makalah sistem kebudayaan islam (arif hidayat)

25
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah, inayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam semester 2 dengan judul “Sistem Kebudayaan Islam”. Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan lainnya. Penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam pengerjaan makalah ini. 2. Dosen mata kuliah agama islam yang telah membimbing penyusun dalam memahami dan menyusun makalah ini. 3. Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini. 4. Semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak” dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi peningkatan wawasan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Malang, 25 Mei 2012 Penyusun

Upload: arif-hidayat

Post on 10-Aug-2015

362 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah,

inayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi

tugas mata kuliah agama islam semester 2 dengan judul “Sistem Kebudayaan Islam”.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan

lainnya. Penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam

pengerjaan makalah ini.

2. Dosen mata kuliah agama islam yang telah membimbing penyusun dalam

memahami dan menyusun makalah ini.

3. Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

4. Semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak” dalam penyusunan makalah ini,

penyusun menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu

penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi peningkatan wawasan

dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Amin.

Malang, 25 Mei 2012

Penyusun

Page 2: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG......................................................................... 1

RUMUSAN MASALAH.................................................................... 3

TUJUAN.............................................................................................. 3

MANFAAT.......................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kebudayaan

Pengertian Kebudayaan........................................................................ 5

Unsur-unsur kebuyaan.......................................................................... 5

Wujud Kebudayaan.............................................................................. 6

Gagasan (Wujud ideal)............................................................. 6

Aktivitas (tindakan).................................................................. 6

Artefak (karya).......................................................................... 6

Komponen Kebudayaan....................................................................... 6

Kebudayaan Material................................................................ 6

Kebudayaan Nonmaterial......................................................... 7

Penetrasi Budaya.................................................................................. 7

Penetrasi Damai (Penetration Pasifique).................................. 7

Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)............................. 7

B. KEBUDAYAAN ISLAM.................................................................... 8

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM.................................. 14

D. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM.................................... 15

E. SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM................................................ 17

F. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM......................... 18

G. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA................. 19

BAB III PENUTUP

SIMPULAN.......................................................................................... 20

SARAN................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23

Page 3: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Muhammad telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah

menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa

abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke

seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan

akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah

membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan

menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa

Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu

sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.

Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu

pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi pegangan

kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang

pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara

ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah

karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan

kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam

dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat

ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula.

Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang

menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya

berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain

sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain

saling bertolak belakang.

Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat. Sebagai akibatnya, di Barat telah

timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini

tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang yang ingin

menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, filsafat, cara berpikir dan

pengetahuannya dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah

dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola

Page 4: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 2

etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian

ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali,

namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas

keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara

keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan

yang sangat mendesak.

Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan

kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan

perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini

secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan

dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu

demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-

undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan

yang ada.

Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia. Kebudayaan yang

hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan

pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan

dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai

kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan

mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila

akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami

dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam

usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa

arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya

adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing

dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya,

maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik

memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama

lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik

yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap

tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi

pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan

yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan

akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi.

Page 5: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 3

Sebaliknya paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus

disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu

keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok

kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa

juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah

konsepsi nasionalisme itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan

terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu

wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang

dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20

ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti,

bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya

dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu,

tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :

1. Apa pengertian kebudayaan ?

2. Apa kebudayaan islam itu ?

3. Bagaimana perkembangan budaya islam saat ini ?

C. TUJUAN

Setelah mendiskusikan tema ini, maka kita dapa memperoleh beberapa tujuan

sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan

2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam

3. Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam

4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan

dalam kehidupan sehari-hari

Page 6: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 4

D. MANFAAT

Dari tujuan di atas maka setealah mendiskusikan kita dapat memperoleh manfaat

begitu besar seperti

1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian memberitahukan informasi

kepada orang lain

2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam pada masa kejayaan

islam

3. Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam

4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan

dalam kehidupan sehari-hari

Page 7: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KEBUDAYAAN

1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor , kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang

sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman

Soemardi , kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari

berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang

terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu

bersifat abstrak . Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang

diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-

benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa , peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni , dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk

membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2. Unsur-unsur kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur

kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga , kekuasaan politik.

Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: Sistem

norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk

menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan

lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah

lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).

Page 8: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 6

3. Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,

aktivitas, dan artefak.

a. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai , norma-norma , peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ;

tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala

atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan

gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada

dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial

ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi , mengadakan kontak,

serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat

tata kelakuan. Sifatnya konkret , terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati

dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-

hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara

ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu

tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud

kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya

(artefak) manusia.

4. Komponen Kebudayaan

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen

utama:

a. Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,

konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang

Page 9: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 7

dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan

seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,

pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

b. Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari

generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian

tradisional.

5. Penetrasi Budaya

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu

kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua

cara:

a. Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya

pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam

kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya

masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan

hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai

akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya

dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur

kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan

perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah

bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan

Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya

sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

b. Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya,

masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan

kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan

dalam masyarakat.

Page 10: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 8

B. KEBUDAYAAN ISLAM

Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran

dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan

tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir

manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan

tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan.

Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada

gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.

Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau

dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya

usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi,

sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.

Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga

bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu,

kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia.

Ia adalah ciptaan akal manusia.

Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil

daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir)

manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.

Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka

dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah

mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu,

hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini

menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia

adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia

bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.

Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada

Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup

manusia agar selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang

kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya

pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.

Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant

mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan

Page 11: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 9

kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan

dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan,

menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu

bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh

kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam

mendorong umatnya berkemajuan.

Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek

kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu

sembahyang. Dalam Al-Qur'an ada perintah :

Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)

Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT.

Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka

timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk

melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah

mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah:

Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang

diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)

Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang

lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah

budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.

Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat

yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis

tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita

pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran,

memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid.

Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah

sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.

Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal

ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan.

Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah

bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya

umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua

merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.

Page 12: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 10

Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-

Qur'an ada perintah:

Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan

ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan

(Al Maidah: 2)

Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan

dan kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan

bergaul serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong

royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan

pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat,

tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka

terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.

Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:

Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)

Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan

karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan

perintah ini maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam

perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada

zina akan kita pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas

antara lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya

akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan

dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perbuatan hasil daripada dorongan wahyu

"janganlah kamu dekati zina."

Seterusnya ada hadits yang berbunyi:

Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki

itu adalah di dalam perniagaan

Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya

daripada Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan

perahan tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam

dalam bidang perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah

kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan

semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini

adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.

Page 13: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 11

Satu hadits lain berbunyi:

Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu

dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala

sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang

pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk

mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian.

Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam

bukanlah ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa

peraturan tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga

manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.

Rasulullah SAW bersabda:

Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-

duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya,

siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang

terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari

dan muslim)

Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa

oleh makanan minum

Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin

untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan

mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan

pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan

makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh

karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan

timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di

bidang perindustiran makanan sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika

mereka benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa

saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang

dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang

selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)

Page 14: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 12

Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat Islam

membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan

negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka

akan muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh

musuh, karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai

kekuatan senjata.

Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang

sophisticated dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan

dapat menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis

seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta

sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa yang

terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat

mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang kemasyarakatan atau perniagaan,

malah Islam telah mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang

ketentaraan.

Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau

dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita.

Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam

apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan.

Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang

dikatakan kebudayaan.

Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya

sehingga mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil

itulah yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya

adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa

yang dicetuskannya itu tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-

galanya betul dari apa-apa yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan

kebudayaan bangsa itu.

Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang

sudah sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang

berkebudayaan bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah

dipikirkan oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan

berkebudayaan sendiri.

Page 15: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 13

Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt,

gaun dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat).

apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang

diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang

berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang

Islam yang berkebudayaan Jepang.

Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang

dipikirkan dan dibuat itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa

lain di dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan

bangsanya, kebudayaan Melayu.

Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia

tidak diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah

dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah silau pulut,

yang mana orang Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat dan

difikirkan.

Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh

masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan

Islam tetapi dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang

pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang

dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat

patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.

Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat

dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak

mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh

ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu

juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau

rusa, itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang

berkebudayaan orang lain.

Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu

bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk,

sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar

dinamakan kebudayaan Islam.

Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang

dicetuskan oleh umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak

Page 16: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 14

bertentangan dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan

kebudayaan (tamadun) Islam.

Oleh karena itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam

yang dapat kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh

dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang

kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan

orang lain.

Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan

manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan.

manakala agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal,

khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.

Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam

akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau

tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah

kemajuan dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun

Islam.

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM

Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang

sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh

dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan

hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna

dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan

keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam

hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang

kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah

masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan

untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali

menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun -

yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta,

kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.

Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam

kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi

segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah

Page 17: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 15

bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir

zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan

pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad

menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan

menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.

Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan

yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan

hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang

diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para

rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan

diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara

dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai

kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai

kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang

sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi

peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan

diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu

yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia

adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan

sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang

dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan

sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.

"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha

baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya

pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah,

janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada

mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami

beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami

dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada

beriman itu." (Qur'an, 2: 286)

D. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa Indonesia yang

berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek (pengertian). Kata buddhi

Page 18: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 16

berubah menjadi budaya yang berarti “yang diketahui atau akal pikiran”. Budaya berarti

pula pikiran, akal budi, kebudayaan, yang mengenai kebudayaan yang sudah

berkembang, beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).

Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa lain bahwa

kebudayaan merupakan gambaran dari taraf berpikir manusia. Tinggi-rendahnya taraf

berpikir manusia akan terlihat pada hasil budayanya. Kebudayaan merupakan cetusan isi

hati suatu bangsa, golongan, atau individu. Tinggi-rendahnya, kasar-halusnya pribadi

manusia, golongan, atau ras, akan terlihat pada kebudayaan yang dimiliki sebagao hasil

ciptaannya. Maka dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan merupakan orientasi dan

pola pikir manusia, golongan, atau bangsa. Kebudayaan merupakan suatu konsep yang

sangat luas ruang lingkupnya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang timbulnya suatu

kebudayaan itu sendiri. Dawson (1993:57) memberikan empat faktor yang menjadi

alasan pokok yang menentukan corak suatu kebudayaan, yaitu faktor geografis,

keturunan atau bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.

Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai suatu

kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi kerangka asas atau

prinsip yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan

konsep dasar yang dalam perwujudannya tergantung pada pemahaman

pendukungnya.Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh

aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknik,

seni, dan mungkin juga oleh filsafat.

Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain,

diungkapkan oleh Siba‟i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang ditegakkan atas

dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar

akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal, 1993:60).

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudyaan Islam dapat

dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta, karya, karsa, dan rasa manusia yang

bernafaskan wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni suatu kebudayaan akhlak karimah

yang muncul sebagai implementasi Al-Qur‟an dan Al-Hadist dimana keduanya

merupakan sumber ajaran agama Islam, sumber norma dan sumber hukum Islam yang

pertama dan utama. Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi tiga

unsure prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya orang Islam;

kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam; dan merupakan pencerminan dari

ajaran Islam.

Page 19: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 17

Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah

satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun kebudayaannya, jika itu

bukan merupakan produk kaum Mslimin tidak bias dikatakan dan diklaim sebagai

budaya Islam. Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk

orang-orang Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak mencerminkan norma-norma

ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi (2001) menegaskan bahwa sesungguhnya

kebudayaan Islam adalah “Kebudayaan Al-Qur‟an“, karena semuanya berasal dari

rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh. Tanpa

wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam maupun

organisasi politik atau ekonomi Islam.

E. SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM

Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam. Namun

secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab tumbuh berkembangnya

peradaban Islam, hingga mencapai lingkup mondial, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

Faktor pertama (internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran Islam

sendiri.

Faktor kedua(eksternal) pada hakikanya merupakan implikasi dari faktor

pertama. Motivasi internal yang begitu kuat telah mengkristal dalam kehidupan umat

Islam sejalan dengan perkembangan sejarah, dan nilai-nilai atau norma-norma ajaran

Islam menjiwai dalam setiap kehidupannya.

Tonggak-tonggak sejarah peradaban Islam, tak pernah lepas dari sejarah

intelektual Islam. Untuk memahami dengan baik perkembangan tersebut, idealnya

diperlukan pemehaman yang memadaitentang periodisasi sejarah perkembangan Islam.

Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi

perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa,

yaitu: masa klasik antara 650-1250 M, masa pertengahan antara tahun 1250-1800 M,

dan masa modern antara tahun 1800 sampai sekarang.

Pada masa klasik, lahir ulama‟ mahzab, seperti: Imam Hanafi, Imam Hambali,

Imam Syafi‟i , dan Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir pula filosof muslim

pertama,Al-Kindi 801 M. Diantara pemikirannya, ia berpendapat bahwa kaum

Muslimin menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Selain, Al-Kindi,

pada abad itu lahir pula filosof besar seperti: Al-Razi (865 M) dan Al-Farabi (870 M).

Page 20: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 18

keduanya dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat. Pada abad berikutnya, lahir

filosof agung Ibn Miskawaih 930 M. Pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan

akhlak. Kemudian Ibn Sina tahun 1037 M, Ibn Bajjah tahun 1138 M, Ibn Tufail tahun

1147 M,dan Ibn Rusyd tahun 1126 M.

Masa pertengahan dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa kini, merupakan

fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada

kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan

akhirat. Pengaruhnya masih ada sampai sekarang. Sebagai pemikir muslim kontemporer

sering melontarkan tuduhan pada Al-Ghazali sebagai orang pertama yang menjauhkan

filsafat dari agama. Sebagaimana tertuang dalam tulisannya “Tahafut al-Falasifah”

(Kerancuan Filsafat). Tulisan Al-Ghazali dijawab oleh Ibn Rusyd dengan tulisan

Tahafut al-Tahafut (Kerancuan di atas kerancuan).

F. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM

Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital

dan dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya:

1. Mesjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus,

seperti sholat.

2. Sebagai “prasasti” atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera

sebagai simbol sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada

tempo dulu jika berhasil “menaklukkan” sebuah Negara, mereka menandainya

dengan membangun sebuah masjid sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut

menjadi bagian dari “Negara Islam” (Shini,T.T:158)

3. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat

Islam.

4. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban.

5. Sebagai simbol persatuan umat Islam.

6. Sebagai pusat gerakan.

Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu

Islam, mempelajari Al-Qur‟an dan Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat,

sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.

Page 21: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 19

G. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari

jazirah Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.

Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di Indonesia secara damai telah

menarik simpati sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi

politik yang tengah terjadi saat itu.

Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik Islam yang

pertama dan utama adalah besifat psikologis, Islam yang secara radikal bersifat egaliter

dan mempunyai semangat keilmuan merupakan konsep revolusioner yang sangat

memikat dalam membebaskan orang-orang lemah (mustadh‟afin) dari belenggu

hidupnya.

Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da‟i mendakwahkan

ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo di tanah

Jawa. Karena kehebatan para wali Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan

bahasa budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah

masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Page 22: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 20

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang

tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan

yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula

yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali

membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan

kita sehari-hari.

Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan

karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil

budi dan karyanya itu(i) . Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa terdapat unsur-

unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, sistem religi, sistem dan

organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata

pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan peralatan(ii).

Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan.

Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya

manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur

kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar

untuk berubah.

Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan di atas,

maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya manusia. Islam pun

dapat pula berubah jika bersentuhan dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir

dalam sebuah kebudayaan dan berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan

produk kebudayaan. Islam tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah

Pandangan tersebut telah melahirkan pemahaman rancu terhadap Islam.

Pembongkaran terhadap sejarah Al-Qur‟an, justifikasi terhadap ide-ide sekulerisme, dan

desakan untuk „berdamai‟ menjadi Islam Inklusif, merupakan produk dari kerancuan

pemahaman tersebut.

Agama yang disebut dalam pandangan Kontjaraningrat di atas tentu tidak dapat

dinisbatkan kepada Islam. Pemaksaan untuk memasukan Islam dalam teori tersebut

akan menghasilkan pemahaman yang rancu. Islam seharusnya diberi kesempatan untuk

Page 23: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 21

menafsirkan dirinya sendiri. Islam pun harus berikan keleluasaan untuk mendevinisikan

kebudayaan.

Buya Hamka menyatakan bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa itu

sedia telah ada dalam jiwa manusia sendiri(iii). Hal itulah yang universal dalam diri

manusia, fitrah manusia. Manusia melihat alam yang megah dan berbagai fenomena luar

biasa, kemudian mencoba untuk menjelaskannya.

Dari fitrah itulah menusia kemudian mencari tahu “siapa yang Maha Kuasa?”.

Pencarian manusia tersebut telah melahirkan banyak paham dan pandangan yang

kemudian dipercayai sebagai agama. Agama-agama semacam ini bukanlah agama yang

diturunkan Allah Swt kepada para nabinya, tetapi agama yang berasal dari akal budi dan

gagasan manusia. Agama semacam inilah yang tepat untuk dinisbatkan kepada teori

Kuntjaraningrat di atas.

Hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Buya Hamka menyatakan :

Permulaan perjalanan dinamakan fitrah. Akhir dari perjalanan dinamai Islam(iv). Yang

dimaksud dengan kalimat tersebut yaitu, bahwa fitrah manusia untuk mencari Yang

Maha Kuasa, akan tetapi manusia akhirnya menyerah karena akal tidak cukup untuk

memahaminya. Islam memberikan penjelasan apa yang tidak bisa dijelaskan oleh akal.

Itulah kenapa agama ini dinamakan Islam.

…maka insaflah manusia akan kelemahan dirinya, dan insaf akan ke-Maha

Besarnya yang ada itu. Maka menyerahlah dia dengan segala rela hati. Penyerahan yang

demikian dalam bahasa Arab dinamakan Islam(v).

Lebih jauh Syed Naquib Al-Attas menyatakan:

…Maka dengan pengertian faham agama yang bernisbah kepada kebudayaan

seperti yang biasa difahamkan dalam pengalaman Kebudayaan Barat itu tiada pula dapat

dikenakan kepada agama Islam –berbeda dari yang lain yang sesungguhnya merupakan

keagamaan belaka, bukan hasil renungan atau teori, bukan hasil agung dayacipta insan

sebagaimana kebudayaan itu hasil usaha dan dayaciptanya dalam tindakan

menyesuaikan dirinya menghadapi keadaan alam sekeliling. Islam adalah agama dalam

erti kata yang sebenarnya, iaitu agama yang ditanzilkan oleh Allah Yang Mahasuci lagi

Mahamurni dengan perantara wahyu menerusi PesuruhNya yang Terpilih, dan dasar-

dasar akidahnya dinyatakan dalam Kitab Suci Al-Qur‟anu‟l-Karim, dan amalan-

amalannya dicarakan dalam Sunnah NabiNya yang Agung itu. Dipandang sebagai suatu

peristiwa sejarah pun maka Islam itulah yang mengakibatkan timbulnya kebudayaan

Page 24: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 22

Islam, dan bukan sebaliknya: bukanlah sesuatu kebudayaan itu yang mengakibatkan

timbulnya agama Islam(vi).

Sementara Prof. Dr. Amer Al-Roubai menyatakan: Di Barat, agama adalah

bagian dari kebudayaan, sedangkan di Islam, budaya didefinisikan oleh agama, islam

bukanlah hasil dari produk budaya (seperti yang dituduhkan oleh Nasr Hamd Abu

Zayd). Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang

berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah Nabi tersebut dinamakan peradaban Islam.

Peradaban Islam memiliki pandangan hidup (worldview) yang berbeda dengan

peradaban lain. Cara pandang hidup yang berbeda inilah yang menghasilkan konsep-

konsep yang berbeda pula. Oleh karena itu, merupakan hak Islam untuk menggunakan

pandangan hidupnya (dalam bahasa Al-Attas: ar-Ruyatul al Islam li al-wujud) untuk

memahami setiap keberadaan, termasuk kebudayaan. Kebudayaan yang Islami adalah

hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia tang tidak terlepas dari nilai-

nilai ketuhanan. Hasil olah yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban.

Dalam perkembangannya, perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang

mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani

sehingga akan merugikan diri manusia sendiri. Di sinilah, agama berfungsi untuk

membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan

kebudayaan yang beradab. Pada masa klasik hidup ulama mahzab dan filosuf-filosuf

besar dan agung. Masjid selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai salah satu

simbol bagi Islam, tempat pusat komunikasi dan informasi, tempat belajar tentang

ajaran Islam. Nilai Islam yang beraroma Negara Arab secara tidak langsung masuk

meresap ke dalam budaya Indonesia seperti ejaan, kebiasaan, dan sebagainya.

B. SARAN

Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam

kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan

landasan konsep yang berasal dari Islam pula.

Page 25: Makalah Sistem Kebudayaan Islam (Arif Hidayat)

Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 23

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Budaya Dasar

http://komunitas-nuun.blogspot.com/2007/02/islam-dan-kebudayaan.html

Catatan Akhir:

i Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT.

Gramedia.

ii ibid. Hlm 12

iii Hamka. 1956. Peladjaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

iv ibid. hlm 16

v ibid

vi Syed Muhammad Naquib Al-Attas. 2001. Risalah untuk Kaum Muslimin. Kuala

Lumpur: Institut Antarbangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (Istac)

vii Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal

ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005. hlm 21

Oleh: Khoirurrijal dan Tri Shubhi A

http://www.ikhwan-global-locus.info/?module=rums&act=detail&id=27

id.wikipedia.org

Tim Dosen PAI UNM.2006. Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju

Pengembangan Kepribadian Insan Kamil. Malang: Hilal Pustaka

Tim Dosen PAI UB.2006. Buku Daras Pendidikan Agama Islam. Malang: PPA

UB

Gazalba,Sidi.1975. Mesjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta:

Pustaka Antara