makalah skenario 1 (dr. ali) - kelompok 2
TRANSCRIPT
MAKALAH PBHL
SKENARIO 1 (dr. Ali)
Disusun oleh:
Kelompok B
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN
JANUARI
2016
MAKALAH PBHL
SKENARIO 1
Disusun oleh:
Fladiniah Puluhulawa 4111141043
Wahidatin Nurul 4111141044
Rachmatulisa Putri 4111141045
Putri Kartika 4111141046
Nursyifa Dewi 4111141047
Haitsam Maulana 4111141048
Wisnu Yoga 4111141049
Mutia Aridha 4111141050
Farhan Walid 4111141051
Robertus Sindhu 4111141052
Ayu Ameliya 4111141053
Beni Saputra 4111141054
Feby Wirananto 4111141055
Hadini Qudsy 4111141056
Striratna Candra 4111141057
Anggita Rizqi 4111141058
Shyfa Nurasiyah 4111141059
Nabila Muliya 4111141060
Julia Nur Andina 4111141061
Grace Belia 4111141062
Feby Wulandari 4111141063
Arsyad Parama 4111141064
Azizah Hanif 4111141066
Mochammad Rivaldi 4111141067
Putri Landya 4111141068
Zulpah Ayu 4111141069
Nindita 4111141070
Allegra Vega 4111141071
Nissa Amamah 4111141072
Muhammad Fauzi 4111141073
Riany Jade 4111141074
Bella Sugih 4111141075
Annisya Permatasari 4111141076
Pera Sri Rahayu 4111141077
Vania Amyra 4111141078
Fahni Nursyifa 4111141079
Gusti Ayu 4111141080
Fauziyah Widya 4111141081
Afrial Wirandani 4111141082
Aulia Dewi 4111141083
Fadhel Salman 4111141084
Faras Hilmy 4111141085
Ossa Mega Aprilla 4111141086
Sheila Amanda 4111141088
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Cimahi, 12 Januari 2016
Penyusun
SKENARIO
Seorang pasien Ny. AMS (38) didiagnosis menderita pembengkakan kelenjar tiroid
hingga harus menjalani operasi sebanyak dua kali. Namun, sebulan usai menjalani perawatan
Ny.AMS mengembuskan napas terakhir. Sebenarnya keluhan sudah dirasakan dalam tiga
tahun belakangan. Namun, Ny. AMS baru datang ke rumah sakit pada Rabu 20 Februari
2013. Menurut suami nya, Tn. PM, usai mendaftarkan diri ke loket di sebuah rumah sakit di
kawasan Jakarta Timur, keduanya diarahkan ke poli bedah untuk menemui dokter bedah.
Sampai di ruangan, kami bertemu dr. SR.,SpB seorang dokter bedah, ia memeriksa
dengan hanya meletakkan tangannya ke arah benjolan di leher istrinya. "Istri saya diminta
menelan ludah agar diketahui apakah sakit saat menelan. Setelah itu dokter langsung
mendiagnosis, istri saya menderita gangguan pada kelenjar tiroidnya", ujar Tn.PM. Setelah
itu dokter langsung menyarankan operasi pengangkatan benjolan. Tn. PM menanyakan
apakah tidak perlu pemeriksaan untuk lebih pasti lagi dan menanyakan risiko operasinya.
Dokter hanya menjawab ini kasus yang sering dan sederhana hanya perlu meminum obat
seumur hidup. Tapi jika tidak dioperasi, risiko lebih tinggi.
Saat itu dokter mengatakan, tiroid akan berkembang menjadi kanker dan dapat
menjalar ke bagian tubuh lain. Selain itu, tubuh akan melemah jika melahirkan dan anak yang
dilahirkan akan cebol. "Karena perasaan kami ketakutan dan bingung atas ucapan dokter tadi,
saya dan istri saya akhirnya setuju dioperasi", ungkapnya. Sebelum menjalani operasi, dokter
melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan dan menyatakan istrinya siap dioperasi.
Namun, pada saat operasi dilakukan tanpa didampingi suaminya karena sedang mengurus
KJS (Kartu Jakarta Sehat).
"Saya datang saat operasi sudah selesai. Saya hanya bertemu petugas kamar di
bangsal dan memberikan botol kecil yang berisi seperti gumpalan daging untuk diserahkan ke
laboratorium yang ada di rumah sakit. Petugas juga memberitahu, istri saya sudah
dipindahkan ke ruang rawat dan kondisinya tak sadarkan diri," katanya. Tn. PM mulai
bingung karena sejak selesai operasi hingga istrinya siuman, dia tidak mendapatkan
penjelasan apa pun dari dokter. Setelah diperbolehkan makan dan minum Ny. AMS
mengeluhkan sakit di sekitar leher hingga tak bisa makan atau minum. "keluhan dirasakan
sampai 3 hari. Dokter jaga dan suster bilang itu efek dari operasi," ungkapnya.
Tn PM akhirnya memaksa bertemu dokter SR.,SpB yang menangani istrinya untuk
meminta penjelasan tentang kondisi istrinya. Saat bertemu, dokter bilang harus dilakukan
operasi kedua karena berdasarkan pemeriksaan radiologi pasca operasi kemungkinan
ada bekuan darah yang menutup saluran tiroid. "Selesai operasi kedua, bukannya sembuh
rasa sakit yang dirasakan istrinya malah makin parah dan ditambah suaranya menghilang.,"
jelasnya. Tn. PM bertambah kaget ketika mengetahui bahwa sebenarnya tiroid yang diderita
istrinya sudah menjadi kanker ganas berita tersebut secara tidak sengaja ia dengar dari
pembicaraan antara petugas kamar operasi pada saat makan siang di kafetaria RS.
Tn. PM mengirim surat ke pihak rumah sakit untuk meminta pasien dirujuk ke RS
yang lebih memadai. Kami meminta semua data-data selama saat perawatan , kami ingin
memilih RS yang lebih baik namun tidak diizinkan dan dokter akhirnya mengadakan
pertemuan dengan keluarga dan pihak rumah sakit berjanji akan mendatangkan dokter ahli
untuk merawat Ny. AMS. Namun karena dokter itu tak kunjung datang saya membawa
pulang istri saya secara paksa lalu membawanya ke salah satu RS swasta besar di ibu kota.
Di RS swasta tersebut istri saya di tangani oleh dr., WN.,SpB setelah kondisi istri saya
stabil dilakukan serangkaian pemeriksaan dan persiapan untuk dilakukan operasi yang ketiga
kalinya. Setelah beberapa hari selesai operasi keluhan nyeri berkurang namun suara istri saya
tetap menghilang. Saya meminta bertemu dengan dr .WN., SpB untuk meminta penjelasan
tentang kondisi istrinya. Dokter bilang bahwa sebenarnya tiroid yang diderita istrinya sudah
menjadi kanker ganas dan telah melekat pada saluran makan dan pernapasan sehingga harus
di angkat sampai lapisan terdalam karena hal tersebut pascaoperasi pertama pengangkatan
tiroid saluran makan dan pernapasan menjadi tipis sehingga saat memberikan makan setelah
operasi leher yang pertama terasa sakit karena saluran makan terputus. “ Lalu saya bertanya
mengapa suaranya masih menghilang ?” , menurut dokter pada saat operasi ditemukan
kondisi pita suara yang sudah membentuk jaringan ikat yang kaku hal tersebut kemungikan
akibat tersayat pada saat operasi sebelumnya dan mengalami penyembuhan yang tidak
sempurna, sehingga istri saya akan kehilangan suara secara permanen. Tn .PM berencana
menuntut dr. SR.,SpB karena telah menyebabkan kerugian materi dan suara istrinya hilang .
TUGAS:
1. Identifikasi isu etik serta kriteria kaidah dasar moral yang sesuai pada tiap paragraf
dengan mengunakan kriteria KDM.
2. Jelaskan jenis kelalaian medis manakah yang sesuai kasus?
3. Identifikasilah empat aspek (4D) dalam pembuktian langsung yakni duty, deliriction
of duty, direct cause dan damage terkait kasus
4. Jelaskan perencanaan tindak lanjut penanganan malpraktik medis terkait kasus.
5. Sebutkan pasal-pasal terkait malpraktik medis pada kasus.
PEMBAHASAN
1. Isu etik serta kriteria kaidah dasar moral yang sesuai.
Isu Etik KDM
Ia memeriksa dengan hanya meletakkan
tangannya ke arah benjolan di leher
istrinya. Setelah itu dokter langsung
mendiagnosis.
Beneficence
(minimalisasi akibat buruk)
Tn. PM menanyakan apakah tidak perlu
pemeriksaan untuk lebih pasti lagi dan
menanyakan resiko operasinya.
Autonomy
(menghargai rasionalitas pasien)
Dr. Hanya menjawab ini kasus yang sering
dan sederhana hanya perlu meminum obat
seumur hidup.
Non-maleficence
(mengobati secara proporsional)
Pada saat operasi dilakukan tanpa
didampingi suaminya karena sedang
mengurus KJS.
Beneficence
(memandang pasien/keluarga sebagai
sesuatu yang tak hanya
menguntungkan dokter.)
Tn. PM mulai bingung karena sejak selesai
operasi hingga istrinya siuman, dia tidak
mendapatkan penjelasan apapun dari
dokter.
Non-maleficence
(menghindari misrepresentasi dari
pasien)
Tn. PM bertambah kaget ketika
mengetahui bahwa sebenarnya tiroid yang
dideritanya sudah menjadi kanker ganas
berita tersebut secara tidak sengaja ia
dengar dari pembicaraan antara petugas
kamar operasi pada saat makan siang di
kafetaria RS.
Autonomy
(Berterus terang)
Kami ingin memilih RS yang lebih baik Autonomy
namun tidak diizinkan dan dokter akhirnya
mengadakan pertemuan dengan keluarga
dan pihak rumah sakit berjanji akan
mendatangkan dokter ahli untuk merawat
Ny. AMS.
(menghargai hak menentukan nasib
sendiri, menghargai martabat pasien)
Dokter bilang sebenarnya tiroid yang
diderita istrinya sudah menjadi kanker
ganas dan telah melekat pada saluran
makanan dan pernapasan menjadi tipis
sehingga saat memberikan makan setelah
operasi leher yang pertama terasa sakit
karena saluran makan terputus.
Autonomy
(tiddak berbohong, meskipun demi
kebaikan pasien)
Menurut dokter pada saat operasi
ditemukan kondisi pita suara yang sudah
membentuk jaringan ikat yang kaku hal
tersebut kemungkinan akibat tersayat pada
saat operasi sebelumnya dan mengalami
penyembuhan yang tidak sempurna,
sehingga istri saya akan kehilangan suara
secara permanen.
Non-maleficence
(tidak membahayakan pasien karena
kelalaian)
2. Jenis kelalaian terbagi dalam 3 bentuk, yaitu :
a. Malfeasance, yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak
tepat/layak (unlawful/improper). Jenis ini sejajar dengan Error of Planning.
Misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi, mengobati pasien dengan
coba-coba tanpa dasar yang jelas.
b. Misfeasance, yaitu melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi tidak
dilakukan dengan tepat atau menyalahi prosedur (improper performance). Jenis ini
sejajar dengan Error of Execution. Misalnya adalah melakukan tindakan medis
menyalahi prosedur
c. Nonfeasance, yaitu tidak melakukan tindakan medis yang sebenarnya wajib
dilakukan.
Selain itu, ada juga yang membagi jenis kelalaian menjadi 3 tingkatan yaitu :
a. Culpa lata, yaitu tindakan yang sangat tidak berhati-hati, kesalahan yang serius
(gross fault or neglect). Jenis kelalaian ini tidak berlaku lagi hukum perdata,
melainkan pidana.
b. Culpa levis, yaitu kesalahan biasa (ordinary fault/neglect). Jenis kelalaian
ditampung dalam hukum perdata.
c. Culpa levissima, yaitu kesalahan ringan (slight fault or neglect)
Apabila dikaitkan dengan kasus, makan jenis kelalaian yang sesuai ada 2 yaitu :
1. Malfeasance di skenario diceritakan bahwa dr. SR.,SpB menegakkan diagnosis
hanya dengan melakukan pemeriksaan dengan meletakkan tangannya ke arah
benjolan di leher pasien, setelah itu pasien diminta menelan ludah agar diketahui
apakah sakit saat menelan. Dr. SR.,SpB tidak melakukan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan diganosis penyakit pasien.
2. Misfeasance diskenario diceritakan bahwa dari pernyataan dr. WN., SpB yang
mengatakan bahwa suara pasien hilang karena disebabkan oleh pita suara yang
sudah membentuk jaringan ikat yang kaku yang kemungkinan akibat tersayat pada
saat operasi sebelumnya dan mengalami penyembuhan yang tidak sempurna.
Seperti diketahui diskenario bahwa pasien sebelumnya dioperasi oleh dr.
SR.,SpB , sehingga kemungkinan besar bahwa tindakan operasi yang dilakukan
oleh dr. SR.,SpB mengakibatkan pasien hilang suara.
3. Empat aspek (4D) dalam pembuktian langsung:
Duty
Pada saat Ny. AMS datang seharusnya dokter tidak hanya melakukan
pemeriksaan fisik tapi juga pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan Lab untuk
menegakan diagnosis yang baik dan terpercaya. Jika diagnosis pasti sudah di
tegakan. Maka boleh dilakukan tindakan operasi dengan memberikan informed
consent terlebih dahulu. Saat melakukan operasi pastikan di lakukan sesuai
prosedur dengan benar dan hati-hati juga teliti demi meminimalisir akibat buruk
dan demi kesembuhan pasien dan setelah operasi di beri penjelasan mengenai
dampak pasca operasi
Dereliction of Duty
Dokter SR. SpB tidak memeriksa adanya infeksi lebih lanjut tapi hanya
menggunakan tangannya untuk memeriksa benjolan juga Ny. AMS diminta untuk
menelan untuk merasakan sakit atau tidaknya dan langsung menjatuhkan vonis
bahwa Ny AMS menderita gangguan kelenjar tiroid dan dr SR. SpB langsung
meminta untuk melakukan tindakan operasi. Lalu pada saat kondisi Ny AMS
sudah memburuk dr SR. SpB tidak merujuk dan tidak mengizinkan Ny AMS
untuk dibawa kerumah sakit yang lebih besar dan kompeten dan setelah Tn. PM
selaku suaminya memaksa pengakhiran hubungan sepihak, akhirnya Ny. AMS
bisa keluar dan pindah dari rumah sakit tersebut . Setelah itu juga Tn. PM dan Ny.
AMS seperti tidak dihiraukan dan kurang perhatian saat kondisi kesehatan Ny.
AMS memburuk dan tidak sadarkan diri karena dr SR. SpB dan suster tidak
memberi informasi dengan jelas hanya memberitahu bahwa itu semua efek dari
operasi.
Direct Cause
Dokter melakukan tindakan operasi kepada Ny. AMS sebanyak dua kali.
sejak selesai operasi pertama Ny. AMS mengeluhkan sakit di sekitar leher hingga
tak bisa makan atau minum. keluhan dirasakan sampai 3 hari. Kemudian
dilakukan operasi kedua karena berdasarkan pemeriksaan radiologi pasca operasi
kemungkinan ada bekuan darah yang menutup saluran tiroid.Selesai operasi
kedua, bukannya sembuh rasa sakit yang dirasakan istrinya malah makin parah
dan ditambah suaranya menghilang.
Demage
Dokter SR.SpB tidak melakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai
untukmendiagnosis. dr. SR.SpB langsung menyaranka operasi pengangkatan
benjolan tanpa menjelaskan dengan rinci tentang risiko operasi. Setelah operasi
kondisi semakin memburuk,lalu dilakukan operasi kedua . setelah operasi kedua
ternyata tiroid yang di derita menjadi kanker ganas. Pasien tidak bisa makan dan
miinum, setelah itu kehilangan suara secara permanen. Sebulan usai menjalani
operasi dan perawatan. Ny. AMS menghembuskan nafas teraakhir.
4. Perencanaan tindak lanjut penanganan malpraktik medis.
PELANGGARAN PROFESI KEDOKTERAN
Pelanggaran pada profesi kedokteran terdapat 3 macam,yaitu pelanggaran
etik,disiplin dan hukum. Suatu masalah dapat ditentukan 1 jenis pelanggaran atau
lebih. Pada kasus ini dr.SR.SpB akan dituntut oleh pihak Tn.PM maka jalur
tersebut bisa diawali dengan pihak Tn.PM melapor pada MKDKI Provinsi. Hal
tersebut karena kurangnya disiplin dalam informed consent segala hal yang
berhubungan dengan tindakan dan hasil serta efek samping dari operasi. Lalu
Etik Disiplin
OrganisasiProfesi
Pengaduan keMKDKI Provinsi
Hukum
Administrasi Pidana Perdata
Pengaduan
MKEK/MKEKG
TindakanDisiplin
Keputusan
Teguran pencabutanIzin praktik
Kurungan penjara /denda
TindakanDisiplin
Teguran /pencabutan
Sementara Tetap
Keputusan
PernyataanTertulis
Rekomendasi pencabutantanda registrasi dan
surat izin
KewajibanMengikutipelatihan
Gugat Laporan
Keputusan
Ganti rugi
Laporan
Gugat Tuntutan
Pengadilan
pihak MKDKI akan meninjau ulang kasus. Apabila terbukti benar dapat dibuat
keputusan. Keputusan dapat berupa penyataan tertulis.Apabila kasus tersebut
parah maka bisa saja MKDKI merekomendasi untung mencabut tanda registrasi
dan surat ijin praktek. Apabila tidak terlalu parah maka dokter tersebut
berkewajiban untuk mengikuti pelatihan. Namun dalam kasus ini kemungkinan
besar dr.SR,Sp.B akan dikenakan pernyataan tertulis.
Dokter SR,Sp.B dapat dituntut karena kesalahan etik. Maka Tn.PM dapat
mengadu ke MKEK lalu pihak MKEK akan meninjau kasus. Apabila sudah
ditinjau akan ada keputusan berupa teguran pencabutan izin praktek yang sifatnya
tetap atau sementara. Pihak Tn.PM akan menuntut kemungkinan tidak adanya
otonomi pasien bagian tidak adanya informed consent
Secara Hukum dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perdata, pidana dan
administrasi. Kemungkinan pada kasus ini adalah tindak pidana lalu akan dituntut
oleh pihak Tn.PM. Maka kasus ini akan berakhir didalam pengadilan. Pengadilan
akan membuat keputusan berupa ganti rugi, penjara atau teguran serta
pencabutan. Kemungkinan kasus ini pihak dokter dapat diminta ganti rugi dan
teguran karena pihak Tn.PM merasa rugi secara fisik dan materi.
5. Pasal-pasal terkait malpraktik medis
Menurut PerMenKes Republik Indonesia
Melanggar:
1. Pasal 11 ayat 1 = Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan
kedokteran, dokter yang akan melakukan tindakan jga harus memberikan
penjelasan.
Alasan = dalam skenario dijelaskan bahwa Tn. PM tidak mendapatkan
penjelasan apapun dari dokter pada saat akan dioperasi dan pada saat setelah
operasi. (paragraf 4)
2. Pasal 17 ayat 1 = Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat
persetujuan, menjadi tanggungjawab dokter atau dokter gigi yang melakukan
tindakan kedokteran.
Alasan = dalam skenario dokter tidak bertanggung jawab atas tindakan operasi
yang sudah disetujui oleh pasien. Dalam skenarionya, pascaoperasi ny. AMS
kehilangan suaranya dan dokter berjanji mendatangkan dokter ahli tapi dokter
tersebut tidak kunjung datang. (paragraf 6)
Menurut MKEK
Melanggar:
1. Pasal 7c = Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak
sejawatnya dan hak hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien.
Alasan = karena hak pasien pada saat pascaoperasi dan ingin pindah ke RS lain
ada intervensi/ larangan oleh dokter dan tidak disertai larangan yang kuat.
(paragraf 6)
2. Pasal 8 = dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) baik fisik maupun
psikososial serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
Alasan = dokter menganggap sepele penyakit yang diderita Ny. AMS. Dokter
tidak melakukan pemeriksaan dengan prosedur yang benar (melanggar golden
rule principle), lalu dokter juga tidak memikirkan cara meminimalisir
komplikasi yang dapat terjadi. (paragraf 1)
3. Pasal 5 = tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan
fisik maupun psikis hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
setelah memperoleh persetujuan pasien.
Alasan = dokter melakukan tindakan operasi yang seharusnya bisa membuat
kondisi pasien lebih baik tapi malah menyebabkan kematian.
Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia
Melanggar :
1. Pasal 12 = dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
Rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Alasan = karena pada awalnya saja dokter menjelaskan sudah tidak jelas kepada
pasien akan bagaimana dari kelanjutan penyakit pasien dan akan dibawa ke
mana pengobatan pasien tersebut dokter di sini tidak memperhatikan
keseluruhan dari aspek pelayanan tersebut.
2. Pasal 52 = hak pasien , mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis sebagaimana dimaksud.
Alasan = karena di sini pada skenario dokter tidak menjawab secara jelas
mengenai segala macam petanyaaan yang ditanyakan pasien mulai dari apakah
tidak perlu pemeriksaan dll tidak dijawab secara jelas.
3. Pasal 48
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
Alasan = karena dalam skenario diceritakan bahwa banyak perawat yang
memperbincangkan tentang penyakit dari istri pasien berarti dengan begitu
dokter tersebut tidak dapat menjaga rahasia kedokteran.
4. Pasal 39 = praktisi kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan
antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Alasan = dokter sebetulnya sudah benar dengan mengadakan kesepakatan
dengan pasien namun pelaksanaan praktik dilanggar karena pemeliharaan
kesehatan turun, tidak adanya pencegahan dari penyakit berikutnya, penurunan
kesehatan dengan ditandai kondisi pasien yang memburuk,dan pasien tidak
pulih melainkan meninggal dunia.
5. Pasal 7 = penjelasan tentang tindakan pasien sekurang-kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan pasien
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis tehadap tindakan yang dilakukan
f.Perkiraan biaya
Alasan = dokter di sini melanggar pasal ini karena ketika pasien bertanya
mengenai penyakitnya dan kelanjutan penyakitnya dokter hanya menjawab
seperlunya.
6. Pasal 45
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Alasan = karena pada skenario penyakit pasien sangat berbahaya
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap. (dilanggar)
Alasan = karena pada skenario dr.SR masih kurang menjelaskan prosedur
operasi yang akan di jalani oleh pasien
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan.
Alasan = pada kasus pasien penyakitnya malah menjadi tambah parah karena
kurangnya penjelasan
7. Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
Alasan = karena pada skenario Tn.PM meminta data-data istrinya karena tidak
dikasih tahu apa yang terjadi pada istrinya yang masih sakit, tetapi tidak
diberikan oleh pihak dokternya.