makalah spi
TRANSCRIPT
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 1/13
Hal 83
Teori-teori tentang jatuhnya daulat Bani Umayyah dan Bangkitnya Daulat Bani
Abbasiyyah
A. Pendahuluan
Jatuhnya aDaulat Bani Umayyah pada tahun 750 M dan bangkitnya Daulat
Abbasiyyah telah menarik perhatian banyak sejarawan Islam klasik. Para
sejaraawan melihat bahwa kejadian itu unik dan menarik, karena bukan saja
merupakan pergantian struktur sosisla dan ideologi, maka, banyak sejarawan yang
menilai bahwa kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah merupakan suatu revolusi
dalam arti kata yang sebenarnya.
Richard frye dalam sebuah artikelnya berjudul “The aAbbasid Conspiracy
and Modern Revolutionary Theory” pada tahun 1952 menyatakan bahwa cirri-ciri
yang menyertai kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah ketika itu sama dengan
cirri-ciri yang menyertai revolusi di berbagai negara di dunia modern sekaran ini.
Frye menggunakan teori anatomi revolusi (hal 84) yang dikembangkan oleh
CraneBrinyon yang menyatakan bahwa dari empat buah revolusi yang diamatinya
itu di Inggris, Ameriika, Perancis, dan Rusia, sedikitnya ada empa persamaan
.pertama bahawa pada massa sebelum revolusi, ideologi yang sedang berkuasa
mendapat kritik keras dari masyarakatyang brtkuasa itu. Kedua, mekanisme
pemerintahannya tidak efidien karena kelalaiannya mnesuaikan lembaga-
lembagasosial yang da dengan perkemgnan keadaan dan tuntutn zman. Ketiga,
ideology yang brkuasa kepada wawasa baru yang ditawarkan oleh si pengeritik.
Brinton menamakan hal ini degan ‘the disssertion of the intellectuals”Keempat
bhwa revolusi itu umumnya bukan hanya dipelopori digerakkan oleh orna-orang
lemah dan kaum bawahan, melainkan juga oleh sebagian kaum penguasa yang
karena hal-hal tertentu merasa tidak puas dengan sistem yang ada. Secara
berangsur-angsur mereka ini menarik kembli dukungan mereka atas sistim yang
berlaku, sehingga sebagian kecil saja yang mendukung sistim lama sampai saat
keruntuhannya. Maka pukulan terakhir terhadap sistim lama sebenarna bukanlah
karena kuatnya sistem baru yang akan muncul, melainkan karena semakin
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 2/13
melemahnya sistem lama, disebabkan oleh berbagai internal crisis yang terjadi.
Dengan menerapkan keempat cirri revolusi yang ditawarkan oleh Brinton tersebut
maka Rinchard Fryeew berpendapat bahwa sebab-sebab kebangkitan Bani
Abbasyiyah sesuai dengan anatomi revolusi Brinton.1
Pada tahun 950 seorang orientali terkenal Bernard Lewis juga
menggunkan istilah revolusi ketika menguraikn sejara h(hal 85) kebngkitan
Daulat Bani Abbasiyyah dalam bukuny The Arabs in Histoy. Lewis mengatakan
bhwa penggantian Daulat Bani Umayah oleh Daulat Abbsih adlah lebih dari
sekedar pergantian dinsti, melainkan suatu revolusi yang mempunyai arti penting
sebagai tiitk balik dalam sejarah Islam sebagaimana pentinya revolusi Perancis
dan Rusia. Lewis selanjutnya mengatakan bhwa kebangkitan Daulat Bani
Abbasyiyyh buklah hasil suatu kudeta, melainkan hasil dari suatu sha yang
panjang dan memakan waktu lama dengan menggabungkan berbagai kepentingan
golongan masyarakat kepada tujuan yng sama yaitu menumbangkan daulat Bani
UMayyah, meskipun segera seteleh rewvolusi ini berhasil merka pun berpecah
beleh kembali.2 pada tahun 1960ketika menulis artikel berjudul “Abbasid” untuk
edisi terbru dari The encyclopedia of Islam, Lewis juga menggunakan istilah
revolusi lagi dalam menguraikan kebangkitan Bani Abbasiyyah.3Kemudian pada
tahun 1960 itu juga M.A. Ahaban dalam disertasi yang diajukan pada UNiversitas
Harvard juga menggunakan istilah revolusi. Disertasinya berjudul: “ The Social
and Political Background of the Abbasid Revolution in Khursan”. Ketika disertasi
itu diterbitkkan menjadi buku pada tahun 1970, Shaban memberi judul bukunya
dengan : The Abbasid Revolution.4
Demikianlah pentingya kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah dalam
pandangan para sejarawan. Dam sebagaimana kita ketahui memang zaman
pemerintahan Daulat Abbasiyyah itu sering disebut sebagai zaman keemasan
dalam Islam. Pada masa itu perkembangan pemikiran ke-Islaman mencapai
puncakny, para filosof Islam, ahli-ahli ilmu kalam, dan para imam mazhab lahir
1 2 3
4
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 3/13
pada masa Daulat Bani Abbasiyyah. Dalam tulisan ini kita tidak akan membahas
kemajuan-kemajuan yang dicapai seelh Daulat Abbasiyyah lahir, hal itu harus
dibahas dalam suatu tulisan tersendiei. Perhatian utama kita disini ialah apa seb
(hal 86) babnya ya dan bagaimana proses sehingga Dualat Bani Abbasiyyah itu
lahir, bagaimana Bani Abbasiyyah berkembang dengan SSyi’ah, lalu mengambil
daerah Khurasan sebagai pusat gerakan, kemudian menjadi gerakan terbuka dan
mencari calon khalifah, serta bagaimana gerakan baru itu mengkonsolidasikan
diriny pada awal mula.
Teori-Teori tentang Kebangkitan Bani Abbasiyyah
untuk mencoba menerangkan dan menyederhanakan pemahaman tentang sebb-
sebab kebangkitan Daulat Bani abbasiyyh, para sejarawan telah menawarkan
beberapa teori, teori-teori itu umumnya menekankan kepada slah satu aspek
sebagai sebab utama dari kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah. Jika
disederhanakan, sedikitnya ada empat teori mengenai hal ini, dan masing-masing
teori menekankan aspek tertentu dalam penjelasannya. Pertama, teori
faksionalisme rasial atau teori pengelompokan kebangsaan. Teori ini mengatakan
Daulat Bani umayyah itu pada dasarnya adlah Kerajaan Arab yang mementingkan
kepentingan orang-orang Arab dan melalaikan kepentingan orang-orang non Arab
meskipun disebut terakir ini sudah memeluk Islam seperi orang-orang Mawali
dari Iran itu merasa kecewa dan kemudian menggalang kekuatan di wilayah islam
di sebeleh timur yaitu Khurasn untuk menggulingkan pemerintahan Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Atas dasar itu maka menurut teori ini,
jatuhnya Daulat Umayyah adalah jatuhnya Kerajaan Arab dan bangkitnya Daulat
BAni Abbasiyyah adalah kemenangan orang-orang Iran atas orang-orang Arab.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Van Vloten seorang orientalis
berkebangsaan Belanda dalam vukunya berjudul De Opkomst Der Abbasiden in
Chorasn (1980).5 Teori ini kemudian dikembangkan oleh Julius Walhausen dari
Jerman yang menulis bukunya : Das Arabische Reich und sein stirz (1902) yang
5
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 4/13
pada tahun 1927 diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Arab
Kingdonm and its Fall.6
Kedua, teori fkasionalisme sectarian atau teori pengelompokan golongan
atas dasar paham keagamaan. Teori ini menerangkan bahwa kaum Syiah
selamanya aalah lawan dari Bani umayyah yang dianggpnya telah merampas
kekuasan daeri pendiri Daulat Bani Umayyah, memproklamirkan dirinya sebagai
khalifah setelah kemenangannya atas Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
Keberhasilan Daulat Bani Abbasiyyah dalam menggulingkan Daulat Bani
Umayyah, menurut oposan itu, terletak pad koalisi mereka dengan kaum syi’ah
yang menyerah ajaran-ajaran kum Khawarij, sebagaimana akan diuraikan nanti.
Atas dasar itu maka teori ini mengatakan bhwa lebih bik jika dilihat dari segi
golongan-goongan penganut paham-paham keagamaan tersebut di atas
Ketiga, teori faksionalisme, kesukuan. Banyak sejarawan berpendapat
bahwa persaingan antar suku Arab ala zaman jahiliyyah sebenarnya masih terus
berlangsung atau hidup kembali pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Dua
suku atau qabilah utama selalu bertentangan satu sama lain, yaitu suku
MUdhariyah bagi orang-orang Arab yang datang dari sebelah utara dn suku
Yamaniah bagi orang-orang Arab yang datang dari sebelah selatan. Menurut teori
ini, setiap Khalifah dari Bani Umayyah di (hal 88)dukung oleh salah satu dari dua
suku besar ini. Jika yang satu mendukung seorang khalifah, maka yang lain
bertindak sebagai oposisi, dengan demikian pertentangan antasuku ini
berkepanjangan dan menyebar ke seluruh wilayah kekuasaan Islam termasuk di
wilayah-wilayah sebelah timur yaitu di Khurasan. Teori ini mengatakan bahwa
kemenangan Bani Abbasiyyah di Khurasan sebagai modal teritorial pertama bagi
pemerintahannya adalah akibat dn hasil manipulasi ats pertentagnan dua suku
utama tesebut di wilayah itu. Dengan kata lain menurut teori utama tersebut di
wilyah itu, dengan kata lain, menurut teori ini, kebangkitan Abbasiyyah akan
dapat dipahami dengan lebih baik jika dilihat dari segi pertentangan kedu suku
tersebut.
6
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 5/13
Keempat, teori yang menekankan kepada ketidakadilan ekonomi dan
disparitas regional. Teori ini mengatakan orang Arab dan Syiria mendapat
perlakuan khusus dan mendapat keuntungan-keuntungna tertentu dari Daulat Bani
Abbasiyyh dengan memperoleh keringanan-keringanan pajak dan hak-hak
mengolah tanah di wilayah-wilyah yang baru ditaklukkan, sedangkan orang-orang
Arab dari sebelah timur khususnya Irah yang tinggal di wilyah Khurasan tidak
mempeoleh perlakuan yang seperti itu. Bahkan mereka harus membayar pajak
yang tinggi yang administrasinya msih diatur oleh kaum ningrat airan Islam.
Dengn demikin, kekecewan di kalangan kelompok Arav ini pun muncul dn
bertimbun dari waktu ke waktu, yang sendiri karena alas an-lsan diskriminasi
ekonomi. Oleh karena itu, menurut teori ini, kebangkitan Abbasiyyah akan dapat
diphami dengan lebih baik jika dilihat dari segi kepincangan-kepincangan
kebijaksanaan ekonomis tersebut
Demikianlah empat teori yang mencoba menernakan tentang hakikat
kebangkitan daulat Bani Abbsiyyah dengan keempat teori itu kita sekarang akan
melangkh untuk melihat apa (hal 89) dan bagimana Daulat Bani Abbasiyyah itu
muncul dan bangkit menuju kemenangannya berdasarkan fakta-fakta sejarah yang
ada
Bani Abbasiyyh dan Syi’ah
Sebagaimana diketahui khalifahBani Abbasiyyah adalah Abdullah Abul
Abbas as-Safah, memerintahk taun 750 – 754 M. tetepi usaha dn klaim Bani
Abbasiyyah untuk menduduki jabatan khalifah sebelum masa hidup As-Safah.
Sebagian sejarawan mengatakan klaim itu sudh dimulai sejak masa hidup
kakeknya bernama Ali bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib, salah
seorang paman Nabi Muhammad SAW.
Para sejarawan mencatat bahwa Al-Abbas bin Abdul Muthalip yang hidup
pada masa Rasulullah tidak pernah menunjukkan ambisi politiknya. Ia juga tidak
termasuk kelompok As-sabiqun al-Awwalun karena ia baru memeluk agama
Islam beberapa saat sebelum penaklukkan Mekkah pada tahun 8 H/ 630 M, karena
itu ia tidak memainkan peranan penting dalam sejarah Islam periode Mekkah.
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 6/13
Tetepi Nabi MUhmmad memang memberi hak untuk membagikan dan menyuplai
air kepada para jamaah haji. Anaknya bernama Abdullah bin Abbas juga tidak
menunjukkan gejala-gejala mempunyai ambisi politik, melainkan menekunkan
dirinya untuk mempelajari hadis sehingga dikenal sebagi seornag ahli hadis
terkemuka di Hijaz pada abad pertama hijrah. Ketika Ali bin Abi Thalib berjuang
untuk menduudki jabatan khalifah melawan Muawiyah, al-Abbs dan anaknya
Abdullah, mendukung Ali. Tetapi ketika Muawiyah telah kokoh menjadi khalifah,
Abdullah sering berkunjung juga ke istananya di Damaskus, bahkan (hal 90) juga
setelah Muawiyah digantikan oleh anaknya bernama Yazid Kunjungan Abdullah
bin Abbas kepada khalifah Bani Umayyah ini ditafsirkan oleh anggota keluarga
Bani Abbas yang dating kemudia sebagai usaha untuk membela AHlul Bait
( Keluarga Nabi Muhammad) dihadapan para khalifah ani Umayya bin
Muawiyyah, dimana untuk beberapa saat Ibnu Zubair menguasi seluruh negeri
Islam kecuali Damaskus, Abdullah bin Abbas juga tetap tidak mau mengakui
kekuasaan Ibnu Zubir karena bukan dari ahlul bait sehingga ia bersama
Muhammad bin Hanafiyah terpaksa harus mengungsi atu diusir ke Thaif.7
Keturunan Bani Abbas yang pertama kali menunjukkan ambisi politiknya
adalahAli bin Abdullah bin Abbas (W. 118 H/736 M). oleh ornag-oang Hijaz ia
dijuluki sebagai as-sajaad (tukang sujud) karena banyaknya bersembahyang juga
sebagai dzul nafathaat, artinya orang yng bertanda pada dahinya karena
banyaknya melakukan sujud. Ia juga sering berkunjung ke istana Bani Umayyah
di Damaskus terutama di masa pemerinthan Abdul Malik bin Marwan
(memerintah tahun 985-705M). tetapi ketika masa pemerinthan Walid bin Abdul
Mlik (705-715 M), ambisi politik Ali bin Abdullah mulai tercium kalangan Bani
Umayyah sehingga Walid mencari-cari alas an untuk menindak Ali bin bdullah.
Tiga kali Ali bin Abdullah terkena hukum pukul. Pertama, karena ia mengawini
Lubaaba binti Abdullah bi Ja’far, seorang janda Abdul Malik yang dianggap oleh
Walid sebagai penghinaan atas ayahnya, Abdul Malik. Kedua, karena dicuriai
melakukan kegiatan politik anti Bani Umayyah, ia dihukum pukul dan di arak di
atas unta dengan duudk menhadap ke belakang. Ketiga, karena dituduh memunuh
7
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 7/13
saudaranya bernama Salit bin Abdullah bin Abbas. Untuk yang ketiga ini, setelah
dipukul, ia dipenjarakan dan kemudian diusir dari Damaskus dan diperintahkan
pergi ke daerah Shurat. Di (hal 91) sini ia kemudian tinggal di suatu kota
bernama Humaimah terletak pada rute perjalanan antara Damaskus dan HIjaz
sampai akhir hayatnya.8 Pendek kata Ali bin Abdullah dicurigai oleh Bani
Umayyah sebagai figure politik yang berbahaya.
Sampai dengan pemberontakan Al-Mukhtar pada tahun 685 M, konsep
Ahlul Bait masih menyempit kepada keturunan Nabi Muhammd yaitu melalui
putri beliau bernama Fatimah yang kawin dengan Ali bin Abi Thalib. Dengan kata
lain, pernyataan tentang hk Ahlul Bait atas jabatan khalifah praktis bearti hak
keturunan Ali bin Abi Thalib. Ketika Ibnu Zubair memberontak dan
memproklamirkan dirinya sebagai khalifah segera setelah Muawiyyah meninggal
dunia, Al-MUkhtar, seorang anak Ali bin Abi Thalib tetapi dari isteri selain
Fatimah. Meskipun LA-Mukhtar dua tahun kemudian (687) ditumpas oleh Ibnu
Zubair yang mulai menguasai hamper seluruh wilayah Islm selain damaskus
ketika itu, kejadian itu menydarkan Bani Abbasiyah bahwa Ahlul Bait yang
berrhak atas jabatan khalifah itu tidak harus terbats kepd keturunan Rasulullah
melalui atimah, tetap bisa juga lebih luas dari itu yaitu ketuurnan Abdul Muthalib
secara keseluruhan. Dengan demikian, Ban Abbas, keturunan dar paman Nabi
Muhammad Saw, juga berhak untuk mengklaim jabatan khalifah. Kiranya inilah
yang telah memberikan inspirasi dan legitimasi kepada Ali bin Abdullah bin
Abbas untuk kegiatan-kegiatan politiknya sebagaimana disebutkan di atas.
Setelah Ali bin Abdullah meninggal dunia, cita-cita politiknya diteruskan
oleh anaknya bernama Muhammad. Pada masa hidup Muhammd inilah Bani
Abbasiyyah secara resmi berkoalisi dengan Syiah atau bhkan mengklaim dirinya
sebagai imam dari kelompok itu, tegasnya imam kelompok Syi’ah dari garis non
Fatimah. Imam Syi’ah pertama adalah Ali bin Abi Thalib, setelah itu Hasan bin
Abi Thlib, kemudian Husein bin Ali bin (hal 92) Abi Thalib. Setelah berselisih
pham tentang sipa imam keempat. Sebagian orang mengatkan Ali bin Zaenal
Abidin bin Husein, dari garis Fatimah, sedangkan yang lin mengatakan
8 8
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 8/13
Muhammad bin Hanafiyah dari garis non-Fatimah, yang namanya dipakai oleh
pemberontakan AL-MUkhtar di ats. Para sejarawan menilai bahwa Syiah garis
Fatimah ini bersifat moderat dan masih mau berkolaborasi dengan Bani Umayyah
walaupun mereka harus menyembunyikan kebencian dan cita-cita politik mereka
yang tekenal dengn istilah Taqiyyah. Sebaliknya, syiah garis non-Fatimah
dianggap sebagai Syi’ah kelompok ekstrim yang tidak segan-segan mengdakan
pemberontakan bersenjata, sebagaimana dibuktikan oleh Al-Mukhtar.9
Setelah Muhammad bin Hanafiyah meninggl dunia pada tahun 700M,
jabatan Imam Syi’ah kelompok ini digantikan oleh anaknya bernama Abu Hasyim
yang pada akhir hayatnya menyerahkan jabatan imamnya kepad Muhmmab bin
Ali bin Abdullah bin Abbas. Semula dimuli dengan MUhamman bin Ali belajar
agma kepada Abu Hasyim yang kemudian berkembang menjadi hubungan intim
Bani Abbasiyyah dengan kelompok Syiah garis non-Fatimah. Pad tahun 97 H/715
M ketika Abu Hasyim dikeluarkan dari penjara di Damaskus dikarenakan
kegiatan-kegiatan politikny, dan dalam perjalanan menuju HIjaz ia jatuh sakit. Ia
berhenti di Humima dan di sana mampir ke rumah Muhammad in Ali untuk
mendapatkan perawatan seperlunya. Ternyata Abu Hasyim tidak tertolong lagi
dan ia pun meninggal di Humaima. Sebelum meninggal ia menunjuk MUhmmad
bin Ali sebagai penggantinya, menduduki jabatan Imam Syi’ah garis non-Fatimh.
Meskipun ada sumber-sumber yang mengatakan bahwa Abu Hasyim meninggal
karena diracun oleh oknum-oknum Bani Umayyah dan bukan karena sakit, tetapi
sumber-sumber itu mengatakan bahwa pada akhir hayatnya Abu Hasyim
memerintahkan para pengikutnya untuk mengikuti perintha Muhammad bin Ali
dari Bani Abbasiyyah.10 Inilah langkah jitu pertama Bani Abbasiyyah, karena
dengan koalisinya dengan Syiah itu akan mempermudah Bani Abbasiyyah dalam
menarik pengikut gerakannya di kemudian hari dan juga sekaligus memberi
legitimasi dokriter tentang pentingnya meruntuhkan Bani Umayyah dan
menyerahkan jabatan kepada Ahlul Bait di mana Bani Abbasiyyah kini bernaung
di bawhny.
9
10
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 9/13
Muhammad bin Ali ternyata lebih aktif dari ayahnya dalam kegiata politik.
Bahkan kadang-kadang ia berkelakar dengan khalifah Hisham bin Abdul malik.
Sekali waktu dikabarkan bahwa khalifah Hisham menuduh Muhammad berhutang
ke pad Negara sebesar 100.000 dirham, dan berkata: “Kamu baru akan bisa
membayar hutang itu jika Bendera Hitam telah berkibar”. Bendera Hitam adalah
lambing gerakan Bani Abbasiyyah.11 Muhammad bin Ali juga sekali waktu
hendak dipenjarakan oleh HIshm tetapi seorang penasehatnya melarannya karma
akan mengundang motos pahlawan padanya.
Para pengikut Abu Hasyim dtu disebut dengan Hashimiah atau
Rawandiah, dan dengan kepemimpinan Muhammad bin Ali sekarang mencoba
meluaskan pengaruhnya ke bagian timur dari wilayah Islm. Sejarawan Islam
klasik terkemuka Ibn Jarir at-Tabari mengatakan bahwa pad tahun 100 H, yakni
tiga tahun setelah menjabat imam, Muhammad mengirim Maisara ke Iraq untuk
menjajagi merekrut pengikut baru bagi gerakannya. Maisarah ternyata dengan
mudah mendapat dukungan dari ornga-orang Kufah di Iraq, sehingga dari sana
kemudian ia mengirim tiga oran Kufah ke Khurasan untuk meluaskan pengaruh
gerakan Bani Abbasiyyah. Merke itu ialah Muhammad bin Khunais, Abu Ikrimah
atau Abu Muhammad As-Shadiq, dan Hayyan al-Attar. Di Khurasa ketiga utusan
tu kemudian membentuk suatu Komite yang terdiri atas 12 orang yang dikenal
dengan nam Nuqabaa. Mereka itu ialh sulaiman Katsir al-Khuz’I, Lahiz (hal 94)
bin Quraiz at-Tamimi, Qahtabah bin Syabib at-yay, Musa bin Ka’ab at-Tamimi,
Khalid bin Ibrahim, Qasim bin Majashi, at-Tamimi, Amran bin Ismail Maula Abi
Muit, Malik bin Haitham l-Khuza’ah, shibli bin Tahman Maula ban Hanifah, dan
Isan bin A’ yun Maula Bani Khuza’ah. Sebanyk 8 dari 12 anggota komite itu
adalah ornag-orang ketuunan Arah yan menetp di Khurasan sedangkan 4 orang
lainnya adalah para Mawali yaitu orang –orang Iran bekas tawanan perang yang
telh memeluk agama Islam dan diikutikan pada slh satu keluarga Arab. Tabari
selanjutnya mengakan bahwa komite 12 ini kemudian membentuk sebuah komite
11
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 10/13
yang lebih besar lagi yang terdiri atas 70 orang, dan kepada mereka ini Muhmmad
bin Ali menulis surat menerangkan gars-garis besar gerakannya.12
Kiranya patut dicatat di sini bhawa smpai tahap ini gerakan Bani
Abbasiyyah masih bersifat di bwah tanah dan slogan yang dikemukakan pun
belum lagi menggunkan bendera Bani Abbasiyyah tetapi bendera Ahlul Bait atau
Al-Rida Muhmmad. Suksesy di Kufah dalam merekrut pendukung adalah
karenaMUkhtar yang membawa nama imam Muhammad bin Hanafiyah.
Wellhausen dengan mendasarkan dirinya kepad a AL-Mukhtar itu di permukaan
telah ditumpas, tetapi di bawah permukaan, terutama di kalangan masyarakat
bawah dan kaum Mawali Iran, pengaruhnya masih besar dn mereka inilah yang
kemudian mendukung gerakan Ban Abbasiyyah. Wellhusen mengatakan karena
itu tepat sekali ketika Bani Abbasiyyah menetapkan Kufah sebagai pusat
kegiatannya seteleh Humaima dn sebelum menjalar ke Khurasan.13
Bani Abbasiyyah dan Khurasan
Karena Khurasan adalah wilayah yang akan dijadikan sebagai ajrn
revolusi Bani Abbasiyyah, telebih dahulu kita perlu melihat sepintas latar
belakang sosial politik yang terjadi di wilayah ini jauh sebelum Bani Abbasiyyah
masuk ke sana. Khurasan adalahsuatu wilayah yang terletak di Iran Timur
sekarang dn ketika itu merupakan wilayah Islam paling timur, meskipun maish
ada kota-kota di sebelah timur lagi. Ibu kotanya adadlah Merv ar-Rud, Harat,
Balkh dan lain-lain. Sumber-sumber sejarah umumnya mengatakan bahwa
penaklukkan Khurasan oleh Islam dimulai pada masa pemerintahan khalifah
Usman bin Aggan dibawah seorang Jendral bernama Abdullahbin Amir yang juga
merangkap sebagai Gubernur Basrah dari tahun 29 – 35 H / 649-655 M. tetapi ada
juga yang mengtakan penaklukkan itu telah dimulai pada masa pemerintahan
khalifah Umar bin khatab segera setelah selesain Perang Qadisiah (637 M),
sedangkan Tabarimenyebutkn setahun setelah peranga NIhavand yakni tahun 22
H /643 M.14
12 13
14
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 11/13
Tentara Abdullah bin Amir ketika itu sepenuhnya adalah tentara dari
Basrah yang rekrutmennya diambil dari suku-suku Arab yang telah berimigrasi ke
ko militer ( garrison town) Basra dan mereka itu telah terdftar dalam Diwan. Oleh
karena itu wjar jika para komandan bataliyonnya dipegang oleh para kepala suku
tersebut. Sebagian terbesar mereka adalh dari sukum Tamim, hanya sebanyak
1000 orang dari mereka itu yang bukan orang Arab, dan mereka itu yang bukan
oran gArab, dan mereka itu adalah bekas rakyat kerajaan Sasanian Iran yang telah
takluk kepada Islam dan umumnya berasal dari sekitar Basrah juga. Ketika
Abdullah bin Amir meninggalakn Khurasan untuk kembali ke Basrah sebagia
tentarnya ditinggalkannya di Khurasan untuk menjaga keamanan di wilayah baru
itu. Mereka ini terdiri ats suku Qays dari Bani sulaym, dan suku lainnya yaitu
Tamim, Azd, dan khu-za’a.15
(hal 96) Sepeninggal Abdullah bin Mir, seringkali terjadi huru-hara di
KHurasn umumnya dipelopori oleh rakyat setempat. Tetapi umumnya keributan
itu dapat dipadamkan segera seteleh pasukan rab diperkut. Ketik MUawiyyah
berhasil menduudki jabatan sebagai khalifah pertama dari Bani Umayyah pada
thun 661 M/41 h, Abdullah bin Amir dikukuhkan kembali sebagai gubernut Basra
yang wilyahnya meliputi Sistan dan Khurasan dengan demikian, keamanan dan
ketertiban dapat dikendalikan.16 Pada thun 45 h/655 M Khurasan pernah dibgi
menjadi empat distrik yaitu Merv, Nisapu, Mervrudh, dan Harat, tetpi segera
dipersatukan kembali karena ternyata mengundang permusuhsn antar suku Arab
yang menguasai distrik-sitrik tersebut.17
Pada tahun 45 H/665 M Ziyad bin Abi Sufyan diangkat sebagai Gubernur
Basrah yang sekali lagi mencakup wilayah Khurasan, bahkan juga ditmbah degan
kota militer Kufah. Sebenarnya ia tidak benyak menaruh minat untuk mengurusi
Khurasan kecuali mengirimkan al-Hakam untuk meneruskan penaklukan daerah-
daera perbatsan yang belum terjamah. Tetpi ketka Ziyad melakukanreorganisasi
tentaranya dan menyusun daftar baru personilnya (Diwan) ternyata jumlah merka
melebihi dari kemmpuannya untuk membyar gaji merek. Kerena itu ia mengambil
15 16
17
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 12/13
langkah untuk mengirimkan mereka beserta keluarga mereke yang seluruhnya
berjumlah 50.000 orang ke Khurasan supaya menetap di sana. Sebagian mereka
adalah orang-orang Basrah dn sebagian lainnya adlah orang Kufah.18 Selain
personil tentara Abdullah bin Amir yang ditinggalkan di Khurasan, mereka inilah
ornag-orang Arab yang kemudian menjdi penduduk tetap di Khurasn
berdampingan dengan penduduk asli yang terdiri dari orang-orang Iran. Sebagian
mereka menjadi petani dan mengolah tnah, dan sebaian mereka menjadi
pedagang.
Ziyad sendiri menginggal dunia pada thuan 53 H /673 M, tetapi
kebijaksanaannya disetujui leh khlaifah Muawiyyah yang segera setelah
menduduki jabatan khalifah menetpkan khurasan sebagai propinsi yang berdiri
sendiri dan sebagai Gubernurnya ditunjuk anak Ziyad yang bernama Ubaidullah.
Pada tahun 675 M dipindahkan menjadi gubernur di Basrah, dn ketika ia
meninggalkan Khurasn menuju posnya yang baru semua harta kekayaan Negara
yang berad di bawah kekuassannya, termasuk hasil rampasan perang dan pajak,
dibwanya serta untuk dirinya dan sebagian lainnya untuk diserahkan kepda
pemerintah pusat di Damaskus. Kejadian ini ternyata menimbulkan keresahandi
kalangan suku-suku Arab yang menetap di Khurasan, karena menurut pendapat
mereka kekayaan Negara dari sutu propinsi adalah untuk kepeluan pengelolaan
propinsi itu sendiri.19
Demikianlah gubernur berganti gubernu di Khurasn sampai akhirnya pada
masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan ( 65 -86 H / 685 -705 M)
Khurasan digabungkan kembali menjadi bgian dari Propinsi Irak yang
gubernurnyaa ketika itu adalah al-Hajjaj. Salah satu alasan pokok pokok
penggabungan itu adalah karena Khurasn selalu menjdi tmepat subur bagi huru
hard an rasa tidak pus dari orang-orng Arab yang menetap di sna terhadap
kebijaksanaan pemerintah pusat di Damaskus, sedankan l-Hajjaj dianggp oleh
khalifh sebagai orng kuat yang akan dapt mengatasi persoalan itu. Pertma,
melucuti senjat 9demiliterisasi dan fungsi personil tetera yang berada di dua kota
18
19
5/11/2018 Makalah SPI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-spi-55a230ed4bc73 13/13
militer di Kufah dan Basrah. Langkah ini kemudian di ambil untuk menutup
kemungkinan pemberian bantuan militer kepada oeng-orang Arab yangmenetep di
Khurasan yang sebagaiman diutarkan di muka berasal dari dua kota militer
tersebut. Kedua, mendatangkan tentara dari Dmaskus yang personilnys
sepenuhnya adlah orang-orang syiria. Tentara syiria inilah yang menjadi tumpuan
Al-Hajjaj dlam (hal 98) menumpas setiap huru-hara di Khurasn yang umumny
terdiri ats ornag-orang Arab Irak. Dengan demikian, sebuah pola pertentn