makalah rambu solo upacara kematian di tana - copy

42
Makalah Rambu Solo Upacara Kematian di Tana Toraja Posted in cerita , jalan-jalan , kebudayaan , makalah , tagged ilmiah toraja , kebudayaan ,makalah toraja , pesta , rambu solo , upacara kematian toraja on January 17, 2014 | Leave a Comment » UNIVERSITAS INDONESIA MAKALAH KEBUDAYAAN INDONESIA RAMBU SOLO: UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA oleh : Arie Dwi Budiawati Harliati Santoso Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Depok, 2009 PENDAHULUAN PEMBAHASAN 1. A. Pengertian Rambu Solo adalah upacara pemakaman yang berada di Tana Toraja. Upacara ini merupakan adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun-temurun ini mewajibkan keluarga yang ditinggal mati membuat pesta besar sebagai penghormatan terakhir kepada mendiang yang telah pergi. Rambu Solo juga merupakan upacara yang meriah karena dilangsungkan selama berhari- hari. Waktu pelaksanaan Rambu Solo adalah siang hari, yaitu saat matahari condong ke barat dan biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari, bahkan dua minggu bagi kalangan bangsawan. 1. B. Rambu Simbol-Simbol dalam Solo

Upload: ismanieza

Post on 27-Sep-2015

177 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tesis

TRANSCRIPT

Makalah Rambu Solo Upacara Kematian di TanaTorajaPosted incerita,jalan-jalan,kebudayaan,makalah, taggedilmiah toraja,kebudayaan,makalah toraja,pesta,rambu solo,upacara kematian torajaon January 17, 2014 |Leave a Comment

UNIVERSITAS INDONESIAMAKALAH KEBUDAYAAN INDONESIARAMBU SOLO: UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJAoleh :Arie Dwi BudiawatiHarliatiSantosoFakultas Ilmu Pengetahuan BudayaDepok, 2009PENDAHULUANPEMBAHASAN1. A.PengertianRambu Solo adalah upacara pemakaman yang berada di Tana Toraja. Upacara ini merupakan adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun-temurun ini mewajibkan keluarga yang ditinggal mati membuat pesta besar sebagai penghormatan terakhir kepada mendiang yang telah pergi.Rambu Solo juga merupakan upacara yang meriah karena dilangsungkan selama berhari-hari. Waktu pelaksanaan Rambu Solo adalah siang hari, yaitu saat matahari condong ke barat dan biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari, bahkan dua minggu bagi kalangan bangsawan.1. B.Rambu Simbol-Simbol dalam SoloPelaksanaan Rambu Solo juga identik dengan penyembelihan kerbau dan babi. Tetapi yang paling ditonjolkan dalam upacara tersebut adalah penyembelihan kerbau. Kerbau merupakan hal utama yang harus ada dalam upacara ini. Masyarakat Toraja beranggapan bahwa kerbau adalah kendaraan yang ditunggangi arwah si mati untuk mengantarnya ke surga. Kerbau yang disembelih berkisar puluhan ekor bahkan jumlah itu bisa mencapai ratusan berdasarkan strata sosialnya. Jenis kerbau yang disembelih adalah kerbau biasa/kerbau hitam, kerbau balian (kerbau aduan), dan kerbau belang (kerbau Bonga).1. C.Prosesi Upacara Rambu SoloBagi masyarakat Tana Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat gelar orang mati. Bagi mereka sebelum terjadinya upacara Rambu Solo maka orang yang meninggal itu dianggap sebagai orang sakit. Karena statusnya masih sakit, maka orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh arwah, harus terus dijalankan seperti biasanya.Jika keluarga si mati itu belum mampu melaksanakan upacara Rambu Solo, jenazah itu akan disimpan di tongkonan (rumah adat Toraja) sampai pihak keluarga mampu menyediakan hewan kurban untuk melaksanakan upacara tersebut. Penyimpanan jenazah itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.Setelah pihak keluarga mampu menyediakan hewan kurban tersebut, barulah Rambu Solo dilaksanakan. Jenazah dipindahkan dari rumah duka ke tongkonan tammuon (tongkonan pertama tempat dia berasal). Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam bahasa Torajanya Matinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.Setelah disimpan satu hari, jenazah dipindahkan ke tongkonan yang lebih tinggi, yaitu tongkonan barebatu. Prosesinya juga sama saat jenazah itu dipindahkan ke tongkonan tammuon., yaitu penyembelihan kerbau dan pembagian dagingnya kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.Seluruh prosesi acara Rambu Solo selalu dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita), kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena hari ini adalah hari pemindahan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara berlangsung).Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam keluarga itu).Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante dilakukan setelah kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba.Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masing-masing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak saudara yang datang dari penjuru tanah air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang, dengan mempertontonkan mapasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para penonton, karena selama upacara Rambu Solo, adu hewan pemamah biak ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu.Selama beberapa hari ke depan penerimaan tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara berikutnya, penerimaan tamu terus dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya berada di tempat yang telah disediakan yaitu lantang yang berada di rante. Sore harinya selalu diadakan adu kerbau, hal ini merupakan hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana Toraja hingga sampai pada hari penguburan. Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang di patane (kuburan dari kayu berbentuk rumah adat).1. D.Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Rambu SoloUpacara Rambu Solo memiliki nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat, di antaranya adalah gotong royong dan tolong-menolong. Meskipun terlihat sebagai pemborosan karena mencari harta untuk dihabiskan dalam suatu kematian, unsur gotong royong yang terlihat sangatlah jelas, contohnya dalam hal penyediaan kerbau. Suatu keluarga yang dirundung duka (yang ditinggal mati) mendapat sumbangan kerbau, babi, atau uang dari sanak keluarganya untuk melangsungkan Rambu Solo.Unsur tolong-menolong pun juga berperan dalam pelaksanaan Rambu Solo. Upacara ini dilakukan oleh siapa pun yang mampu. Biasanya, ada juga pembagian daging kerbau kepada orang-orang yang tidak mampu. Hal ini menyebabkan adanya pengurangan kesenjangan sosial.Selain dua nilai di atas, nilai religi juga tampak dari upacara Rambu Solo. Masyarakat Toraja memaknai kematian sebagai suatu hal tak ditakuti karena mereka percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian. Bagi mereka, kematian adalah bagian dari ritme kehidupan yang wajib dijalani. Walau boleh ditangisi, kematian juga menjadi kegembiraan yang membawa manusia kembali menuju surga, asal-muasal leluhur. Dengan kata lain, mereka percaya adanya kehidupan setelah kematian.Dalam upacara kematian Rambu Solo, kesedihan tidak terlau tergambar di wajah-wajah keluarga yang berduka, sebab mereka punya waktu yang cukup untuk mengucapkan selamat jalan kepada si mati, sebab jenazah yang telah mati biasanya disimpan dalam rumah adat ( tongkonan ), disimpan bisa mencapai hitungan tahun. Maksud dari jenazah disimpan ada beberapa alasan,pertamaadalah menunggu sampai keluarga bisa atau mampu untuk melaksanakan upacara kematian Rambu Solo,keduaadalah menunggu sampai anak-anak dari si mati datang semua untuk siap menghadiri pesta kematian ini. Karena mereka menganggap bahwa orang yang telah mati namun belum diupacarakan tradisi Rambu Solo ini dianggap belum mati dan dikatakan hanya sakit, karena statusnya masih sakit . Orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan sebagai orang yang masih hidup

Badong Sebuah Tari dan Nyanyian Kedukaan di TanaTorajaPosted injalan-jalan,kebudayaan,ketemuan, taggedbadong toraja,ilmiah toraja,kebudayaan toraja,makalah toraja,nyanyian kedukaan toraja,tradisi lisan torajaon January 17, 2014 |Leave a Comment UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH SASTRA LISANTRADISI SASTRA NUSANTARABADONGSEBUAH TARI DAN NYANYIAN KEDUKAANDI TANA TORAJANAMA : HARLIATINPM : 0806353545FAKULTAS ILMU DAN BUDAYAPROGRAM STUDI INDONESIAJUNI, 2009BAB IPENDAHULUANLatar BelakangKepercayaan Terhadap Alam Kehidupan Setelah MatiAjaran Aluk Todolo(kepercayaan asli penduduk Toraja yang intinya adalah kepercayaan terhadap dewa-dewa dan roh leluhur) menurut orang Toraja berisi konsep kepercayaan terhadap alam kehidupan setelah mati. Ajaran ini menganggap bahwa arwah seseorang setelah mati tidak hilang begitu saja melainkan kembali ke suatu tempat yang dianggap sebagai alam arwah atau sebagai tempat asal-usul leluhur mereka. Konsep kepercayaan ini kemudian diimplementasikan dalam sistem upacara terutama upacara yang berkaitan dengan kematian (Rambu Solok) dan sistem penguburan.Secara umum tujuan dari upacara yang termasuk kelompok Rambu Solok adalah untuk keselamatan arwah leluhur di alam baka dan kesejahteraan serta keselamatan manusia di dunia.Kepercayaan Terhadap Arwah LeluhurHubungan antara orang hidup dengan orang yang telah meninggal tidak hanya bersifat searah akan melainkan bersifat timbal-balik karena keselamatan arwah para leluhur juga sangat ditentukan oleh perlakuan dari kerabat atau masyarakat yang ditinggalkannya. Keselamatan arwah leluhur di alam baka sangat tergantung kepada pemenuhan syarat-syarat yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan adat, seperti berbagai tahapan upacara, bekal berupa korban persembahan dan bekal kubur, dan perlakuan-perlakuan lainnya setelah seseorang meninggal.Berdasarkan konsep kepercayaan tersebut, maka dalam menjalankan berbagai upacara dan ritual kedukaan dalam pesta adat, Rambu Solok dengan berbagai ritual di dalamnya.Tujuan PenulisanMakalah ini dibuat dengan tujuan mengenal, mengetahui, dan melestarikan upacara adat dan kebudayaan, berupa tradisi sastra lisan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yaitu badong. Hal ini didorong oleh kesadaran akan betapa unik dan indahnya sebuah tradisi lisan di sebuah upacara kedukaan begitu kaya dengan nilai budaya.Selain itu, penulis menyadari kurangnya pengetahuan dan penyaluran ilmu tentang kebudayaan Tana Toraja berupa buku dan makalah, untuk menjadi pegangan dan pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Indonesia, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia.Landasan TeoriFolklor menurut Jan Harold Brunvand adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau pembantu pengingat (mnemonic device).Rambu Solo (Upacara Pemakaman) adalah adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun ini, mewajibkan keluarga yang ditinggal membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.BAB IIPEMBAHASANPengertian BadongBadong adalah sebuah tarian dan nyanyian kedukaan berisi syair dukacita yang diadakan di upacara (pesta) kematian di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Badong dilakukan secara berkelompok oleh pria dan wanita setengah baya atau tua dengan cara membentuk lingkaran besar dan bergerak.Maberarti melakukan danpaberarti pelaku, sehingga mabadong berarti melakukan tarian dan nyanyian badong, dan pabadong berarti penari badong.Deskripsi BadongBadong dilakukan di setiap upacara kematian di Tana Toraja, dan dilakukan di tanah lapang atau pelataran yang cukup luas, yaitu di tengah-tengah lantang (rumah adat yang hanya dibuat untuk sekali pakai pada saat acara pesta kematian.Pabadong memakai baju seragam, biasanya hitam-hitam dan memakai sarung hitam atau memakai pakaian adat toraja. Jumlah penari dapat mencapai puluhan hingga ratusan orang, sehingga pria memakai seragam yang berbeda dengan para penari wanita. Terkadang para pria dan wanita juga mengenakan pakaian adat Toraja. Tetapi, karena badong juga terbuka untuk orang yang ingin ikut menari, jadi tamu upacara kematian yang ingin ikut mabadong diperbolehkan berpakaian bebas.Pada saat mabadong, semua anggota tubuh pada pabadong juga bergerak, seperti menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, bahu maju-mundur dan ke kiri-ke kanan, kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan belakang, tangan saling bergandengan lalu hanya dengan jari kelingking, kaki disepakkan ke depan dan belakang secara bergantian.Lingkaran besar yang diciptakan pada saat mabadong dalam beberapa saat dipersempit dengan cara para pabadong maju, lalu mundur kembali dan pemperluas lingkaran dan saling berputar dan berganti posisi, tetapi tidak bertukar pabadong lain yang di sisi kanan atau kirinya.Suara yang mengiringi tarian badong adalah nyanyian para pabadong, tanpa iringan suara musik. Nyanyian yang dinyanyikan adalah lagu dalam bahasa Toraja, yang berupa syair (Kadong Badong) cerita riwayat hidup dan perjalanan kehidupan orang yang meninggal dunia, mulai dari lahir hingga meninggal. Selain syair tentang riwayat hidup, badong pada saat upacara kematian juga berisi doa, agar arwah orang yang meninggal bisa diterima di alam baka.Pada umumnya, mabadong berlangsung selama tiga hari tiga malam, karena pada umumya upacara kematian di Toraja berlangsung selama itu, tetapi tidak dilakukan sepanjang hari. Pada upacara kematian yang berlangsung selama lima hari dan tujuh hari, mabadong dilangsungkan dengan waktu yang berbeda pula, sesuai dengan keinginan pabadong dan persetujuan keluarga.Pelaksaan upacara kematian di Tana Toraja hanya dilakukan oleh keturunan raja dan bangsawan, serta keluarga dengan status sosial yang tinggi, yaitu mereka yang memiliki banyak harta kekayaan. Hal inilah yang menyebabkan badong hanya dilakukan oleh golongan masyarakat yang kaya, walaupun dalam kenyataannya mereka sebagai penyelenggara, penari badong sendiri adalah keluarga dan masyarakat umum yang dengan sukarela ingin mendoakan orang yang meninggal pada saat itu.Penari badong biasanya adalah masyarakat asli Tana Toraja yang sudah lama bermukim di Toraja dan sudah mengenal kuat kebudayaan Tana Toraja, hingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyanyikan syair ini. Selain itu, karena upacara kematian masih sering diadakan, masyarakat Tana Toraja tidak canggung dan dapat mabadong dengan baik dan lancar.Selain mabadong, biasanya di upacara kematian Tana Toraja juga ada tari magellu (tarian tradisional Tana Toraja), pengenalan keluarga yang berduka cita, pengenalan kerbau bonga (belang) dan kerbau biasa yang disembelih, mapasilaga tedong (beradu kerbau, yang nantinya akan disembelih sebagai pengantar arwah orang yang meninggal menuju surga), pengarakan peti menuju tempat yang disediakan, penaburan uang logam untuk diperebutkan oleh tamu upacara, dan pembakaran kerbau dan babi sembelihan yang nantinya akan dibagi kepada keluarga, tamu, dan masyarakat umum, dan ritual-ritual lainnya.Tata Cara Pelaksanaan BadongSebelum upacara diadakan, yaitu pada saat persiapan upacara, para anggota keluarga yang berduka cita memilih siapa saja yang akan menjadi pabadong untuk upacara kematian, yaitu keluarga, sanak saudara, rekan, tetangga, dan orang lain.Hingga pada saat upacara kematian berlangsung, orang-orang yang telah ditentukan sebelumnya menuju tempat yang telah ditentukan, pada saat yang sudah ditentukan pula.Para pabadong berdiri dan saling menunggu teman yang lain berada di posisi masing-masing, lalu pemimpin badong (pemberi aba-aba yang dipilih dari pabadong-pabadong) memberikan aba-aba untuk memulai tarian mereka.Pada awal mabadong, para pabadong menyanyikan empat badong secara berturut-turut sesuai dengan fungsinya, yaitu badong nasihat, badong ratapan, badong berarak, dan badong selamat (berkat). Setelah itu, dilanjutkan oleh para pabadong yang sudah menyiapkan doa dan nyanyian riwayat hidup yang sudah dipersiapkan. Jika tiba waktu yang telah ditentukan, namun syair badong, doa, dan nyanyian riwayat hidup belum selesai, para pabadong akan berhenti secara bersamaan dan mereka kembali ke lantang (rumah papan dan kayu yang digunakan hanya untuk upacara) untuk beristirahat, hingga pada waktu yang mereka rencanakan bersama, mereka akan mabadong lagi.Cara ini berlangsung hingga tarian dan nyanyian pabadong selesai dan upacara kematian juga selesai.Formula BadongBanyak hal yang telah menjadi keharusan sebagai tata baku dalam upacara badong. Di antaranya adalah sebagai berikut :Untuk membentuk lingkaran sebagai nyanyian doa, penari badong paling sedikit harus berjumlah lima orang.Syair lagu badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup orang yang meninggal dunia.Badong dilaksanakan di upacara pemakaman di lapangan terbuka yang dikelilingi lantang (rumah adat).Badong dilaksanakan oleh pria dan wanita dewasa.Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.Fungsi BadongFungsi Badong adalah dibagi dalam empat bagian, yaitu badong pa pakilala (badong nasihat), badong umbating (badong ratapan), badong ma palao (badong berarak), dan badong pasakke (badong selamat atau berkat).Badong pa pakilalaE..! Umbamira sangtondokta ?To mai sangbanuanta ?Sangti doan tarampakta ?Ke de ko anta umbanting !Rapana ta rio-rio,Tatannun rosso maa.Tang marandenkoka iko ?Taeko dallo riomu ?Lako te datu masallo ?Ambe perangikan mati,Ambe tanding talingakan,Angki lolloan batingki.Ke umpokadaki bating,Untannun mario-rio ;Da tabarrugai bating,Da talalan peninggoi.Umbating tengki siada,Rintin sipakilalaki ;Taeki lindona senga,Rampo makekeran bassi.Da anta lambi bating ruseng,Tu rintin paealian ;Anta masakke mairi,Madariding sola nasang.Badong umbatingTonna masaki ulunna,Tiku ramman beluakna ;Nenne samandu-mandunna,Kerangan umbongi-bongi.Samari tampak sarrona,Te upu pekaindona ;Katu angin dipudukna,Ronta tondon to batanga.Sokan sokannamo ia,Te dao nene mendeatanta ;Sola to dolo kapuanganta,Unnamboran tinaranna.Namboran salarika,Nasio tang tongan dika ;Dengka tau tang nabasa,Tang nalulun baratai ?La ditulakraka langi,La dimnangairika ? ;Sokan2ia Nene,Tang magata to dolota.Ke napapatui lenki,Ke nasanda simisaki ;Sanda2dilempangan,Pangkun dipentilendungan.Tallang turanannaki Puang,Awo bela-belaranna ;Aur tebas-tebasannya ;Ke disaile sulei,La dibandika menasan.Inde dao to tungara,Rintin to mennulu sau ;Umpolo bintanna Sali,Sirundu karasan tanga.Malemi situru gaun,Sikaloli rambu ruaja ;Naempa-empa salebu,Sau tondok Pong Lalondong.Unnola tossoan Adang,Pantadaran Tau bunga ;Dadi deatami lolo,Kombongmi to palullungan.La umbengki tua sanda,Paraja sanda mairi ;Anta masakke mairi,Madarinding sola nasang.Badong mapalaoTiromi tu tau tongan,Tu to natampa puangna ;Tae sanglindo susinna,Sanginto rupa-rupanna.Pada ditampa bintun tasak ;Pada dikombang bunga lalan ;Sumbang bulan naesungi,Kurapak allo natadongkonni.Mallulun padang naola,Umpamampu padang2;Buda kinallo lalanna,Dikki barra karunna.Malemi naturu gaun,Naempa-empa salebu ;Sau tondok Pong Lalondong.Ilo bambana makkun.La sangtondok to dolona,Sangisungan to menggaraganna ;Ia nasang mintu tau,Mairi sangtolinoan.Badong passakkeSampa batingkira tondo,Pangotonan marioki ;Napokinallo ilalan,Sau rumombena langi.Sau tondok Pong Lalondong,Ilo tondok to Mario ;Ganna sampin pebalunna,Sukku todeng tunuanna.Nariamo tangkean suru,Nasaladan kada rapa ;Anta masakke mairi,Madarinding sola nasang.Badong nasihatHai..! Di manakah orang sekampung kita ?Yaitu tetangga kita ?Rumpun keluarga kita ?Ayo! Berdirilah lalu kita menuangkan kesedihan kitaSaya terdiam dengan sangat sedihMari kita menguraikan kesedihan hati.Tidakkah engaku berduka ?Tidakkah kesedihan di hatimu?Kepada raja yang budiman ini ?Bapa dengarkanlah kami.Ya bapa miringkanlah telinga.supaya kami bisa menyampaikan syair kesedihan kamiKalau kita hendak mengatakan kesedihan,janganlah kita perolokkan kesedihan,jangan kita buat seperti permainan.Kalau kita bersedih saling memperingati :Kita bukanlah orang lain,Tiba untuk memakan besi (berduka)Jangan kita sebut bersedih itu salah,Mengungkapkan ragam pertentanganSupaya kita selamat sekalianBersentosa semuanya.Badong ratapanPada waktu kepalanya sakit,Semua rambutnya merasakannya ;Makin keras sekerasnya,Bertambah dari malam ke malam.Hanya sedih keluh penghabisannya,Sehabis ratapan memanggil ibunya ;Putuslah angin pada mulutnya (artinya mati);Habislah jiwa pada badannya (artinya mati)Sayang sioh sayang dia,Yang di atas nenek leluhur kita ;Bersama pertuanan kita,Mengamburkan sumpitannya.Dihamburkan salakah,Diukur tidakkah benar;Adakah orang yang yang tak dikena,Yang tidak disapu ratakan ?Akan ditantangkah langit ke atas,Akan ditaruhkan kayu pilar?Sayang sioh sayang ia Nenek,Leluhur kita tidak adil.Kalau ditunjukkan kepada kita,Kalau dikenakan pada kita masing-masing;Tak akan dapat dielakkan,Tak dapat dilindungi.Seakan kita ini pohon bambu tebangan Tuhan,Kalau kita menoloh kembali,Kita tidak akan membawa penyesalan.Ini di atas orang melentang,Yang berbaring arah ke selatan ;Melintasi ikatan papan lantai,Mengikuti balak tengah rumah.Sudah pergi bersama dengan embun,Bersama dengan asap bara api ;Diikut-ikuti oleh awan,Ke selatan negeri tuhannya jiwa di negeri jiwaMengikuti jejak Adam,Mengikuti manusia pertama ;Sudah menjadi berhala di sana,Sudah menjadi pelindung.Akan memberikan kita berkat yang cukup.Keselamatan masing2sekalian ;Supaya kita selamat sekalian,Semuanya bersentosa.Badong berarakLihat orang yang sebenarnya,Orang yang ditempa oleh ilahnya ;Sepertinya tidak sebanding,Yang setara dengan keadaannya.Bersamaan ditempa dengan bintang gemerlap.Bersamaan dibentuk dengan bunga lalan (nama bintang)Bulan purnama yang didudukinya,Sinar matahari yang ditempatinya.Padang berlumpur dilewati olehnya,Menganguskan rerumputan ;Banyak perbekalan di jalannya,Berasnya melimpah pada waktu sore.Telah berangkat diikuti embun,Diikuti awan-awan ;Ke selatan negeri Pong Lalondong.Di sana kotanya yang tetap.Akan senegeri dengan nenek moyangnya,Sekedudukan dengan yang menenpanya ;Semua yang berwujud manusia,Dengan manusia di bumi.Badong selamat (berkat)Begitulah uraian kesedihan kamu,Penjelasan kesedihan kami,Menjadi bekal perjalannya,Keselatan ujung2nya langit.Ke selatan negeri tuhannya jiwa.Di sana negeri orang yang bersedih ;Cukup dengan kain pembungkusnya,Genap kerbau bantaiannya.Sudahlah ditatang dengantangkeansuru,Telah dipelihara dengan kata sepakat.Supaya kita semua selamat,Kita sekalian bersentosaBeberapa foto mabadong

para pria dewasa mabadong dengan seragam baju putih dan sarung hitam, sedangkan di samping mereka ada barisan keluarga dan tamu duka melewati lantang (rumah adat untuk upacara).

Pabadong sedang melakukan upacara mabadong, dan ada seorang pemimpin yang mengenakan pakaian berbeda.

Penari dan pemusik bagellu mengiringi upacara-upacara adat di Tana Toraja, salah satunya di upacara kematian.Setiap upacara kematian, masilaga tedong juga dilakukan sebelum atau sesudah mabadong.

BAB IIIKESIMPULANBadong adalah warisan kebudayaan yang telah diwariskan turun-temurun oleh penduduk asli dan keturunan suku Toraja sejak berabad-abad yang lalu. Karena kekhasan, fungsi dan peranan, serta nilai kebudayaan untuk bersama-sama mendoakan orang yang telah meninggal membuat mabadong masih bertahan hingga sekarang, bahkan sering dilaksanakan.Pelaksanaan upacara yang sakral ini tidak dinilai dengan penilaian ekonomis atau menjadi materi kekayaan, tetapi upacara yang mengandung kekayaan yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dilaksanakan dan dipedulikan oleh seluruh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat asli Tana Toraja.SARANKebudayaan Indonesia sangat luas dan sangat kaya untuk dipelajari, terutama untuk mata kuliah Tradisi Sastra Nusantara. Karena itu, sebaiknya setiap kebudayaan dari daerah yang berbeda hanya dibahas pada 1 jam kuliah, sehingga pembelajaraan budaya-budaya lisan lain di Nusantara bisa dilebih banyak.Pemerintah, yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bekerjasama dengan lembaga kebudayaan Toraja untuk memperkenalkan kebudayaan Tana Toraja lebih jauh lagi pada masyarakat luas, terutama mahasiswa, sehingga dapat dipelajari dan dikembangkan bersama-sama.Setiap sivitas akademika, yaitu dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia bekerjasama mengadakan acara-acara pengenalan kebudayaan Nusantara di kampus Universitas Indonesia.DAFTAR PUSTAKAL. Pakan,Badong Njanjian Kedukaan di Tana Toradja di Kabupaten Tana Toradja,[i.t][t.p][t.th], Dari Majalah Bahasa dan Budaya,Danandjaja, James,Folklor Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994.Pudentia,MPSS Metodologi Kajian Tradisi Sastra Lisan,Asosiasi Tradisi Lisan (ALT), 2008.http://kfk.kompas.com/sfkphotos/2009/02/27/tarian-mabadong-5293http://wapedia.mobi/id/Ma%27badonghttp://bimbinganmu.blogspot.com/2008/03/mabadong.htmlhttp://students.ukdw.ac.id/~23050034/kesenian.htmhttp://cybertravel.cbn.net.id/cbprtl/cybertravel/detail.aspx?x=Time+Traveller&y=cybertravel|3|0|3|478http://ilovetoraja.blogspot.com/2008_07_01_archive.html*Makalah ini telah ditulis terlebih dahulu di blog saya ya

Badong Sebuah Tari dan Nyanyian Kedukaan di TanaTorajaPosted injalan-jalan,kebudayaan,ketemuan, taggedbadong toraja,ilmiah toraja,kebudayaan toraja,makalah toraja,nyanyian kedukaan toraja,tradisi lisan torajaon January 17, 2014 |Leave a Comment UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH SASTRA LISANTRADISI SASTRA NUSANTARABADONGSEBUAH TARI DAN NYANYIAN KEDUKAANDI TANA TORAJANAMA : HARLIATINPM : 0806353545FAKULTAS ILMU DAN BUDAYAPROGRAM STUDI INDONESIAJUNI, 2009BAB IPENDAHULUANLatar BelakangKepercayaan Terhadap Alam Kehidupan Setelah MatiAjaran Aluk Todolo(kepercayaan asli penduduk Toraja yang intinya adalah kepercayaan terhadap dewa-dewa dan roh leluhur) menurut orang Toraja berisi konsep kepercayaan terhadap alam kehidupan setelah mati. Ajaran ini menganggap bahwa arwah seseorang setelah mati tidak hilang begitu saja melainkan kembali ke suatu tempat yang dianggap sebagai alam arwah atau sebagai tempat asal-usul leluhur mereka. Konsep kepercayaan ini kemudian diimplementasikan dalam sistem upacara terutama upacara yang berkaitan dengan kematian (Rambu Solok) dan sistem penguburan.Secara umum tujuan dari upacara yang termasuk kelompok Rambu Solok adalah untuk keselamatan arwah leluhur di alam baka dan kesejahteraan serta keselamatan manusia di dunia.Kepercayaan Terhadap Arwah LeluhurHubungan antara orang hidup dengan orang yang telah meninggal tidak hanya bersifat searah akan melainkan bersifat timbal-balik karena keselamatan arwah para leluhur juga sangat ditentukan oleh perlakuan dari kerabat atau masyarakat yang ditinggalkannya. Keselamatan arwah leluhur di alam baka sangat tergantung kepada pemenuhan syarat-syarat yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan adat, seperti berbagai tahapan upacara, bekal berupa korban persembahan dan bekal kubur, dan perlakuan-perlakuan lainnya setelah seseorang meninggal.Berdasarkan konsep kepercayaan tersebut, maka dalam menjalankan berbagai upacara dan ritual kedukaan dalam pesta adat, Rambu Solok dengan berbagai ritual di dalamnya.Tujuan PenulisanMakalah ini dibuat dengan tujuan mengenal, mengetahui, dan melestarikan upacara adat dan kebudayaan, berupa tradisi sastra lisan di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yaitu badong. Hal ini didorong oleh kesadaran akan betapa unik dan indahnya sebuah tradisi lisan di sebuah upacara kedukaan begitu kaya dengan nilai budaya.Selain itu, penulis menyadari kurangnya pengetahuan dan penyaluran ilmu tentang kebudayaan Tana Toraja berupa buku dan makalah, untuk menjadi pegangan dan pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Indonesia, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia.Landasan TeoriFolklor menurut Jan Harold Brunvand adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau pembantu pengingat (mnemonic device).Rambu Solo (Upacara Pemakaman) adalah adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun ini, mewajibkan keluarga yang ditinggal membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.BAB IIPEMBAHASANPengertian BadongBadong adalah sebuah tarian dan nyanyian kedukaan berisi syair dukacita yang diadakan di upacara (pesta) kematian di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Badong dilakukan secara berkelompok oleh pria dan wanita setengah baya atau tua dengan cara membentuk lingkaran besar dan bergerak.Maberarti melakukan danpaberarti pelaku, sehingga mabadong berarti melakukan tarian dan nyanyian badong, dan pabadong berarti penari badong.Deskripsi BadongBadong dilakukan di setiap upacara kematian di Tana Toraja, dan dilakukan di tanah lapang atau pelataran yang cukup luas, yaitu di tengah-tengah lantang (rumah adat yang hanya dibuat untuk sekali pakai pada saat acara pesta kematian.Pabadong memakai baju seragam, biasanya hitam-hitam dan memakai sarung hitam atau memakai pakaian adat toraja. Jumlah penari dapat mencapai puluhan hingga ratusan orang, sehingga pria memakai seragam yang berbeda dengan para penari wanita. Terkadang para pria dan wanita juga mengenakan pakaian adat Toraja. Tetapi, karena badong juga terbuka untuk orang yang ingin ikut menari, jadi tamu upacara kematian yang ingin ikut mabadong diperbolehkan berpakaian bebas.Pada saat mabadong, semua anggota tubuh pada pabadong juga bergerak, seperti menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, bahu maju-mundur dan ke kiri-ke kanan, kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan belakang, tangan saling bergandengan lalu hanya dengan jari kelingking, kaki disepakkan ke depan dan belakang secara bergantian.Lingkaran besar yang diciptakan pada saat mabadong dalam beberapa saat dipersempit dengan cara para pabadong maju, lalu mundur kembali dan pemperluas lingkaran dan saling berputar dan berganti posisi, tetapi tidak bertukar pabadong lain yang di sisi kanan atau kirinya.Suara yang mengiringi tarian badong adalah nyanyian para pabadong, tanpa iringan suara musik. Nyanyian yang dinyanyikan adalah lagu dalam bahasa Toraja, yang berupa syair (Kadong Badong) cerita riwayat hidup dan perjalanan kehidupan orang yang meninggal dunia, mulai dari lahir hingga meninggal. Selain syair tentang riwayat hidup, badong pada saat upacara kematian juga berisi doa, agar arwah orang yang meninggal bisa diterima di alam baka.Pada umumnya, mabadong berlangsung selama tiga hari tiga malam, karena pada umumya upacara kematian di Toraja berlangsung selama itu, tetapi tidak dilakukan sepanjang hari. Pada upacara kematian yang berlangsung selama lima hari dan tujuh hari, mabadong dilangsungkan dengan waktu yang berbeda pula, sesuai dengan keinginan pabadong dan persetujuan keluarga.Pelaksaan upacara kematian di Tana Toraja hanya dilakukan oleh keturunan raja dan bangsawan, serta keluarga dengan status sosial yang tinggi, yaitu mereka yang memiliki banyak harta kekayaan. Hal inilah yang menyebabkan badong hanya dilakukan oleh golongan masyarakat yang kaya, walaupun dalam kenyataannya mereka sebagai penyelenggara, penari badong sendiri adalah keluarga dan masyarakat umum yang dengan sukarela ingin mendoakan orang yang meninggal pada saat itu.Penari badong biasanya adalah masyarakat asli Tana Toraja yang sudah lama bermukim di Toraja dan sudah mengenal kuat kebudayaan Tana Toraja, hingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyanyikan syair ini. Selain itu, karena upacara kematian masih sering diadakan, masyarakat Tana Toraja tidak canggung dan dapat mabadong dengan baik dan lancar.Selain mabadong, biasanya di upacara kematian Tana Toraja juga ada tari magellu (tarian tradisional Tana Toraja), pengenalan keluarga yang berduka cita, pengenalan kerbau bonga (belang) dan kerbau biasa yang disembelih, mapasilaga tedong (beradu kerbau, yang nantinya akan disembelih sebagai pengantar arwah orang yang meninggal menuju surga), pengarakan peti menuju tempat yang disediakan, penaburan uang logam untuk diperebutkan oleh tamu upacara, dan pembakaran kerbau dan babi sembelihan yang nantinya akan dibagi kepada keluarga, tamu, dan masyarakat umum, dan ritual-ritual lainnya.Tata Cara Pelaksanaan BadongSebelum upacara diadakan, yaitu pada saat persiapan upacara, para anggota keluarga yang berduka cita memilih siapa saja yang akan menjadi pabadong untuk upacara kematian, yaitu keluarga, sanak saudara, rekan, tetangga, dan orang lain.Hingga pada saat upacara kematian berlangsung, orang-orang yang telah ditentukan sebelumnya menuju tempat yang telah ditentukan, pada saat yang sudah ditentukan pula.Para pabadong berdiri dan saling menunggu teman yang lain berada di posisi masing-masing, lalu pemimpin badong (pemberi aba-aba yang dipilih dari pabadong-pabadong) memberikan aba-aba untuk memulai tarian mereka.Pada awal mabadong, para pabadong menyanyikan empat badong secara berturut-turut sesuai dengan fungsinya, yaitu badong nasihat, badong ratapan, badong berarak, dan badong selamat (berkat). Setelah itu, dilanjutkan oleh para pabadong yang sudah menyiapkan doa dan nyanyian riwayat hidup yang sudah dipersiapkan. Jika tiba waktu yang telah ditentukan, namun syair badong, doa, dan nyanyian riwayat hidup belum selesai, para pabadong akan berhenti secara bersamaan dan mereka kembali ke lantang (rumah papan dan kayu yang digunakan hanya untuk upacara) untuk beristirahat, hingga pada waktu yang mereka rencanakan bersama, mereka akan mabadong lagi.Cara ini berlangsung hingga tarian dan nyanyian pabadong selesai dan upacara kematian juga selesai.Formula BadongBanyak hal yang telah menjadi keharusan sebagai tata baku dalam upacara badong. Di antaranya adalah sebagai berikut :Untuk membentuk lingkaran sebagai nyanyian doa, penari badong paling sedikit harus berjumlah lima orang.Syair lagu badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup orang yang meninggal dunia.Badong dilaksanakan di upacara pemakaman di lapangan terbuka yang dikelilingi lantang (rumah adat).Badong dilaksanakan oleh pria dan wanita dewasa.Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.Fungsi BadongFungsi Badong adalah dibagi dalam empat bagian, yaitu badong pa pakilala (badong nasihat), badong umbating (badong ratapan), badong ma palao (badong berarak), dan badong pasakke (badong selamat atau berkat).Badong pa pakilalaE..! Umbamira sangtondokta ?To mai sangbanuanta ?Sangti doan tarampakta ?Ke de ko anta umbanting !Rapana ta rio-rio,Tatannun rosso maa.Tang marandenkoka iko ?Taeko dallo riomu ?Lako te datu masallo ?Ambe perangikan mati,Ambe tanding talingakan,Angki lolloan batingki.Ke umpokadaki bating,Untannun mario-rio ;Da tabarrugai bating,Da talalan peninggoi.Umbating tengki siada,Rintin sipakilalaki ;Taeki lindona senga,Rampo makekeran bassi.Da anta lambi bating ruseng,Tu rintin paealian ;Anta masakke mairi,Madariding sola nasang.Badong umbatingTonna masaki ulunna,Tiku ramman beluakna ;Nenne samandu-mandunna,Kerangan umbongi-bongi.Samari tampak sarrona,Te upu pekaindona ;Katu angin dipudukna,Ronta tondon to batanga.Sokan sokannamo ia,Te dao nene mendeatanta ;Sola to dolo kapuanganta,Unnamboran tinaranna.Namboran salarika,Nasio tang tongan dika ;Dengka tau tang nabasa,Tang nalulun baratai ?La ditulakraka langi,La dimnangairika ? ;Sokan2ia Nene,Tang magata to dolota.Ke napapatui lenki,Ke nasanda simisaki ;Sanda2dilempangan,Pangkun dipentilendungan.Tallang turanannaki Puang,Awo bela-belaranna ;Aur tebas-tebasannya ;Ke disaile sulei,La dibandika menasan.Inde dao to tungara,Rintin to mennulu sau ;Umpolo bintanna Sali,Sirundu karasan tanga.Malemi situru gaun,Sikaloli rambu ruaja ;Naempa-empa salebu,Sau tondok Pong Lalondong.Unnola tossoan Adang,Pantadaran Tau bunga ;Dadi deatami lolo,Kombongmi to palullungan.La umbengki tua sanda,Paraja sanda mairi ;Anta masakke mairi,Madarinding sola nasang.Badong mapalaoTiromi tu tau tongan,Tu to natampa puangna ;Tae sanglindo susinna,Sanginto rupa-rupanna.Pada ditampa bintun tasak ;Pada dikombang bunga lalan ;Sumbang bulan naesungi,Kurapak allo natadongkonni.Mallulun padang naola,Umpamampu padang2;Buda kinallo lalanna,Dikki barra karunna.Malemi naturu gaun,Naempa-empa salebu ;Sau tondok Pong Lalondong.Ilo bambana makkun.La sangtondok to dolona,Sangisungan to menggaraganna ;Ia nasang mintu tau,Mairi sangtolinoan.Badong passakkeSampa batingkira tondo,Pangotonan marioki ;Napokinallo ilalan,Sau rumombena langi.Sau tondok Pong Lalondong,Ilo tondok to Mario ;Ganna sampin pebalunna,Sukku todeng tunuanna.Nariamo tangkean suru,Nasaladan kada rapa ;Anta masakke mairi,Madarinding sola nasang.Badong nasihatHai..! Di manakah orang sekampung kita ?Yaitu tetangga kita ?Rumpun keluarga kita ?Ayo! Berdirilah lalu kita menuangkan kesedihan kitaSaya terdiam dengan sangat sedihMari kita menguraikan kesedihan hati.Tidakkah engaku berduka ?Tidakkah kesedihan di hatimu?Kepada raja yang budiman ini ?Bapa dengarkanlah kami.Ya bapa miringkanlah telinga.supaya kami bisa menyampaikan syair kesedihan kamiKalau kita hendak mengatakan kesedihan,janganlah kita perolokkan kesedihan,jangan kita buat seperti permainan.Kalau kita bersedih saling memperingati :Kita bukanlah orang lain,Tiba untuk memakan besi (berduka)Jangan kita sebut bersedih itu salah,Mengungkapkan ragam pertentanganSupaya kita selamat sekalianBersentosa semuanya.Badong ratapanPada waktu kepalanya sakit,Semua rambutnya merasakannya ;Makin keras sekerasnya,Bertambah dari malam ke malam.Hanya sedih keluh penghabisannya,Sehabis ratapan memanggil ibunya ;Putuslah angin pada mulutnya (artinya mati);Habislah jiwa pada badannya (artinya mati)Sayang sioh sayang dia,Yang di atas nenek leluhur kita ;Bersama pertuanan kita,Mengamburkan sumpitannya.Dihamburkan salakah,Diukur tidakkah benar;Adakah orang yang yang tak dikena,Yang tidak disapu ratakan ?Akan ditantangkah langit ke atas,Akan ditaruhkan kayu pilar?Sayang sioh sayang ia Nenek,Leluhur kita tidak adil.Kalau ditunjukkan kepada kita,Kalau dikenakan pada kita masing-masing;Tak akan dapat dielakkan,Tak dapat dilindungi.Seakan kita ini pohon bambu tebangan Tuhan,Kalau kita menoloh kembali,Kita tidak akan membawa penyesalan.Ini di atas orang melentang,Yang berbaring arah ke selatan ;Melintasi ikatan papan lantai,Mengikuti balak tengah rumah.Sudah pergi bersama dengan embun,Bersama dengan asap bara api ;Diikut-ikuti oleh awan,Ke selatan negeri tuhannya jiwa di negeri jiwaMengikuti jejak Adam,Mengikuti manusia pertama ;Sudah menjadi berhala di sana,Sudah menjadi pelindung.Akan memberikan kita berkat yang cukup.Keselamatan masing2sekalian ;Supaya kita selamat sekalian,Semuanya bersentosa.Badong berarakLihat orang yang sebenarnya,Orang yang ditempa oleh ilahnya ;Sepertinya tidak sebanding,Yang setara dengan keadaannya.Bersamaan ditempa dengan bintang gemerlap.Bersamaan dibentuk dengan bunga lalan (nama bintang)Bulan purnama yang didudukinya,Sinar matahari yang ditempatinya.Padang berlumpur dilewati olehnya,Menganguskan rerumputan ;Banyak perbekalan di jalannya,Berasnya melimpah pada waktu sore.Telah berangkat diikuti embun,Diikuti awan-awan ;Ke selatan negeri Pong Lalondong.Di sana kotanya yang tetap.Akan senegeri dengan nenek moyangnya,Sekedudukan dengan yang menenpanya ;Semua yang berwujud manusia,Dengan manusia di bumi.Badong selamat (berkat)Begitulah uraian kesedihan kamu,Penjelasan kesedihan kami,Menjadi bekal perjalannya,Keselatan ujung2nya langit.Ke selatan negeri tuhannya jiwa.Di sana negeri orang yang bersedih ;Cukup dengan kain pembungkusnya,Genap kerbau bantaiannya.Sudahlah ditatang dengantangkeansuru,Telah dipelihara dengan kata sepakat.Supaya kita semua selamat,Kita sekalian bersentosaBeberapa foto mabadong

para pria dewasa mabadong dengan seragam baju putih dan sarung hitam, sedangkan di samping mereka ada barisan keluarga dan tamu duka melewati lantang (rumah adat untuk upacara).

Pabadong sedang melakukan upacara mabadong, dan ada seorang pemimpin yang mengenakan pakaian berbeda.

Penari dan pemusik bagellu mengiringi upacara-upacara adat di Tana Toraja, salah satunya di upacara kematian.Setiap upacara kematian, masilaga tedong juga dilakukan sebelum atau sesudah mabadong.

BAB IIIKESIMPULANBadong adalah warisan kebudayaan yang telah diwariskan turun-temurun oleh penduduk asli dan keturunan suku Toraja sejak berabad-abad yang lalu. Karena kekhasan, fungsi dan peranan, serta nilai kebudayaan untuk bersama-sama mendoakan orang yang telah meninggal membuat mabadong masih bertahan hingga sekarang, bahkan sering dilaksanakan.Pelaksanaan upacara yang sakral ini tidak dinilai dengan penilaian ekonomis atau menjadi materi kekayaan, tetapi upacara yang mengandung kekayaan yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dilaksanakan dan dipedulikan oleh seluruh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat asli Tana Toraja.SARANKebudayaan Indonesia sangat luas dan sangat kaya untuk dipelajari, terutama untuk mata kuliah Tradisi Sastra Nusantara. Karena itu, sebaiknya setiap kebudayaan dari daerah yang berbeda hanya dibahas pada 1 jam kuliah, sehingga pembelajaraan budaya-budaya lisan lain di Nusantara bisa dilebih banyak.Pemerintah, yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bekerjasama dengan lembaga kebudayaan Toraja untuk memperkenalkan kebudayaan Tana Toraja lebih jauh lagi pada masyarakat luas, terutama mahasiswa, sehingga dapat dipelajari dan dikembangkan bersama-sama.Setiap sivitas akademika, yaitu dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia bekerjasama mengadakan acara-acara pengenalan kebudayaan Nusantara di kampus Universitas Indonesia.DAFTAR PUSTAKAL. Pakan,Badong Njanjian Kedukaan di Tana Toradja di Kabupaten Tana Toradja,[i.t][t.p][t.th], Dari Majalah Bahasa dan Budaya,Danandjaja, James,Folklor Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994.Pudentia,MPSS Metodologi Kajian Tradisi Sastra Lisan,Asosiasi Tradisi Lisan (ALT), 2008.http://kfk.kompas.com/sfkphotos/2009/02/27/tarian-mabadong-5293http://wapedia.mobi/id/Ma%27badonghttp://bimbinganmu.blogspot.com/2008/03/mabadong.htmlhttp://students.ukdw.ac.id/~23050034/kesenian.htmhttp://cybertravel.cbn.net.id/cbprtl/cybertravel/detail.aspx?x=Time+Traveller&y=cybertravel|3|0|3|478http://ilovetoraja.blogspot.com/2008_07_01_archive.html*Makalah ini telah ditulis terlebih dahulu di blog saya yang lainhttp://www.tulisananakkos.wordpress.com

Skripsi TORAJA SEBAGAIMANA YANG TERLUKIS DALAM LANDORUNDUN KARYA RAMPA MAEGA: SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGISJanuary 17, 2014 byhalocelebesUNIVERSITAS INDONESIATORAJA SEBAGAIMANA YANG TERLUKIS DALAMLANDORUNDUNKARYA RAMPA MAEGA:SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGISHARLIATIDEPOK,JULI 2012ABSTRACTName : HarliatiStudy Program: IndonesiaTitle : Toraja as describen inLandorundunby Rampa Maega:A Sociological StudyThis thesis discusses a picture of life Toraja ancestors in the past and current Toraja society as describen inLandorundunby Rampa Maega.Torajan is a group of people who lived in a place called Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo or place known as The Toraja.The picture of life described in the three most prominent aspects of the novel; social stratification, traditional ceremonies, and tourism. All of those picture framed in two love stories that come from two different time.Key words:Social stratification, traditional ceremonies, tourism, Landorundun, and Toraja.ABSTRAKNama : HarliatiProgram Studi : IndonesiaJudul : Toraja Sebagaimana yang Terlukis dalamLandorundunkarya Rampa Maega : Sebuah Tinjauan SosiologisSkripsi ini membahas gambaran kehidupan nenek moyang suku Toraja pada masa dulu dan masyarakat Toraja pada masa ini sebagaimana yang terlukis dalamLandorundunkarya Rampa Maega. Suku Toraja adalah sekelompok orang yang tinggal di sebuah tempat bernama Tondok Lepongan BulanTana Matarik Allo atau yang dikenal dengan nama Toraja.Gambaran kehidupan itu terlukis dalam tiga aspek yang paling menonjol dalam novel,yaitu stratifikasi sosial, upacara adat, dan pariwisata. Semua gambaran itu terbingkai dalam dua cerita cinta yang berasal dari dua waktu yang berbeda.Kata kunci:Stratifikasi sosial, upacara adat, pariwisata, Landorundun, dan Toraja.1.MasalahLandorundunmenggambarkan kehidupan nenek moyang suku Toraja dan masyarakat Toraja pada saat ini. Gambaran itu dapat diketahui melalui analisis terhadap unsur intrinsik novelLandorundun,yaitu tokoh, latar, dan alur.Dengan melakukan analisis terhadap ketiga unsur intrinsik tersebut, terungkaplah masalah atau gagasan yang terajut dalamLandorundun. Masalah tersebut mencakup tiga aspek kebudayaan Toraja, yakni stratifikasi sosial, upacara adat, dan pariwisata.Oleh karena ketiga aspek tersebut dibangun dan disajikan dalam kisah yang menghadirkan dan menghubungkan mitos asal-usul suku Toraja dengan kehidupan suku Toraja pada saat ini, maka kajian ini juga mencakup bagaimana ketiga aspek tersebut dikemas dalam novelLandorundun.Dengan demikian, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana stratifikasi sosial, upacara adat, dan pariwisata terlukis dalamLandorundun.2.Tujuan PenelitianSesuai dengan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Membicarakan unsur-unsur intrinsik, yakni tokoh, alur, dan latar, sebagai sarana untuk mengkaji tiga aspek penting dalamLandorundun,yaitu stratifikasi sosial, upacara adat, dan pariwisata.2. Membahas tiga aspek pentingyaitu stratifikasi sosial, upacara adat, dan pariwisata dalam konteks masyarakat Toraja sebagaimana terlukis padaLandorundun.