makalah struma

9
 Makalah Struma BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu, akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok. Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKY tahun 1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah endemik berat. Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola makan sadar iodium sejak dini. B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini 1. Untuk mengetahui Definisi Struma endemic 2. Untuk mengetahui klasifikasi Struma endemic 3. Untuk mengetahui Etiologi Struma endemic 4. Untuk mengetahui Patofisiologi Struma endemic 5. Untuk mengetahui Penyimpangan KDM struma endemic 6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Struma endemic 7. Untuk mengetahui Data penunjang Struma endemic 8. Untuk mengetahui Komplikasi Struma endemic 9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Struma endemic 10. Untuk mengetahui Konsep ASKEP Struma endemic yang meliputi Pengkajian,pemeriksaan fisik, diagnose keperawatan,intervensi dan rasional. BAB II ISI A. Konsep Medis 1. Definisi Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, hal. 461, FKUI, 1987). 2. Klasifikasi Struma nodusa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu : 1.Berdasarkan jumlah nodul : Bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut

Upload: ben-sibarani

Post on 19-Jul-2015

490 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 1/9

 

Makalah Struma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu, akan terjadi

masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok. Fungsi kelenjar gondok yang membesar danmetabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari

gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkait

kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini

menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang.

Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif,

hormon yang dihasilkan akan berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar

yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi.

Survei Pemetaan GAKY tahun 1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah

endemik berat. Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga timbul

kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu,

penting menerapkan pola makan sadar iodium sejak dini.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini

1. Untuk mengetahui Definisi Struma endemic

2. Untuk mengetahui klasifikasi Struma endemic

3. Untuk mengetahui Etiologi Struma endemic

4. Untuk mengetahui Patofisiologi Struma endemic

5. Untuk mengetahui Penyimpangan KDM struma endemic

6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Struma endemic

7. Untuk mengetahui Data penunjang Struma endemic

8. Untuk mengetahui Komplikasi Struma endemic

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Struma endemic

10. Untuk mengetahui Konsep ASKEP Struma endemic yang meliputi Pengkajian,pemeriksaan fisik,

diagnose keperawatan,intervensi dan rasional.

BAB II

ISI

A. Konsep Medis

1. Definisi

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu ataulebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.

(Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, hal. 461, FKUI, 1987).

2. Klasifikasi

Struma nodusa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu :

1.Berdasarkan jumlah nodul :

Bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 2/9

 

struma multinodosa.

2. Berdasarkan kemampuan menangkap iodium aktif, dikenal 3 bentuk nodul tiroid yaitu: nodul

dingin,nodul hangat dan nodul panas.

3.Berdasarkan konsistensinya:

Nodul lunak, kistik, keras dan sangat keras.

3. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab

pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a. Defisiensi iodium

Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan

tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan. Pembentukan struma terjadi pada

difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang

dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.

b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia

Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batu bara.

Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina, brussels kecambah), padi-padian

millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.

d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

e. .Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul

benigna dan maligna (Lee, 2004)

4. Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid.

Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling

banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler

oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel

koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul

yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid StimulatingHormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon

metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan

metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik

negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran

kelenjar tyroid.

5. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan oleh astruma endemic yaitu

a. Pembesaran pada leher yang dapat mengganggu nilai penampilan

b. Rasa tercekik di tenggorokan

c. Nyerid. Suara serak

e. Kesulitan menelan

f. Kesulitan bernafas.

g. Disfagia

6. Data penunjang

a. Pemeriksaan sidik tiroid

Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 3/9

 

bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi NaI peroral dan setelah 24 jam secara fotografik

ditentukan konsentrasi yadium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.

Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu :

a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.Hal ini menunjukkan

fungsi yang rendah.

b. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan inimemperlihatkan aktivitas yang berlebih.

c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan

bagian tiroid yang lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan,

tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakah suatu nodul ganas atau jinak. Kelainan-kelainan

yang dapat didiagnosis dengan USG ialah :

a. Kista : kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.

b. Adenoma/nodul padat : iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai halo yaitu suatu lingkaran

hipoekonik disekelilingnya.

c. Kemungkinan karsinoma : nodul padat, biasanya tanpa halo.

d. Tiroiditis hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.

Pemeriksaan ini dibandingkan pemeriksaan sidik tiroid lebih menguntungkan karena dapat dilakukan

kapan saja tanpa perlu persiapan, lebih aman, dapat dilakukan pada orang hamil atau anak-anak, dan

lebih dapat membedakan antara yang jinak dan ganas.

c. Biopsi aspirasi jarum halus

Biopsy ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsy aspirasi jarum

halus tidak nyeri, hamper tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan

dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negative palsu karena lokasi biopsy kurang tepat, teknik

biopsy kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi

aleh ahli sitologi.

d. Termografi

Termografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat denganmemakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan panas dengan

sekitarnya > C dan dingin0.9 > C. pada penelitian Alves dkk, didapatkan bahwa pada yang ganas semua

hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitive dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan

lain.0.9

Khususnya pada penegakan diagnosis keganasan, menurut Gobien, ketepatan diagnosis gabungan

biopsy, USG, dan sidik tiroid adalah 98 %

7. Komplikasi

Komplikasi tiroidektomi

1. Perdarahan.

2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.

4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan tekanan.

5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.

6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.

7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).

8. Penatalaksanaan

a. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah endemik sedang dan

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 4/9

 

berat.

b. Edukasi

Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan memasyarakatkan

pemakaian garam beriodium.

c. Penyuntikan lipidol

Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan 40 % tigatahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari

enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.

d. Penatalaksanaan Bedah

Indikasi untuk eksplorasi bedah glandula tiroidea meliputi :

1. Terapi : pengurangan masa fungsional dan pengurangan massa yang menekan.

2. Ekstirpasi :penyakit keganasan.

3. Paliasi : eksisi massa tumor yang tidak dapat disembuhkan, yang menimbulkan gejala penekanan

mengganggu.

a. Reseksi Subtotal

Reseksi subtotal akan dilakukan identik untuk lobus kanan dan kiri, dengan mobilitas sama pada tiap sisi.

Reseksi subtotal dilakukan dalam kasus struma multinodular toksik, struma multinodular non toksik.

Prinsip reseksi untuk mengeksisi sebagian besar tiap lobus, yang memotong pembuluh darah tiroidea

superior, vena + hyroidea media dan vena tiroidea inferior utuh. Bagian kelenjar yang dieksisi merupakan

sisi anterolateral tiap lobus, isthmus dan lobus piramidalis. Ligasi pembuluh darah tiroidea superior harus

hati-hati untuk tidak mencederai ramus externus nervus laryngeus superior dapat menimbulkan

perubahan suara yang bermakna.

Sisa thyroidea dari lobus kiri harus sekitar 3 sampai 4 gram. Ini dapat dinilai dengan menilai berbagai

ukuran thyroidea pada timbangan. Lobus dapat dieksisi lengkap dengan memotong isthmus atau ia dapat

dijaga kontinyu dengan isthmus yang dikupas bebas dari tracea di bawahnya.

b. Lobektomi Total

Dilakukan untuk tumor ganas glandula tiroidea dan bila penyakit unilobaris yang mendasari tidak pasti.Bila dilakukan pengupasan suatu lobus, untuk tumor ganas maka pembuluh darah tiroidea superior, vena

tiroidea media dan vena tiroidea inferior perlu dipotong. Glandula paratiroidea dan nervus laryngeus

diidentifikasi dan dilindungi. Lobus tiroidea diretraksi ke medial dengan dua glandula paratiroidea terlihat

dekat cabang terminal fasia (ligamentum Berry). Nervus ini diidentifikasi sebagai struktur putih tipis yang

berjalan di bawah ligamentum dan biasanya di bawah cabang terminal arteria tiroidea inferior.

Pada sejumlah tumor ganas seperti varian folikularis dan meduler direkomendasikan lobektomi total

bilateral dengan pengupasan kelenjar limfe sentral.

Pengobatan untuk nodul tiroid yang bukan tiroiditis atau keganasan :

- Apabila didapatkan nodul hangat, dapat diberikan preparat l-thyroxin selama 4-5 bulan dan kemudian

sidik tiroid dapat diulang. Apabila nodul mengecil maka terapi dapat diteruskan namun apabila tidak

mengecil dilakukan biopsi aspirasi atau operasi.- Nodul panas dengan diameter < 2,5 cm observasi saja, tetapi kalau > 2,5 mm terapinya ialah operatif

karena dikhawatirkan mudah timbul hipertiroidisme.

B. Konsep ASKEP

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 5/9

 

1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,atrofi otot.

b. Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

c. Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.

d. Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,

makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter.e. Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.

f. Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis

tirotoksikosis).

g. Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin

digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan

kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptalmus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,

pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

h. Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

- Posisi penderita duduk dengan leher terbuka, sedikit hiperekstensi.

- Pembengkakan :

• bentuk : - diffus atau lokal

• ukuran : besar dan kecil 

• permukaan : halus atau modular  

• keadaan : kulit dan tepi 

• gerakan : pada waktu menelan.

Adanya pembesaran tiroid dapat dipastikan dengan menelan ludah dimana kelenjar tiroid akan mengikuti

gerakan naik turunnya trakea untuk menutup glotis. Karena tiroid dihubungkan oleh ligamentum cartilago

dengan thyroid yaitu ligamentum Berry.

b. Palpasi

- Diperiksa dari belakang dengan kepala diflexikan diraba perluasan dan tepinya.

- Ditentukan lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya).- Ditentukan ukuran (diameter terbesar dari benjolan).

- Konsistensi (lunak, kistik, keras atau sangat keras).

- Mobilitas.

- Infiltrasi terhadap kulit/jaringan sekitar.

- Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tiroid : ada atau tidak.

- Nyeri pada penekanan atau tidak.

c. Perkusi

- Jarang dilakukan

- Hanya untuk mengetahui apakah pembesaran sudah sampai ke retrosternal.

d. Auskultasi

- Jarang dilakukan- Dilakukan hanya jika ada pulsasi pada pembengkakan.

3. Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat akibat disfagia

3. Perubahan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk leher

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema

 jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 6/9

 

 

5. Gangguan rasa aman : Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

,pengobatanya / persepsi yang salah tentang penyakit yang diderita.

6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan

edema pasca operasi.4. Intervensi dan rasional

Diagnosa 1 ;

Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :Mempertahankan jalan nafas paten dengan mencegah

aspirasi.

Intervensi dan rasional

a. I / Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.

R / Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi berkembangnya distres pada pernafasan

merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.

b. I / Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi.

R/ Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan

intervensi yang cepat.

c. I / Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara.

R / Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera.

d. I / Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokong kepala dengan bantal.

R / Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan.

e. I / Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi.

R / Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat

menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas.

f. I / Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan trakea sesuai indikasi, catat warna dan karakteristik

sputum.

R / Edema atau nyeri dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengeluarkan dan membersihkan

 jalan nafas sendiri.

g. I / Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama pada bagian posteriorR / Jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin akan tampak kering karena darah

tertampung/terkumpul pada daerah yang tergantung.

h. I / Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.

R / Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi.

Diagnosa 2

Tujuan yang ingin dicapai : Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan

progresif kearah tujuan dengan normalisasi dan bebas dari tanda malnutrisi.

Intervensi dan rasional

a. Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari perhatikan tingkat energy,keinginana

untuk makan dan anoreksia

R / Memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpanagn dari normal/dari dasar pasien danmempengarui pilihan intervensi.

b. I / Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan

R / membuat data dasar , membantu dalam memntau keefektifan atursn terapeutik,dan menyadarkan

perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan berat badan.

c. I / Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam,riwayat makanan,jumlah kaloori yang tepat.

R / Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan actual.

d. I / berikan larutan nutrisi pada kecepatsn yang dianjurkan melalui alat control infuse sesuai

kebutuhan.Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran.

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 7/9

 

R / ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan

konsisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit

Diagnosa 3

Tujuan: mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan secara verbal

I/ Kaji pandangan klien terhadap penampilan dirinyaR/ Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatakan kemajuan kesehatannya.

I/ Bina hubungan saling percaya

R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang teraupetik perawat dan klien.

I/ Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita

R/Ungkapan perasaan klien kepada perawat sebagai bukti bahwa klien mulai mempercayai perawat.

I/ Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

R/ Memberikan hal yang positif atau pengakuan akan meningkatkan harga diri klien

Diagnosa 4

Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana

kebutuhan dapat dipahami

Intervensi dan rasional

a. I / Kaji fungsi bicara secara periodik.

R / Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada

saraf laringeal yang berakhir dalam beberapa hari kerusakan saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan

pita suara atau penekanan pada trakea.

b. I / Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya

atau tidak.

R / Menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.

c. I / berikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.

R / Memfasilitasi eksprsi yang dibutuhkan.d. I / Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur.

R / Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunias.

e. I / Beritahu pasien untuk terus menerus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan segera.

R / Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui/memerlukan

bantuan.

f. I / Pertahankan lingkungan yang tenang.

R / Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara

yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan.

Diagnosa 5

Tujuan : klien tampak rileks, melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi, mampumengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya

I/ Kaji tingkat kecemasan dengan skala 0-5.

R/Pengkajian yang dilakukan menegaskan bahwa rasa cemas yang dirasakan berhubungan dengan

krisis situasi yang dialami oleh klien.

I/Berikan lingkungan yang menyenangkan agar klien dapat isirahat

R/Suasana sekitar lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan periode istirahat klien dan kenyamanan

psikologis

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 8/9

 

I/Observasi tanda – tanda vital setiap 8 jam

R/Perubahan pada tanda-tanda vital (peningkatan denyut nadi/frekuensi pernapasan) menunjukkan

tingkat ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan faktor psikologis misalnya

ketidakseimbangan endokrin.

I/Berikan obat ansietas (tranzquilizer, sedatif) dan pantau efeknya

R/dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari sekresi hormontiroid yang berlebihan

Diagnosa 6

Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan

kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.

Intervensi dan rasional

a. I / Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 – 10)

dan lamanya.

R / Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi.

b. I / Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal pasir/bantal kecil.

R / Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas gari jahitan.

c. I / Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan posisi. Instruksikan

pasien menggunakan tangannya untuk menyokong leher selama pergerakan dan untuk menghindari

hiperekstensi leher.

R / Mencegah stress pada garis jahitan dan menurunkan tegangan otot.

d. I/ Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah.

R / Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi.

e. I / Berikan minuman yang sejuk/makanan yang lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan

menelan.

R / Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan

menelan.

f. I / Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi

progresif.R / Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa

tidak nyaman secara lebih efektif.

Kolaborasi

a. I / Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya.

b. I / Berikan es jika ada indikasi

BAB III

PENUTUP

5/17/2018 Makalah Struma - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-struma-55b079497c087 9/9

 

 

A. Kesimpulan

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas dan tanpa gejala-

gejala hipertiroidi.Klasifikasi dari struma nodosa non toksik didasarkan atas beberapa hal yaitu

berdasarkan jumlah nodul, berdasarkan kemampuan menangkap iodium aktif dan berdasarkan

konsistensinya.Etiologi dari struma nodosa non toksik adalah multifaktorial namun kebanyakan strumadiseluruh dunia diakibatkan oleh defisiensi yodium langsung atau akibat makan goitrogen dalam

dietnya.Gejala klinis tidak khas biasanya penderita datang dengan keluhan kosmetik atau ketakutan akan

keganasan tanpa keluhan hipo atau hipertiroidi.

Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesa. Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan USG, Biopsi Aspirasi

Jarum Halus (Bajah), termografi, dan petanda Tumor (tumor marker).Penatalaksanaan meliputi terapi

dengan l-thyroksin atau terapi pembedahan yaitu tiroidektomi berupa reseksi subtotal atau lobektomi

total.Komplikasi dari tindakan pembedahan (tiroidektomi) meliputi perdarahan, terbukanya vena besar

dan menyebabkan embolisme udara, trauma pada nervus laryngeus recurrens, sepsis, hipotiroidisme

dan traceomalasia.

B. Saran

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, menambah ilmu pengetahuan serta

wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa, namun penulis menyadari makalah ini jauh

dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan

makalah selanjutnya.

1. Untuk Dosen mata kuliah KMB III kami mengharapkan dapat disimpan di perpustakaan untuk bahan

bacaan dan dijadikan literatur dalam pembuatan makalah selanjutnya.

2. Untuk Mahasiswa D III keperawatan UB kami mengharapkan makalah kami ini dapat dijadikan bahan

bacaan yang menambah wawasa