gambaran stress pada individu terhadap adat pernikahan...

40
GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA’) TORAJA OLEH: KEVIANA APSARI MOGA 802013061 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: phamhanh

Post on 25-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP

ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA’) TORAJA

OLEH:

KEVIANA APSARI MOGA

802013061

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara
Page 3: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara
Page 4: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara
Page 5: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara
Page 6: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara
Page 7: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP

ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA’) TORAJA

Keviana Apsari Moga

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

i

Abstrak

Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

dianggap sebagai prosesi yang sakral dan sebagian orang mempersiapkannya sebaik

mungkin. Dalam pernikahan masyarakat Toraja, calon pengantin akan menerima

pemberian dari seluruh rumpun keluarga maupun kerabat mereka dalam bentuk hewan

maupun materi yang menjadi simbol dari setiap acara yang dilakukan di Toraja baik itu

diberikan kepada pihak laki-laki maupun perempuan namun pada akhirnya pemberian

tersebut bagi sebagian masyarakat Toraja mengartikannya sebagai “indan” atau utang.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan metode pengambilan data

yaitu wawancara dan observasi. Penelitian ini melibatkan lima orang partisipan dengan

rentang usia 25-55 tahun saat wawancara dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa partisipan merasa cemas, menurunnya konsentrasi, pikiran berulang yang

dirasakan dari awal pernikahan hingga saat ini. Hasil penelitian tiga partisipan sering

memikirkan indan yang berdampak pada aspek fisiologis, aspek psikologis, dan sosial

serta merasa perubahan terhadap ukuran, bentuk serta potensi tubuh saat ini yang

membuat individu sering merasa pusing, kelelahan turunnya berat badan, menurunnya

daya konsentrasi, pikiran kacau, serta pikiran yang berulang tentang indan. Mereka

merasa khawatir pada saat akan membayar indan namun tidak memiliki uang, hal ini

membuat ketiga partisipan mengalami kecemasan, dan malongko’ atau malu, Namun

hal tersebut tidak berdampak pada dua partisipan karena mereka tidak memikirkan

indan secara terus menerus.

Kata Kunci: Kecemasan, Stress, Rambu Tuka‟

Page 9: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

ii

Abstract

Marriage is an important thing for human life. It is considered as a sacred ceremony

that some people prepare it very well. In the marriage of Torajanese, the bride or

groom-to-be will receive gifts from all families as well as relatives in the form of

animals or materials which become the symbol of each event done in Toraja. Those are

given not only to the family of the bride-to-be but also the groom-to-be, but at the end,

the gifts are meant as “indan” or a debt by some of Torajanese. The method used in this

research is qualitative; and the methods used for collecting the data are interview and

observation. Five people are participated in the interview with age between 22-25 years

old. The interview results show that the participants feel anxious, have decreasing

concentration, and also have repeated thoughts started from the beginning of the

marriage until now. The interview results of the three participants who had been

thinking about “indan” show that it has impacts on the aspects of physiology,

psychology, and social and they also feel the changes of size, shape, and potential of the

body which make them easily get headache, exhausted, as well as decrease their weight

and concentration, have confused mind, and also have repeated thought about “indan”.

They feel anxious when they have to pay “indan” and they have no money. Those made

the three participants experienced anxiety and “malongko” or embarrassed. But those

do not impact for the two other participants because they do not think about “indan”

continuously.

Keywords: Anxiety, Stress, Rambu Tuka’

Page 10: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman

dan keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu

pulau, yang memiliki ciri khas dan keunikan budaya tersendiri. Budaya atau

kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang meliputi gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

manusia melalui belajar, oleh karena itu hampir semua tindakan manusia adalah

kebudayaan. Suatu corak kebudayaan terdiri dari kombinasi, unsur-unsur kultur, yaitu

nilai-nilai, norma-norma, tujuan-tujuan dan harapan-harapan yang khusus

diperuntukkan bagi suatu kelompok. Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat

tertentu merupakan pencerminan yang konkrit dari nilai budaya yang diterapkan

dalam dinamika kehidupan (Koentjaraningrat, 1991).

Toraja merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki keunikan

tersendiri yang tidak akan dijumpai di daerah manapun. Masyarakat Toraja sejak dulu

dikenal sebagai masyarakat religius dan memiliki integritas yang tinggi dalam

menjunjung tinggi budayanya. Masyarakat Toraja telah memiliki aturan tata hidup

yang mengatur sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepercayaan.

Salah satu yang menjadi ciri khas di Toraja adalah upacara pernikahan atau biasa

dikenal dengan istilah “Rambu Tuka”.

Setiap orang pasti ingin menikah. Pernikahan merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam kehidupan. Pernikahan dianggap sebagai suatu prosesi sakral

Page 11: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

2

yang dilakukan seumur hidup, dan sebagian orang mempersiapkannya sebaik

mungkin. Mereka dalam hal ini calon pengantin berharap prosesi pernikahan mereka

selenggarakan nantinya dapat menimbulkan kenangan yang tak terlupakan.

Dalam pernikahan masyarakat Toraja, calon pengantin yang melaksanakan

pernikahan, akan menerima pemberian dari seluruh rumpun keluarga maupun kerabat

mereka dalam bentuk materi maupun hewan yang menjadi simbol dari setiap

rangkaian upacara yang dilakukan di Toraja, baik itu diterima oleh pihak perempuan

maupun laki-laki. Namun pada akhirnya sumbangan tersebut akan menjadi “indan”

atau utang bagi yang melaksanakan pernikahan. Jadi semakin banyak pemberian

yang diterima, maka semakin banyak pula indan yang harus dibayar. Indan tersebut

akan dibayarkan apabila keluarga yang membawa pemberian tersebut ada yang

menikah juga. Namun tidak menutup kemungkinan indan tersebut dapat dibayarkan

pada saat ada keluarga dari yang membawa pemberian tersebut meninggal. Kemudian

yang membuat sebuah pernikahan menjadi berat, jusru karena hampir semua

penduduk di negeri kita masih terikat erat dengan adat dan budaya setempat, yang

menjadi “beban” bagi calon pengantin dan keluarganya.

Stress adalah sebuah reaksi spesifik bagi individu terhadap stressor , atau

ancaman dan tuntutan yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar individu.

Stress sebagai gangguan pada tubuh dan fikiran yang disebabkan oleh perubahan dan

tuntutan kehidupan. Keadaan tersebut dikarenakan adanya berbagai faktor yang

mempengaruhi otak / pikiran atau mental dari seseorang. Akan tetapi apabila keadaan

stress tersebut menjadi berlebihan maka akan mempengaruhi psikis dan juga fisik

(kesehatan) individu itu sendiri.

Page 12: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

3

Fenomena yang ditemukan peneliti dalam percakapan yang pernah dilakukan

pada saat masih di Toraja, ada beberapa ciri yang menunjukkan gejala stress pada

calon pengantin yang akan menikah. Salah satu yang diungkapkan keluarga dari

calon pengantin mengatakan “bahwa N sangat cemas, ia tidak berhenti menangis,

merasa takut, dan tidak mampu mengatasi masalah, karena sangat banyak sumbangan

babi yang berdatangan kerumahnya, dan ia mengatakan bahwa ia bingung bagaimana

harus membayar kembali semuanya itu”. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa N

mengalami stress karena beban yang harus ia tanggung. Dalam masyarakat Toraja

indan akan diwariskan kepada keturunan berikutnya jika indan tersebut belum

dibayarkan seluruhnya oleh yang menerima pemberian, dan tidak dapat dipungkiri

bahwa kehidupan penerimanya menjadi semakin terbebani secara ekonomi, karena

dikemudian hari bisa menimbulkan indan sampai “tujuh turunan”. Karena tuntutan

untuk membayar indan itu juga menjadi salah satu faktor seseorang mengalami

stress.

Fenomena selanjutnya yang juga peneliti temukan dari percakapan peneliti

dengan informan “bahwa L mengalami stress karena semakin banyaknya sumbangan

babi yang berdatangan ke rumahnya. L juga mengalami kecemasan, gelisah, merasa

takut, dan tidak mampu mengatasi masalah tersebut karena hal tersebut tidak dapat ia

tolak. Pada saat keluarga maupun kerabat yang datang memberi, orang tua L yang

menerima sumbangan tersebut, karena kecemasan yang dialami L sehingga ia tidak

tahu apa yang harus ia lakukan dengan pemberian tersebut”. Di dalam pernikahan

masyarakat Toraja, hal tersebut tidak dapat dihidari maupun ditolak, karena dapat

menimbulkan siri’(malu) bagi keluarga yang melaksanakan.

Page 13: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

4

Ritual dan prosesi adat itu juga yang kemudian membedakan adat pernikahan

satu daerah dengan daerah lainnya, apalagi kita tahu bahwa Indonesia memiliki

ratusan suku/etnis yang memiliki keragaman dalam adat pernikahan. Keterikatan

masyarakat terhadap adat daerahnya, terkadang membuat sebuah acara pernikahan

yang mestinya dapat dilaksanakan secara sederhana, kemudian berubah menjadi high

cost dan bagi sebagian masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi akan jadi

beban yang begitu berat.

Membahas tentang pernikahan suku Toraja, ada hal yang juga kontras dengan

kebudayaan lain di Indonesia ini, terutama pakaian adat. Warna pakaian adat untuk

pernikahan di Toraja adalah warna-warna cerah seperti putih, kuning, merah. Di

dalam pernikahan masyarakat Toraja, sangat dilarang untuk menggunakan pakaian

berwarna “hitam”, karena warna hitam di toraja adalah simbol ”kekelaman atau

kedukaan” dan hanya dipakai dalam upacara Kematian atau biasa dikenal dengan

istilah Rambu Solo’. Hal ini justru sangat berbeda dari beberapa daerah di Indonesia,

seperti Jogja, Madura, Sunda, Aceh, dan masih banyak lainnya daerah yang

menggunakan warna hitam dalam pernikahan.

Sepanjang hasil penelusuran dan pengetahuan peneliti, kajian tentang

gambaran stress individu yang tidak melakukan adat pernikahan (rambu tuka’) di

Toraja belum pernah dilakukan sebelumnya. Meskipun demikian, hasil penelitian

yang relevan terkait gambaran stress telah ada, namun dalam konteks yang berbeda.

Penelitian ini berfokus pada Kematian atau biasa dikenal dengan istilah Rambu Solo’,

sedangkan yang di teliti oleh peneliti berfokus pada Pernikahan yang dikenal dengan

istilah Rambu Tuka’. Berikut hasil penelitian yang dimaksud. (Arman Marwing,

Page 14: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

5

2011), judul penelitian Problem Psikologis Dan Strategi Coping Pelaku Upacara

Kematian Rambu Solo’ Di Toraja (Studi Fenomenologi Pada Tana‟ Bulaan).

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika psikologis subjek dengan cara

memahami faktor motivasional individu dari tana‟ bulaan miskin dalam

melaksanakan upacara rambu solo’, beban keuangan sebagai kejadian menekan yang

mereka hadapi, strategi pengatasan masalah dan dampak psikologis pada tana‟ bulaan

miskin.

Rumusan Masalah

Sebagaimana telah dipaparkan dalam latar belakang, peneliti ingin meneliti

tentang sejauh apakah stress pada individu yang telah melaksanakan pernikahan

dengan adat rambu tuka’ Toraja?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah,

untuk mengetahui tentang sejauh apakah gambaran stress pada individu yang telah

melaksanakan pernikahan dengan adat rambu tuka’ Toraja.

Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti adalah diharapkan menjadi sarana

belajar untuk dapat mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan terjun langsung,

sehingga dapat melihat bagaimana gambaran stress masyarakat Toraja yang telah

melaksanakan pernikahan dengan adat rambu tuka’. Dan penelitian ini juga dapat

Page 15: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

6

menjadi bahan referensi atau sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan datang.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wacana atau pengetahuan baru.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi kepada berbagai pihak masyarakat

Toraja untuk menambah pengetahuan mengenai kebudayaan yang ada dan bagaimana

dapat membentuk sikap yang tepat terhadap upacara rambu tuka’. Dan untuk

pemerintah sebagai dasar bagi pelestarian budaya yang relevan sesuai era reformasi

yang sedang berjalan.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Teori

Stress

Stress adalah respon individu terhadap keadaan dan kejadian tertentu, yang dapat

mengancam dan mengganggu kemampuan penguasaan dirinya Menurut (Santrock,

2003). Kejadian menekan merupakan peristiwa yang dipersepsikan individu sebagai

stresor yang mengancam dan membahayakan, membuat perasaan tidak nyaman dan

tertekan (Rahmawati, 2006). Kejadian menekan sebagai stressor adalah suatu bagian

yang alamiah dalam hidup setiap orang sehingga stress diartikan secara berbeda pula

pada setiap orang. Oleh karena itu, pengalaman traumatis dan menekan memiliki

dampak pada kesejahteraan psikologis menekankan kepada peran penegah dari reaksi

coping yang diberikan (Pastò, McCreary, & Thompson, 2000).

Konsep penting yang erat berhubungan dengan ide sistem dalam psikologi klinis

adalah konsep stress. Istilah stress identik dengan suatu keadaan yang tertekan, baik

Page 16: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

7

secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1997). Keadaan tersebut merupakan respon

tubuh yang sifatnya tidak spesifik terhadap setiap tuntutan beban yang dikenakannya.

Mendukung pendapat tersebut, (Crider, Goethal, Kavanough, dan Solomon, 1983)

menyatakan bahwa stres merupakan suatu pola tertentu yang diperoleh dari reaksi

psikologis dan fisiologis yang mengganggu dan timbul dari stimulus-stimulus tertentu di

lingkungan individu sehingga mengancam kebutuhan-kebutuhan utamanya dan

memaksa individu untuk melakukan coping sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Stress sebagai suatu reaksi individu terhadap tuntutan lingkungan dapat bersumber dari

berbagai aspek. Salah satu di antaranya dikemukakan oleh Hardiman (dalam

Rahmawati, 2006), sumber stres yaitu :

a. Fisiologis seperti infeksi, penganiayaan fisik, dan kelelahan fisik.

b. Psikologis seperti kegagalan, rasa tidak puas, frustrasi, merasa bersalah dan konflik.

c. Sosial seperti perubahan sosial, nilai-nilai budaya, kesenjangan keluarga dan

persaingan dalam pekerjaan.

Gejala Stress

(Taylor, 1991) menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai gejala.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa gejala-gejala tersebut dapat berguna

sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang

dialami individu. Gejala stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:

a. Gejala fisiologis, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak

nadi, dan sistem pernafasan.

Page 17: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

8

b. Gejala kognitif, terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran

menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak

wajar.

c. Gejala emosi, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut,

cemas, malu, dan marah.

d. Gejala tingkah laku, dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang

menekan, dan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.

Pengertian Strategi Coping

Perilaku coping merupakan suatu tingkah laku dimana individu melakukan

interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau

masalah (Chaplin, 2004). Tingkah laku coping merupakan suatu proses dinamis dari

suatu pola tingkah laku maupun pikiran-pikiran yang secara sadar digunakan untuk

mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang menekan dan menegangkan.

(Folkman, 1984) mendefinisikan Strategi coping secara terperinci sebagai bentuk

usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatur tuntutan internal

dan eksternal yang timbul dari hubungan individu dengan lingkungan, yang dianggap

menganggu batas-batas yang dimiliki oleh individu tersebut. Coping yang dimaksud

terdiri dari pikiran-pikiran khusus dan perilaku yang digunakan individu untuk mengatur

tuntutan dan tekanan yang timbul dari hubungan individu dengan lingkungan,

khususnya yang berhubungan dengan kesejahteraan. Selain itu (Folkman, 1984) juga

menambahkan tujuan perilaku coping adalah untuk mengurangi kondisi lingkungan

yang menyakitkan, menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa atau kenyataan-kenyataan

Page 18: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

9

yang negatif, mempertahankan keseimbangan emosi, mempertahankan self image yang

positif, serta untuk meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.

Coyne, dkk (1981) menyatakan bahwa coping merupakan usaha-usaha baik

kognitif maupun perilaku yang bertujuan untuk mengelola tuntutan lingkungan dan

internal, serta mengelola konflik-konflik yang mempengaruhi dan melampaui kapasitas

individu.

Berdasarkan sejumlah pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

strategi coping merupakan aktivitas-aktivitas spesifik yang dilakukan oleh individu

dalam bentuk kognitif dan perilaku, baik disadari maupun tidak oleh individu tersebut,

yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman yang

ditimbulkan oleh masalah internal maupun eksternal dan menyesuaikan dengan

kenyataan kenyataan negatif, mempertahankan keseimbangan emosi dan self image

positif, serta meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.

Bentuk-Bentuk Strategi Coping

(Aldwin & Revenson, 1987) mengklasifikasikan strategi coping yang digunakan

menjadi dua yaitu:

a. Problem Focused Coping (PFC)

Problem focused coping (PFC) merupakan strategi coping untuk menghadapi

masalah secara langsung melalui tindakan yang ditujukan untuk menghilangkan atau

mengubah sumber-sumber stres. Problem focused coping memungkinkan individu

membuat rencana dan tindakan lebih lanjut, berusaha menghadapi segala kemungkinan

yang akan terjadi untuk memperoleh apa yang telah direncanakan dan diinginkan

Page 19: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

10

sebelumnya. Pada strategi coping berbentuk PFC dalam mengatasi masalahnya, individu

akan berpikir logis dan berusaha memecahkan permasalahan dengan positif.

b. Emotion Focused Coping (EFC)

Emotion focused coping merupakan strategi untuk meredakan emosi individu

yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stres), tanpa berusaha untuk mengubah suatu

situasi yang menjadi sumber stres secara langsung. Emotion focused coping

memungkinkan individu melihat sisi kebaikan (hikmah) dari suatu kejadian, mengharap

simpati dan pengertian orang lain, atau mencoba melupakan segala sesuatu yang

berhubungan dengan hal yang telah menekan emosinya, namun hanya bersifat

sementara (Folkman & Lazarus, 1985).

Aspek-Aspek Strategi Coping

(Carver dkk, 1989) menyatakan bahwa aspek-aspek strategi coping yang

berorientasi pada masalah (problem focus coping) antara lain:

a) Perilaku aktif (active coping), merupakan proses pengambilan langkah-langkah aktif

untuk mencoba memindahkan, menghindari tekanan dan memperbaiki dampaknya.

b) Perencanaan (planning), adalah memikirkan bagaimana mengatasi tekanan,

memikirkan tindakan yang diambil dan menentukan cara penanganan terbaik untuk

memecahkan masalah.

c) Penyempitan dalam wilayah bidang fenomena individu (Suppresion of competing).

Individu dapat menahan diri untuk menahan alur informasi yang bersifat kompetetitif

agar bisa berkonsentrasi penuh pada masalah yang dihadapi.

Page 20: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

11

d) Pengekangan diri (restraint coping), merupakan suatu respon yang bersifat menahan

diri yang bermanfaat dan diperlukan untuk mengatasi tekanan.

e) Mencari dukungan sosial (seeking social support for instrumental reasons), adalah

upaya untuk mencari dukungan sosial, seperti mencari nasihat, informasi, dan

bimbingan.

f) Mencari dukungan sosial secara emosional (seeking social support for emotional

reasons), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial ,seperti mendapat dukungan

moral, simpati atau pengertian.

Menurut (Carver dkk, 1989) aspek yang termasuk dalam strategi pengatasan

masalah yang berorientasi pada emosi (emotion focused coping) adalah sebagai berikut:

a) Berpikir positif dan pertumbuhan (positive reinterpretation and growth), adalah

penanggulangan masalah yang ditujukan untuk mengatasi tekanan emosi daripada

dengan tekanan itu sendiri.

b) Penerimaan (acceptance), merupakan sebuah respon SMM secara fungsional, dengan

dugaan bahwa individu yang menerima kenyataan yang penuh tekanan dipandang

sebagai individu yang berupaya untuk menghadapi situasi yang terjadi.

c) Kembali pada agama (turning to religion), merupakan upaya yang dilakukan individu

untuk kembali pada agama, ketika berada pada tekanan.

d) Berfokus pada pengekspresian perasaannya (focus on and venting emotion),

merupakan upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan perasaannya.

e) Penyangkalan (denial), merupakan respon SMM individu dengan menolak atau

menyangkal suatu realita.

Page 21: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

12

f) Penyimpangan perilaku (behavioral disengagement), yaitu kecenderungan untuk

menurunkan upaya dalam mengatasi tekanan, bahkan menyerah atau menghentikan

upaya untuk mencapai tujuan.

g) Penyimpangan mental (mental disengagement ), yang terjadi melalui suatu variasi

aktivitas yang luas yang memungkinkan terhalangnya individu untuk berfikir tentang

dimensi perilaku dan tujuan. Menggunakan aktivitas alternatif untuk melupakan

permasalahan, seperti melamun, tidur atau menenggelamkan diri dengan menonton TV.

h) Penyimpangan dalam penggunaan alkohol (alcoholdrug disengagement), merupakan

upaya yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan tekanan melalui pemakaian obat-

obatan atau minum minuman keras.

Rambu Tuka’

Pengertian Rambu Tuka’

Rambu Tuka’ merupakan upacara adat yang lebih menekankan pada ucapan

syukur. Di upacara ini, tidak akan ditemukan kesedihan atau pun ratapan tangis. Hanya

anda kegembiraan dan sukacita. Upacara ini biasanya diadakan di acara-acara seperti

pernikahan, syukur atas hasil panen atau biasa disebut “pengucapan syukur”, atau

peresmian rumah tongkonan atau yang biasa dikenal dengan istilah “mangrara banua”.

Di acara ini, semua rumpun keluarga akan berkumpul dan sekaligus menjadi ajang

mempererat hubungan antar keluarga.

Untuk waktu pelaksanaanya, upacara rambu tuka’ dilakukan di pagi atau

sebelum siang tiba dan bertempat di sebelah timur tongkonan. Hal ini tentu berbeda

Page 22: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

13

dengan rambu solo’ yang diadakan di siang hari dan bertempat di sebelah

barat tongkonan.

Tongkonan

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung

menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan

menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian

dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur.berasal dari kata tongkon (artinya

duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam

masyarakat (stara sosial masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung

padi, yang disebut „alang„. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon

palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat

berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang

merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Rumah tongkonan merupakan pusat

kehidupan sosial masyarakat Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan

sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota

keluarga diharuskan ikut serta karena tongkonan melambangan hubungan mereka

dengan leluhur mereka.

Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya

dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan antara lain,

Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat

"pemerintahan". Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki

wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa

Page 23: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

14

tinggal di tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin

berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan yang menguntungkan

di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu

membangun tongkonan yang besar.

Tongkonan menurut (Oktoviandy, 2011) adalah simbol yang berbentuk rumah

(rumah adat orang Toraja) yang dibangun secara gotong royong atau melalui kerjasama

serumpun keluarga suturut dengan falsafah hidup yang bernuansa kolektif (rapu

tallang). Jika diparalelkan dengan makna kata verba “tongkon” artinya “hadir”. Jadi

kata tongkonan mengandung pengertian makna “kehadiran” atau “kebersamaan” sama

seperti yang terkandung dalam pemahaman bahwa rumah sebagai istana (tempat tinggal

untuk berteduh), sebagai tempat berkumpul bersama dan bersatu bagi sebuah komunitas

rumpun keluarga (rapu tallang) sampai generasi tak terhingga.

Keluarga

Keluarga adalah kelompok sosial dan politik utama dalam suku Toraja. Setiap

desa adalah suatu keluarga besar. Setiap tongkonan memiliki nama yang dijadikan

sebagai nama desa. Keluarga ikut memelihara persatuan desa. Pernikahan dengan

sepupu jauh (sepupu keempat dan seterusnya) adalah praktek umum yang

memperkuat hubungan kekerabatan. Suku Toraja melarang pernikahan dengan sepupu

dekat (sampai dengan sepupu ketiga) kecuali untuk bangsawan, untuk mencegah

penyebaran harta. Hubungan kekerabatan berlangsung secara timbal balik, dalam artian

bahwa keluarga besar saling menolong dalam pertanian, berbagi dalam ritual kerbau,

dan saling membayarkan utang.

Page 24: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

15

Setiap orang menjadi anggota dari keluarga ibu dan ayahnya. Anak, dengan

demikian, mewarisi berbagai hal dari ibu dan ayahnya, termasuk tanah dan bahkan utang

keluarga. Nama anak diberikan atas dasar kekerabatan, dan biasanya dipilih berdasarkan

nama kerabat yang telah meninggal. Nama bibi, paman dan sepupu yang biasanya

disebut atas nama ibu, ayah dan saudara kandung.

Sebelum adanya pemerintahan resmi oleh pemerintah kabupaten Tana Toraja,

masing-masing desa melakukan pemerintahannya sendiri. Dalam situasi tertentu, ketika

satu keluarga Toraja tidak bisa menangani masalah mereka sendiri, beberapa desa

biasanya membentuk kelompok; kadang-kadang beberapa desa akan bersatu melawan

desa-desa lain. Hubungan antara keluarga diungkapkan melalui darah, perkawinan, dan

berbagi rumah leluhur (tongkonan), secara praktis ditandai oleh pertukaran kerbau dan

babi dalam ritual. Pertukaran tersebut tidak hanya membangun hubungan politik dan

budaya antar keluarga tetapi juga menempatkan masing-masing orang dalam hierarki

sosial: siapa yang menuangkan tuak, siapa yang membungkus mayat dan menyiapkan

persembahan, tempat setiap orang boleh atau tidak boleh duduk, piring apa yang harus

digunakan atau dihindari, dan bahkan potongan daging yang diperbolehkan untuk

masing-masing orang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh partisipan penelitian. Penelitian ini melibatkan partisipan yang berasal dan tinggal

di Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Partisipan penelitian dipilih oleh

peneliti secara purposive, yaitu memilih partisipan penelitian yang sesuai dengan

Page 25: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

16

karakteristik yang telah ditentukan. Adapun kerakteristik partisipan yaitu sudah

menikah, rentang usia 25 tahun sampai 55 tahun, baik itu laki-laki maupun perempuan

dan yang sudah melakukan pernikahan adat rambu tuka’ Toraja dan tidak mampu secara

ekonomi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

wawancara dan observasi. Dilakukan wawancara mendalam terhadap semua partisipan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan teknik

analisa kualitatif seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman dalam (Emzir,

2010) yang terdiri dari Reduksi data, Display data, dan Kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini ialah keturunan Toraja asli yang tinggal di

Kabupaten Toraja Utara. Semua partisipan sudah menikah dengan adat Rambu Tuka’

Toraja. P1 adalah seorang ibu rumah tangga, berumur 45 tahun dan memiliki dua orang

anak. P2 juga seorang ibu rumah tangga berumur 28 tahun dan memiliki seorang anak.

P3 adalah laki-laki berumur 54 tahun, seorang PNS dan memiliki tiga orang anak. P4

adalah seorang guru berusia 51 tahun dan memiliki tiga orang anak. Sedangkan P5

adalah seorang ibu rumah tangga berumur 40 tahun dan memiliki tiga orang anak.

Merasa Cemas Setelah Menikah

Sejak awal pernikahan sampai saat ini partisipan merasa cemas karena semakin

banyak babi yang dibawakan saat menikah, partisipan akan semakin merasa cemas.

Tujuan keluarga itu sendiri maupun kerabat yang datang membawa babi atau biasa juga

Page 26: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

17

dalam bentuk materi “uang” kepada yang melaksanakan rambu tuka’ ialah untuk

mempererat hubungan keluarga serta menjalin silahturahmi antar keluarga. Tradisi

membawa babi bagi yang melaksanakan rambu tuka’ itu sendiri sudah menjadi

kebiasaan bagi masyarakat Toraja yang dilakukan secara turun temurun. Jadi yang akan

melaksanakan rambu tuka’, para keluarga akan berdatangan membawa babi dan

biasanya juga dalam bentuk uang. Hal itu merupakan bentuk ungkapan turut bersukacita

dari keluarga yang memberi. Namun hal tersebut tidak berhenti sampai disitu, yang

melaksanakan rambu tuka’ tadi akan mengembalikan kepada keluarga yang memberi

babi tersebut jika keluarga yang membawa babi itu juga melangsungkan acara rambu

tuka’ dan akan dikembalikan sama seperti ukuran babi yang diberikan atau biasanya

juga lebih daripada ukuran babi yang diberikan. Hal inilah yang sering diartikan oleh

sebagian masyarakat Toraja sebagai “indan” atau “utang”.

Menurunnya Daya Konsentrasi

Dalam kesibukan setiap hari partisipan sering kali memikirkan indan yang masih

banyak dan belum dikembalikan, dan hal tersebut menganggu dan menurunkan

konsentrasi bagi P1, P2, dan P5. Walaupun P3 dan P4 sering juga memikirkan soal

indan, namun mereka tetap dapat berkonsentrasi saat bekerja. Pada saat ada indan yang

harus dikembalikan dan mereka tidak memiliki uang, pikiran-pikiran tentang indan

tersebut membuat mereka sering memikirkannnya secara berulang-ulang hingga

membuat mereka “stress”. Dengan beban indan yang dialami oleh P1, P2, dan P5

berpengaruh terhadap aspek fisologis individu terhadap ukuran, bentuk dan fungsi

penampilan serta potensi tubuh saat ini yang membuat mereka sering merasa pusing,

Page 27: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

18

kelelahan serta menurunnya berat badan. Sedangkan bagi P3 dan P4 meskipun biasanya

mereka memikirkan soal indan, namun hal tersebut tidak terlalu memengaruhi aspek

fisiologisnya seperti yang dialami oleh P1, P22, dan P5. Di usia yang tidak lagi muda P1

dan P5 memiliki keinginan untuk bekerja namun mereka merasa sudah tidak memiliki

waktu untuk itu, karena banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, belum lagi

nagi P5 harus mengurus dua anak kembarnya yang baru berusia 1 tahun, begitupun

dengan P2 memiliki keinginan untuk bekerja tetapi ia menunggu sampai anaknya bisa

ditinggal bekerja. Demi menambah penghasilan semua partisipan beternak babi atupun

ayam, dan itu juga menjadi tabungan bagi mereka jika sewaktu-waktu ada keperluan

mendadak.

Perubahan Nilai-Nilai Budaya Dalam Masyarakat Toraja

Yang membedakan menikah di tongkonan dan di hotel menurut semua partisipan

adalah, menikah di hotel lebih praktis dan semua keperluan dalam acara sudah disiapkan

oleh pihak hotel, calon pengantin yang akan menikah hanya perlu membayar dan terima

bersih. Sedangkan menikah di tongkonan keluarga harus mempersiapkan segala

keperluan untuk untuk acara mulai dari bergotong royong mencari “tallang” (bambu)

untuk membuat “lantang” (tempat menerima tamu), membuat pelaminan bagi calon

pengantin, mempersiapkan makanan bagi orang yang datang membantu, serta memasak

berbagai macam hidangan untuk para tamu undangan. Menikah di tongkonan juga harus

ikut berpartisipasi untuk membantu biaya perbaikan tongkonan jika suatu saat terjadi

kerusakan pada tongkonan. Menikah di tongkonan dan di hotel sebenarnya sama-sama

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, hanya saja saat ini banyak masyarakat Toraja

Page 28: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

19

yang lebih memilih hotel sebagai tempat resepsi karena tidak ingin repot untuk

mengurus perlengkapan-perlengkapan acara dan juga ingin lebih praktis, walaupun

menikah di hotel juga meggunakan adat Toraja, tetapi suasananya juga berbeda karena

menikah di tongkonan, lebih memperlihatkan tradisi dan suasana dari adat Toraja, lebih

menghargai tradisi yang sudah diturunkan oleh para nenek moyang dan juga lebih

mempererat hubungan antar keluarga, apalagi yang jauh-jauh datang untuk bergotong

royong membantu mempersiapkan segala keperluan untuk keberlangsungan acara

rambu tuka’. Pernikahan dalam budaya Toraja mengenakan pakaian berwarna cerah

seperti warna kuning keemasan, merah dan putih karena melambangkan sukacita dan

kegembiraan. Sedangkan baju berwarna gelap seperti warna hitam sangat dilarang

digunakan dalam acara rambu tuka’ karena warna hitam dalam budaya Toraja

melambangkan kedukaan.

Selama acara rambu tuka’, mulai dari mempersiapkan segala macam keperluan

acara, banyak keluarga yang mulai berdatangan membawa “babi” sebagai bentuk turut

bersukacita atas menikahnya salah satu anggota keluarga. Namun ada juga yang

memberikan tanda sukacitanya berupa “uang” kepada mempelai yang akan

melangsungkan acara rambu tuka’. Setelah acara selesai pengantin yang telah

melangsungkan acara akan menulis siapa saja yang telah memberikan mereka babi dan

uang, karena itu sudah menjadi indan bagi mereka. Dan mereka akan membayar indan

tersebut sesuai dengan harga babi yang diberikan dan bisa saja lebih daripada itu, saat

ada dari keluarga yang membawa babi dan uang saat pernikahan mereka juga

melangsungkan acara rambu tuka’. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa indan

tersebut juga dapat mereka kembalikan pada saat acara rambu solo’. Disaat mereka

Page 29: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

20

sudah tidak mampu lagi atau sudah meninggal, anaknya yang akan melanjutkan untuk

mengembalikan indan tersebut, dan akan seperti itu seterusnya, bisa saja cucu hingga

cicitnya yang akan mengembalikan indan tersebut. Hingga dapat dikatakan bahwa indan

tersebut bisa sampai tujuh turunan, karena jika tidak di kembalikan, akan menimbulkan

malongko’ atau malu bagi pengantin yang sudah menerimanya.

Strategi Coping

Semua partisipan memiliki planning yang sama untuk mengambil tindakan dan

menentukan penanganan terbaik untuk mengembalikan indan dengan cara beternak

sbabi maupun ayam sebagai tabungan jika suatu saat nanti tiba-tiba ada indan yang

harus dikembalikan. Mereka sudah mempersiapkan sejak dini untuk mengatasi hal-hal

yang akan datang nantinya. Saat akan membayar indan juga ada keluarga, tetangga,

maupun teman yang akan ikut dengan mereka dan biasanya memberi uang demi tanda

ikut juga merasakan apa yang dirasakan oleh yang akan membayar utang tersebut. Dan

tentunya hal itu juga akan menjadi indan lagi baginya dan menjadi pergumulan

tersendiri lagi bagi individu tersebut. Pada saat akan mengembalikan indan, dan mereka

tidak memiliki uang, mereka akan berusaha mencari dukungan sosial dari keluarga,

sahabat, suami, istri untuk mencari solusi bersama dan menentukan langkah apa yang

harus diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Kadang mereka mencari pinjaman

uang untuk dapat mengembalikan indan, karena merasa “malongko” (merasa tidak enak)

jika tidak mengembalikan indan tersebut.

Ketika berada di dalam permasalahan dan mengalami stress yang dirasa

mengganggu, semua partisipan percaya bahwa dengan beribadah dan menyerahkan

Page 30: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

21

semua kepada Tuhan, mereka meyakini bahwa akan dibukakan jalan yang terbaik untuk

pergumulan yang sedang dihadapi. Dan setelah menyerahkan semuanya kepada Tuhan

mereka mengekspresikannya dengan bersemangat lagi dalam menjalankan aktifitas

dengan perasaan lega. Disaat merasa stress partisipan biasanya mencari kesibukan

seperti berkumpul bersama teman untuk bercerita, menonton tv, bermain bersama anak

untuk melupakan sejenak masalah yang sedang dialami.

Pembahasan

Fokus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran stress individu

terhadap adat rambu tuka’ Toraja yang menimbulkan banyak “indan” setelah

selesaianya acara tersebut. Selain itu juga menggambarkan aktivitas keseharian mereka,

serta untuk memahami pandangan mereka tentang budaya toraja yang tidak pernah lepas

dari indan dan reaksi mereka menghadapinya. Untuk memahami proses tersebut,

penting untuk mengetahui terlebih dahulu tentang gambaran stress, dalam hal ini

merujuk pada individu yang telah melaksanakan rambu tuka’. Menurut (Crider dkk,

1983) stress merupakan suatu pola tertentu yang diperoleh dari reaksi psikologis dan

fisiologis yang mengganggu dan timbul dari stimulus-stimulus tertentu di lingkungan

individu sehingga mengancam kebutuhan-kebutuhan utamanya dan memaksa individu

untuk melakukan coping sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hal ini tergambarkan

pada individu yang telah melaksanakan rambu tuka’.

Indan Sebagai Bentuk Beban Ekonomi Dalam Rambu Tuka’

Page 31: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

22

Membawa babi dalam acara rambu tuka’ dalam budaya Toraja sudah menjadi

tradisi secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat Toraja. Bagi mereka membawa

babi bagi yang melaksanakan acara rambu tuka’ ialah bentuk sukacita yang turut mereka

rasakan, dan juga merupakan faktor kebersamaan, kekeluargaan, dan bentuk support

dari keluarga yang turut merasakan kebahagiaan. Dengan adanya rambu tuka’ ini,

biasanya keluarga yang ada di berbagai wilayah akan datang untuk berkumpul bersama

dan turut berbahagia atas berlangsungnya acara rambu tuka’ tersebut, hal ini tentunya

mempererat tali silahturahmi antar keluarga. Namun tradisi membawa babi tersebut

merupakan beban tersendiri bagi yang melaksanakan rambu tuka’ karena semakin

banyak babi yang dibawakan maka semakin banyak juga indan yang harus dibayar

nantinya. Indan tersebut akan diturunkan kepada anak dan cucu pada saat mereka sudah

tidak mampu lagi untuk membayarnya, dan akan seperti itu seterusnya.

Mempertahankan Kewajiban Mengembalikan Indan Dalam Budaya Toraja

Mempertahankan suatu kebudayaan bukanlah perkara mudah dilakukan terutama

pada jaman modern saat ini. Meskipun sulit namun bagi masyarakat Toraja, mereka

tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan, meskipun bagi sebagian orang Toraja,

banyak yang menghindar dan tidak ingin melaksanakan pernikahan di Toraja, kerena

adanya tradisi membawa babi yang kemudian menjadi “indan” bagi yang melaksanakan

rambu tuka’. Tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi membawa babi dalam budaya Toraja

adalah suatu keunikan tersendiri. Mempertahankan indan dalam budaya toraja adalah

suatu kebanggaan yang dirasakan oleh P1. “Karena itu adalah ajaran dari nenek

Page 32: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

23

moyang kita, dan karena budaya kita jugalah yang membuat para wisatawan datang ke

Toraja, jadi itu harus dipertahankan”.

Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat tertentu merupakan cerminan

yang konkrit dari nilai budaya yang diterapkan dalam dinamika kehidupan.

(Koentjaraningrat, 1991) menjelaskan bahwa budaya atau kebudayaan merupakan

keseluruhan hasil kreativitas manusia yang meliputi gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia melalui

belajar, oleh karena itu hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Suatu corak

kebudayaan terdiri dari kombinasi, unsur-unsur kultur, yaitu nilai-nilai, norma-norma,

tujuan-tujuan dan harapan-harapan yang khusus diperuntukkan bagi suatu kelompok.

Indan Menjadi Faktor Utama Penyebab Stress

Indan menjadi beban tersendiri bagi pasangan yang telah melaksanakan rambu

tuka’, terutama pada saat akan membayar indan, namun tidak memiliki uang. Hardiman

(dalam Rahmawati, 2006) mengemukakan bahwa stress sebagai suatu reaksi individu

terhadap tuntutan lingkungan dapat bersumber dari berbagai aspek yaitu, aspek

fisiologis, aspek psikologis, dan sosial seperti yang nampak pada P1. Individu merasa

perubahan terhadap ukuran, bentuk serta potensi tubuh yang dirasakan saat ini, yang

membuat individu sering merasa pusing, kelelahan, dan turunnya berat badan. “Ya

berpengaruh.. seperti jika saya memiliki utang, dimana lagi dapatkan uang jika tiba-

tiba datang, jadi bisa juga ketika saya tidak bisa mengendalikan pikiran saya, itu lagi

yang dapat menimbulkan sakit. Karena apa yang akan saya pakai bayar itu”. Sebagai

ibu rumah tangga dan penghasilan suami yang tidak menentu, ditambah lagi kebutuhan

Page 33: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

24

anak yang harus dipenuhi, dan biaya hidup yang lumayan mahal, juga membuatnya

frustasi.

Selain itu gejala stress dapat terlihat pada menurunnya daya konsentrasi, pikiran

menjadi kacau, serta pikiran yang berulang tentang indan. Memikirkan indan sudah

menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan, seperti yang tampak pada P2 dan P5. “Iya

pastilah u.. terpikir terus, kadang tiba-tiba muncul baru tidak ada uang, mau

bagaimana, pasti stress, pusing memikirkannya”, “Ya dipikirkan tapi, akan seperti itu

terus kita sebagai orang Toraja, tapi jangan terlalu dipikirkan secara mendalam.”

Perasaan khawatir yang dirasakan pada saat akan mengembalikan indan namun

tidak memiliki uang, hal ini membuat individu mengalami kecemasan, perasaan malu,

dan juga marah. Individu merasa malu pada saat tidak dapat membayar indan, dan

biasanya melampiaskan kemarahannya kepada anak, suami, ataupun keluarga yang lain,

namun hanya sebentar saja dan ia kembali sadar untuk tidak melampiaskannya kepada

keluarga, anak, ataupun suaminya. Hal tersebut nampak pada semua partisipan, seperti

yang diungkapkan oleh P1. “Iya pasti, kalau ada utang yang muncul terus tidak ada

uang ditangan, pasti saya katakan bagaimana ini ada lagi utang yang harus dibayar,

apa yang mau dipakai bayar.. pasti ada kekhawatiran, secara kita sebagai manusia.”

Perbedaan Menikah Di Hotel dan Di Tongkonan

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau

dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara

Page 34: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

25

norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak

ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial,

dengan penggunaan adat atau aturan tertentu yang saling berkaitan. Seperti halnya

rambu tuka’ yang dilaksanakan di tongkonan. (Oktoviandy, 2011) mengungkapkan

bahwa tongkonan merupakan simbol yang berbentuk rumah (rumah adat orang Toraja)

yang dibangun secara gotong royong atau melalui kerjasama serumpun keluarga seturut

dengan falsafah hidup yang bernuansa kolektif (rapu tallang). Jadi kata tongkonan

mengandung pengertian makna “kehadiran” atau “kebersamaan sama seperti yang

terkandung dalam pemahaman bahwa rumah sebgai istana (tempat tinggal untuk

berteduh), sebagai tempat berkumpul bersama dan bersatu bagi sebuah komunitas

rumpun keluarga sampai generasi tak terhingga. Seiring berjalannya waktu banyak

masyarakat Toraja lebih memilih hotel sebagai tempat melaksanakan rambu tuka’,

dengan alasan lebih praktis dan tidak repot lagi mempersiapkan segala keperluan acara.

Individu hanya perlu membayar dan semuanya sudah disiapkan oleh pihak hotel. Namun

ada juga masyarakat yang sangat menghargai tradisi yang diturunkan oleh para leluhur

dan lebih memilih menikah di tongkonan. Suasana adat, kekeluargaan, kebersamaan

sangat terjalin erat disini karena keluarga datang membantu dan bergotong royong untuk

mempersiapkan segala keperluan acara. Menikah di hotel maupun di tongkonan

sebenarnya sama-sama membutuhkan biaya yang tidak sedikit, hanya saja bagi sebagian

orang tidak ingin repot dalam mempersiapkan segala keperluan acara.

Beternak Babi Sebagai Planning Untuk Mengembalikan Indan Dalam Budaya

Toraja

Page 35: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

26

Setelah berkeluarga, mereka akan mulai melakukan strategi coping sebagai

planning untuk membayar indan. Mereka beternak babi sebagai tabungan jika suatu saat

ada indan yang harus dibayar dan mereka tidak memiliki uang. Mereka mempersiapkan

sejak dini untuk mengatasi hal-hal yang akan datang nantinya. Beternak babi dalam

budaya Toraja, sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat, babi yang dipelihara oleh

masyarakat Toraja dapat dijumpai dimana saja, sampai ada yang membuat kandang di

pinggir jalan. Membayar indan yang tidak pernah habis memaksa mereka untuk

melakukan penanganan sejak dini seperti yang dikatakan oleh P1. “Ya seperti ini,

pelihara babi untuk persiapan, menjaga-jaga kalau tiba-tiba ada utang yang harus

dibayar, tiba-tiba mungkin saya tidak memiliki uang, ya babi kita lagi yang bisa kita

bawa kalau misalnya kalau belum diperlukan, kemudian ada orang yang datang lihat

babi, terus dijual kemudian uangnya disimpan.”

(Chaplin, 2004) mengungkapkan bahwa perilaku coping merupakan suatu

tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan

tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Tingkah laku coping merupakan suatu proses

dinamis dari suatu pola tingkah laku maupun pikiran-pikiran yang secara sadar

digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang menekan dan

menegangkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, ketiga partisipan sering

memikirkan indan yang berdampak pada aspek fisiologis, aspek psikologis, dan sosial

Page 36: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

27

mereka dan merasa perubahan terhadap ukuran, bentuk serta potensi tubuh yang

dirasakan saat ini, yang membuat individu sering merasa pusing, kelelahan, dan

turunnya berat badan, menurunnya daya konsentrasi, pikiran menjadi kacau, serta

pikiran yang berulang tentang utang. Mereka merasa khawatir pada saat akan

mengembalikan indan namun tidak memiliki uang, hal ini membuat ketiga partisipan

mengalami kecemasan, dan perasaan malu, dan juga marah. Namun kedua partisipan hal

tersebut tidak berdampak pada mereka karena tidak memikirkan utang secara terus

menerus.

Kelima partisipan memandang bahwa menikah di hotel lebih praktis dan tidak

repot, kerena segala keperluan sudah disiapkan. Sedangkan bagi mereka menikah di

tongkonan dirasa lebih ribet karena harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk

keperluan acara. Namun bagi mereka lebih memilih tongkonan karena suasana adat

Toraja lebih terasa dengan duduk bersama di lumbung dan dapat menikmati

pemandangan alam. Menikah di tongkonan juga lebih menjalin kebersamaan dan

kekeluargaan, karena keluarga yang jauh akan datang bersama yang akan melaksanakan

rambu tuka’ untuk bergotong royong membantu mempersiapkan segala keperluan acara,

selain itu menikah di tongkonan juga lebih menghargai tradisi yang diturunkan oleh para

leluhur. Bagi kelima partisipan juga melakukan coping untuk persiapan mengembalikan

indan nantinya, dengan cara memelihara babi sebagai tabungan jika suatu saat ada

keperluan mendadak ataupun untuk mengembalikan indan. Mereka akan menjual babi

tersebut ataupun dibawa untuk dipakai mengembalikan indan jika mereka tidak

memiliki uang.

Page 37: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

28

Indan dalam rambu tuka’ dapat mempererat tali silahturahmi antar keluarga,

yang datang dari berbagai wilayah karena adanya faktor kekeluargaan dan kebersamaan

yang turut dirasakan. Keluarga yang datang membawa babi untuk diberikan kepada

yang melaksanakan rambu tuka’ sebagai tanda sukacita yang turut dirasakan, kemudian

pemberian tersebut menjadi indan bagi yang melaksanakan rambu tuka’ dan menjadi

beban ekonomi bagi yang telah melaksanakan rambu tuka’, sehingga wajib

dikembalikan secara turun temurun. Indan dalam budaya Toraja harus dipertahankan

kerana menurut kelima partisipan karena budaya yang membuat banyak wisatawan

datang berkunjung melihat keunikan yang ada di Toraja, selain itu juga untuk

menghargai tradisi yang sudah diturunkan oleh para leluhur.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan peneliti dari

penelitian ini yaitu :

1. Bagi partisipan, diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan pemahaman

agar tidak memikirkan indan secara terus menerus karena dapat berdampak pada

aspek fisiologis, psikologis, dan sosial.

2. Bagi keluarga, diharapkan yang memberikan sumbangan dapat melihat juga situasi

keluarga yang akan menikah agar nantinya tidak terlalu menjadi beban bagi yang

melaksanakan rambu tuka’.

3. Bagi peneliti selanjutnya, yaitu melakukan penelitian dengan memfokuskan pada

anak yang melanjutkan membayar indan orang tuanya, lebih tepatnya mendapatkan

turunan indan dari orang tua yang telah melaksanakan rambu tuka’ serta mengkaji

Page 38: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

29

lebih dalam gambaran stress pada anak yang mendapat turunan utang dari

orangtuanya.

Page 39: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

30

Daftar Pustaka

Aldwin, C.M., & Revenson, T.A. (1987). Does coping help? a reexamination of the

relation between coping and mental healty. Journal of Personality and Social

Psychology, 53, 337-348.

Azizah, Zulfah. (2015). Sejarah dan kebudayaan suku toraja. Diakses September 21,

2016 dari: dunia-kesenian.blogspot.co.id/2015/01/sejarah-dan-kebudayaan-suku-

toraja.html

Carver, C.S., Scheir, M.F., & Wientraub, J.K. (1989). Assessing coping strategies: a

theoritically based approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56,

267-283.

Chaplin, J. P. (2004). Kamus lengkap psikologi. (Terjemahan Kartini dan Kartono).

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chaplin, J. P. (1997). Kamus lengkap psikologi. (Kartono dan Kartini, Terj.). Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Coyne, J., Aldwin, C., & Lazarus, R. (1981). Depression and coping in stressfull

episodes. Journal of Abnormal Psychology, 50, 234-254.

Crider, A. B., Goethal, G. R., Kavanough, R. D., & Solomon, P. R. (1983). Psychology.

Illinois: Sott, Foresman & Company.

Emzir. (2010). Metodologi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta: Raja Grafindo

Fatah, Rosdiana. (2014). Pergeseran nilai adat perkawinan masyarakat tidore. Other

Thesis, Universitas Negeri Gorontalo

Folkman, S. (1984). Personal control and stress and coping processes: a theoritical

analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 46, 839-858.

Hadjam, Noor Rachman. (2011). Perubahan nilai dan kesehatan mental. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Horton, Paul B., dan Chester L. Hurt. (1987). Sosiologi jilid 1 edisi 6. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Koenjtaraningrat. (1991). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: PT Refika Cipta

Marwing, Arman. (2011). Problem psikologis dan stratrgi coipng pelaku upacara

kematian rambu solo’ di toraja (studi fenomenologi pada tana’ bulaan).

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Mezzina, R. (2001). Globalisation and the challenge for mental health service.

Birmingham. (tidak diterbitkan)

Pastò, L., McCreary, D., Thompson, M., (2000). Deployment stressors, coping, and

psychological well-being among peacekeepers. Toronto: Defence Research and

Development.

Page 40: GAMBARAN STRESS PADA INDIVIDU TERHADAP ADAT PERNIKAHAN ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13150/1/T1_802013061_Full... · ADAT PERNIKAHAN (RAMBU TUKA ... melaksanakan upacara

31

Santrock, J. W. (2003). Psychology (7th

ed.). Boston: McGraw-Hill.

Taylor, S.E. (1991). Health psychology 2nd edition. University of California, Los

Angeles: MGraw-Hill, Inc.

Rahmawati, D. (2006). Kejadian menekan dan strategi pengatasan masalah pada

penderita kanker payudara. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Wikipedia. (2016). Tongkonan. Diakses September 21, 2016 dari:

https://id.wikipedia.org/wiki/Tongkonan