makalah spi

13
 Hal 83 Teori-teori tentang jatuhnya daulat Bani Umayyah dan Bangkitnya Daulat Bani Abbasiyyah A. Pendahuluan Jatuhnya aDaulat Bani Umayyah pada tahun 750 M dan bangkitnya Daulat Abbasi yyah telah menari k perhat ian banyak sejarawan Islam kl asik. Para sej araawan mel iha t bah wa kej adi an itu uni k dan menari k, kar ena buk an saj a merupakan pergantian struktur sosisla dan ideologi, maka, banyak sejarawan yang menilai bahwa kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah merupakan suatu revolusi dalam arti kata yang sebenarnya. Richard frye dalam sebuah artikelnya berjudul “The aAbbasid Conspiracy and Modern Revolutionary Theory” pada tahun 1952 menyatakan bahwa cirri-ciri yan g men yertai keb ang kit an Daulat Bani Abb asi yya h ket ika itu sama dengan cirri-ciri yang menyertai revolusi di berbagai negara di dunia modern sekaran ini. Fry e men ggu nakan teori anatomi revolusi (ha l 84) yan g dik emb angkan ole h CraneBrinyon yang menyatakan bahwa dari empat buah revolusi yang diamatinya itu di Inggris, Ameriika, Perancis, dan Rusia, sedikitnya ada empa persamaan .pertama bahawa pada massa sebelum revolusi, ideologi yang sedang berkuasa men dap at kri tik ker as dar i mas yar aka tyan g brt kua sa itu. Ked ua, mekani sme  pemer intahannya ti da k efidien karena ke lalai annya mnesua ikan lembaga- lembagasosial yang da dengan perkemgnan keadaan dan tuntutn zman. Ketiga, ideology yang brkuasa kepada wawasa baru yang ditawarkan oleh si pengeritik. Brinton menamakan hal ini degan ‘the disssertion of the intellectuals”Keempat  bhwa revolusi itu umumnya bukan hanya dipelopori digerakkan oleh orna-orang lemah dan kaum bawahan, melainkan juga oleh sebagian kaum penguasa yang ka ren a hal- hal tertentu merasa ti dak puas de ngan si st em ya ng ada. Secara  berangsur-angsur mereka ini menarik kembli dukungan mereka atas sistim yang  berlaku, sehingga sebagian kecil saja yang mendukung sistim lama sampai saat keruntuhannya. Maka pukulan terakhir terhadap sistim lama sebenarna bukanlah kar ena kua tnya sis tem bar u yan g aka n mun cul , mel ainkan kar ena semakin

Upload: muhammad-mukhlis

Post on 11-Jul-2015

109 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 1/13

Hal 83

Teori-teori tentang jatuhnya daulat Bani Umayyah dan Bangkitnya Daulat Bani

Abbasiyyah

A. Pendahuluan

Jatuhnya aDaulat Bani Umayyah pada tahun 750 M dan bangkitnya Daulat

Abbasiyyah telah menarik perhatian banyak sejarawan Islam klasik. Para

sejaraawan melihat bahwa kejadian itu unik dan menarik, karena bukan saja

merupakan pergantian struktur sosisla dan ideologi, maka, banyak sejarawan yang

menilai bahwa kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah merupakan suatu revolusi

dalam arti kata yang sebenarnya.

Richard frye dalam sebuah artikelnya berjudul “The aAbbasid Conspiracy

and Modern Revolutionary Theory” pada tahun 1952 menyatakan bahwa cirri-ciri

yang menyertai kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah ketika itu sama dengan

cirri-ciri yang menyertai revolusi di berbagai negara di dunia modern sekaran ini.

Frye menggunakan teori anatomi revolusi (hal 84) yang dikembangkan oleh

CraneBrinyon yang menyatakan bahwa dari empat buah revolusi yang diamatinya

itu di Inggris, Ameriika, Perancis, dan Rusia, sedikitnya ada empa persamaan

.pertama bahawa pada massa sebelum revolusi, ideologi yang sedang berkuasa

mendapat kritik keras dari masyarakatyang brtkuasa itu. Kedua, mekanisme

  pemerintahannya tidak efidien karena kelalaiannya mnesuaikan lembaga-

lembagasosial yang da dengan perkemgnan keadaan dan tuntutn zman. Ketiga,

ideology yang brkuasa kepada wawasa baru yang ditawarkan oleh si pengeritik.

Brinton menamakan hal ini degan ‘the disssertion of the intellectuals”Keempat

 bhwa revolusi itu umumnya bukan hanya dipelopori digerakkan oleh orna-orang

lemah dan kaum bawahan, melainkan juga oleh sebagian kaum penguasa yang

karena hal-hal tertentu merasa tidak puas dengan sistem yang ada. Secara

 berangsur-angsur mereka ini menarik kembli dukungan mereka atas sistim yang

 berlaku, sehingga sebagian kecil saja yang mendukung sistim lama sampai saat

keruntuhannya. Maka pukulan terakhir terhadap sistim lama sebenarna bukanlah

karena kuatnya sistem baru yang akan muncul, melainkan karena semakin

Page 2: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 2/13

melemahnya sistem lama, disebabkan oleh berbagai internal crisis yang terjadi.

Dengan menerapkan keempat cirri revolusi yang ditawarkan oleh Brinton tersebut

maka Rinchard Fryeew berpendapat bahwa sebab-sebab kebangkitan Bani

Abbasyiyah sesuai dengan anatomi revolusi Brinton.1

Pada tahun 950 seorang orientali terkenal Bernard Lewis juga

menggunkan istilah revolusi ketika menguraikn sejara h(hal 85) kebngkitan

Daulat Bani Abbasiyyah dalam bukuny The Arabs in Histoy. Lewis mengatakan

 bhwa penggantian Daulat Bani Umayah oleh Daulat Abbsih adlah lebih dari

sekedar pergantian dinsti, melainkan suatu revolusi yang mempunyai arti penting

sebagai tiitk balik dalam sejarah Islam sebagaimana pentinya revolusi Perancis

dan Rusia. Lewis selanjutnya mengatakan bhwa kebangkitan Daulat Bani

Abbasyiyyh buklah hasil suatu kudeta, melainkan hasil dari suatu sha yang

 panjang dan memakan waktu lama dengan menggabungkan berbagai kepentingan

golongan masyarakat kepada tujuan yng sama yaitu menumbangkan daulat Bani

UMayyah, meskipun segera seteleh rewvolusi ini berhasil merka pun berpecah

 beleh kembali.2 pada tahun 1960ketika menulis artikel berjudul “Abbasid” untuk 

edisi terbru dari The encyclopedia of Islam, Lewis juga menggunakan istilah

revolusi lagi dalam menguraikan kebangkitan Bani Abbasiyyah.3Kemudian pada

tahun 1960 itu juga M.A. Ahaban dalam disertasi yang diajukan pada UNiversitas

Harvard juga menggunakan istilah revolusi. Disertasinya berjudul: “ The Social 

and Political Background of the Abbasid Revolution in Khursan”. Ketika disertasi

itu diterbitkkan menjadi buku pada tahun 1970, Shaban memberi judul bukunya

dengan : The Abbasid Revolution.4

Demikianlah pentingya kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah dalam

  pandangan para sejarawan. Dam sebagaimana kita ketahui memang zaman

 pemerintahan Daulat Abbasiyyah itu sering disebut sebagai zaman keemasan

dalam Islam. Pada masa itu perkembangan pemikiran ke-Islaman mencapai

 puncakny, para filosof Islam, ahli-ahli ilmu kalam, dan para imam mazhab lahir 

1 2 3

 4 

Page 3: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 3/13

 pada masa Daulat Bani Abbasiyyah. Dalam tulisan ini kita tidak akan membahas

kemajuan-kemajuan yang dicapai seelh Daulat Abbasiyyah lahir, hal itu harus

dibahas dalam suatu tulisan tersendiei. Perhatian utama kita disini ialah apa seb

(hal 86) babnya ya dan bagaimana proses sehingga Dualat Bani Abbasiyyah itu

lahir, bagaimana Bani Abbasiyyah berkembang dengan SSyi’ah, lalu mengambil

daerah Khurasan sebagai pusat gerakan, kemudian menjadi gerakan terbuka dan

mencari calon khalifah, serta bagaimana gerakan baru itu mengkonsolidasikan

diriny pada awal mula.

Teori-Teori tentang Kebangkitan Bani Abbasiyyah

untuk mencoba menerangkan dan menyederhanakan pemahaman tentang sebb-

sebab kebangkitan Daulat Bani abbasiyyh, para sejarawan telah menawarkan

  beberapa teori, teori-teori itu umumnya menekankan kepada slah satu aspek 

sebagai sebab utama dari kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah. Jika

disederhanakan, sedikitnya ada empat teori mengenai hal ini, dan masing-masing

teori menekankan aspek tertentu dalam penjelasannya. Pertama, teori

faksionalisme rasial atau teori pengelompokan kebangsaan. Teori ini mengatakan

Daulat Bani umayyah itu pada dasarnya adlah Kerajaan Arab yang mementingkan

kepentingan orang-orang Arab dan melalaikan kepentingan orang-orang non Arab

meskipun disebut terakir ini sudah memeluk Islam seperi orang-orang Mawali

dari Iran itu merasa kecewa dan kemudian menggalang kekuatan di wilayah islam

di sebeleh timur yaitu Khurasn untuk menggulingkan pemerintahan Bani

Umayyah yang berpusat di Damaskus. Atas dasar itu maka menurut teori ini,

 jatuhnya Daulat Umayyah adalah jatuhnya Kerajaan Arab dan bangkitnya Daulat

BAni Abbasiyyah adalah kemenangan orang-orang Iran atas orang-orang Arab.

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Van Vloten seorang orientalis

 berkebangsaan Belanda dalam vukunya berjudul De Opkomst Der Abbasiden in

Chorasn (1980).5 Teori ini kemudian dikembangkan oleh Julius Walhausen dari

Jerman yang menulis bukunya :  Das Arabische Reich und sein stirz (1902) yang

Page 4: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 4/13

  pada tahun 1927 diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Arab

 Kingdonm and its Fall.6 

Kedua, teori fkasionalisme sectarian atau teori pengelompokan golongan

atas dasar paham keagamaan. Teori ini menerangkan bahwa kaum Syiah

selamanya aalah lawan dari Bani umayyah yang dianggpnya telah merampas

kekuasan daeri pendiri Daulat Bani Umayyah, memproklamirkan dirinya sebagai

khalifah setelah kemenangannya atas Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.

Keberhasilan Daulat Bani Abbasiyyah dalam menggulingkan Daulat Bani

Umayyah, menurut oposan itu, terletak pad koalisi mereka dengan kaum syi’ah

yang menyerah ajaran-ajaran kum Khawarij, sebagaimana akan diuraikan nanti.

Atas dasar itu maka teori ini mengatakan bhwa lebih bik jika dilihat dari segi

golongan-goongan penganut paham-paham keagamaan tersebut di atas

Ketiga, teori faksionalisme, kesukuan. Banyak sejarawan berpendapat

 bahwa persaingan antar suku Arab ala zaman jahiliyyah sebenarnya masih terus

 berlangsung atau hidup kembali pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Dua

suku atau qabilah utama selalu bertentangan satu sama lain, yaitu suku

MUdhariyah bagi orang-orang Arab yang datang dari sebelah utara dn suku

Yamaniah bagi orang-orang Arab yang datang dari sebelah selatan. Menurut teori

ini, setiap Khalifah dari Bani Umayyah di (hal 88)dukung oleh salah satu dari dua

suku besar ini. Jika yang satu mendukung seorang khalifah, maka yang lain

  bertindak sebagai oposisi, dengan demikian pertentangan antasuku ini

 berkepanjangan dan menyebar ke seluruh wilayah kekuasaan Islam termasuk di

wilayah-wilayah sebelah timur yaitu di Khurasan. Teori ini mengatakan bahwa

kemenangan Bani Abbasiyyah di Khurasan sebagai modal teritorial pertama bagi

  pemerintahannya adalah akibat dn hasil manipulasi ats pertentagnan dua suku

utama tesebut di wilayah itu. Dengan kata lain menurut teori utama tersebut di

wilyah itu, dengan kata lain, menurut teori ini, kebangkitan Abbasiyyah akan

dapat dipahami dengan lebih baik jika dilihat dari segi pertentangan kedu suku

tersebut.

Page 5: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 5/13

Keempat, teori yang menekankan kepada ketidakadilan ekonomi dan

disparitas regional. Teori ini mengatakan orang Arab dan Syiria mendapat

 perlakuan khusus dan mendapat keuntungan-keuntungna tertentu dari Daulat Bani

Abbasiyyh dengan memperoleh keringanan-keringanan pajak dan hak-hak 

mengolah tanah di wilayah-wilyah yang baru ditaklukkan, sedangkan orang-orang

Arab dari sebelah timur khususnya Irah yang tinggal di wilyah Khurasan tidak 

mempeoleh perlakuan yang seperti itu. Bahkan mereka harus membayar pajak 

yang tinggi yang administrasinya msih diatur oleh kaum ningrat airan Islam.

Dengn demikin, kekecewan di kalangan kelompok Arav ini pun muncul dn

 bertimbun dari waktu ke waktu, yang sendiri karena alas an-lsan diskriminasi

ekonomi. Oleh karena itu, menurut teori ini, kebangkitan Abbasiyyah akan dapat

diphami dengan lebih baik jika dilihat dari segi kepincangan-kepincangan

kebijaksanaan ekonomis tersebut

Demikianlah empat teori yang mencoba menernakan tentang hakikat

kebangkitan daulat Bani Abbsiyyah dengan keempat teori itu kita sekarang akan

melangkh untuk melihat apa (hal 89) dan bagimana Daulat Bani Abbasiyyah itu

muncul dan bangkit menuju kemenangannya berdasarkan fakta-fakta sejarah yang

ada

Bani Abbasiyyh dan Syi’ah

Sebagaimana diketahui khalifahBani Abbasiyyah adalah Abdullah Abul

Abbas as-Safah, memerintahk taun 750 – 754 M. tetepi usaha dn klaim Bani

Abbasiyyah untuk menduduki jabatan khalifah sebelum masa hidup As-Safah.

Sebagian sejarawan mengatakan klaim itu sudh dimulai sejak masa hidup

kakeknya bernama Ali bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib, salah

seorang paman Nabi Muhammad SAW.

Para sejarawan mencatat bahwa Al-Abbas bin Abdul Muthalip yang hidup

 pada masa Rasulullah tidak pernah menunjukkan ambisi politiknya. Ia juga tidak 

termasuk kelompok    As-sabiqun al-Awwalun karena ia baru memeluk agama

Islam beberapa saat sebelum penaklukkan Mekkah pada tahun 8 H/ 630 M, karena

itu ia tidak memainkan peranan penting dalam sejarah Islam periode Mekkah.

Page 6: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 6/13

Tetepi Nabi MUhmmad memang memberi hak untuk membagikan dan menyuplai

air kepada para jamaah haji. Anaknya bernama Abdullah bin Abbas juga tidak 

menunjukkan gejala-gejala mempunyai ambisi politik, melainkan menekunkan

dirinya untuk mempelajari hadis sehingga dikenal sebagi seornag ahli hadis

terkemuka di Hijaz pada abad pertama hijrah. Ketika Ali bin Abi Thalib berjuang

untuk menduudki jabatan khalifah melawan Muawiyah, al-Abbs dan anaknya

Abdullah, mendukung Ali. Tetapi ketika Muawiyah telah kokoh menjadi khalifah,

Abdullah sering berkunjung juga ke istananya di Damaskus, bahkan (hal 90) juga

setelah Muawiyah digantikan oleh anaknya bernama Yazid Kunjungan Abdullah

 bin Abbas kepada khalifah Bani Umayyah ini ditafsirkan oleh anggota keluarga

Bani Abbas yang dating kemudia sebagai usaha untuk membela  AHlul Bait 

( Keluarga Nabi Muhammad) dihadapan para khalifah ani Umayya bin

Muawiyyah, dimana untuk beberapa saat Ibnu Zubair menguasi seluruh negeri

Islam kecuali Damaskus, Abdullah bin Abbas juga tetap tidak mau mengakui

kekuasaan Ibnu Zubir karena bukan dari ahlul bait sehingga ia bersama

Muhammad bin Hanafiyah terpaksa harus mengungsi atu diusir ke Thaif.7

Keturunan Bani Abbas yang pertama kali menunjukkan ambisi politiknya

adalahAli bin Abdullah bin Abbas (W. 118 H/736 M). oleh ornag-oang Hijaz ia

dijuluki sebagai as-sajaad  (tukang sujud) karena banyaknya bersembahyang juga

sebagai dzul nafathaat, artinya orang yng bertanda pada dahinya karena

 banyaknya melakukan sujud. Ia juga sering berkunjung ke istana Bani Umayyah

di Damaskus terutama di masa pemerinthan Abdul Malik bin Marwan

(memerintah tahun 985-705M). tetapi ketika masa pemerinthan Walid bin Abdul

Mlik (705-715 M), ambisi politik Ali bin Abdullah mulai tercium kalangan Bani

Umayyah sehingga Walid mencari-cari alas an untuk menindak Ali bin bdullah.

Tiga kali Ali bin Abdullah terkena hukum pukul. Pertama, karena ia mengawini

Lubaaba binti Abdullah bi Ja’far, seorang janda Abdul Malik yang dianggap oleh

Walid sebagai penghinaan atas ayahnya, Abdul Malik. Kedua, karena dicuriai

melakukan kegiatan politik anti Bani Umayyah, ia dihukum pukul dan di arak di

atas unta dengan duudk menhadap ke belakang. Ketiga, karena dituduh memunuh

Page 7: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 7/13

saudaranya bernama Salit bin Abdullah bin Abbas. Untuk yang ketiga ini, setelah

dipukul, ia dipenjarakan dan kemudian diusir dari Damaskus dan diperintahkan

  pergi ke daerah Shurat. Di (hal 91) sini ia kemudian tinggal di suatu kota

 bernama Humaimah terletak pada rute perjalanan antara Damaskus dan HIjaz

sampai akhir hayatnya.8  Pendek kata Ali bin Abdullah dicurigai oleh Bani

Umayyah sebagai figure politik yang berbahaya.

Sampai dengan pemberontakan Al-Mukhtar pada tahun 685 M, konsep

Ahlul Bait masih menyempit kepada keturunan Nabi Muhammd yaitu melalui

 putri beliau bernama Fatimah yang kawin dengan Ali bin Abi Thalib. Dengan kata

lain, pernyataan tentang hk Ahlul Bait atas jabatan khalifah praktis bearti hak 

keturunan Ali bin Abi Thalib. Ketika Ibnu Zubair memberontak dan

memproklamirkan dirinya sebagai khalifah segera setelah Muawiyyah meninggal

dunia, Al-MUkhtar, seorang anak Ali bin Abi Thalib tetapi dari isteri selain

Fatimah. Meskipun LA-Mukhtar dua tahun kemudian (687) ditumpas oleh Ibnu

Zubair yang mulai menguasai hamper seluruh wilayah Islm selain damaskus

ketika itu, kejadian itu menydarkan Bani Abbasiyah bahwa Ahlul Bait yang

 berrhak atas jabatan khalifah itu tidak harus terbats kepd keturunan Rasulullah

melalui atimah, tetap bisa juga lebih luas dari itu yaitu ketuurnan Abdul Muthalib

secara keseluruhan. Dengan demikian, Ban Abbas, keturunan dar paman Nabi

Muhammad Saw, juga berhak untuk mengklaim jabatan khalifah. Kiranya inilah

yang telah memberikan inspirasi dan legitimasi kepada Ali bin Abdullah bin

Abbas untuk kegiatan-kegiatan politiknya sebagaimana disebutkan di atas.

Setelah Ali bin Abdullah meninggal dunia, cita-cita politiknya diteruskan

oleh anaknya bernama Muhammad. Pada masa hidup Muhammd inilah Bani

Abbasiyyah secara resmi berkoalisi dengan Syiah atau bhkan mengklaim dirinya

sebagai imam dari kelompok itu, tegasnya imam kelompok Syi’ah dari garis non

Fatimah. Imam Syi’ah pertama adalah Ali bin Abi Thalib, setelah itu Hasan bin

Abi Thlib, kemudian Husein bin Ali bin (hal 92) Abi Thalib. Setelah berselisih

 pham tentang sipa imam keempat. Sebagian orang mengatkan Ali bin Zaenal

Abidin bin Husein, dari garis Fatimah, sedangkan yang lin mengatakan

8 8

Page 8: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 8/13

Muhammad bin Hanafiyah dari garis non-Fatimah, yang namanya dipakai oleh

 pemberontakan AL-MUkhtar di ats. Para sejarawan menilai bahwa Syiah garis

Fatimah ini bersifat moderat dan masih mau berkolaborasi dengan Bani Umayyah

walaupun mereka harus menyembunyikan kebencian dan cita-cita politik mereka

yang tekenal dengn istilah Taqiyyah. Sebaliknya, syiah garis non-Fatimah

dianggap sebagai Syi’ah kelompok ekstrim yang tidak segan-segan mengdakan

 pemberontakan bersenjata, sebagaimana dibuktikan oleh Al-Mukhtar.9

Setelah Muhammad bin Hanafiyah meninggl dunia pada tahun 700M,

 jabatan Imam Syi’ah kelompok ini digantikan oleh anaknya bernama Abu Hasyim

yang pada akhir hayatnya menyerahkan jabatan imamnya kepad Muhmmab bin

Ali bin Abdullah bin Abbas. Semula dimuli dengan MUhamman bin Ali belajar 

agma kepada Abu Hasyim yang kemudian berkembang menjadi hubungan intim

Bani Abbasiyyah dengan kelompok Syiah garis non-Fatimah. Pad tahun 97 H/715

M ketika Abu Hasyim dikeluarkan dari penjara di Damaskus dikarenakan

kegiatan-kegiatan politikny, dan dalam perjalanan menuju HIjaz ia jatuh sakit. Ia

 berhenti di Humima dan di sana mampir ke rumah Muhammad in Ali untuk 

mendapatkan perawatan seperlunya. Ternyata Abu Hasyim tidak tertolong lagi

dan ia pun meninggal di Humaima. Sebelum meninggal ia menunjuk MUhmmad

 bin Ali sebagai penggantinya, menduduki jabatan Imam Syi’ah garis non-Fatimh.

Meskipun ada sumber-sumber yang mengatakan bahwa Abu Hasyim meninggal

karena diracun oleh oknum-oknum Bani Umayyah dan bukan karena sakit, tetapi

sumber-sumber itu mengatakan bahwa pada akhir hayatnya Abu Hasyim

memerintahkan para pengikutnya untuk mengikuti perintha Muhammad bin Ali

dari Bani Abbasiyyah.10 Inilah langkah jitu pertama Bani Abbasiyyah, karena

dengan koalisinya dengan Syiah itu akan mempermudah Bani Abbasiyyah dalam

menarik pengikut gerakannya di kemudian hari dan juga sekaligus memberi

legitimasi dokriter tentang pentingnya meruntuhkan Bani Umayyah dan

menyerahkan jabatan kepada Ahlul Bait di mana Bani Abbasiyyah kini bernaung

di bawhny.

9

 10 

Page 9: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 9/13

Muhammad bin Ali ternyata lebih aktif dari ayahnya dalam kegiata politik.

Bahkan kadang-kadang ia berkelakar dengan khalifah Hisham bin Abdul malik.

Sekali waktu dikabarkan bahwa khalifah Hisham menuduh Muhammad berhutang

ke pad Negara sebesar 100.000 dirham, dan berkata: “Kamu baru akan bisa

membayar hutang itu jika Bendera Hitam telah berkibar”. Bendera Hitam adalah

lambing gerakan Bani Abbasiyyah.11 Muhammad bin Ali juga sekali waktu

hendak dipenjarakan oleh HIshm tetapi seorang penasehatnya melarannya karma

akan mengundang motos pahlawan padanya.

Para pengikut Abu Hasyim dtu disebut dengan Hashimiah atau

Rawandiah, dan dengan kepemimpinan Muhammad bin Ali sekarang mencoba

meluaskan pengaruhnya ke bagian timur dari wilayah Islm. Sejarawan Islam

klasik terkemuka Ibn Jarir at-Tabari mengatakan bahwa pad tahun 100 H, yakni

tiga tahun setelah menjabat imam, Muhammad mengirim Maisara ke Iraq untuk 

menjajagi merekrut pengikut baru bagi gerakannya. Maisarah ternyata dengan

mudah mendapat dukungan dari ornga-orang Kufah di Iraq, sehingga dari sana

kemudian ia mengirim tiga oran Kufah ke Khurasan untuk meluaskan pengaruh

gerakan Bani Abbasiyyah. Merke itu ialah Muhammad bin Khunais, Abu Ikrimah

atau Abu Muhammad As-Shadiq, dan Hayyan al-Attar. Di Khurasa ketiga utusan

tu kemudian membentuk suatu Komite yang terdiri atas 12 orang yang dikenal

dengan nam Nuqabaa. Mereka itu ialh sulaiman Katsir al-Khuz’I, Lahiz (hal 94)

 bin Quraiz at-Tamimi, Qahtabah bin Syabib at-yay, Musa bin Ka’ab at-Tamimi,

Khalid bin Ibrahim, Qasim bin Majashi, at-Tamimi, Amran bin Ismail Maula Abi

Muit, Malik bin Haitham l-Khuza’ah, shibli bin Tahman Maula ban Hanifah, dan

Isan bin A’ yun Maula Bani Khuza’ah. Sebanyk 8 dari 12 anggota komite itu

adalah ornag-orang ketuunan Arah yan menetp di Khurasan sedangkan 4 orang

lainnya adalah para Mawali yaitu orang –orang Iran bekas tawanan perang yang

telh memeluk agama Islam dan diikutikan pada slh satu keluarga Arab. Tabari

selanjutnya mengakan bahwa komite 12 ini kemudian membentuk sebuah komite

11 

Page 10: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 10/13

yang lebih besar lagi yang terdiri atas 70 orang, dan kepada mereka ini Muhmmad

 bin Ali menulis surat menerangkan gars-garis besar gerakannya.12

Kiranya patut dicatat di sini bhawa smpai tahap ini gerakan Bani

Abbasiyyah masih bersifat di bwah tanah dan slogan yang dikemukakan pun

 belum lagi menggunkan bendera Bani Abbasiyyah tetapi bendera Ahlul Bait atau

  Al-Rida Muhmmad.  Suksesy di Kufah dalam merekrut pendukung adalah

karenaMUkhtar yang membawa nama imam Muhammad bin Hanafiyah.

Wellhausen dengan mendasarkan dirinya kepad a AL-Mukhtar itu di permukaan

telah ditumpas, tetapi di bawah permukaan, terutama di kalangan masyarakat

 bawah dan kaum Mawali Iran, pengaruhnya masih besar dn mereka inilah yang

kemudian mendukung gerakan Ban Abbasiyyah. Wellhusen mengatakan karena

itu tepat sekali ketika Bani Abbasiyyah menetapkan Kufah sebagai pusat

kegiatannya seteleh Humaima dn sebelum menjalar ke Khurasan.13

Bani Abbasiyyah dan Khurasan

Karena Khurasan adalah wilayah yang akan dijadikan sebagai ajrn

revolusi Bani Abbasiyyah, telebih dahulu kita perlu melihat sepintas latar 

 belakang sosial politik yang terjadi di wilayah ini jauh sebelum Bani Abbasiyyah

masuk ke sana. Khurasan adalahsuatu wilayah yang terletak di Iran Timur 

sekarang dn ketika itu merupakan wilayah Islam paling timur, meskipun maish

ada kota-kota di sebelah timur lagi. Ibu kotanya adadlah Merv ar-Rud, Harat,

Balkh dan lain-lain. Sumber-sumber sejarah umumnya mengatakan bahwa

 penaklukkan Khurasan oleh Islam dimulai pada masa pemerintahan khalifah

Usman bin Aggan dibawah seorang Jendral bernama Abdullahbin Amir yang juga

merangkap sebagai Gubernur Basrah dari tahun 29 – 35 H / 649-655 M. tetapi ada

  juga yang mengtakan penaklukkan itu telah dimulai pada masa pemerintahan

khalifah Umar bin khatab segera setelah selesain Perang Qadisiah (637 M),

sedangkan Tabarimenyebutkn setahun setelah peranga NIhavand yakni tahun 22

H /643 M.14

12 13

 14 

Page 11: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 11/13

Tentara Abdullah bin Amir ketika itu sepenuhnya adalah tentara dari

Basrah yang rekrutmennya diambil dari suku-suku Arab yang telah berimigrasi ke

ko militer ( garrison town) Basra dan mereka itu telah terdftar dalam Diwan. Oleh

karena itu wjar jika para komandan bataliyonnya dipegang oleh para kepala suku

tersebut. Sebagian terbesar mereka adalh dari sukum Tamim, hanya sebanyak 

1000 orang dari mereka itu yang bukan orang Arab, dan mereka itu yang bukan

oran gArab, dan mereka itu adalah bekas rakyat kerajaan Sasanian Iran yang telah

takluk kepada Islam dan umumnya berasal dari sekitar Basrah juga. Ketika

Abdullah bin Amir meninggalakn Khurasan untuk kembali ke Basrah sebagia

tentarnya ditinggalkannya di Khurasan untuk menjaga keamanan di wilayah baru

itu. Mereka ini terdiri ats suku Qays dari Bani sulaym, dan suku lainnya yaitu

Tamim, Azd, dan khu-za’a.15 

(hal 96) Sepeninggal Abdullah bin Mir, seringkali terjadi huru-hara di

KHurasn umumnya dipelopori oleh rakyat setempat. Tetapi umumnya keributan

itu dapat dipadamkan segera seteleh pasukan rab diperkut. Ketik MUawiyyah

 berhasil menduudki jabatan sebagai khalifah pertama dari Bani Umayyah pada

thun 661 M/41 h, Abdullah bin Amir dikukuhkan kembali sebagai gubernut Basra

yang wilyahnya meliputi Sistan dan Khurasan dengan demikian, keamanan dan

ketertiban dapat dikendalikan.16 Pada thun 45 h/655 M Khurasan pernah dibgi

menjadi empat distrik yaitu Merv, Nisapu, Mervrudh, dan Harat, tetpi segera

dipersatukan kembali karena ternyata mengundang permusuhsn antar suku Arab

yang menguasai distrik-sitrik tersebut.17

Pada tahun 45 H/665 M Ziyad bin Abi Sufyan diangkat sebagai Gubernur 

Basrah yang sekali lagi mencakup wilayah Khurasan, bahkan juga ditmbah degan

kota militer Kufah. Sebenarnya ia tidak benyak menaruh minat untuk mengurusi

Khurasan kecuali mengirimkan al-Hakam untuk meneruskan penaklukan daerah-

daera perbatsan yang belum terjamah. Tetpi ketka Ziyad melakukanreorganisasi

tentaranya dan menyusun daftar baru personilnya (Diwan) ternyata jumlah merka

melebihi dari kemmpuannya untuk membyar gaji merek. Kerena itu ia mengambil

15 16

 17 

Page 12: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 12/13

langkah untuk mengirimkan mereka beserta keluarga mereke yang seluruhnya

 berjumlah 50.000 orang ke Khurasan supaya menetap di sana. Sebagian mereka

adalah orang-orang Basrah dn sebagian lainnya adlah orang Kufah.18 Selain

 personil tentara Abdullah bin Amir yang ditinggalkan di Khurasan, mereka inilah

ornag-orang Arab yang kemudian menjdi penduduk tetap di Khurasn

 berdampingan dengan penduduk asli yang terdiri dari orang-orang Iran. Sebagian

mereka menjadi petani dan mengolah tnah, dan sebaian mereka menjadi

 pedagang.

Ziyad sendiri menginggal dunia pada thuan 53 H /673 M, tetapi

kebijaksanaannya disetujui leh khlaifah Muawiyyah yang segera setelah

menduduki jabatan khalifah menetpkan khurasan sebagai propinsi yang berdiri

sendiri dan sebagai Gubernurnya ditunjuk anak Ziyad yang bernama Ubaidullah.

Pada tahun 675 M dipindahkan menjadi gubernur di Basrah, dn ketika ia

meninggalkan Khurasn menuju posnya yang baru semua harta kekayaan Negara

yang berad di bawah kekuassannya, termasuk hasil rampasan perang dan pajak,

dibwanya serta untuk dirinya dan sebagian lainnya untuk diserahkan kepda

 pemerintah pusat di Damaskus. Kejadian ini ternyata menimbulkan keresahandi

kalangan suku-suku Arab yang menetap di Khurasan, karena menurut pendapat

mereka kekayaan Negara dari sutu propinsi adalah untuk kepeluan pengelolaan

 propinsi itu sendiri.19

Demikianlah gubernur berganti gubernu di Khurasn sampai akhirnya pada

masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan ( 65 -86 H / 685 -705 M)

Khurasan digabungkan kembali menjadi bgian dari Propinsi Irak yang

gubernurnyaa ketika itu adalah al-Hajjaj. Salah satu alasan pokok pokok 

 penggabungan itu adalah karena Khurasn selalu menjdi tmepat subur bagi huru

hard an rasa tidak pus dari orang-orng Arab yang menetap di sna terhadap

kebijaksanaan pemerintah pusat di Damaskus, sedankan l-Hajjaj dianggp oleh

khalifh sebagai orng kuat yang akan dapt mengatasi persoalan itu. Pertma,

melucuti senjat 9demiliterisasi dan fungsi personil tetera yang berada di dua kota

18 

19 

Page 13: Makalah SPI

5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 13/13

militer di Kufah dan Basrah. Langkah ini kemudian di ambil untuk menutup

kemungkinan pemberian bantuan militer kepada oeng-orang Arab yangmenetep di

Khurasan yang sebagaiman diutarkan di muka berasal dari dua kota militer 

tersebut. Kedua, mendatangkan tentara dari Dmaskus yang personilnys

sepenuhnya adlah orang-orang syiria. Tentara syiria inilah yang menjadi tumpuan

Al-Hajjaj dlam (hal 98) menumpas setiap huru-hara di Khurasn yang umumny

terdiri ats ornag-orang Arab Irak. Dengan demikian, sebuah pola pertentn