makalah sinusitis

20
LEARNING TASK GANGGUAN PENCIUMAN Ns. NKG Prapti, S.Kep MNS Tn. Dendi, 65 tahun, suku Jawa datang ke RS dengan diantar oleh keluarganya. Klien mengeluh sejak empat bulan yang lalu merasa hidungnya tersumbat dan sering mengeluarkan lendir (pilek terus menerus). Penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek, mengeluh nyeri kepala dan sakit tenggorokan. Riwayat epistaksis (+) beberapa bulan yang lalu. Klien disebutkan pernah menderita sakit gigi geraham. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada sinus, hasil rinuskopi; mukosa merah dan bengkak, klien didiagnosa mengalami sinusitis. Berdasarkan kasus diatas: 1. Identifikasi istilah medis yang belum diketahui kemudian diskusikan dengan kelompok. 2. Diskusikan tentang sinusitis: a. Pengertian b. Etiologi c. Patofisiologi (WOC) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul d. Gejala klinis e. Cara pemeriksaan f. Penatalaksanaan 3. Buatlah intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan sertakan satu artikel yang menunjang salah satu intervensi pada diagnose yang diangkat.

Upload: anakagung-ari-novia

Post on 10-Aug-2015

776 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tugas kampus, sinusitis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sinusitis

LEARNING TASK

GANGGUAN PENCIUMAN

Ns. NKG Prapti, S.Kep MNS

Tn. Dendi, 65 tahun, suku Jawa datang ke RS dengan diantar oleh keluarganya. Klien

mengeluh sejak empat bulan yang lalu merasa hidungnya tersumbat dan sering

mengeluarkan lendir (pilek terus menerus). Penciuman klien terganggu karena hidung buntu

akibat pilek, mengeluh nyeri kepala dan sakit tenggorokan. Riwayat epistaksis (+) beberapa

bulan yang lalu. Klien disebutkan pernah menderita sakit gigi geraham. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan nyeri tekan pada sinus, hasil rinuskopi; mukosa merah dan bengkak, klien

didiagnosa mengalami sinusitis.

Berdasarkan kasus diatas:

1. Identifikasi istilah medis yang belum diketahui kemudian diskusikan dengan kelompok.

2. Diskusikan tentang sinusitis:

a. Pengertian

b. Etiologi

c. Patofisiologi (WOC) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

d. Gejala klinis

e. Cara pemeriksaan

f. Penatalaksanaan

3. Buatlah intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan

sertakan satu artikel yang menunjang salah satu intervensi pada diagnose yang

diangkat.

Page 2: Makalah Sinusitis

PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A. K Muda Ahmad, 2003)

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus

yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,

sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid (Soepardi, 2001)

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa

sinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun

kronik. Dapat mengenai anak yang sudah besar. Pada sinusitis paranasal

sudah berkembang pada anak umur 6-11 tahun (Ngstiya, 1997)

Sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput

lendir sinus paranasal (Budisanto, 2009)

Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus

disebut multisinusitis, yang paling sering terkena adalah sinus maksila

kemudian etmoid, frontal dan sphenoid (Mansjoer, 1999)

Sinusitis adalah sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari

sinus paranasal (Charlene J, 2001)

Jadi, dapat disimpulkan sinusitis adalah suatu inflamasi atau peradangan

yang menyerang sinus paranasal yang menyebabkan radang pada rongga

hidung.

B. ETIOLOGI

Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalam

terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia

yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain adalah

rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atau

tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus

(Wegener’s granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkan

obstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan

kandungan sekret mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan

mengganggu pengeluaran mukus.

Page 3: Makalah Sinusitis

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam

rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,

kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan komplek

Ostio-maetal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia

silia seperti pada sindroma Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostik

kistik.

Pada anak-anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis

sehingga perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan

menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan foto

polos leher posisi lateral.

Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan

kering serta kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaran

infeksi dari gigi geraham atas.

Kuman penyebab:

- Streptococcus pneumonia

- Hamophilus influenza

- Steptococcus viridians

- Staphylococcus aureus

- Branchamella catarhatis

SINUSITIS AKUT

Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Menurut Gluckman, kuman

penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan

Haemophilus influenzae yang ditemukan pada 70% kasus.

Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis

akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan

menyelam; trauma; dan barotrauma.

Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di

hidung, tumor, atau polip. Juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara

dingin dan kering.

SINUSITIS KRONIK

Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabkan silia rusak,

sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah

terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang mengganggu drainase sekret,

Page 4: Makalah Sinusitis

sehingga silia rusak, dan seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak

adekuat, maka akan terjadi infeksi kronik

C. PATOFISIOLOGI

Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang

berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat

bergerak untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di

dalam sinus, menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang

diproduksi oleh selaput permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi

mudah untuk bakteri timbul dan berkembang biak.

Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya oksigen dan

hambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob, selanjutnya

terjadi perubahan jaringan Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga

pembentukan polip atau kista .

D. GEJALA KLINIS

SINUSITIS MAKSILA AKUT

Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi

terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau

dan bercampur darah.

SINUSITIS ETMOID AKUT

Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan

pusing.

INUSITIS FRONTAL AKUT

Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah

sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

SINUSITIS SPHENOID AKUT

Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring

SINUSITIS KRONIS

Page 5: Makalah Sinusitis

Gejala: pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu

terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik,

nefritis, bronchitis , bronkiektasis , batuk kering, dan sering demam.

Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya sakit

kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan

telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti

bronchitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma

yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat

menyebabkan gastroenteritis.

SINUSITIS AKUT

Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek), sumbatan

bertambah berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus

purulent , yang sering kali turun ke tenggorokan (post nasal drip). Dapat disertai

gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di

daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-

kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan

sinusitis maksila, nyeri diantara atau di belakang ke dua bola mata menandakan

sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal.

Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata

dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang dan nyeri alih ke gigi

dan telinga.

Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis , post-nasal

drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Pada pemeriksaan,

penderita tampak mengeluarkan air mata, lidah kotor, dan sukar menutup mulut.

Suhu badan tinggi. Vestibulum hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis.

Selaput lender hidung tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatus

medius mengalir kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam ruang

belakang hidung. Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi dokter untuk membuat

diagnosa sinusitis akut. Diagnosa dipastikan dengan beberapa pemeriksaan:

- Biakan hapusan hidung

- Radiologi sinus paranasalis

- Jumlah leukosit dan laju endap darah.

Page 6: Makalah Sinusitis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada sinusitis

maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau

nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan

sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.

2. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

3. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)

4. Transiluminasi (diaphanoscopia)

Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi

bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram

dibanding sisi yang normal.

5. Foto sinus paranasalis

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan

Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan

udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk

memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni

dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu

menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di

sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus

frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.

6. Pemeriksaan CT –Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat

dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada

sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan

homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal,

penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal

yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan:

- Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada

pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar

membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama

makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.

- Polip yang mengisi ruang sinus

- Polip antrokoanal

- Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

Page 7: Makalah Sinusitis

- Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh

massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT

Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang

pengapuran perifer.

7. Pemeriksaan di setiap sinus

- Sinusitis maksila akut

Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-

kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa

hidung tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada

pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.

Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam

mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila

yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus

maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk

diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus

maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral).

- Sinusitis etmoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema

dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus

etmoid.

- Sinusitis frontal akut

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan

di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam,

akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal,

dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis.

Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal

berselubung.

- Sinusitis sfenoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.

6. PENATALAKSAAN

Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat

diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik dipilih yang mencakup

anerob,seperti penisilin V. Klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat

bila penisilin tidak efektif. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti

Page 8: Makalah Sinusitis

dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin

atau ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat. Steroid nasal topikal seperti

beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi. Diberikan pula

dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun

topikal. Khusus yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk menghindari

terjadinya rinitis medika mentosa. Bila perlu, diberikan analgesik untuk

menghilangkan nyeri; mukolitik untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia,

dan merangsang pemecahan fibrin. Bila perlu dilakukan diatermi. Diatermi dilakukan

dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk

memperbaiki vaskularisasi sinus. Jika belum membaik, dilakukan pencucian sinus.

Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat

drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi cald well-luc,

sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu ekstra

nasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal (operasi

killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.

B. PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,

a. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

2) Riwayat Penyakit sekarang

3) Riwayat penyakit dahulu :

a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

c) Pernah menedrita sakit gigi geraham

4) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu

yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

5) Riwayat Psikososial

a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)

b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

b. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Page 9: Makalah Sinusitis

Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek

samping.

2) Pola nutrisi dan metabolisme :

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

3) Pola istirahat dan tidur

Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

4) Pola Persepsi dan konsep diri

klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun

5) Pola sensorik

daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik

purulen, serous, mukopurulen).

6) Pemeriksaan fisik

a) Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.

b) Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa

merah dan bengkak).

c. Data subyektif

1) Observasi nares :

a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma

c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekuensi, lama.

2) Sekret hidung

a) Warna, jumlah, konsistensi secret

b) Epistaksis

c) Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

3) Riwayat Sinusitis

a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya

b) Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.

4) Gangguan umum lainnya : kelemahan

d. Data Obyektif

1) Demam, drainage ada : Serous

a) Mukppurulen

b) Purulen

Page 10: Makalah Sinusitis

2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang

mengalami radang atau Pucat, Odema keluar dari hidung atau mukosa sinus

3) Kemerahan dan Odema membran mukosa

4) Pemeriksaan penunjung :

a) Kultur organisme hidung dan tenggorokan

b) Pemeriksaan rongent sinus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung

b. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan

prosedur tindakan medis (irigasi sinus/operasi)

c. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi atau adanya

secret yang mengental

d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder

peradangan hidung

e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu

makan menurun sekunder dari peradangan sinus

f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

1) Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

2) Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

4. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien

5. Kolaborasi dngan tim medis :

Page 11: Makalah Sinusitis

a. Terapi konservatif :

1) obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung

2) Drainase sinus

b. Pembedahan :

1) Irigasi Antral, untuk sinusitis maksilaris

2) Operasi Cadwell Luc 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan

tindakan selanjutnya

2. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan

untuk mengurangi nyeri

3. Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya

bila mengalami nyeri

4. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

5. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan

prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :

1) Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

2) Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta

pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :

a. Temani klien

b. Perlihatkan rasa empati

3. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang

seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti

4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan :

a. Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang

b. Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan

5. Observasi tanda-tanda vital.

6. Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis 1. Menentukan tindakan selanjutnya

Page 12: Makalah Sinusitis

2. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

3. Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut

sehingga klien lebih kooperatif

4. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan

ketenangan klien.

5. Mengetahui perkembangan klien

6. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien

c. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)

sekunder dari peradangan sinus

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan

Kriteria :

1) Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

2) Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji penumpukan secret yang ada

2. Observasi tanda-tanda vital.

3. Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan secret 1. Mengetahui tingkat

keparahan dan tindakan selanjutnya

2. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi

3. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus

makan menurun sekunder dari peradangan sinus

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

Kriteria :

Page 13: Makalah Sinusitis

1) Klien menghabiskan porsi makannya

2) Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

2. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan

3. Catat intake dan output makanan klien.

4. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering

5. Sajikan makanan secara menarik 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien

2. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan

pemenuhan nutrisi

3. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien

4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung

5. Meningkatkan selera makan klien

e. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari

proses peradangan

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria :

1) Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji kebutuhan tidur klien.

2. ciptakan suasana yang nyaman.

3. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat 1. Mengetahui

permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

2. Agar klien dapat tidur dengan tenang

3. Pernafasan tidak terganggu.

4. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

Page 14: Makalah Sinusitis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa penyakit sinusitis adalah penyakit inflamasi atau peradangan yang terjadi

pada sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus maxillaries, dan sinus

sphrnoidalis. Sinusitis dapat terjadi akibat trauma langsung atau kelainan anatomi hidung,

hipertrofi konka, polip hidung, dan rinitis alergi. Infeksi virus, bakteri atau jamur juga dapat

mengakibatkan sinusitis.

Pada pasien sinusitis, keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kepala, nyeri pada

bagian sinus dan tenggorokan.

B. SARAN

1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksankan asuhan keperawatan kepada klien

sinusitis sesuai dengan indikasi penyakit

2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien

sinusitis dengan baik dan benar

Page 15: Makalah Sinusitis

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000

Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga

hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:

Gramedia Ilmukeperawatan.com

Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:

Djambatan

Sumber lain :

http://linata-linata.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html

http://www.plnntt.co.id/showthread.php?t=15519&page=1

http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-sinusitis.html

http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatan-

sinusitis.html