makalah seminar nasional uin 2010 - dadan rosana uny

12

Click here to load reader

Upload: yayat-cumbritz-dacil

Post on 23-Jun-2015

167 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI

Dr.Dadan Rosana, M.Si.

FMIPA, UNY, [email protected]

Pendahuluan

Pendidikan ibarat sebuah rahim yang didalamnya terdapat gen-gen dengan komposisi

yang rapi dan dengan segala benih-benih kapabilitas yang ada. Ia juga merupakan sebuah iklim

yang memenuhi syarat untuk memelihara dan menumbuh-kembangkan segala potensi dan

kapabilitas yang diperlukan oleh masyarakat yang terpendam pada setiap individu. Maka dari itu

perlu adanya usaha penggalian potensi, pengarahan (orientasi) dan perencanaan yang baik.

Masih terlalu banyak pos-pos kosong yang sangat membutuhkan sebuah kreativitas agar dapat

mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Salah satu hal penting yang

memiliki peran strategis dalam pengembangan potensi itu adalah pemanfaatan teknologi

pembelajaran.

Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu

media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.

Karena itu, keberhasilan belajar juga sangat ditentukan oleh ketiga hal tersebut. Secret of Ancient

Chinese Art of Motivation, mengungkapkan mengenai ciri-ciri keberhasilan dalam pelajaran sebagai

berikut :

Berdasarkan ciri-ciri keberhasilan belajar itulah maka peranan guru dalam mengelola

pembelajaran sangatlah penting. Skenario macam apa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran dan

teknologi seperti apa yang digunakan ternyata membawa dampak pada keberhasilan belajar peserta didik.

KITA BELAJAR

Kita Belajar : 10% Apa yang kita baca 20% Apa yang kita dengar 30% Apa yang kita lihat 50% Apa yang kita dengar dan lihat 70% Apa yang dibicarakan dengan orang lain 80% Apa yang kita alami sendiri 95% Apa yang kita ajarkan kepada orang lain

Page 2: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

Hal ini sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Association for Educational

Communications Technology (AECT), tahun 1977, yaitu; “Teknologi pendidikan adalah proses

kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk

menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah

dalam segala aspek belajar pada manusia”. Di sini terlihat bahwa guru sebagai orang yang

memagang peranan penting dalam pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

teknologi pembelajaran. Selanjutnya pada tahun 1994, AECT merumuskannya dalam rumusan

yang lebih sederhana,“ Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,

pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk

belajar.” Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya

mengandung makna yang dalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi

pembelajaran sebagai suatu bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan

teori dan praktek yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau

kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha

menekankan pentingnya proses dan produk.

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI

Adalah Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam

pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut

Pengalaman (Cone of Experience) sebagaimana tampak dalam gambar 1 berikut ini :

Pengalaman Langsung

Pengalaman Buatan

DemonstrasiDramatisasi

Pameran

Gambar Hidup Radio, Rekaman, Gambar

Lambang Verbal

Lambang Visual

Karyawisata

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale

Page 3: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat

langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang

bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan

metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran.

Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan

upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan

komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John

Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan gagasan – gagasan dalam bidang

psikologi yang tengah populer pada masa itu.

Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa

dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang

kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh

penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan proses

mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan dengan

proses pembelajaran.

Kalau bercermin pada dunia pendidikan di negara kita, maka agaknya memang

disinilah kelemahan kita, kurang berani mengeksploitasi sumber daya termasuk teknologi

pembelajaran. Disamping itu perlu diyakini bahwa proses pendidikan adalah kerja kombinasi,

tidak bisa berdiri sendiri. Tidak mungkin ada orang yang berbicara tentang pendidikan tanpa

memiliki kecakapan yang cukup dalam bidang lainnya. Karena pada hakekatnya ia merupakan

sebuah konfigurasi dari berbagai spesialisasi dan dari rahimnya akan terlahir produk pendidikan.

Tanpa adanya faktor-faktor ini tidak mungkin akan terjadi sebuah kelahiran, karena 'rahim'

pendidikan saat itu sudah masuk fase 'monophause'.

Seorang guru yang profesional seharusnya mampu mengkoordinasikan segala

keinginan, menggali segala potensi, mengenali kapabilitas dan kecenderungan yang ada pada diri

siswa, kemudian membekalinya dengan ketrampilan sehingga mampu berinteraksi dengan realita

yang ada dan ikut bangkit mencapai idealisme dan sasaran-sasaran yang memungkinkan untuk di

capai. Mendidik adalah sebuah proses. Proses untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan

potensi yang terbaik dalam diri anak didik. Salah satu kompetensi professional yang sangat

penting bagi seorang guru haruslah mampu mendidik dengan hati nurani yang tujuannya hanya

Page 4: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

satu, yakni terjadinya kesinambungan antara otak dan hati. Kesinambungan otak dan hati. ini

adalah manifestasi spiritualitas, yang utuh menjadi kunci mendidik dengan sukses.

Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal di

alam semesta ini. Inilah satu-satunya orga yang sangat berkembang sehingga ia dapat

mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang

menimbulkan rangsangan, otak yang berfungsi dapat tetap aktif dan reaktif selama lebih dari

seratus tahun.

Otak mempunyai tiga bagian dasar (lihat gambar 1. )yaitu : batang atau “ otak reptil”,

sistem limbik atau “otak mamalia”, dan neokorteks. Seorang peneliti, Dr. Paul McLean,

menyebutnya “otak triune” karena terdiri dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada

waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi kita. Masingmasing bagian juga memiliki struktur

syaraf tertentu dan mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan.

Yang pertama dalam perkembangan evolusi adalah batang otak atau otak reptil. Kita

mempunyai unsur-unsur yang sama dengan reptilia; inilah komponen kecerdasan terendah dari

species manusia. Bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motor-sensorik,

pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra.

Celebral Cortex (bersemayam kecerdasan) (otak berfikir) Brain stem

Limbic System (Batang Otak) (Fungsi emosi dan memori) Otak reptilia/insting (otak mamalia)

Gambar 1. Otak Triune

Disekeliling otak reptil ini terdapat sistem limbik yang sangat komplek dan luas,atau

otak mamalia. Dalam istilah evolusioner sistem ini sangat canggih dan merupakan bagian yang

juga dimiliki semua mamalia. Sistem limbik ini terletak di bagian tengah otak. Fungsinya

Page 5: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

bersifat emosional dan kognitif; yaitu ia menyimpan perasaan, memori, dan kemampuan belajar..

Selain itu sistem ini mengendalikan sistem bioritme manusia, seperti pola tidur, haus, tekanan

darah, detak jantung, gairah seksual, temperatur dan kimia tubuh, metabolisme dan sistem

kekebalan.

Sistem limbik adalah panel kontrol utamayang menggunakan informasi dari indra

penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh dan indra lainnya. Kemudian informasi itu

didistribusikan ke bagian pemikir dalam otak yaitu neokorteks.

Neokorteks terbungkus sekitar bagian atas dan sisi-sisi sitem limbik, yang membentuk

80% dari seluruh materi otak. Bagian otak ini merupakan tempat bersemayamnya kecerdasan

manusia. Inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran,

dan sensasi tubuh. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berfikir secara

intelektual, pembuat keputusan, prilaku waras, bahasa, kendali motorik, dan ideasi (penciptaan

gagasan) non verbal. Mungkin kecerdasan tertinggi –dan bentuk terbaik dari pikiran yang kreatif

adalah intuisi. Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak

dapat diterima kelima indra kita. Kemampuan ini sangat kuat pada anak-anak usia antara empat

dan tujuh tahun. Seringkali kemampuan ini ditekan dan dihentikan oleh orang orang yang

berkuasa dan memendangnya sebagai prilaku irasional. Orang khawatir dengan intuisi karena

mereka pikir intuisi bisa menghalangi pemikiran rasional. Sebenarnya, intuisi justru berdasarkan

pada pemikiran yang rasional dan tak dapat berfungsi tampanya.

Tiga bagian otak diatas oleh para ahli juga dibagi menjadi belahan otak kiri dan otak

kanan. Kini dua belahan itu lebih dikenal sebagai”otak kanan” dan “otak kiri”. Eksperimen

terhadap kedua belahan itu telah menunjukkan bahwa masing-masing belahan bertanggung

jawab terhadap cara berfikir, dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-

kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua sisi.

Proses berfikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier dan rasional. Sisi ini sangat

teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis.

Cara berfikirnya sesuai untuk tugas tugas teratur ekspresi verbal, menulis , membaca, asosiasi

auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara

berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan

dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk

Page 6: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

dan pola, musik,seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Baik kita membicarakan

tentang sistem limbik ataupun neokorteks, belahan kanan ataupun kiri, masalahnya adalah tak

satupun bagian otak ini bekerja secara sempurna tampa adanya rangsangan atau dorongan dari

bagian yang lain.

Berpikir pada umumnya diasumsikan sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk

memperoleh pengetahuan. Walaupun kognisi diartikan sebagai cara memperoleh sesuatu seperti

persepsi, penalaran, dan intuisi, penekanan terkini tentang keterampilan berpikir menekankan

penalaran sebagai fokus kognitif yang utama. Berikut ini beberapa definisi tentang berpikir:

• Bagian aktivitas mental dari unsur mental (berpikir) berkaitan dengan persepsi dan manipulasi

atau kombinasi mental tentang pikiran.

• Manipulasi mental dari input sensori untuk merumuskan pikiran-pikiran, alasan, atau penilaian

• Perluasan bukti untuk menjembatani suatu kesenjangan, dan ini dilakukan melalui perubahan

tahap-tahap hubungan atau pernyataan pada suatu waktu.

Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikirnya.Produk-

produk berpikir seperti pikiran, pengetahuan, alasan, serta proses yang lebih tinggi seperti penilaian dapat

juga dihasilkan. Kaitan-kaitan kompleks dikembangkan melalui berpikir ketika digunakan sebagai bukti

dari waktu ke waktu. Kaitan-kaitan ini dapat dihubungkan pada struktur yang terorganisasi dan

diekspresikan oleh pemikir dalam beragam cara. Jadi definisi ini menunjukkan bahwa berpikir merupakan

suatu upaya kompleks dan reflektif dan juga pengalaman kreatif.

Literatur baru tentang berpikir menyajikan daftar ganda tentang proses-proses kognitif yang dapat

dipertimbangkan sebagai keterampilan berpikir. Beyer menekankan pentingnya mendefinisikan

keterampilan secara akurat dan menyarankan untuk mereview kerja para peneliti seperti Bloom, Guilford,

dan Feuerstein untuk menemukan definisi yang bermakna tentang berpikir. Beyer menyarankan agar tidak

bingung membedakan proses-proses seperti inkuiri dan mengingat sederhana. Beyer konsisten dengan

para peneliti sebelumnya tentang proses kognitif, untuk membedakan keterampilan berpikir tingkat

rendah, dan keterampilan berpikir kompleks. Sebagai contoh, ada perbedaan besar antara mendapatkan

contoh identik dari insekta tertentu dengan menemukan perbedaan dari insekta yang sama. Tugas yang

pertama melibatkan proses dasar mengidentifikasi dan membandingkan. Sedangkan tugas satunya lagi

memerlukan tahap yang kompleks, canggih, berulang dan berurutan dari pemecahan masalah.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan keterampilan berpikir dasar atau esensial? Nickerson

mengemukakan bahwa tidak ada satu taksonomi. Para pendidik secara bijaksana menyarankan untuk

Page 7: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

menyeleksi kemampuan siswa yang diinginkan serta memadukan keterampilan-keterampilan khusus

tersebut kedalam kurikulum dan program sekolahnya.

Seperti kita ketahui kategori keterampilan berpikir yang disarankan Bloom dan Guilford

sejak 45 tahun yang lalu adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Katerampilan Berpikir menurut Bloom dan Guilford

No Taksonomi Bloom Struktur Intelektual Guilford

1 Pengetahuan Unit

2 Pemahaman Kelas

3 Aplikasi Relasi

4 Analisis-Sintesis Sistem

5 Evaluasi Transformasi

6 Kreasi Implikasi

Dari kedua peneliti itu dapat dilihat beberapa dimensi urutan keterampilan berpikir. Tugas

berpikir secara umum bergerak dari operasi sederhana menuju operasi yang lebih kompleks, dari

dimensi konkrit menuju abstrak, dan dari penekanan bekerja dengan materi yang diketahui

menuju kreasi atau penemuan sesuatu yang baru. Guilford tertarik pada operasi berpikir

konvergen dan divergen, yang tujuan akhirnya adalah pemaparan yang teliti tentang hakekat

intelegensi.

Proses Berpikir Dasar

Dalam merencanakan pembelajaran, penting sekali mempertimbangkan tingkat perkembangan

siswa, metode menyampaikan informasi kepada mereka serta relevansinya dengan materi

pelajaran. Sedikitnya ada lima kategori keterampilan berpikir yang dapat dipertimbangkan, hasil

kerja Bloom dan Guilford, yang merupakan kerangka berpikir dasar.

Page 8: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

Tabel 2. Suatu Model Keterampilan Berpikir Dasar Menurut Bloom dan Guilford

No Keterampilan Berpikir Dasar Proses-Proses Dasar

1

Sebab – memantapkan sebab dan akibat, – menguji

Prediksi, Inferensi, Pertimbangan, Evaluasi

2

Transformasi – mengaitkan karakteristik yang

sudah dan belum diketahui, menciptakan makna-makna

Analogi, Metafor, Induksi logis

3

Relasi – mendeteksi operasi reguler

Fakta dan pola, Analisis dan sintesis, Urutan dan pilihan, Deduksi logis

4 Klasifikasi – menentukan ciri umum

Persamaan dan perbedaan, pengelompokan dan pemilahan, perbandingan dan pemisahan

5 Kualifikasi – menemukan karakteristik unik

Unit identitas dasar, definisi, fakta-fakta, pengenalan masalah

Proses Berpikir Kompleks

Kelima kategori berpikir dasar di atas merupakan keterampilan berpikir yang esensial. Proses

yang kompleks melibatkan program keterampilan berpikir yng disebut strategi makro didasarkan

pada keterampilan esensial tersebut tetapi digunakan untuk tujuan-tujuan khusus.

Cohen membedakan proses-proses berdasarkan eksternal stimuli dan upaya untuk produktif

seperti membuat penilaian atau pemecahan masalah, dari proses-proses yang bergantung pada

persamaan stimulus eksternal dan internal dan pencarian kreatif. Cohen mengemukakan empat

proses berpikir kompleks yaitu:

1. Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Memecahkan masalah melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menggunakan proses-proses

berpikir dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu, merakit fakta tentang informasi tambahan

yang diperlukan, memprediksi atau menyarankan alternatif solusi dan menguji ketepatannya,

mereduksi ke tingkat penjelasan yang lebih sederhana, mengeliminasi kesenjangan, memberi uji

solusi ke arah nilai yang dapat digeneralisasi.

Page 9: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

2. Membuat Keputusan (Decision Making)

Membuat keputusan melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menggunakan proses-proses

berpikir dasar untuk memilih respons terbaik diantara beberapa pilihan, merakit informasi yang

diperlukan dalam satu topik area, membandingkan keuntungan dan kerugian dari berbagai

pendekatan alternatif, menentukan informasi tambahan yang diperlukan, menilai respons yang

paling efektif dan mampu mengujinya.

3. Berpikir kritis (Critical Thinking)

Berpikir kritis bukan berarti menjadi kritis atau menjadi negatif. Berpikir kritis lebih tepat

diartikan sebagai berpikir evaluatif. Hasil evaluasi dapat berentang mulai dari positif menuju

negatif, penerimaan menuju penolakan, atau apapun diantaranya. Menurut Ennis & Beyer

berpikir kritis dapat didefinisikan sebagai “memutuskan apa yang harus diyakini atau dilakukan

secara masuk akal dan reflektif”. Jadi berpikir kritis artinya membuat pertimbangan yang masuk

akal. Pada dasarnya berpikir kritis juga berarti menggunakan kriteria untuk mempertimbangkan

kualitas sesuatu, dalam makalah ilmiah hal ini diperlukan untuk mengolah informasi menuju

kesimpulan tertentu.

Proses berpikir kritis meliputi penggunaan proses berpikir dasar untuk menganalisis argumen

dan menghasilkan wawasan menuju makna dan interpretasi khusus, mengembangkan pola-pola

penalaran kohesif, logis, memahami asumsi dan bias, menandai tanda-tanda khusus, memperoleh

gaya penyajian yang kredibel, padat, dan meyakinkan.

4. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Berpikir Kreatif melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menggunakan proses-proses berpikir

dasar untuk mengembangkan atau menciptakan ide atau produk yang baru, estetis, konstruktif,

berhubungan dengan persepsi dan konsep, serta menekankan aspek berpikir intuitif serasional

mungkin. Penekanannya adalah pada penggunaan informasi atau materi yang telah diketahui

untuk menghasilkan kemungkinan dan mengelaborasi perspektif original pemikirnya. Proses-

proses kompleks ini secara jelas menggambarkan dan mengelaborasi keterampilan-keterampilan

esensial. Beberapa keterampilan esensial tertentu dapat lebih signifikan terhadap proses

kompleks yang lain, namun penelitian terbaru tidak menjelaskan pemahaman diskrit tentang

Page 10: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

relasi ini. Yang paling penting adalah bahwa siswa mengembangkan kompetensi keterampilan

esensial pada awal tahun pertama sekolah dan kemudian ketika memasuki sekolah menengah

pertama mulailah dikenalkan pada proses-proses berpikir yang lebih kompleks pada materi

tertentu yang spesifik yang sangat dekat dengan penggunaan beberapa keterampilan.

Saat para siswa berada di Sekolah Menengah Pertama awal merupakan waktu yang tepat

untuk mengenalkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau proses berpikir kompleks ini.

Semakin dewasa maka terjadi pertumbuhan kemampuan kognitif yang menantang berpikir lebih

kompleks. Beberapa proses berpikir kompleks memang lebih relevan dengan bidang studi

tertentu daripada dengan bidang studi lainnya. Misalnya keterampilan berpikir memecahkan

masalah tampak ideal untuk matematika atau sains. Membuat keputusan lebih relevan dengan

bidang sosial dan kejuruan. Berpikir kritis lebih relevan dengan bahasa, seni, masalah demokrasi.

Sedangkan berpikir kreatif dapat memperkaya semua bidang studi. Yang paling penting adalah

bahwa tujuan dari proses berpikir kompleks itu harus saling menguatkan dalam belajar.

Tabel berikut menyajikan suatu model proses berpikir kompleks. Kaitan satu proses

berpikir dengan proses berpikir esensial lainnya digambarkan secara tentatif dan relatif terhadap

keterampilan-keterampilan berpikir dasar seperti telah dikemukakan terdahulu.

Tabel 3 Suatu Model Keterampilan Berpikir: Proses-Proses Kompleks

Berpikir Tingkat Tinggi

Memecahkan Masalah

Membuat Keputusan Berpikir Kritis Berpikir Kreatif

Tugas Memecahkan kesulitan

Memilih alternatif terbaik

Memahami makna-makna

spesifik

Menciptakan ide atau produk

baru

Keterampilan esensial yang ditekankan

Transformasi Sebab akibat

Klasifikasi, kaitan

Kaitan, transformasi, sebab akibat

Kualifikasi, kaitan,

transformasi

Hasil Solusi, generalisasi Respons Alasan, bukti,

teori Makna baru, produk baru

Page 11: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010

Kesimpulan

Keberhasilan pencapaian kompetensi pembelajaran sangat bergantung kepada beberapa

aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru

melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru

dengan berceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran kurang optimal. Di samping itu teknologi

pembelajaran yang tepat jarang digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi

kering dan kurang bermakna.

Setiap siswa pada dasarnya memiliki potensi yang luar bisa untuk dikembangkan ibarat

tambang emas yang siap untuk digali. Untuk itu, seorang dosen diharapkan dapat menggali dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh

adalah mengelola pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat

dan mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya. Salah satu strategi yang diterapkan untuk

tujuan ini adalah dengan memanfaatka teknologi pembelajaran sehingga dapat dikembangkan

pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran aktif

yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif untuk mengalami sendiri, menemukan,

memecahkan masalah sehingga potensi mereka berkembang secara optimal.

Kemampuan berpikir merupakan komponen penting untuk dilatihkan di sekolah

menengah atas agar siswa dapat memiliki keterampilan berpikir yang mengarah pada perilaku

akademis yang kompeten dan mandiri. Walaupun keterampilan berpikir sudah mulai dilatihkan

kepada siswa oleh guru Sekolah Dasar hingga Menengah, namun di lapangan keterampilan

berpikir sering terbatas pada keterampilan berpikir sederhana, kurang mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Padahal kompetensi guru menuntut pengembangan

kompetensi profesional, personal, pedagogi, dan sosial. Oleh karena itu keterampilan berpikir

hendaknya dilatihkan pula hingga keterampilan berpikir tingkat tinggi agar dapat beradaptasi

dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Referensi Arends, R. I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies. ---------. (2001). Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies. Ausubel, D.P.. (1986). Educational Physichology: A Cognitive View. New York: Holt Rinehart and

Winston. Gagne, R.M. (1977). The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Page 12: Makalah Seminar Nasional UIN 2010 - Dadan Rosana UNY

Disampaikan dalam Seminar Nasional ,UIN Sunan Kalijaga 2010