan.Penggiling sampah dapur biasanya berhubungan

dengan saluran yang membawa sampah yang telah hancur ke sewer. Namun

penyediaan penggiling sampah di rumah-rumah secara bebas kini tidak lagi

diperkenankan, kecuali apabila telah tersedia fasilitas pengolahan air buangan

domestik di kota yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh menjadi

tingginya kandungan bahan organik di saluran air buangan

2. Pemilahan sampah

Pemisahan sampah di sumber timbulan merupakan cara yang paling efektif

guna mereduksi volume dan memanfaatkan kembali sampah. Dalam hal ini

sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dipisahkan berdasarkan jenisnya

dari sampah organic yang mudah membusuk.Sampah yang telah dipisahkan

selanjutnya dapat digunakan kembali secara langsung (reuse), diolah lebih

lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat.

Namun pemisahan sampah ini juga hendaknya berlanjut hingga tahap-tahap

selanjutnya dan tidak tercampur dengan sampah jenis lain.

3. Kompaksi

Jenis kompaktor yang digunakan untuk memproses sampah dari tempat

tinggal ada 2, yaitu:

o Kompaktor berukuran kecil

Digunakan secara individual di rumah-rumah.Kompaksi tipe ini dapat

mereduksi volume sampah kertas hingga 70%, namun hanya dapat

digunakan untuk timbulan limbah padat yang sedikit saja.

o Kompaktor berukuran besar

Digunakan di rusun-rusun dan dilengkapi dengan cerobong gravitasi.

Kemampuan kompaksi ini adalah 20-60%, tergantung pada komposisi

sampahnya. Sampah yang telah dikompaksi tidak mungkin lagi untuk

83

Page 88: Limbah padat Gresik

Sumber sampah

Pengumpulan/ pengangkutan

Pembuangan Akhir

dipisahkan komponen-komponennya untuk didaur-ulang, kecuali sampah

kertas.

4. Pengomposan

Melakukan pengomposan dengan menggunakan sampah halaman seperti daur

dan rumput. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadah dan ditumpuk

kemudian terkadang disiram untuk memberikan kelembaban dan oksigen

untuk mikroorganisme di dalamnya. Semakin lama, bakteri dan

mikroorganisme akan mendekomposisi bahan organik tersebut hingga

menjadi humus dan disebut kompos.

5.3.3. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan proses mengumpulkan atau membawa sampah

dari berbagai sumber dan juga mengangkut sampah ke suatu lokasi hingga isi

kendaraan pengangkut dikosongkan.

Berdasarkan SNI 19-2454-2002, tentang Tata Cara Teknik Operasional

Pengelolaan Sampah Perkotaan, pola pengumpulan sampah adalah sbb:

a. Pola individual langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap

bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di

Tempat Pembuangan Akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truck

sampah biasa, dump truck atau compactor truck.

Gambar 5.3.2 Skema

Pengumpulan Sampah dengan Pola Individual Langsung

84

Page 89: Limbah padat Gresik

Sumber sampah

Pengumpulan dan

pengangkutanPengangkutan Pembuangan

Akhir

Penggunaan pola ini memiliki persyaratan:

1) Kondisi topografi bergelombang (> 15 – 40 %), hanya alat pengumpul mesin

yang dapat beroperasi

2) Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya

3) Kondisi dan jumlah alat memadai

4) Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari

5) Bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol

b. Pola individual tidak langsung

Daerah yang dilayani kedua cara tersebut diatas umumnya adalah lingkungan

pemukiman yang sudah teratur, daerah pertokoan, tempat-tempat umum, jalan

dan taman.

Gambar 5.3.3 Skema Pengumpulan Sampah dengan Pola Individual Tak

Langsung

Penggunaan pola ini memiliki persyaratan:

1) Bagi daerah yang partisipasinya aktif

2) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia

3) Bagi kondisi yang relative datar (rata-rata 5%) dapat menggunakan alat

pengumpul non-mesin (gerobak, becak)

4) Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung

5) Kondisi lebar gang dapat dilalui oleh alat pengumpul tanpa mengganggu

pengguna jalan lainnya

6) Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah

85

Page 90: Limbah padat Gresik

Sumber sampah

Wadah Komunal Pengangkutan Pembuangan

Akhir

c. Pola komunal langsung

Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah

(rumah tangga, dll) ke tempat-tempat penampungan sampah komunal yang telah

disediakan atau langsung ke truck sampah yang mendatangi titik pengumpulan

Gambar 5.3.4. Skema Pengumpulan Sampah dengan Pola Komunal Langsung

Penggunaan pola ini memiliki persyaratan:

1) Bila alat angkut terbatas

2) Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah

3) Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi

jalan berbukit/jalan sempit)

4) Peran serta masyarakat tinggi

5) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang

mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk)

6) Untuk pemukiman tidak teratur

d. Pola komunal tidak langsung

Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah

(rumah tangga dll) ke tempat-tempat yang telah disediakan/di tentukan (bin/tong

sampah komunal) atau langsung ke gerobak/becak sampah yang mangkal pada

titik - titik pengumpulan komunal. Petugas kebersihan dengan gerobaknya

kemudian mengambil sampah dari tempat - tempat pengumpulan komunal

tersebut dan dibawa ke tempat penampungan sementara atau transfer depo

sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir dengan truk sampah.

86

Page 91: Limbah padat Gresik

Sumber sampah

Wadah Komunal

Pengumpulan dan

PemindahanPengangkutan Pembuangan

Akhir

Gambar 5.3.5 Skema Pengumpulan Sampah dengan Pola Komunal Tak

Langsung

Penggunaan pola ini memiliki persyaratan:

1) Peran serta masyarakat tinggi

2) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang

mudah dijangkau alat pengumpul

3) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia

4) untuk kondisi topografi relative datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan

alat pengumpul non-mesin (gerobak,becak), namun untuk kondisi topografi >

5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan

karung

5) lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai

jalan lainnya

e. pola penyapuan jalan, dengan persyaratan:

1) juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan

(diperkeras, tanah, lapangan rumput

2) penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada

funsi dan nilai daerah yang dilayani

3) pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan

untuk kemudian diangkut ke TPA

4) pengendalian personel dan peralatan harus baik

87

Page 92: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.6 Diagram Pelayanan Masing-Masing Pola Operasional Persampahan Kota

(sumber: SNI 19-2454-2002)

Perencanaan operasional pengumpulan sampah berdasarkan SNI 19-2454-2002,

tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah sbb:

a. rotasi antara 1-4/hari

b. periodisasi: 1 hari, 2 hari, atau maksimal 3 hari sekali, tergantung kondisi

komposisi sampah, yaitu:

1) semakin besar persentase sampah organic, periodisasi pelayanan sehari

sekali

2) untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan jadwal

yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali

3) untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku

4) mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap

5) mempunyai petugas pelaksana yang tetap

88

Page 93: Limbah padat Gresik

6) pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah

terangkut, jarak tempuh, dan kondisi daerah

Berikut ini merupakan tabel pola pengumupulan sampah berdasarkan kondisi

jalan serta alternatif alat angkut yang dapat digunakan :

Tabel 5.3.3.1 Pola Pengumpulan Sampah berdasarkan Kondisi Jalan dan Alat

Angkut yang dapat digunakan.

Pola pengumpulan sampah

Kondisi jalan Alat angkut

Individual langsung Lebar dan memadaiCompactor truck(CT), arm

roll truck(ART), dump truck(DT)

Individual tidak langsung Jalan sempit atau gangGerobak, CT, ART, DTKomunal langsung Jalan sempit atau gang

Komunal tidak langsung Jalan sempit atau gang

Penyapuan jalanJalan besar yang terstruktur dan mempunyai batas yang

jelas

Kendaraan penyapu jalan/ Street sweeper (SS)

Sumber: www.sanitasi.or.id

5.3.4. Pemindahan dan Pengangkutan

Elemen fungsional pemindahan dan pengangkutan mengacu pada sarana dan

fasilitas yang digunakan untuk mentransfer limbah dari satu lokasi ke lokasi lain,

biasanya ke lokasi yang jauh. Sampah yang berada di kendaraan pengumpul kecil akan

ditransfer ke kendaraan yang lebih besar yang digunakan untuk mengangkut limbah

dengan jarak yang jauh baik ke fasilitas pemulihan material (MRFs) atau tempat

pembuangan.

89

Page 94: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.4.1 Transfer dan Pengangkutan

Operasi transfer dan pengangkutan menjadi sebuah kebutuhan ketika jarak ke

pusat-pusat pengolahan yang tersedia atau tempat pembuangan meningkat sehingga

pengangkutan langsung tidak lagi layak secara ekonomis. Operasi transfer dan

pengangkutan juga menjadi kebutuhan ketika pusat pengolahan atau tempat

pembuangan berlokasi di daerah terpencil dan tidak dapat dicapai langsung melalui

jalan raya. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan operasi transfer

menjadi lebih atraktif dibandingkan dengan pengangkutan langsung :

Terjadinya pembuangan ilegal karena jarak angkut yang berlebihan.

Lokasi tempat pembuangan yang relatif jauh dari rute pengumpulan.

Penggunaan kendaraan pengumpul berkapasitas kecil.

Penggunaan sistem kontainer yang dapat diangkut berkapasitas kecil untuk

pengumpulan limbah dari sumber komersial.

Penggunaan sistem pengumpulan hidrolik atau pneumatik

90

Page 95: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.4.2 Transfer dan Pengangkutan

Stasiun transfer digunakan untuk menuntaskan transfer limbah padat dari

pengumpulan oleh kendaraan kecil untuk kemudian diangkut oleh peralatan

transportasi yang lebih besar. Tergantung pada metode yang digunakan untuk memuat

kendaraan transportasi, stasiun transfer dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis

umum, yaitu :

a. Direct-load

b. Storage-load

91

Page 96: Limbah padat Gresik

c. Combined direct-load and discharge-load

92

Page 97: Limbah padat Gresik

5.3.5 Metode dan Sarana Pengangkutan

Berikut ini merupakan spesifikasi alat angkut beserta kelebihan dan kekurangannya:

93

Page 98: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Gerobak Sampah

Gambar 5.3.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Dump Truck

94

Page 99: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Arm Roll Truck

Gambar 5.3.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Compactor Truck Sampah

95

Page 100: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.5.5 Kelebihan dan Kekurangan Truk Penyapu Jalan

5.3.6. Pembuangan dan Pemrosesan Akhir

a. Pemrosesan Akhir Sampah

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA

merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan

gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas

dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU no 18

Tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir didefinisikan sebagai pemrosesan

akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan

sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Selain itu di lokasi pemrosesan akhir

tidak hanya ada proses penimbunan sampah tetapi juga wajib terdapat 4 (empat)

aktivitas utama penanganan sampah di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009):

• Pemilahan sampah

• Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik)

96

Page 101: Limbah padat Gresik

• Pengomposan sampah hayati (organik)

• Pengurugan/penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi

pengurugan atau penimbunan (landfill)

Di Indonesia dikenal konsep controlled landfill sejak tahun 1990-an, yaitu

metode perbaikan open dumping sebelum mampu mengoperasikan pengurugan

sampah deangan sanitary landfill.

Perbedaan antara kedua metode tersebut terlihat pada tabel berikut

Tabel 5.3.6.1 Perbedaan controlled landfill dengan sanitary landfill

97

Page 102: Limbah padat Gresik

Landfill merupakan suatu kegiatan penimbunan sampah padat pada tanah.

Jika tanah memiliki muka air yang cukup dalam, tanah bisa digali, dan sampah bisa

ditimbun didalamnya. Metode ini kemudian dikembangkan menjadi sanitary landfill

yaitu penimbunan sampah dengan cara yang sehat dan tidak mencemari lingkungan.

Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan sampah secara sehat

dimana sampah dibuang di tempat yang rendah atau parit yang digali untuk

menampung sampah, lalu sampah ditimbun dengan tanah yang dilakukan lapis demi

lapis sedemikian rupa sehingga sampah tidak berada di alam terbuka

(Tchobanoglous, et al., 1993). Pada prinsipnya landfill dibutuhkan karena:

Pengurangan limbah di sumber, daur ulang atau minimasi limbah tidak

dapat menyingkirkan seluruh limbah

Pengolahan limbah biasanya menghasilkan residu yang harus ditangani

lebih lanjut

Kadangkala limbah sulit diuraikan secara biologis, sulit diolah secara

kimia, atau sulit untuk dibakar

Beberapa hal yang sangat diperhatikan dalam operasional sanitary landfill

adalah adanya pengendalian pencemaran yang mungkin timbul selama operasional

dari landfill seperti adanya pengendalian gas, pengolahan leachate dan tanah penutup

yang berfungsi mencegah hidupnya vector penyakit.

Berdasarkan peletakkan sampah di dalam sanitary landfill, maka klasifikasi

dari landfill dapat dibedakan menjadi :

a. Mengisi Lembah atau cekungan.

Metode ini biasa digunakan untuk penimbunan sampah yang dilakukan pada

daerah lembah, seperti tebing, jurang, cekungan kering, dan bekas galian. Metode ini

dikenal dengan depression method.Teknik peletakan dan pemadatan sampah

tergantung pada jenis material penutup yang tersedia, kondisi geologi dan hidrologi

lokasi, tipe fasilitas pengontrolan leachate dan gas yang digunakan, dan sarana

menuju lokasi.

b. Mengupas Lahan secara bertahap

98

Page 103: Limbah padat Gresik

Pengupasan membentuk parit-parit tempat penimbunan sampah dikenal

sebagai metode trench. Metode ini digunakan pada area yang memiliki muka air

tanah yang dalam. Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan bahan yang

biasanya terbuat dari membran sintetis, tanah liat dengan permeabilitas yang rendah

(low-permeability clay), atau kombinasi keduanya, untuk membatasi pergerakan

leachate dan gasnya.

c. Menimbun Sampah di atas lahan.

Untuk daerah yang datar, dengan muka air tanah tinggi, dilakukan dengan

cara menimbun sampah di atas lahan. Cara ini dikenal sebagai metode area. Sampah

dibuang menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap lapis dalam proses

pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan, dan ditutup dengan material

penutup setebal 15-30 cm. Luas area penyebaran bervariasi tergantung pada volume

timbulan sampah dan luas lahan yang tersedia.

99

Page 104: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.6.1 Klasifikasi Landfill Berdasarkan Metode Peletakkan Sampah

Beberapa penelitian dan perencanaan sanitary landfill melakukan berbagai

upaya inovasi untuk memperbaiki proses degradasi sampah di dalam landfill, antara

lain:

a. Landfill semi anaerobic, yang berfungsi untuk mempercepat proses degradasi

sampah dan mengurangi dampak negatif dari leachate dengan melakukan proses

100

Page 105: Limbah padat Gresik

resirkulasi leachate ke dalam tumpukan sampah. Leachate dianggap sebagai

nutrisi sebagai sumber makanan bagi mikoorganisme di dalam sampah.

b. Landfill aerobic, dengan menambahkan oksigen ke dalam tumpukan sampah di

sanitary landfill yang berfungsi mempercepat proses degradasi sampah sehingga

mendapatkan material stabil seperti kompos.

c. Reusable landfill atau landfill mining and reclamation. Definisi dari proses ini

adalah sebuah sistem pengolahan sampah yang berkesinambungan dengan

menggunakan metode Supply Ruang Penampungan Sampah. Proses ini sering

digunakan dalam revitalisasi TPA, dimana material yang dapat digali dari TPA

yang lama akan dimanfaatkan. Bekas galian TPA akan dirancang untuk menerima

sampah kembali dengan konsep sanitary landfill.

Gambar 5.3.6.2 Berbagai Inovasi Proses di dalam Landfill

101

Page 106: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.6.3 Berbagai Inovasi Proses di dalam Landfill

b. Metode Pengurugan

Metode pengurugan sampah berdasarkan kondisi topografi, sumber materi

penutup dan kedalaman air tanah dibedakan metode trench dan area.

1. Metode trench atau ditch

Metode ini diterapkan ditanah yang datar. Dilakukan penggalian tanah secara

berkala untuk membuat parit sedalam dua sampai 3 meter. Tanah disimpan untuk

dipakai sebagai bahan penutup. Sampah diletakan di di dalam parit, disebarkan,

dipadatkan dan ditutup dengan tanah.

102

Page 107: Limbah padat Gresik

Gambar 5.3.6.4 Pengurugan Metode Trench atau Ditch

2. Metode Area

Untuk area yang datar dimana parit tidak bisa dibuat, sampah disimpan

langsung diatas tanah asli smapai ketinggian beberapa meter. Tanah penutup bisa

diambil dari luar TPA atau diambil dari bagian atas tanah.

Gambar 5.3.6.5 Pengurugan Metode Area

103

Page 108: Limbah padat Gresik

3. Kombinasi kedua metode

Karena kedua cara ini sama dalam pengurugannya, maka keduanya dapat

dikombinasikan agar pemanfaatan tanah dan bahan penutup yang baik serta

meningkatkan kinerja operasi.

Gambar 5.3.6.6 Pengurugan Metode Kombinasi

c. Alternatif Sistem Pengolahan Sampah

Melihat komposisi sampah di Indonesia yang sebagian besar adalah sisa-sisa

makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah jenis ini akan cepat membusuk,

atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini. Pengomposan

merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang mudah

membusuk. Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik

sebagai humus dan bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak enak.

Sampah yang telah membusuk di sebuah timbunan sampah misalnya di landfill

sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca operasi.

Alasan utama utama kegagalan pengomposan selama ini adalah pemasaran.

Salah satu jenis pengolah sampah yang sering digunakan sebagai alternatif

penanganan sampah adalah insinerator. Saat ini teknologi insinerator dengan

penangkap panas (enersi) dikenal sebagai waste-toenergy. Khusus untuk sampah

kota, sebuah insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak

104

Page 109: Limbah padat Gresik

dibutuhkan subsidi enersi dari luar. Jadi sampah tersebut harus terbakar dengan

sendirinya

Tabel 5.3.6.2 Kelebihan dan kelemahan alternatif sistem pengolahan sampah

Proses pengomposan (composting) adalah proses dekomposisi yang dilakukan

oleh mikroorganisme terhadap bahan organik yang biodegradable, atau dikenal pula

sebagai biomas. Pengomposan dapat dipercepat dengan mengatur faktor-faktor yang

mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi yang optimum untuk proses

pengomposan. Secara umum, tujuan pengomposan adalah:

105

Page 110: Limbah padat Gresik

a. Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang secara

biologi bersifat stabil

b. Bila prosesnya pembuatannya secara aerob, maka proses ini akan membunuh

bakteri patogen, telur serangga, dan mikroorganisme lain yang tidak tahan

pada temperatur di atas temperatur normal

c. Menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah

Beberapa manfaat kompos dalam memperbaiki sifat tanah adalah:

a. Memperkaya bahan makanan untuk tanaman

b. Memperbesar daya ikat tanah berpasir

c. Memperbaiki struktur tanah berlempung

d. Mempertinggi kemampuan menyimpan air

e. Memperbaiki drainase dan porositas tanah

f. Menjaga suhu tanah agar stabil

g. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara

h. Dapat meningkatkan pengaruh pupuk buatan

Kompos kurang tepat bila disebut sebagai pupuk, walaupun dikenal pula

sebagai pupuk organik, karena zat hara yang dikandungnya akan tergantung pada

karakteristik bahan baku yang digunakan. Oleh karena sampah kota karakteristiknya

sangat heterogen dan fluktuatiif maka kualitasnya akan mengikuti karakteristik

sampah yang digunakan sebagai bahan kompos setiap saat. Klasifikasi pengomposan

antara lain dapat dikelompokkan atas dasar:

a. Ketersediaan oksigen:

Aerob bila dalam prosesnya menggunakan oksigen (udara)

Anaerob bila dalam prosesnya tidak memerlukan adanya oksigen

b. Kondisi suhu:

Suhu mesofilik: berlangsung pada suhu normal, biasanya proses

anaerob

Suhu termofilik: berlangsung di atas 40oC, terjadi pada kondisi aerob

c. Teknologi yang digunakan:

Pengomposan tradisional (alamiah) misalnya dengan cara windrow

106

Page 111: Limbah padat Gresik

Pengomposan dipercepat (high rate) yang bersasaran mengkondisikan dengan

rekayasa lingkungan proses yang mengoptimalkan kerja mikroorganisme,

seperti pengaturan pH, suplai udara, kelembaban, suhu, pencampuran, dsb.

Pengomposan aerobik lebih banyak dilakukan karena tidak menimbulkan bau,

waktu pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga

dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing, sehingga kompos yang dihasilkan

lebih higienis. Adapun perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada tabel 5.3.7.2

berikut ini. Proses pembuatan kompos adalah dekomposisi material organik limbah

padat (sampah) secara biologis, di bawah kontrol kondisi proses yang berlangsung.

Dalam produk akhir, materi organik belumlah dapat dikatakan stabil, namun dapat

disebut stabil secara biologis.

Tabel 5.3.6.3 Perbandingan pengomposan aerob dan anaerob

Karena pertimbangan di atas, maka biasanya proses pengomposan dilakukan

secara aerob. Secara umum, transformasi umum buangan aerob dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Input: Materi organik + O2 + nutrisi + bakteri

Materi organik belum terdegradasi + biomass sel bakteri + CO2 + H2O + NH3

+ panas

Bila materi organik adalah CaHbOcNd, bila sel biomas bakteri diabaikan, dan bila

materi orgnanik belum terdegradasi adalah CwHxOyNz , maka konsumsi reaksi yang

terjadi adalah :

107

Page 112: Limbah padat Gresik

CaHbOcNd + 0,5 (ny + 2s + r –c) O2 → n CwHxOyNz + s CO2 + r H2O + (d-nx) NH3ֿ

.............. (8.1)

Dengan : r = 0,5 [b – nx – 3(d – nx)]

s = a - nw

Bila terjadi reaksi sempurna, maka :

CaHbOcNd + 4 a+b−2c−3 d

4 O2 → aCO2 + (b - 3d)/2 + H2O + dNH3ֿ .....................

(8.2)

Bila proses berlangsung anaerob, misalnya dalam landfilling yang berlangsung secara

alamiah, maka transformasinya adalah :

CaHbOcNd → nCwHxOyHz + mCH4 + sCO2 + (d - nz)NH3 + rH2O ........ (8.3)

Dengan : s = a – nw – m

r = c – ny - 2s

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengomposan, antara lain :

a. Bahan yang dikomposkan: apakah mudah terurai atau sulit terurai, misalnya

makin banyak kandungan kayu atau bahan yang mengandung lignin, maka

akan makin sulit terurai

b. Mikroorganisme: mikroorganisme seperti bakteri, ragi, jamur yang sesuai

dengan bahan yang akan diuraikan akan dapat menguraikan bahan organik

c. Ukuran bahan yang dikomposkan : bila ukuran sampah makin kecil, akan

makin luas permukaan, sehingga makin baik kontak antara bakteri dan

materi organik, akibatnya akan makin cepat proses pembusukan. Namun

bila diameter terlalu kecil, kondisi bisa menjadi anaerob karena ruang

untuk udara mengecil. Diameter yang baik adalah antara (25-75) mm.

d. Kadar air (lihat Tabel 8.3):

Timbunan kompos harus selalu lembab, biasanya sekitar nilai 50-60%.

Nilai optimum adalah = 55%, kurang lebih selembab karet busa yang

diperas.

Adanya panas yang terbentuk, menyebabkan air menguap, sehingga

tumpukan menjadi kering.

108

Page 113: Limbah padat Gresik

Bila terlalu basah, maka pori-pori timbunan akan terisi air, dan oksdigen

berkurang sehingga proses menjadi anaerob. Biasanya pengadukan atau

pembalikan kompos pada proses konvensional akan mengembalikan

kondisi dalam timbunan menjadi normal kembali. Bulking agent, seperti

zeolit, dedak atau kompos matang, banyak digunakan untuk

mempertahankan kadar air agar tidak terlalu lembab.

Timbunan akan berasap bila panas mulai timbul. Pada saat itu bagian

tengah tumpukan dapat menjadi kering, dan proses pembusukan dapat

terganggu.

Untuk mengukur suhu secara mudah, tancapkan bambu ke tengah

tumpukan. Bila bambu basah dan hangat, serta tidak berbau busuk, maka

proses pengomposan berjalan dengan baik.

Kadang-kadang diperlukan penambahan air ke dalam timbunan setiap 4 –

5 hari sekali. Sebaliknya, untuk daerah yang mempunyai curah hujan yang

tinggi, maka timbunan kompos harus dilindungi dari hujan, misalnya

diberi tutup plastik atau terpal.

e. Ketersediaan oksigen:

Pada proses aerob selalu dibutuhkan adanya oksigen. Pada proses

konvensional, suplai oksigen dilakukan dengan pembalikan tumpukan

sampah. Pembalikan menyebabkan distribusi sampah dan mikroorganisme

akan lebih merata. Secara praktis, pembalikan biasanya dilakukan setiap 5

hari sekali.

Pada pengomposan tradisional, tersedianya oksigen akan dipengaruhi

tinggi tumpukan. Tinggi tumpukan sebaiknya 1,25 - 2 m.

Pada proses mekanis, suplai oksigen dilakukan secara mekanis, biasanya

dengan menarik udara yang berada dalam kompos, sehingga udara dari

luar yang kaya oksigen menggantikan udara yang ditarik keluar yang kaya

CO2. Untuk hasil yang optimum, diperlukan udara yang mengandung

lebih dari 50% oksigen.

f. Kandungan karbon dan nitrogen (lihat Tabel 8.3):

109

Page 114: Limbah padat Gresik

Karbon (C) adalah komponen utama penyusun bahan organik sebagai

sumber enersi, terdapat dalam bahan organik yang akan dikomposkan

seperti jerami, batang tebu, sampah kota, daun-daunan dsb.

Nitrogen (N) adalah komponen utama yang berasal dari protein, misalnya

dalam kotoran hewan, dan dibutuhkan dalam pembentukan sel bakteri.

Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai sumber

energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya digunakan

untuk pembentukan sel bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik

dalam bahan yang dikomposkan adalah 25-30 (satuan berat kering),

sedang C/N di akhir proses adalah 12 – 15. Pada rasio yang lebih rendah,

ammonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan terhambat, sedang

pada ratio yang lebih tinggi, nitrogen akan menjadi variabel pembatas.

Harga C/N tanah adalah 10 – 12, sehingga bahan-bahan yang mempunyai

harga C/N mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan.

Waktu pengomposan dapat direduksi dengan proses pencampuran dengan

bagian yang sudah terdekomposisi sampai (1-2)% menurut berat. Buangan

lumpur dapat juga ditambahkan dalam penyiapan sampah. Jika lumpur

ditambahkan, kadar air akhir merupakan variabel pengontrol.

g. Kondisi asam basa (pH):

pH memegang peranan penting dalam pengomposan. Pada awal

pengomposan, pH akan turun sampai 5, kemudian pH akan naik dan stabil

pada pH 7 - 8 sampai kompos matang.

Bila pH terlalu rendah, perlu penambahan kapur atau abu. Untuk

meminimalkan kehilanga nitrogen dalam bentuk gas ammonia, pH tidak

boleh melebihi 8,5.

h. Temperatur:

Suhu terbaik adalah 50º-55ºC, dan akan mencapai (55-60)ºC pada periode

aktif. Suhu rendah, menyebabkan pengomposan akan lama. Suhu tinggi

(60-70)ºC menyebabkan pecahnya telur insek, dan matinya bakteri-bakteri

patogen yang biasanya hidup pada temperatur mesofilik.

110

Page 115: Limbah padat Gresik

Pada pengomposan tradisional, bila tumpukan terlalu tinggi, terjadi

pemadatan bahan-bahan dan akan terjadi efek selimut. Hal ini akan

menaikkan temperatur menjadi sangat tinggi, dan oksigen menjadi

berkurang.

Tabel 5.3.6.4. Perbandingan C/N dan kadar air

i. Tingkat dekomposisi: dapat diperkirakan melalui pengukuran penurunan

suhu akhir, tingkat kapasitas panas, jumlah materi yang dapat

didekomposisi. Kenaikan potensial redoks, kebutuhan oksigen,

pertumbuhan jamur, dsb dapat digunakan juga sebagai indikator tingkat

dekomposisi.

Insinerator Skala Kota

Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat

(dalam hal ini sampah) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan yang

sulit terbakar, yaitu abu (bottom ash) dan debu (fly ash). Panas yang dihasilkan dari

proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi suatu materi menjadi

materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan air panas. Insinerasi

adalah metode pengolahan sampah dengan cara membakar sampah pada suatu tungku

pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan

kapasitas besar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar terus berkembang,

khususnya dengan banyaknya penolakan akan teknologi ini yang dianggap

bermasalah dalam sudut pencemaran udara. Salah satu kelebihan yang dikembangkan

terus dalam teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatan enersi, sehingga

nama insinerator cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal converter.

111

Page 116: Limbah padat Gresik

Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume sampah hingga

70%, namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi, dan

pemeliharaan yang cukup tinggi. Fasilitas pembakaran sampah dianjurkan hanya

digunakan untuk memusnahkan/membakar sampah yang tidak bisa didaur ulang,

ataupun tidak layak untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistem

pengendalian dan kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas-buang

sehingga dipastikan asap yang keluar dari tempat pembakaran sampah merupakan

asap/gas yang sudah netral. Abu yang dihasilkan dari proses pembakaran bisa

digunakan untuk bahan bangunan, dibuat bahan campuran kompos, atau dibuang ke

landfill. Sedangkan residu dari sampah yang tidak bisa dibakar seperti sisa logam bisa

didaur ulang. Insinerasi merupakan proses pengolahan buangan dengan cara

pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi sampah

yang tergolong mudah terbakar (combustible), yang sudah tidak dapat didaurulang

lagi. Sasaran insinerasi adalah untuk mereduksi massa dan volume buangan,

membunuh bakteri dan virus dan meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkan

penanganan limbah selanjutnya. Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat

domestik sampai 85-95 % dan pengurangan berat sampai 70-80 %.

Proses insinerasi berlangsung melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:

Mula-mula membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah

menjadi kering yang akan siap terbakar.

Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna,

dimana temperatur belum terlalu tinggi

Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna.

Agar terjadi proses yang optimal maka ada beberapa aspek yang harus

diperhatikan dalam menjalankan suatu insinerator, antara lain:

Aspek keterbakaran: menyangkut nilai kalor, kadar air, dan kadar abu dari

buangan padat, khususnya sampah.

Aspek keamanan: menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi logam

berat, dan operasional insinerator.

112

Page 117: Limbah padat Gresik

Aspek pencegahan pencemaran udara: menyangkut penanganan debu

terbang, gas toksik, dan uap metalik.

Terdapat 3 parameter utama dalam operasi insinerator yang harus

diperhatikan, yaitu 3-T (Temperature, Time dan Turbulence) :

Temperature (Suhu): Berkaitan dengan pasokan oksigen (melalui udara).

Udara yang dipasok akan menaikkan temperatur karena proses oksidasi

materi organik bersifat eksotermis. Temperatur ideal untuk sampah kota

tidak kurang dari 800 oC.

Time (waktu): Berkaitan dengan lamanya fasa gas yang harus terpapar

dengan panas yang telah ditentukan. Biasanya sekitar 2 detik pada fase

gas, sehingga terjadi pembakaran sempurna.

Turbulensi: Limbah harus kontak sempurna dengan oksigen. Insinerator

besar diatur dengan kisi-kisi atau tungku yang dapat bergerak, sedang

insinerator kecil (modular) tungkunya adalah statis.

Skema insinerator kapasitas besar untuk sampah kota umumnya terdiri atas

bagian-bagian sebagai berikut

Unit Penerima: perlu untuk menjaga kontinuitas suplai sampah.

Sistem Feeding/Penyuplai: agar instalasi terus bekerja secara kontinu

tanpa tenaga manusia.

Tungku pembakar: harus bisa mendorong dan membalik sampah.

Suplai udara: agar tetap memasok udara sehingga sistem dapat terbakar.

Pasokan udara dari bawah adalah suplai utama. Udara sekunder perlu

untuk membakar bagian-bagian gas yang tidak sempurna.

Kebutuhan udara: tergantung dari jenis limbah

Pembubuhan air: mendinginkan residu/abu dan gas yang akan keluar stack

agar tidak mencemari lingkungan.

Unit pemisah: memisahkan abu dari bahan padat yang lain.

APC (Air Pollution Control): terdapat beragam pencemaran yang akan

muncul, khususnya:

- Debu atau partikulat

113

Page 118: Limbah padat Gresik

- Air asam

- Gas yang belum sempurna terbakar: CO

- Gas-gas hasil pembakaran seperti CO2, NOx , SOx,

- Dioxin

- Panas

Setiap jenis pencemar, membutuhkan APC yang sesuai pula, sehingga bila

seluruh jenis pencemar ini ingin dihilangkan, maka akan dibutuhkan serangkaian

unit-unit APC yang sesuai. Pada insinerator modular yang sering digunakan di kota-

kota di Indonesia, dapat dikatakan sarana ini belum dilengkapi unit APC, paling tidak

untuk mengurangi partikel-partikel debu yang keluar.

Cerobong (stack): semakin tinggi akan semakin baik, terutama untuk daerah

sekitarnya, tetapi tidak berarti tidak mengotori udara. Dengan cerobong yang

tinggi maka terjadi pendinginan-pengenceran.

Dinding insinerator harus tahan panas, dan tidak menyalurkan panas keluar.

Nilai kalor sampah Indonesia mencapai 1.000 – 2.000 kkal/kg-kering. Dapat

dicapai proses insineras yang ekonomis bila sampah memiliki nilai kalor paling tidak

2.000 kkal/kg-kering, sehingga tidak dibutuhkan enersi tambahan dari luar.

Kebutuhan oksigen dan nilai kalor yang dikandungnya dapat dihitung berdasarkan

metode pendekatan kadar unsur sampah, misalnya dengan rumus kimia sampah

Indonesia dengan dominasi rata–rata kandungan sampah organik sekitar 60%,

sampah plastik 17%, dan sampah kertas 16% adalah C351,42H2.368,63O1.099,65N13,603S.

Di Indonesia, penggunaan insinerator skala kota baru dilaksanakan di

Surabaya. Namun karena permasalahan teknis yang sejak awal telah terjadi,

insinerator ini cendererung kurang berfungsi. Insinerator skala modular (skala kecil),

banyak dicoba di beberapa kota di Indonesia, walaupun ternyata mengalami beberapa

permasalahan, seperti mahalnya biaya operasi, timbulnya permasalahan lingkungan

yang terlihat nyata secara visual seperti asap dan bau.

d. Pembentukan Leachate

114

Page 119: Limbah padat Gresik

Sampah yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia

dan biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut

leachate. Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati sampah

yang telah mengekstrasi material terlarut/tersuspensi dari sampah tersebut

(Tchobanoglous, 1993). Leachate diproduksi ketika cairan melakukan kontak dengan

sampah yang terutama berasal dari buangan domestik, dimana hal tersebut tidak dapat

dihindari pada lahan pembuangan akhir. Leachate dihasilkan dari infiltrasi air hujan

ke dalam tumpukan sampah di TPA dan dari cairan yang terdapat di dalam sampah

itu sendiri. Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air leachate dapat

mencemari air bawah tanah dan air permukaan. Pada umumnya karakteristik leachate

adalah : cairan berwarna coklat, mempunyai kandungan organik (BOD,COD) tinggi,

kandungan logam berat biasanya juga tinggi dan berbau septik. Komposisi zat kimia

dari leachate berubah-ubah tergantung pada beberapa hal antara lain :

Karakteristik dan Komposisi sampah

Secara alami, fraksi organik sampah dipengaruhi oleh degradasi

sampah dalam landfill dan juga kualitas leachate yang diproduksi. Hadirnya

zat-zat beracun bagi bakteri akan memperlambat proses degradasi.

Jenis tanah penutup landfill

Porositas tanah penutup landfill akan mempengaruhi banyak tidaknya

air hujan yang masuk ke dalamnya yang nantinya juga akan mempengaruhi

jumlah leachate yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus

bagi tanah penutup harian maupun tanah penutup akhir.

Musim

Pergantian musim akan memberikan dampak yang berbeda pada jumlah

produksi leachate dan juga konsentrasinya. Pada musim penghujan jumlah

leachate yang dihasilkan umumnya akan lebih besar namun memiliki

konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan pada saat musim kemarau karena

air hujan yang masuk ke dalam landfill akan berperan sebagai pengencer.

pH dan kelembaban

Nilai pH akan mempengaruhi proses kimia yang merupakan basis dari transfer

115

Page 120: Limbah padat Gresik

massa dalam sistem leachate sampah.

Umur Timbunan (Usia landfill)

Usia landfill dapat tercermin dari variasi komposisi leachate dan jumlah

polutan yang terkandung. Umur landfill berpengaruh penentuan karakteristik

leachate yang akan diatur oleh tipe proses stabilisasi.

Berdasarkan karakteristik dari leachate, pengolahan sangat diperlukan

sebelum leachate dibuang ke badan air. Pengolahan terutama bertujuan untuk

mengurangi kandungan bahan organik di dalam leachate, mengurangi kandungan

nutrient seperti NH4 dan kandungan logam berat yang diperkirakan ikut larut didalam

leachate.

Pengolahan leachate bisanya merupakan kombinasi baik pengolahan fisik,

kimia dan biologis. Pengolahan leachate merupakan salah satu dari penanganan

effluen leachate yang dapat dilakukan. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan antara

lain:

Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran

leachate tidak menuju air tanah

Mengisolasi lahan urug landfill sehingga air eksternal tidak masuk dan

leachatenya tidak keluar

Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan yang baik untuk

menetralisir cemaran

Mengembalikan (resirkulasi) leachate ke arah timbunan sampah

Mengalirkan leachate menuju pengolahan air buangan domestic

Mengolah leachate dengan unit pengolahan sendiri.

116

Page 121: Limbah padat Gresik

\

Gambar 5.3.6.5 Sistem Penyaluran Leachate dengan Pipa (Atas) dan Gambar Detail

Pipa (Bawah)

Pengolahan leachate merupakan pengolahan kombinasi antara fisik-kimia dan

biologi. Pengolahan fisik bertujuan mengurangi zat padat baik tersuspensi maupun

terlarut di dalam leachate. Pengolahan ini biasanya digabungkan dengan pengolahan

kimia dan biologis. Pengolahan secara kimiawi bertujuan mengurangi kandungan ion-

ion di dalam leachate dan proses koagulasi dan flokulasi untuk mengurangi

kandungan zat padat tersuspensi di dalam leachate. Proses pengolahan biologis

tertutama gabungan dari pengolahan anerobik dan aerobik bertujuan mengurangi

kandungan bahan organic di dalam leachate. Alternatif sistem pengolahan yang dapat

digunakan untuk mengolah leachate adalah sebagai berikut (Hermana, 2007):

1. Pengolahan dengan Proses Biologis

117

Page 122: Limbah padat Gresik

a. Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang

memadai, dengan alternatif kombinasi sebagai berikut:

Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1)

Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan land treatment / Wetland

(alternatif 2)

b. Kombinasi Proses Pengolahan Anaerobik – Aerobik, untuk lokasi dengan

ketersediaan lahan yang lebih terbatas, yaitu kombinasi antara Anaerobic

Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3)

2. Pengolahan dengan Proses Fisika-Kimia

Pengolahan ini tepat digunakan apabila dikehendaki kualitas efluen leachate

yang lebih baik sehingga dapat digunakan untuk proses penyiraman atau pembersihan

peralatan dalam lokasi TPA atau dibuang ke badan air Kelas II (PP No. 82 Tahun

2001). Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR

(alternatif 4)

Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II

(alternatif 5)

d. Persyaratan Lokasi TPA

Pemilihan lokasi TPA sampah perkotaan harus sesuai dengan ketentuan yang

ada (SNI 03-3241- 1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA)

Jenis dan Fungsi Sarana TPA

Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi

dengan prasarana dan sarana yang meliputi:

a. Prasarana Jalan

Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian

TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan

pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi. Konstruksi jalan

TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga dikenal

jalan TPA dengan konstruksi: hotmix, beton, aspal, perkerasan situ, atau kayu.

Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan:

118

Page 123: Limbah padat Gresik

Jalan masuk/akses, yang menghubungkan TPA dengan jalan

umumyang telah tersedia dengan spesifikasi jalan, termasuk jembatan, sesuai

dengan tonnase beban kendaraan;

Jalan penghubung, yang menghubungkan antara satu bagian dengan

bagian lain dalam wilayah TPA;

Jalan operasi/kerja, yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut

menuju titik pembongkaran sampah (working face).

Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas

biasanya jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan

kerja/operasi.

b. Prasarana Drainase

Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air

hujan dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan

sampah. Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit

leachate yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke

timbunan sampah akan semakin kecil pula debit leachate yang dihasilkan

yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya.

Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran

limpasan air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan

sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau

zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase

TPA juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang

jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup

harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.

c. Fasilitas Penerimaan

Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan

sampah yang datang, penimbangan, pencatatan data, dan pengaturan

kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos

pengendali dan pencatatan sampah di pintu masuk TPA. Pada TPA besar

dimana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan

119

Page 124: Limbah padat Gresik

penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan.

Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan pos tersebut sekaligus

sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat

dijalankan.

d. Lapisan Kedap Air

Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air leachate

yang mengalir ke dasar TPA dan/atau kolam pengolahan leachate ke dalam

lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dipasang di seluruh

permukaan dalam TPA dan/atau kolam pengolahan leachate, baik dasar

maupun dinding. Bila tersedia di tempat, tanah lempung (k < 10-7 ) setebal +

50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap air. Namun bila

tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya dengan

konsekuensi biaya yang relatif tinggi.

e. Fasilitas Pengamanan Gas

Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida

(CO2), dan metan(CH4) dengan komposisi hampir sama; disamping gas-gas

lain yang sangat sedikit jumlahnya seperti hidrogen sulfida (H2S), dan

ammonia (NH3). Kedua gas karbon dioksida (CO2), dan metan (CH4)

memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan;

karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan

lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas

dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu

diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang

porous atau banyak memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah

lepas ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara pembakaran

sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global.

f. Fasilitas Pengamanan Leachate

Leachate merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang

melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan

pencemar khususnya zat organik sangat tinggi. Leachate sangat berpotensi

120

Page 125: Limbah padat Gresik

menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun permukaan sehingga

perlu ditangani dengan baik.

g. Bahan Penutup

Salah satu yang membedakan antara sanitary landfill dan open

dumping adalah penggunaaan bahan penutup untuk memisahkan sampah dari

lingkungan luar pada setiap akhir hari kerja. Penutupan setiap hari sangat

penting untuk keberhasilan sanitary landfill karena mempunyai kinerja

sebagai berikut :

Menghindari gangguan lalat,binatang pengerat seperti tikus.

Mencegah kebakaran dan asap

Mengurangi bau

Mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam sampah

Mengarahkan gas menuju ventilasi keluar dari sanitary landfill

h. Alat Berat

Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer,

excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik

yang berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi

perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian.

Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam

perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik

tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk

TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator, sementara

TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut.

i. Penghijauan

Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud

diantaranya adalah:

peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan

bau dan lalat yang berlebihan. Untuk itu perencancaan daerah penghijauan

ini perlu mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat di

sekitarnya (permukiman, jalan raya, dll).

121

Page 126: Limbah padat Gresik

Luas lahan yang dibutuhkan untuk penghijauan serta fasilitas penunjang

(kantor, bengkel, garasi, dll) adalah 40% dari total lahan TPA.

j. Fasilitas Penunjang

Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu

pengoperasian TPA yang baik diantaranya: pemadam kebakaran,

kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain lain.

e. Pemilihan Lokasi Sanitary Landfill

Pemilihan lokasi penimbunan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai

berikut:

Kondisi geologi dan geohidrologi : kondisi geologi formasi batu pasir,

batu gamping atau dolomit berongga tidak sesuai untuk landfill. Juga

daerah potensi gempa, zona vulkanik. Kondisi yang layak: sedimen

berbutir sangat halus, mis. batu liat, batuan beku, batuan malihan yang

kedap (k < 10 –7 cm/det) Kondisigeohidrologi: sistem aliran air tanah

dischare lebih baik dari recharge. Keputusan Bapedal No.

04/Bapedal/09/1995 _ jarak landfill dengan lapisan akuifer paling dekat 4

m dan dengan badan air paling dekat 500 m. Berjarak 300 m dari landasan

lapangan terbang. Kondisi curah hujan kecil, terutama daerah kering

dengan kecepatan angi rendah dan berarah dominan tidak menuju

pemukiman

Topografi : Tidak boleh pada bukit dengan lereng tidak stabil, daerah

berair, lembah-lembah yang rendah dan dekat dengan air permukaan dan

lahan dengan kemiringan alami > 20%

Kemudahan operasi

Aspek lingkungan lainnya.

Penentuan lokasi TPA ini dibagi atas beberapa tahapan yaitu :

1. tahap regional

2. tahap penyisihan

3. tahap penetapan

122

Page 127: Limbah padat Gresik

Pemilihan ini juga sudah ditetapkan dalam SNI 03-3241-1994 tentang Tata

Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah.

f. Metode Pembuangan

Metode pembuangan akhir sampah pada dasarnya harus memenuhi prinsip

teknis berwawasan lingkungan sebagai berikut :

a. Di kota besar dan metropolian direncanakan sesuai metode lahan urug

saniter (sanitary landfill) sedangkan kota sedang dan kecil minimal harus

direncanakan metode lahan urug terkendali (controlled landfill).

b. Harus ada pengendalian leahcate, yang terbentuk dari proses dekomposisi

sampah agar tidak mencemari tanah, air tanah maupun badan air yang ada.

c. Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar tidak

mencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap dan

menyebabkan efek rumah kaca.

d. Harus ada pengendalian vektor penyakit.

123

Page 128: Limbah padat Gresik

BAB 6

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU

6.1. ASPEK INSTITUSI

Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 dikatakan bahwa dalam

pengurangan dan penanganan sampah pemerintah daerah dapat membentuk lembaga

pengelola sampah. Dengan demikian, dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah

sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam hal kebersihan dan persampahan.

Selama ini pelayanan persampahan ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Bidang

Kebersihan Lingkungan. Pelayananannya meliputi pengumpulan, pengangkutan dari TPS ke

TPA serta pengolahan sampah di TPA.

Gambar 6.1.1. Bagan Kelembagaan Penanganan Sampah Kabupaten Gresik

124

Pimpinan: Kepala Dinas

Sub Bagian Tata Usaha : Kepala Sub Bagian

Kepegawaian

Keuangan

Perlengkapan dan Umum

Seksi Perencanaan dan Pengendalian: Kepala

Seksi

Sub seksi Perencanaan Teknis

Sub Seksi Pengendalian dan

Laporan

Seksi Penanggulangan Kebersihan: Kepala

Seksi

Sub seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan

Sub seksi Penanggulangan air

kotor

Seksi Pertamanan: Kepala Seksi

Sub seksi Pembibitan dan Penghijauan

Sub seksi Pembangunan dan

Pemeliharaan

Sub seksi Pemakaman

Page 129: Limbah padat Gresik

Kelembagaan yang mengatur penanganan sampah Kab Gresik sudah cukup baik.

Namun, ada baiknya ditambahkan Sub Seksi Penyuluhan di Seksi Penanggulangan

Kebersihan untuk mengatur, mengkoordinasi, dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif

dalam menanggulangi masalah persampahan di Kabupaten Gresik dengan :

• Mengurangi sampah yang dihasilkan

• Memilah sampah organik dan anorganik

• Mengolah sampah dengan pengomposan

• Mendaur ulang

• Tidak membuang sampah sembarangan

6.2. ASPEK TEKNIK OPERASIONAL

Tabel 6.2.1 Perencanaan Pengelolaan Sampah Kabupaten Gresik

Tahun Peningkatan Daerah Pelayanan

Penanganan di Sumber dengan komposting (%)

Pewadahan

Pengangkutan (peningkatan unit alat angkut)

TPS dengan memilah sampah anorganik untuk mendaur ulang (%)

UPS dengan komposting (%)

TPA

Peningkatan komposting (%)

lahan

2014 80 % 10 Peningkatan kesadaran untuk memilah sampah organik dan anorganik

23 -kertas : 30- plastic: 30- logam: 50-kaca: 40

35 15 Penggunaan lahan TPA baru seluas 21 ha

2019 85 % 13 27 -kertas : 40- plastic: 40- logam: 60-kaca: 50

35 18

2024 90 % 15 31 -kertas : 50- plastic: 50- logam: 70-kaca: 60

38 19

2029 95 % 17 36 -kertas : 60- plastic: 60- logam: 75-kaca: 70

40 21

125

Page 130: Limbah padat Gresik

2034 100 % 20 41 -kertas : 70- plastic: 70- logam: 85-kaca: 80

42 22

2039 100 % 23 44 -kertas : 80- plastic: 80- logam: 90-kaca: 85

44 23

6.2.1. Penanganan di Sumber

Konsep utama yang diterapkan untuk pelayanan sampah di Kabupaten ini

adalah reduksi sampah sebelum masuk ke landfill, baik di sumber, TPS/UPS, dan

TPA sehingga mengurangi beban operasional pengelolaan sampah mulai dari sumber

hingga TPA serta untuk mengurangi biaya.

Partisipasi masyarakat dengan melakukan kompos di tempat tinggalnya

ataupun hanya memisahkan sampah organik dan anorganik akan sangat berpengaruh

pada tingkat komposting baik di sumber, TPS/UPS, maupun TPA. Pemisahan sampah

organic dan anorganik ini akan memudahkan pengambilan material daur ulang dan

material organic untuk dijadikan kompos di UPS maupun TPA.

Selain itu, peran dari pemerintah ataupun upaya masyarakat sendiri, seperti

dibentuknya usaha Bank Sampah, dimana masyarakat sekitar dapat mengantarkan

sampahnya ke lokasi tersebut untuk didaur ulang dan kemudian mendapatkan uang

dari sampah yang ia berikan. Tentunya, hal ini akan meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk semakin berpartisipasi dalam menangani sampah yang ia hasilkan.

6.2.2. Pewadahan

Pewadahan yang mengacu pada SNI 19-2454-2002, tetang Tata Cara Teknik

Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan dengan besar timbulan sampah sebesar 3

liter/orang/hari, adalah sbb:

Tabel 6.2.2 Pewadahan Sampah Kabupaten Gresik

No.

Sumber sampah

Wadah KapasitasUmur wadah

Lokasi Keterangan

1. Rumah Kantong 10-40 liter 2 – 3 Di dalam Setiap rumah tangga

126

Page 131: Limbah padat Gresik

tangga

plastic harirumah / tepi

jalandiharapkan memiliki 2 buah wadah untuk memisahkan sampah

organik dan anorganik.

Tong 40 liter2-3

tahun

Di dalam rumah / tepi

jalan

2.

Gedung tinggi/

apartemen

Container 500 liter2-3

tahunDi dasar gedung

Setiap gedung / apartemen diharapkan

memiliki 2 buah wadah untuk

memisahkan sampah organik dan anorganik.

3.Instansi

(sekolah, lembaga)

Tong 140 liter2-3

tahun

Di halaman belakang atau luar bangunan

Setiap bangunan diharapkan memiliki 2 buah wadah untuk memisahkan sampah

organik dan anorganik.

kontainer 500 liter2-3

tahun

Di halaman belakang bangunan

4.Fasilitas umum

Tong 30-40 liter2-3

tahun

Di taman umum, di

jalan

Menggunakan 2 buah wadah untuk

memisahkan sampah organik dan anorganik.

1. Pewadahan Sampah Rumah Tangga

Sampah rumah tangga dimasukkan kedalam tempat sampah yang

tertutup, khususnya untuk sampah dari sisa - sisa makanan karena akan

cepat membusuk dan dapat menimbulkan bau serta dapat mengundang lalat

dan menjadi media perkembangan.

Pewadahan pada pola pengumpulan individual (langsung/tidak

langsung), kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah untuk 3 hari

(+ 40 - 60 liter), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan dan

perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh orang dewasa

sendirian (dirumah atau petugas kebersihan) serta efisiensi pengumputan

(pengumpulan dilakukan 2-3 hari sekali secara reguler). Bila tempat sampah

menggunakan kantong plastik bekas, ukuran dapat bervariasi, kecuali dibuat

standar.

127

Page 132: Limbah padat Gresik

2. Pewadahan Sampah Gedung tinggi/Apartemen

Untuk sampah gedung tinggi/apartemen, setiap gedung/apartemen

diharapkan sudah memiliki 2 buah wadah untuk memisahkan sampah

organik dan organik. Wadah yang disediakan berupa container dengan

kapasitas 500 liter. Kontainer tersebut diletakkan di basement atau service

area dengan umur pakai kontainer berkisar antara 2 hingga 3 tahun. Untuk

pewadahan sampah diperkantoran, kapasitas penyimpangan sampah dapat

diperhitungkan untuk menampung sampah sampai 1 minggu. Untuk jumlah

sampah yang besar, pemakaian bin atau container besar dapat

dipertimbangkan dan harus memperhatikan peralatan pengumpulan yang

digunakan. Bila jumlah sampah mencapai 6-10 m3 perhari atau setelah 1

minggu, dianjurkan untuk menggunakan container dari Arm roll truck.

3. Pewadahan Sampah Instansi (sekolah, lembaga),

Untuk sampah instasi (sekolah, lembaga), setiap bangunan diharapkan

sudah memiliki 2 buah wadah untuk memisahkan sampah organik dan

organik. Wadah yang disediakan berupa tong sampah dengan kapasitas 140

liter seta container dengan kapasitas 500 liter. Kontainer tersebut diletakkan

di halaman belakang bangunan dengan umur pakai kontainer berkisar

antara 2 hingga 3 tahun.

4. Pewadahan Sampah fasilitas umum

Untuk sampah dari fasilitas umum pasar setiap harinya berjumlah besar

dan cepat membusuk, oleh karena itu dianjurkan memakai tempat sampah

komunal dari container arm roll, sedangkan masing - masing toko atau kios

dapat menggunakan kantong plastik, bin plastik atau keranjang dengan

kapasitas 50-120 liter tergantung dengan jumlah sampah yang diproduksi

setiap harinya.

5. Pewadahan Sampah Bagi Pejalan Kaki

Disepanjang daerah pertokoan atau taman dan tempat - tempat umum

dapat dilakukan dengan menempatkan bin-bin sampah plastik. Sampah dari

128

Page 133: Limbah padat Gresik

pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus makanan atau lainnya

yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat sampah berkisar 50 - 120

liter.

6.2.3. Pengangkutan

Berikut adalah spesifikasi alat angkut yang digunakan dalam pemindahan

sampah dari sumber ke TPS/UPS atau dari TPS/UPS ke TPA, dan kontainer alat

angkut tersebut diusahakan terpisah, untuk sampah organic dan anorganik, yaitu sbb:

Gambar 6.2.1 Gerobak 3R

129

Page 134: Limbah padat Gresik

Gambar 6.2.2 Dump Truck 3R

Gambar 6.2.3 Arm Roll Truck

130

Page 135: Limbah padat Gresik

Gambar 6.2.4 Street Sweeper

Berdasarkan SNI 19-2454-2002, tentang Tata Cara Teknik Operasional

Pengelolaan Sampah Perkotaan, pola pengumpulan sampah yang diterapkan adalah

sbb:

1. Untuk daerah pemukiman

Dilakukan dengan sistem individual langsung

Gambar 6.2.5 Skema Pola Pengumpulan Sampah Pemukiman dengan Sistem

Individual Langsung

a. Truk pengangkut sampah berangkat dari pool menuju titik sumber sampah

pertama

b. Truk mengambil sampah pada titik sumber sampah selanjutnya hingga truk

penuh sesuai dengan kapasitasnya.

c. Selanjutnya, truk akan menuju TPS/UPS/TPA.

131

timbulan sampah plastik/tong

dump truck/arm roll truck

TPS TPA

Page 136: Limbah padat Gresik

d. Setelah pengosongan isi truk di TPS/UPS/TPA, truk menuju ke lokasi

sumber sampah berikutnya hingga ritasi yang ditetapkan

2. Untuk sistem pemindahan sampah dari TPS ke TPA atau sebaliknya dan dengan

sistem kontainer tetap

Gambar 6.2.6 Diagram Sistem Pemindahan Sampah dengan Sistem Kontainer

Tetap

a. Truk pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi-lokasi

transfer hingga terisi penuh untuk mengangkut sampah ke TPA

b. Dari TPA, kendaraan tersebut akan kembali ke lokasi transfer untuk

pengambilan pada rit berikutnya.

c. Setelah selesai mentransfer dari lokasi dan truk sudah kosong, maka akan

kembali ke pool kendaraan

Jam kerja

Pagi : Pukul 05.00-12.00 WIB

Siang : Pukul 12.00-18.00 WIB

Proses pengangkutan sampah ini menggunakan sistem kontainer tetap, yaitu sebagai

berikut:

132

Pool kendaraan

TPS/depo

TPA

Page 137: Limbah padat Gresik

Tabel 6.2.3 Proses Pengangkutan Sampah dan Proyeksi kebutuhan Alat Transportasi

tahuntimbulan (m3/hari

)alat angkut

jumlah (unit)

kapasitas (m3)

jumlah trip tiap

kendaraan (trip/hari)

faktor pemadatan

jumlah sampah

yang terangkut

volume yang dapat

ditampung (m3/hari)

2014 787dump truck 12 6 3 2 432

828arm roll 11 6 3 2 396

2019 932dump truck 14 6 3 2 504

972arm roll 13 6 3 2 468

2024 1088dump truck 16 6 3 2 576

1116arm roll 15 6 3 2 540

2029 1256dump truck 18 6 3 2 648

1296arm roll 18 6 3 2 648

2034 1435dump truck 21 6 3 2 756

1476arm roll 20 6 3 2 720

2039 1548dump truck 22 6 3 2 792

1584arm roll 22 6 3 2 792

Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 6.2.4 Proyeksi kebutuhan Jumlah Pekerja

tahun alat angkut

jumlah

(unit)

supir/mobil

crew/mobil

jumlah pekerj

a

total pekerj

a

2014dump truck 12 1 2 36

69arm roll 11 1 2 33

2019dump truck 14 1 2 42

81arm roll 13 1 2 39

2024dump truck 16 1 2 48

93arm roll 15 1 2 45

2029dump truck 18 1 2 54

108arm roll 18 1 2 54

2034dump truck 21 1 2 63

123arm roll 20 1 2 60

2039dump truck 22 1 2 66

132arm roll 22 1 2 66

Sumber: Perhitungan Penulis

133

Page 138: Limbah padat Gresik

3. Pengangkutan hasil pemilahan

Pengangkutan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi dilakukan sesuai

jadwal yang telah disepakati.

Jam kerja

- Pagi : Pukul 05.00-12.00 WIB

- Siang : Pukul 12.00-18.00 WIB

4. Pengangkutan hasil pemilahan

Pengangkutan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi dilakukan sesuai

jadwal yang telah disepakati.

6.2.4. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Dengan bertambahnya penduduk dan peningkatan pelayanan untuk

masyarakat Kabupaten Gresik, maka salah satu sarana yang perlu ditambah adalah

TPS.Di TPS.Berikut ini adalah kebutuhan TPS untuk daerah pelayanan kab. Gresik:

o Kebutuhan TPS 2014 =

total sampahtahun 2014( m3hari )

kapasitasTPS=

786,826m 3hari

6 m 3=131,1 buah

Sehingga, TPS yang dibutuhkan untuk tahun 2014 adalah 132 buaho Kebutuhan TPS 2019 =

total sampahtahun 2019( m3hari )

kapasitasTPS=

931,983m3hari

6 m3=155,3 buah

Sehingga, TPS yang dibutuhkan untuk tahun 2014 adalah 156 buaho Kebutuhan TPS 2024 =

total sampahtahun 2024( m3hari )

kapasitasTPS=

1088,431m3hari

6m 3=181.3 buah

Sehingga, TPS yang dibutuhkan untuk tahun 2014 adalah 182 buaho Kebutuhan TPS 2029 =

total sampahtahun 2014( m3hari )

kapasitasTPS=

1256,172m3hari

6m 3=209,3 buah

Sehingga, TPS yang dibutuhkan untuk tahun 2014 adalah 210 buah

134

Page 139: Limbah padat Gresik

o Kebutuhan TPS 2034 =

total sampahtahun 2014( m3hari )

kapasitasTPS=

1435,204m3hari

6 m3=239,2buah

Sehingga, TPS yang dibutuhkan untuk tahun 2014 adalah 240 buaho Kebutuhan TPS 2039 =

total sampahtahun 2014( m3hari )

kapasitasTPS=

1548,121m3hari

6m 3=258 bu ah

Sehingga, TPS yang dibutuhkan untuk tahun 2014 adalah 258 buah

6.2.5 Unit Pengolahan Sampah (UPS)

Dari TPS, sampah organic akan dibawa ke UPS untuk diolah menjadi kompos

untuk mengurangi jumlah sampah yang harus ditampung di TPA.

Komposting yang diterapkan merupakan proses aerobik dengan tahapan

pemilahan sampah organik dan anorganik, pencacahan sampah organik, penyusunan

tumpukan, pembalikan tumpukan, penyiraman tumpukan, pematangan, pengeringan,

penggilingan/ pengayakan, dan pengemasan/ penyimpanan.

1. Pemilahan sampah organik dan anorganik

Sebelum pembuatan kompos, perlu dilakukan pemisahan sampah organic dan

anorganik, karena hanya organik saja yang dapat dikomposkan seperti sisa

makanan, sayuran, dan buah-buahan.

2. Pencacahan sampah organik

Untuk mempercepat proses pembusukan, sampah organik telah terkumpul

dicacah hingga ukuran 3 – 4 cm dan menggunakan mesin pencacah sampah

organik. Proses pencacahan hingga penyiraman akan berlangsung sekitar 30 -

40 hari.

3. Penyusunan tumpukan

135

Page 140: Limbah padat Gresik

Hasil dari pencacahan akan ditumpuk dengan tinggi 1,5 m, lebar 1,75 m, dan

panjang 2 m. Pada penumpukan inilah terjadi proses fermentasi oleh mikroba

4. Pembalikan dan penyiraman tumpukan

Pembalikan dilakukan agar panas yang berlebih keluar dari tumpukan dan udara

segar dapat masuk kedalamnya, meratakan pemberian air dan membantu

penghancuran sampah. Selain itu juga dilakukan penyiraman untuk

mempertahankan kelembaban minimal yaitu 50 % dan menjaga suhu tumpukan

antara 400C - 500C.

5. Pematangan

Pematangan kompos ditandai dengan lapuknya tumpukan (berwarna coklat tua

kehitaman) dan berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.

6. Pengeringan

Tumpukan yang sudah matang akan dibongkar untuk dikeringkan selama

kurang lebih 1 minggu hingga kadar air antara 20% - 25%.

7. Penggilingan dan pengayakan

Penggilingan dilakukan hanya untuk kompos yang sudah kering. Oleh karena

itu, sebelum dilakukan penggilingan, kompos yang sudah kering dipisahkan dari

bahan yang belum terkompos sempurna akan dikembalikan ke tumpukan dan

bahan yang tidak dapat terkomposkan akan dibuang. Penggilingan dilakukan

hingga mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan ( < 0,5 cm)

8. Pengemasan

Pengemasan merupakan proses terakhir dimana kompos akan dimasukkan ke

dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.

6.2.6 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Saat ini, TPA yang masih beroprasi di Kabupaten Gresik adalah TPA Ngipik

yang mulai beroperasi sejak Maret 2003 dengan umur rencana masa pakai 10 tahun.

Pada tahun 2010, luas lahan yang terpakai sekitar 80 % dengan tinggi timbunan 4 m.

Menurut hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)

Pemkab Gresik, kapasitas TPA Ngipik hanya 570 m3/hari, sedangkan timbulan

136

Page 141: Limbah padat Gresik

sampah yang masuk ke TPA Ngipik hampir mencampai 650 m3/hari. Dengan umur

rencana masa pakai yang hanya 10 tahun, dapat disimpulkan bahwa TPA Ngipik

hanya dapat beroperasi hingga tahun 2013, sehingga pada tahun 2014 harus sudah

dibangun TPA baru untuk dapat menampung timbulan sampah yang dihasilkan oleh 3

kecamatan di Kabupaten gresik yaitu Kecamatan Gresik, Manyar ,dan Kebomas.

Rencananya akan dibangun 1 TPA yang berlokasi di Kecamatan Manyar

dengan sistem Sanitary landfill. Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa

pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan

perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai

dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota / lingkungan, peraturan

daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta

peraturan-peraturan pelaksanaannya. Pemilihan lokasi sebagai tempat peletakan TPA

harus berdasarkan SNI nomor 03-3241-1994.

Di landfill ini akan dilengkapi dengan area kelengkapan (kantor, bengkel, unit

komposting, dan pengolahan lindi) sebesar 30% dari luas keseluruhan TPA dan lahan

urug sebesar 70% dari luas keseluruhan TPA.

Berikut adalah tata letak TPA yang direncanakan.

Gambar 6.2.7 Perencanaan TPA

137

Page 142: Limbah padat Gresik

Dengan dilakukannya penanganan sampah sebelum masuk ke lahan urug,

maka diperkirakan volume sampah yang masuk ke lahan urug setiap hari adalah sbb:

138

Page 143: Limbah padat Gresik

Tabel 6.2.6 Grafik Proyeksi Timbulan Sampah yang Masuk ke Fasilitas Landfilling

Periode Layanan

Total Timbulan Limbah (L/hari)

Timbulan Limbah

Berdasarkan Tingkat

Pelayanan (L/hari)

Komposisi Sampah

%

Timbulan Limbah

per Komposisi

(L/hari)

Timbulan Limbah

per Komposisi (m3/hari)

% Recycle

di sumber

dan TPS

% komposting di sumber

% komposting

di TPS

% komposting

di TPA

Total % Komposting

Timbulan Limbah setelah

direduksi (m3/hari)

2014 983532 786826

Sampah Organik 43.16% 339594 340 10% 35% 15% 60% 136

Kertas 12.09% 95127 95 30% 67

Plastik 9.87% 77660 78 30% 54

Logam 0.67% 5272 5 50% 3

Kaca 2.83% 22267 22 40% 13

Tekstil 2.42% 19041 19 19

Kayu 6.08% 47839 48 48Sapuan Jalan 15.79% 124240 124 60% 50

Dll 7.09% 55786 56 56

TOTAL 445

2019 1096450 931983

Sampah Organik 43.16% 402244 402 13% 35% 18% 66% 137

Kertas 12.09% 112677 113 40% 68

Plastik 9.87% 91987 92 40% 55

Logam 0.67% 6244 6 60% 2

Kaca 2.83% 26375 26 50% 13

Tekstil 2.42% 22554 23 23

Kayu 6.08% 56665 57 57

Sapuan 15.79% 147160 147 66% 50

135

Page 144: Limbah padat Gresik

Jalan

Dll 7.09% 66078 66 66

TOTAL 471

2024 1209368 1088431

Sampah Organik 43.16% 469767 470 15% 38% 19% 72% 132

Kertas 12.09% 131591 132 50% 66

Plastik 9.87% 107428 107 50% 54

Logam 0.67% 7292 7 70% 2

Kaca 2.83% 30803 31 60% 12

Tekstil 2.42% 26340 26 26

Kayu 6.08% 66177 66 66Sapuan Jalan 15.79% 171863 172 72% 48

Dll 7.09% 77170 77 77

TOTAL 483

2029 1322286 1256172

Sampah Organik 43.16% 542164 17% 40% 21% 78% 119

Kertas 12.09% 151871 60% 61

Plastik 9.87% 123984 60% 50

Logam 0.67% 8416 75% 2

Kaca 2.83% 35550 70% 11

Tekstil 2.42% 30399 30

Kayu 6.08% 76375 76Sapuan Jalan 15.79% 198350 78% 44

dll 7.09% 89063 89

TOTAL 4822034 1435204 1435204 Sampah

Organik43.16% 619434 20% 42% 22% 84% 99

136

Page 145: Limbah padat Gresik

Kertas 12.09% 173516 70% 52

Plastik 9.87% 141655 70% 42

Logam 0.67% 9616 85% 1

Kaca 2.83% 40616 80% 8

Tekstil 2.42% 34732 35

Kayu 6.08% 87260 87Sapuan Jalan 15.79% 226619 84% 36

dll 7.09% 101756 102

TOTAL 463

2039 1548121 1548121

Sampah Organik 43.16% 668169 23% 44% 23% 90% 67

Kertas 12.09% 187168 80% 37

Plastik 9.87% 152800 80% 31

Logam 0.67% 10372 90% 1

Kaca 2.83% 43812 85% 7

Tekstil 2.42% 37465 37

Kayu 6.08% 94126 94Sapuan Jalan 15.79% 244448 90% 24

dll 7.09% 109762 110

TOTAL 408

Sumber : Perhitungan Penulis

137

Page 146: Limbah padat Gresik

Berikut adalah grafik volume sampah yang masuk ke lahan urug setelah

mengalami penanganan/reduksi baik di sumber, TPS, UPS, maupun TPA

20102015

20202025

20302035

20402045

360380400420440460480500

Volume Sampah yang Masuk Lahan Urug Setelah Direduksi

timbulan setelah direduksi

Tahun Perencanaan

Volu

me

(m3/

hari)

Grafik 6.2.1 Timbulan Sampah yang Masuk ke TPA

Dengan diketahui volume sampah yang masuk ke lahan urug TPA setiap hari, maka

dapat diperkirakan kebutuhan lahan untuk TPA tersebut, yaitu:

o Volume sampah yang masuk ke lahan urug = 483 m3/hari

o Berat jenis sampah = 300 kg/m3

o Berat sampah = 144,9 ton/hari

o Asumsi setelah dipadatkan berat jenis sampah menjadi 900 kg/m3

Volume sampah setelah pemadatan di TPA = 144,9/0,9 = 161 m3/hari

Dengan asumsi tinggi penimbunan 7 meter, maka

Luas lahan yang dibutuhkan untuk 1 hari = 161/7 = 23 m2 = 0,0023 ha

Luas lahan yang dibutuhkan untuk 1 tahun = 0,8395 ha

Luas lahan yang dibutuhkan untuk 25 tahun = 21 ha

138

Page 147: Limbah padat Gresik

Penyiapan Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk kelengkapan TPA selain area efektif untuk

pengurugan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu:

a. Area untuk menunjang operasional penanganan sampah di lokasi. Sarana-

prasarana yang perlu disiapkan sebelum fasilitas ini difungsikan adalah seperti:

Jalan akses, jalan operasi, kantor, jembatan timbang, rumah jaga, garasi alat

berat, bengkel, pelataran cuci truk sampah, penyediaan air bersih, listrik,

area transit limbah B3, area daur-ulang/pengomposan, kamar mandi/WC

Pengolah lindi

Drainase sekeliling site untuk mencegah masuknya air limpasan dari luar

lokasi

Drainase sekeliling area efektif pengurugan untuk mencegah masuknya

aliran limpasan dari site ini ke dalam area pengurugan

Jalur hijau sekeliling site

b. Area yang diperuntukkan untuk pengurugan dan penimbunan sampah, atau area

efektif pengurugan. Pekerjaan terkait dengan prasarana fisik yang perlu

disiapkan secara bertahap (konstruksi berjalan) sesuai dengan perkembangan

pengunaan area atau sesuai dengan perkembangan tinggi timbunan sampah

adalah:

Pembagian area dan bilamana diperllukan dilakukan pekerjaan

pembangunan batas area atau tanggul penahan sampah

Pengupasan site agar memungkinkan peletakan liner secara baik

Pemasangan sistem pelapis dasar (liner)

Pemasangan sistem penangkap dan pengumpul lindi

Penyiapan drainase lokal untuk mencegah air masuk ke area aktif

pengurugan

Pengurugan dan penimbunan sampah lapis-per-lapis

Pemasangan sistem penangkap dan pengumpul gas bio baik horizontal

maupun vertikal

Page 148: Limbah padat Gresik

Pemasangan tanah penutup harian, tanah penutup antara dan tanah penutup

final.

Pembagian Area Efektif Pengurugan

Lahan area efektif pengurugan dapat digambarkan sebagai berikut:

Lahan area efektif untuk pengurugan sampah dibagi menjadi beberapa zone,

yang merupakan penahapan pemanfaatan lahan, biasanya dibatasi dengan jalan

operasi atau penanda operasional lain, seperti tanggul pembatas, atau sistem

pengumpul lindi. Zone operasi merupakan bagian dari lahan landfill yang

digunakan untuk jangka waktu panjang sesuai dengan masa pakai.

Lahan efektif selanjutnya dibagi dalam sub-zone, atau blok operasi dengan

lebar masing-masing sekitar 25 m. Setiap bagian tersebut kemudian dibagi

menjadi beberapa strip. Pengurugan sampah harian dilakukan pada strip yang

ditentukan, yang disebut working face. Setiap working face biasanya

mempunyai lebar maksimum 25 m, yang merupakan lebar sel sampah.

Blok operasi merupakan bagian dari lahan landfill yang digunakan untuk

penimbunan sampah selama periode operasi jangka menengah misalnya 1 atau

2 bulan. Luas blok operasi sama dengan luas sel dikalikan perbandingan

periode operasi.

Pengurugan sampah pada Sanitary landfill : sampah disebar dan dipadatkan

lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 1,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan

sampah setebal sekitar 0,5 m yang dapat digilas dengan steel wheel compactor

atau buldozer paling tidak sebanyak 4 sampai 6 gilasan. Setiap hari ditutup

oleh tanah penutup setebal minimum 15 cm, sehingga menjadi sel-sel sampah.

Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan tersebut kemudian ditutup dengan

tanah penutup antara setebal minimum 30 cm. Tinggi lapisan setinggi sekitar 5

m disebut sebagi 1 lift, dengan kemiringan talud sel maksimum 1 : 3.

Lebar sel berkisar antara 1,5 – 3 lebar blade alat berat agar manuver alat berat

dapat lebih efisien. Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah yang

akan diurug pada hari itu dibagi dengan lebar dan tebal sel. Batas sel dan

Page 140

Page 149: Limbah padat Gresik

elevasi sel-sel urugan harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok atau

tanda lain agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

Guna memudahkan masuknya truk pengangkut sampah ke titik penuangan,

maka dibuat jalan semi-permanen antar lift, dengan maksimum kemiringan

jalan 5%.

Untuk mencegah terjadinya erosi air permukaan, maka dibuat drainase

pelindung penggerusan menuju titik di bawahnya.

Pelapisan lahan diprioritaskan dimulai dari lembah (lajur utama pipa lindi).

Pelapisan berikutnya adalah di bagian kemiringan dinding sesuai dengan

naiknya lift timbunan sampah.

Gambar 6.2.5. Pembagian Area Efektif Pengurugan

Beberapa hal yang terkait dengan pemasangan sistem pelapis dasar adalah:

Page 141

Page 150: Limbah padat Gresik

Perlu meneliti kembali kedalaman muka air tanah pada musim hujan terhadap

lapisan dasar landfill, yaitu minimum 3 meter sebelum tanah dasar dikupas

dan dipadatkan.

Tanah dasar dipadatkan dengan alat berat, dan menarahkan kemiringan dasar

menuju sistem pengumpul leachate. Prinsip pelapis dasar adalah:

- Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti terpapar hujan dan

panas.

- Tidak tergerus akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut

sampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya.

- Sampah halus tidak ikut terbawa ke dalam sistem pengumpul lindi, dan

tetap memungkinkan lindi mengalir dan terarah ke bawahnya.

Bila menggunakan tanah liat, perlu melakukan pemadatan lapis-perlapis

sampai mencapai kepadatan proctor 95%. Kelulusan minimal dari campuran

tanah tersebut diharapkan mempunyai nilai maksimum 1 x 10-7 cm/det.

Kriteria khusus lainnya adalah:

- Ketebalan lapisan minimum 3 x 25 cm

- Lapisan tanah pelindung setebal minimum 30 cm

- Di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan penghalang dari geotekstil atau

anyaman bambu, yang menghalangi tanah pelindung dengan media

penangkap lindi

- Media karpet kerikil penangkap lindi setebal minimum 15 cm, menyatu

dengan saluran pengumpul lindi berupa media kerikil berdiameter

minimum 50 mm, tebal minimum 20 cm yang mengelilingi pipa perforasi

minium 8 mm, berdiameter minimal 300 mm. Jarak antar lubang

(perforasi) adalah 5 cm.

Page 142

Page 151: Limbah padat Gresik

Gambar 6.2.8 Lapisan Dasar Sanitary Landfill

Under-Drain Pengumpul Lindi (Leachate)

Sistem drainase lindi memegang peranan penting agar tidak terjadi kumulasi

air sampah di dasar landfill, yang menambah potensi perkolasi lindi ke dalam air

tanah. Pada pengembangan landfill yang baik, sistem drainase ini merupakan satu

kesatuan dengan sistem gas. Pada sistem landfill semi-aerobik, sistem drainase ini

akan berfungsi ganda, yaitu mengalirkan lindi secara cepat ke penampung, dan

bila saat kosong akan berfungsi sebagai saluran pemasok udara menuju vetilasi

gas vertikal. Beberapa petunjuk yang sifatnya praktis adalah:

Teliti kembali pola pemasangan sistem under-drain tersebut sesuai dengan

dengan perencanaan, yaitu dapat berupa pola tulang ikan atau pola lurus

Teliti kembali dan kalau perlu revisi desain jaringan underdrain penangkap

dan pengumpulan leachate agar fungsinya tercapai.

Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 1 - 2 % dengan pengaliran secara

gravitasi menuju instalasi pengolah lindi (IPL)

Sistem penangkap lindi diarahkan menuju pipa berdiamter minimum 300

mm, atau saluran pengumpul lindi. Sebaiknya pertemuan antar pipa

penangkap dengan pipa pengumpul dibuat bak kontrol (juction-box), yang

Page 143

Page 152: Limbah padat Gresik

dihubungkan dengan sistem ventilisasi vertical penangkap atau pengumpul

gas

Gambar 6.2.9 Sistem Drainase Lindi

Pengoperasian TPA

• pemeriksaan izin masuk ke TPA

• penimbangan kendaraan pengangkut sampah untuk memperoleh berat

sampah yang diangkut

• Pembongkaran sampah di titik buang

• Penyebaran sampah untuk meratakan tumpukan sampah

• Pemadatan sampah dengan bulldozer sehingga tumpukan sampah semakin

kecil dan memperkeras pondasi landfill

• Penutupan tanah harian, antara dan akhir

Penutupan harian dengan material penutup dengan tebal 20 cm, penutupan

antara setiap ketinggian sampah 5 m dengan tebal tanah penutup 30 cm dan

Page 144

Page 153: Limbah padat Gresik

penutupan akhir dengan ketebalan 50 cm jika telah mencapai timbunan yang

direncanakan dan berfungsi juga sebagai tempat tumbuhnya tanaman.

6.3. ASPEK PEMBIAYAAN

Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem pengelolaan

persampahan dikota tersebut dapat bergerak dengan lancar. Komponen pembiayaan dalam

pengelolaan persampahan yang perlu diperhitungkan adalah biaya investasi, biaya operasi

dan pemeliharaan, biaya manajemen, biaya untuk pengembangan, biaya penyuluhan dan

pembinaan masyarakat. Saat ini, sumber pembiayaan utama pengelolaan sampah di

Kabupaten Gresik berasal dari subsidi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan juga

retribusi kebersihan dari masyarakat yang nilainya masih sangat kecil dari total pembiayaan

pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik (sebesar Rp 5.478.640.800,00 tahun 2009).

Anggaran Berikut ini merupakan bagan alir pengalokasian dana APBD untuk rencana

pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik.

Gambar 6.3.1. Anggaran Pengelolaan Sampah Kabupaten Gresik

Untuk dapat mengelola sistem persampahan yang ideal, diperlukan peningkatan baik

dari retribusi masyarakat sebagai bentuk konkrit partisipasi masyarakat dalam pembiayaan

sampah yang ia hasilkan maupun subsidi dari pemerintah, serta diharapkan adanya peran

swasta untuk membantu mengelola pelayanan ini.

Page 145

Anggaran Pengelolaan Sampah dari APBD Kab. GresikRp 5.478.640.800,00

Anggaran Operasioanl BBM

Rp 1.125.620.000,00

Anggaran Perbaikan Armada

Rp 1.398.321.300,00

Anggaran Tenaga Kerja Swakelola

Rp 1.512.523.000,00

Anggaran Kegiatan Pembangunan

Rp 1.442.176.500,00

Page 154: Limbah padat Gresik

6.4. ASPEK PERATURAN / HUKUM

Manajemen persampahan kabupaten Gresik berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Gresik No. 9 Tahun 2010 mengenai Pengelolaan Sampah. Kegiatan

penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan

jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber

sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah

terpadu.

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat

penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu

menuju ke tempat pemrosesan akhir.

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil

pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan cara

memisahkan jumlah dan jenis sampah rumah tangga yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun dengan sampah yang tidak mengandung bahan berbahaya

atau beracun untuk kemudian memisahkan sampah yang tidak mengandung bahan

berbahaya atau beracun menjadi sampah kering dan sampah basah.

Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan dengan

alat angkut khusus yang disertai dengan dokumen pengangkutan sampah 14.

Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan dengan cara

penimbunan (sanitary landfill), insenerasi dan/atau cara lain yang sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan teknologi. Berdasarkan pasal 29 Setiap orang

dilarang:

a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

b. mengimpor sampah;

c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;

Page 146

Page 155: Limbah padat Gresik

d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan;

e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan

disediakan;

f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

pemrosesan akhir; dan/atau

g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis

pengelolaan sampah.

Spesifikasi lain tercantum pada pasal 23 :

(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

6.5. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

Masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan sampah

terpadu pada suatu wilayah. Tanpa adanya peran serta masyarakat semua program

pengelolaan persampahan yang direncanakan akan sia-sia. Peran serta masyarakat

dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyarakat untuk membantu

berhasilnya program pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan

setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Salah satu

pendekatan masyarakat yang dapat dilakukan pemerintah adalah membiasakan

masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program persampahan yaitu

merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan

merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang baik

dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat (Wibowo dan Djajawinata,

2004).

Menurut Hadi (1995:75) dari segi kualitas, partisipasi atau peran serta

masyarakat penting sebagai:

1. Input atau masukan dalam rangka pengambilan keputusan/kebijakan.

Page 147

Page 156: Limbah padat Gresik

2. Strategi untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sehinggga kredibilitas dalam

mengambil suatu keputusan akan lebih baik.

3. Komunikasi bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menampung

pendapat, aspirasi dan concern masyarakat.

4. Media pemecahan masalah untuk mengurangi ketegangan dan memecahkan

konflik untuk memperoleh konsensus.

Dalam hal mengubah persepsi masyarakat akan pengelolaan sampah yang

tertib, lancar, dan merata dapat dilakukan penyluhan akan pengetahuan tentang

kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah serta dampaknya kepada masyarakat

secara keseluruhan. Penyuluhan dapat berisi pentingnya pengelolaan sampah dan

dampaknya terhadap masyarakat dimana masyarakat sendiri memilikki peran yang

penting demi berlangsungnya pengelolaan sampah yang baik, bukan hanaya dalam

hal pembayaraan retribusi berkala melainkan juga dalam kelancaran pengelolaan

secara keseluruhan.

Page 148

Page 157: Limbah padat Gresik

BAB 7

KESIMPULAN

o Sebuah Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu akan diterapkan di kabupaten

Gresik sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi

masyarakat Kabupaten Gresik.

o Perencanaan pengelolaan sampah di kabupaten ini ditunjukkan dengan

peningkatan daerah pelayanan dan peningkatan fasilitas pengelolaan. Untuk

keseluruhan Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, dan Kecamatan

Kebomas, pelayanan persampahan akan ditingkatkan mulai dari 80% pada

tahun 2014 hingga 100% pada tahun 2039. Selain itu, fasilitas alat angkut

akan semakin diperbanyak dan fasilitas TPA baru di Kecamatan manyar

seluas 21 ha akan dibangun untuk periode pelayanan 2014-2039.

o Konsep utama yang diterapkan untuk pelayanan sampah di Kabupaten ini

adalah reduksi sampah sebelum masuk ke landfill, baik di sumber, TPS/UPS,

dan TPA sehingga mengurangi beban operasional pengelolaan sampah mulai

dari sumber hingga TPA serta untuk biaya. Selain itu, dilakukan peningkatan

Karena TPA Ngipik

o Masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan sampah

terpadu pada suatu wilayah. Tanpa adanya peran serta masyarakat semua

program pengelolaan persampahan yang direncanakan akan sia-sia.

o Untuk dapat mengelola sistem persampahan yang ideal, diperlukan

peningkatan baik dari retribusi masyarakat sebagai bentuk konkrit partisipasi

masyarakat dalam pembiayaan sampah yang ia hasilkan maupun subsidi dari

pemerintah, serta diharapkan adanya peran swasta untuk membantu

mengelola pelayanan ini.

Page 149

Page 158: Limbah padat Gresik

DAFTAR PUSTAKA

SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan

SNI S 04‐1993‐03: Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota

Sedang di Indonesia

G.H. Tchobanoglous, H. Theissen, S.A. Vigil: Integrated Solid Waste Management, McGraw

Hill, 1993

Anonim, http://www.sanitasi.or.id diakses

http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/No.28%20Tulisan%20di

%20Koran%20PR%2013%20MEI%202004.pdf

http://pplpdinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/

539062504_pewadahan_pengumpulan_dan_pengangkutan.pdf

http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif/merubah-pola-pikir-dan-cara-pandang-

masyarakat-terhadap-sampah-sekitar

Page 150