makalah radiology

37
ABSTRAK Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi ion /non ion, yang dapat di gunakan sebagai sarana diagnosis (normal/sakit) dan terapi (radiasi dan fisioterapi). Dari tahun ke tahun, ilmu radiologi berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan peralatan canggih yang digunakan. Walaupun demikian, radiologi konvensional masih tetap bermanfaat, terutama di Indonesia. Ilmu radiologi bukan hanya diterapkan dalam kedokteran umum, tetapi juga dalam kedokteran gigi yang biasa disebut dengan dental radiologi. Dental radiologi memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa gigi. Radiologi menggunakan sinar rontgen / sinar X untuk menghasilkan suatu gambaran radiografi. Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. Namun, dalam penggunaanya, radiasi sinar X bisa menyebabkan berbagai efek/kelainan pada manusia sehingga perlu ada ketentuan atau perundang-undangan untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang atau masyarakat. Selain itu, dalam radioterapi juga ada prinsip-prinsip yang mengaturnya sehingga efek radiasi bisa dicegah atau dikurangi. Kata kunci: radiologi, radiografi, sinar X, efek radiasi 1

Upload: noniza

Post on 08-Apr-2016

672 views

Category:

Documents


96 download

DESCRIPTION

makalah tentang radilogi, jenis2, cara pakai, radiologi khusus kedokteran gigi. tugas makalah blok 3, fakultas kedokteran gigi unsyiah

TRANSCRIPT

ABSTRAK

Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi ion /non ion, yang dapat di gunakan sebagai sarana diagnosis (normal/sakit) dan terapi (radiasi dan fisioterapi). Dari tahun ke tahun, ilmu radiologi berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan peralatan canggih yang digunakan. Walaupun demikian, radiologi konvensional masih tetap bermanfaat, terutama di Indonesia.

Ilmu radiologi bukan hanya diterapkan dalam kedokteran umum, tetapi juga dalam kedokteran gigi yang biasa disebut dengan dental radiologi. Dental radiologi memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa gigi.

Radiologi menggunakan sinar rontgen / sinar X untuk menghasilkan suatu gambaran radiografi. Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan.

Namun, dalam penggunaanya, radiasi sinar X bisa menyebabkan berbagai efek/kelainan pada manusia sehingga perlu ada ketentuan atau perundang-undangan untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang atau masyarakat. Selain itu, dalam radioterapi juga ada prinsip-prinsip yang mengaturnya sehingga efek radiasi bisa dicegah atau dikurangi.

Kata kunci: radiologi, radiografi, sinar X, efek radiasi

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRadiologi merupakan salah satu unit penunjang medis yang berfungsi sebagai alat

penegak diagnosis berbagai jenis penyakit, termasuk gigi geligi yang dapat ditinjau melalui pemeriksaan radiografi dental.1 Radiologi menggunakan sinar rontgen / sinar X untuk menghasilkan suatu gambaran radiografi. Sinar X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Saat itu Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes di laboratoriumnya di Universitas Wurzburg. Dia mengamati nyala hijau pada tabung yang sebelumnya menarik perhatian Crookes. Roentgen selanjutnya mencoba menutup tabung itu dengan kertas hitam dengan harapan agar tidak ada cahaya tampak yang dapat lewat. Namun setelah ditutup ternyata masih ada sesuatu yang dapat lewat. Roentgen menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar tidak tampak yang mampu menerobos kertas hitam tersebut.2

Dalam ilmu kedokteran, rontgen sangat bermanfaat untuk menegakkan suatu diagnosa seorang dokter terhadap penyakit. Masyarakat biasa menyebut sinar-x sebagai “foto rontgen”. Selain bermanfaat, sinar-x mempunyai efek/dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita, yaitu apabila digunakan secara berlebihan maka akan menimbulkan penyakit yang berbahaya, misalnya kanker. Oleh sebab itu, para dokter tidak menganjurkan terlalu sering memakai foto rontgen secara berlebihan.2

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang

dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :1. apa-apa saja teknik radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi?2. mengapa masyarakat merasa sangat khawatir untuk difoto roentgen?3. apa-apa saja efek radiasi sinar X dari pemeriksaan radiologi?4. Bagaimana cara melindungi diri dari efek radiasi?

1.3 Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat dan efek

radiologi dalam dunia kedokteran, khususnya kedokteran gigi, memahami efek-efek dan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia serta prinsip pencegahannya, mampu menjelaskan teknik radiografi dental dan perbedaan antara radiologi konvensional dengan modern.

2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 RADIOLOGI

2.1.1 Definisi RadiologiRadiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan

energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan memakai radiasi pengion (seperti sinar-x, sinar gamma) maupun bukan pengion (seperti ultrasound, infrared).3

2.1.2 Fungsi radiologi1. sebagai sarana diagnosis berbagai penyakit2. dapat digunakan saat menentukan rencana perawatan3. mengevaluasi hasi perawatan.4

2.1.3 Jenis Radiologi1. Radiologi Konvensional

Radiologi konvensional adalah radiologi yang masih menggunakan prosesing film roentgen secara manual yaitu dengan tahap: developing, rinshing, fixing, washing, dan drying. Contoh: pesawat X-Ray, mammografi, C-arm, dan Fluoroscopi.5

2. Radiologi modernRadiologi modern adalah radiologi yang sudah menggunakan peralatan yang canggih dan tahap prosesing secara otomatis dilakukan oleh mesin. Contoh: angiokardiografi, digital substraction angiography, USG, Doppler colour USG, kedokteran nuklir, computerised tomography, magnetic resonance, dan PET scan. 5

2.2 RADIOFISIKA

2.2.1 Definisi Sinar X Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang

radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang yang sangat pendek. Sinar X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara sinar X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar X sangat pendek, yaitu 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda – benda. Panjang gelombang sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satu angstrom.

1A = 1/100.000.000 cm

Gelombang yang dipergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,5 A – 0,125 A. Gelombang/sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, inframerah, cahaya, ultraviolet, sinar X, sinar gamma, dan sinar kosmik. 5

3

2.2.2 Fungsi sinar X

Sinar X dibidang kedokteran gigi berfungsi mendiagnosa gigi, melihat kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain tanpa melakukan pembedahan langsung pada tubuh manusia.

Sinar X dibidang radioterapi berfungsi untuk menghancurkan tumor ganas serta mencegah pertumbuhannya.

2.2.3 Sifat-Sifat Sinar X

Sinar X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : 1. Daya Tembus

Sinar X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda , makin besar daya tembus sinarnya.

2. Pertebaran Apabila suatu sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut

akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilaluinya.Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka diantara subjek dengan film roentgen diletakkan grid. Grid terdiri dari potongan – potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing-masing dipisahkan oleh bahan tembus sinar.

3. Penyerapan Sinar X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom

atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatanya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek fotografikSinar X dapt menghitamkan emulsi film ( emulsi perak-bromida ) di kamar gelap.

5. Pendar Flour ( fluoresensi )Sinar X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink-

sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar X. Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

FluoresensiYaitu akan memendarkan cahaya sewaktu ada sinar radiasi sinar X saja.

FosforisensiPemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar X sudan dimatikan ( after-glow )

6. IonisasiEfek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi

partikel-partikel bahan atau zat tersebut.7. Efek biologikSinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik ini

dipergunakan dalam pengobatan radioterapi. 5

4

2.2.4 Pembuatan Sinar X Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udara dimana

terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan dimana energi elektron sebagian besar dirubah menjadi panas (99%) dan (1%) dirubah menjadi sinar X.

Suatu tabung pesawat roentgen mempunyai beberapa persyaratan, yaitu :1. sumber elektron

Sebagai sumber elektron adalah awat pijar atau filamen pada katode di dalamtabung pesawat roentgen.

2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung roentgen.

3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruangan hampa udara Lintasan ini terjadi dalam ruang praktis hampa udara di antara katoda dan anoda

4. Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)Alat ini menyebabkan elektron-elektron tidak bergerak terpencar-pencar,

tetapi terarah ke bidang fokus

5. Penghentian gerakan elektron Penghentian atau penghambat gerakan elektron dapat di bedakan atas :

a. Keping Wolfarm yang ditanamkan didalam tembaga pada tabung roentgen anoda diam.

b. Piring Wolfarm di atas tangki molybdenum pada tabung roentgen anoda putar. Pada ujung tangki ini terdapat rotar (angker) motor listrik.

Secara teknis syarat-syarat tersebut di atas terpenuhi oleh tabung pesawat roentgen:a. Tabung gelas silindrik hampa udarab. Katoda dengan filamen yang terbuat dari kawat tungsten yang mepunyai titik

lebur tinggi.Filamen ini terdapat didalam alat pemusat berkas elektron (focusing cup)

c. Anoda di mana terdapat bidang fokus (focusing spot) yang merupakan sasaran(target) yang akan di tubruk oleh elektron-elektron

Percepatan gerakan elektron diperoleh dari generator tegangan tinggi(transformator). Pada suatu tabung sinar X (tabung roentgen) dengan lingkarantransformatornya, terdapat bagian-bagian :a. Tabung gelas silindrik hampa udarab. Filamen c. Transformator d. Target (sasaran)e. Pelindung timah (perisai timah)f. Jendelag. Radiator pendinginh. Autotransformatori. Pengukur miliampere 5

5

2.2.5 Proses terjadinya sinar X 1. Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang

berasal dari transformator. Karena panas, elektron-elektron dari katode terlepas.2. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan

dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup)3. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial

tinggi.4. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk

panas (>99%) dan sinar X ( < 1% ).5. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar X dari tabung, sehingga

sinar X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.6. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh

radiator pendingin. 5

2.3 BIOLOGI RADIASITubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap

organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.

Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung seperti terjadi pada DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat 80% tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung. 2

2.3.1 Radiasi Dengan Molekul AirPenyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan

menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya. 2

6

2.3.2 Radiasi Dengan DNAInteraksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur

molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi. 2

2.3.3 Radiasi Dengan KromosomKromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu

penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi. Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah (1) fragmen asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer, (2) kromosom cincin, (3) kromosom disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer dan (4) translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis, dan lainnya. 2

2.3.4 Radiasi Dengan SelKerusakan pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan

yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik, dan juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bias kembali normal. Bila perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi. 2

2.4 RADIOGRAFI

2.4.1 Definisi Radiografi Radiografi adalah pembuatan film rekaman (radiograf) jaringan-jaringan tubuh

bagian dalam dengan melewatkan sinar-x atau sinar Gamma ke tubuh agar mencetak gambar pada film khusus yang sensitif. Dahulu disebut roentgengraphy. 3

7

2.4.2 Fungsi RadiografiRadiografi mempunyai fungsi sebagai berikut:1. Pemeriksaan radiografi yang tepat dan sesuai kasus membantu untuk

mendiagnosa berbagai penyakit2. Dapat menentukan rencana perawatan gigi3. Sebagai bahan dan evaluasi perawatan cidera gigi4. Sebagai sumber informasi tentang jenis penyakit (cidera), lokasi, perubahan

letak, faktor tingkat pertumbuhan akar,dan lain-lain.5. Sebagai bahan pembelajaran kelainan-kelainan tubuh 5

2.4.3 Jenis Pemeriksaan RadiografiJenis pemeriksaan dengan sinar roentgen (sinar X) ada 2 macam, yaitu :

a. Pemeriksaan sinar tembusPemeriksaan sinar tembus adalah pemeriksaan radiologik dimana ahli radiologi secara langsung dapat melihat dan mempelajari alat-alat dalam tubuh yang bergerak.Sinar X yang melalui tubuh penderita dan mengenai kristal-kristal pendar, fluor (fluorescent), pada layar (screen) sehingga bagian-bagian tersebut dapat terlihat. Karena sinar X yang diterima oleh penderita dan pemeriksa cukup tinggi,maka pemeriksaan sinar tembus untuk paru-paru tidak diperbolehkan lagi, sebagai gantinya digunakan image intensifier dengan kamera TV tanpa menggelapkan ruangan pemeriksaan.

b. Pemeriksaan foto roentgen (radiografi)Untuk membuat foto roentgen diperlukan:

Perlengkapan untuk membuat radiograf :- Film roentgen- Intensifying screen - Kaset - Grid (kisi-kisi)- Alat-alat fiksasi- Alat-alat pelindung (proteksi)- Marker (tanda atau kode)

Jenis pemeriksaan a. pemeriksaan roentgen dasar

- Pemeriksaan roentgen tanpa kontras seperti pemotretan toraks, tulang-tulang kepala , tulang-tulang dada, tulang-tulang belakang, tulang panggul, tulang-tulang tangan dan kaki.

- Pemeriksaan rontgen dengan bahan kontras seperti pemeriksaan: esofagus, lambung – duodenum, jejenum – ileum, kolon, sistem traktus urinarius, dan sistem straktur biliaris.

b Pemeriksaan roentgen khusus, termasuk termasuk pemeriksaan anteriografi, pemeriksaan flebografi, pemeriksaan angio kardiografi, pemeriksaan embolisasi, pemeriksaan ventrikulografi, dan lain-lain. Pada pemeriksaan roentgen khusus ini diperlukan alat roentgen yang khusus.

Posisi pemotretan

8

Posisi pemotretan merupakan ilmu tersendiri yang diberikan pada ahli radiologi dan penata roentgen yang khusus membicarakan pengaturan posisi pasien sewaktu dipotret agar diperoleh gambaran organ yang dikehendaki secara optimal.

Pengetahuan pesawat roentgen Pengetahuan pesawat roentgen sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran

roentgen yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:a.faktor eksposisi

faktor eksposisi sangat bervariasi tergantung pada berbagai hal, antara lain:- ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto- kelainan patologis yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid- pada objek yang selalu bergerak, organ yang pergerkannya tidak dapat

dikontrol, anak kecil, dan lain-lain ; untuk hal ini perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat mungkin. Faktor eksposi terdiri atas : besaran kilovoltage (KV) dan miliampere seconde (MAS)

b. jarak pemotretan jarak-jarak pemotretan terdiri atas :

- Jarak fokus ke film ( focus-film distence = FFD )- Jarak objek ke film ( Object film distance = OFD )- Jarak focus ke objek ( Focus object distance = FOD )

Pengetahuan kamar gelapKamar gelap harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain :- ukuran harus memadai dan proporsional dengan kapasitas

dan beben kerja.- Terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan- bahan

kimia lain selain larutan untuk pengolahan foto.- Sirkulasi dan suhu udara yang baik sekitar 16-20˚C.- Air yang bersih- Dinding dan lantai yang tahan keropos - Kelengkapan alat-alat kamar gelap yang memadai- Lampu kamar gelap (safe light) yang aman dan tidak bocor.

Kamar gelap terdiri atas:- Daerah basah meliputi bak yang berisi air yang mengalir, tanki pembangkit

(developer), tangki penetap ( fixer ).- Daerah kering meliputi lemari untuk menyimpan film sinar X, kaset-kaset,

penggantung film ( film hanger ), dan lain-lain. 5

2.4.4 Prosesing Film RoentgenFilm roentgen yang sudah disinari (di dalam kaset) dibawa ke kamar gelap. Film

kemudian dikeluarkan dan di gantung pada film hanger yang sesuai dengan ukuran film. Mula-mula film dimasukkan kedalam cairan pembangkit (developer), lalu film dicelupkan dalam bak berisi air pembilas dengan tujuan untuk encuci alkali yang melekat pada film. Kemudian dimasukkan ke dalam cairan penetap (fixer). Guna cairan penetap ini adalah

9

untuk mengikat secara kimiawi butiran-butiran perak bromida yang tidak terkena radiasi dan melepaskannya dari film. Pencucian film terakhir setelah dikeluarkan dari cairan penetap, dicuci dalam bak air yang mengalir supaya emulsi yang melekat pada film menghilang. Pengeringan film dilakukan didalm kamar yang bebas debu, dapat dilakukan dengan cara sederhan yaitu dengan kipas angin atau alat pengering khusus.

Proses terjadinya gambar radiografi1. Gambaran laten (pada film roentgen)

a) Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila di tembus sinar X maka intensifying screen memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami perubahan.

b) Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi perubahan pada perak halogen.

2. Gambar tampakGambaran tampak terjadi setelah film sinar X di bangkitkan pada larutan

pembangkit.Gambaran laten setelah masuk pembangkit (developer) akan menghasilkan

gambaran radioopak.Gambaran laten bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulakan

gambaran radiolusen.

Radiolusen dan Radioopak Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.

Benda-benda yang mudah di tembus sinar X akan memberi bayangan hitam (radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X memberi bayangan putih (radioopak). Diantaranya terdapat jaringan perantara yaitu tidak terlalu hitam atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu putih atau radioopak sedang ( moderately radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan radioopak sedang terdapat bayangan keputih-putihan (intermediate). Berdasarkan mudah tidaknya ditembus sinar X, maka bagian tubuh dibedakan atas:

1. Radiolusen (hitam) : Gas dan udara2. Radiolusen sedang : Jaringan lemak3. Keputih-putihan : Jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu

kolesterol, dan batu asam urat4. Radioopak sedang : Tulang dan garam kalsium5. Radioopak (putih) : Logam-logam berat 5

2.4.5 Teknik radiografi 6,7,8,9

Teknik radiografi terbagi 2, yaitu :1. Intraoral

Intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14-19 foto.

Pemeriksaan radiografi ada 3 macam, yaitu :

a. Teknik Periapikal

10

Berguna untuk melihat keseluruhan email (mahkota gigi) serta apeks dan alveolar (tulang pendukung). Foto periapikal diperoleh dengan 2 teknik pemotretan, yaitu teknik paralel dan teknik bisektris. Keuntungan menggunakan teknik periapikal adalah gambaran yang lebih jelas dan detail yang meliputi jaringan gigi dan pendukungnya sehingga mempermudah diagnosa dan rencana perawatan serta harganya lebih murah. Kerugian teknik ini adalah daerah liputan foto tidak luas, karena hanya terbatas pada beberapa gigi saja. Teknik ini adalah teknik yang paling sering digunakan daripada teknik yang lain.

Teknik paralel (kesejajaran)

Disebut juga teknik konus panjang, karena pada teknik pembuatannya digunakankonus panjang. Pada teknik ini, posisi film di dalam mulut penderita, terhadap sumbu panjang gigi adalah sejajar dan arah sinar tegak lurus pada bidang film sehingga tegak lurus juga dengan sumbu panjang gigi.

Keuntungan :- Gambar yang dihasilkan jauh lebih baik, lebih mendekati kebenaran ukurannya

dibandingkan dengan teknik bisektris.

- Tidak terjadi super impose dengan tulang zygomaticus dan dasar dari sinus maxillaris apabila dipergunakan untuk pembuatan rontgen gigi molar atas.

Kerugian :- Susah meletakkan alat yang cukup besar ukurannya, terutama pada anak-anak

dengan ukuran mulut yang kecil dan pallatum dangkal.

- Teknik ini pelaksanaanya cukup sulit. Akan tetapi, apabila sudah berpengalaman maka teknik ini dapat menghasilkan kualitas gambar yang cukup memuaskan.

Kita dapat menggunakan alat penolong seperti cotton role, balok gigit yang dibuat khusus, stabe bite, block, KCT dengan Ring Localizing, snap array, dan hemostat untuk membuat keadaan film sejajar dengan sumbu panjang dari gigi.

Pelaksanaan teknik kesejajaran :1. Kedudukan film dalam mulut

Seperti pada pembuatan teknik bisektris yakni untuk gigi depan, dari gigi incicivus sampai gigi caninus sumbu panjang dari film diarahkan vertikal. Untuk gigi belakang, dari gigi premolar sampai gigi molar ketiga sumbu panjang dari film diarahkan horizontal.

2. Posisi kepala yang perlu diperhatikan

Sama seperti teknik bisektris, bidang vertikal tegak lurus pada bidang horizontal. bidang oklusal sejajar dengan bidang horizontal.

3. Di dalam klinik menggunakan indikator konus

11

Arah konus diarahkan sesuai dengan indikator konus.Indikator konus ada 3 macam :- untuk gigi depan- untuk gigi belakang kanan bawah dan untuk gigi belakang kiri atas.- untuk gigi belakang kiri bawah dan untuk gigi belakang kanan atas.

Teknik bisektris

Pada teknik ini posisi film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi, jadi posisi film tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film dan konus yang dipakai adalah konus pendek. Teori ini merupakan trik geometri dan dasar yang dipakai adalah teori geometri. Pada pembuatannya apabila menguasai tekniknya maka panjang gigi dalam radiogram akan mendekati kebenaran. Akan tetapi bila kurang menguasai tekniknya, maka akan menimbulkan banyak masalah, salah satunya adalah distorsi gambar.

Pelaksanaan bisektris :a. Terangkan pada penderita tentang cara kerja pada waktu pengambilan. Pakaikanlah

baju timah hitam pada penderita.

b. Penderita diinstruksikan menanggalkan segala yang merintangi pembuatan radiogram yang menyebabkan gambaran radiopak pada radiogramnya.

c. Perhatikan kepala penderita dan letakkan kepala penderita pada tempat yang benar di sandaran kepala kursi dental dan instruksikan padanya untuk tidak menggerakkan kepalanya.

Posisi kepala yang perlu diperhatikan :- bidang vertikal atau bidang sagital; posisi kepala yang ditunjang oleh sandaran

kepala disandarkan sedemikian sehingga bidang vertikal atau bidang sagital tegak lurus pada bidang horizontal.

- Bidang horizontal atau bidang oklusal

Maxilla : dibayangkan suatu garis yang ditarik dari ala nasi ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang horizontalMandibula : dibayangkan suatu garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang horizontal.

d. Perhatikan pallatum dan vestibulum penderita. Apakah penderita hiposalivasi atau hipersalivasi, ambang rasa mualnya tinggi atau rendah.

e. Letakkan film ke dalam mulut pada regio yang akan dibuat radiograf. Kemudian ajarkan kepada penderita bagaimana memegang film tersebut dengan cara dan teknik yang dipakai, baik apakah itu bidang kesejajaran dan ingatkan penderita untuk tidak bergerak.

f. Operator harus berdiri 3 meter di belakang tabung atau di belakang dinding pemisah yang dilapisi timah hitam setebal 2 mm.

12

g. Tempatkan tabung sinar x mengarah pada gigi yang akan dibuat radiograf dengan sudut yang sudah ditentukan dengan benar.

h. Setelah dilakukan pemotretan, bersihkan film dari saliva dan keringkan.

i. Setelah dilakukan pemrosesan, maka radiogram tersebut digantung sampai kering.

j. Setelah kering masukkan radiogram tersebut ke tempat yang tidak mudah rusak.

Cara meletakkan film di dalam mulut :1. Untuk gigi depan : sumbu panjang film diletakkan secara vertikal. Yang dimaksud

gigi depan adalah gigi insisivus sampai kaninus atas dan bawah. 2. Untuk gigi belakang : sumbu panjang film diletakkan secara horizontal. Gigi yang

akan difoto harus berada di tengah-tengah film dan jarak oklusal gigi ke pinggir film adalah 3 mm.

Macam film berdasarkan tanda pengenal : 1. Film dengan tanda pengenal tonjolan (pressure dot) merupakan tanda spesifik film

merek Kodak, Hanshin.2. Film dengan tanda pengenal angka, contohnya Hanshin Internasional, Sakura dan

Agfa. Fiksasi film di dalam mulut :

Fiksasi film harus di bagian gigi supaya film tidak melengkung sehingga tidak terjadi perpanjangan gambar gigi dari ukuran yang sebenarnya.

Untuk gigi kaninus (terutama kaninus atas), film dipasang sedemikian sehingga sumbu gigi berada diagonal dari film.

Untuk gigi molar ke-3 atas dan bawah, film dipasang sedemikian sehingga pinggir depan film diletakkan pada setengah mesial - distal dari gigi molar pertama. Gigi-gigi yang akan dirontgen diusahakan supaya berada di tengan-tengah film, jarak antara oklusal gigi dan pinggir atas film maksimal 3 mm.

Arah konus Arah konus untuk maxilla : 1. Tegak lurus pada bidang bagi.2. Depan

- Insisivus pertama, konus diarahkan pada ujung hidung.- Insisvus kedua, konus diarahkan pada lubang hidung.- Kaninus, konus diarahkan pada cuping hidung.

3. Belakang; konus diarahkan ke garis yang menghubungkan tragus ke ala nasi.

Arah konus untuk mandibula:1. Tegak lurus pada bidang bagi.2. Depan; konus diarahkan ke protuberantia (bagian yang menonjol).3. Belakang; konus diarahkan ke garis yang berada seperempat inci atau 0.06 cm

diatas tepi mandibula dan sejajar dengannya.

b. Teknik Bitewing

13

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925, digunakan untuk mendeteksi karies di permukaan proksimal gigi dan puncak alveolar yang secara klinis tidak dapat dideteksi, memeriksa ruang pulpa (pulp chamber) dan menentukan hubungan antara benih gigi permanen dengan gigi decidue. Dalam mendiagnosis karies, perlu dibuat radiograf periapikal dan bite-wing pada daerah yang menjadi keluhan utama dari penderita tersebut.

Keuntungan menggunakan teknik bite-wing adalah :1. dengan 1 film dapat dipakai untuk memeriksa maxillaris dan mandibularis sekaligus.2. dipakai pada pemeriksaan berkala jika diperkirakan bahwa penderita mempunyai insiden

karies yang cukup tinggi.3. dapat menunjukkan karies sekunder yang biasa terletak di bawah tumpatan.4. dapat menunjukkan kelainan yang dicurigai terjadi kematian jaringan yang awal, tambalan

yang cukup dalam dan adanya pulp caping pada gigi.

• Pertimbangan klinisRadiograf bite-wing sering digunakan untuk mendeteksi karies proksimal pada tahap permulaan dari perkembangan gigi sebelum karies tersebut dapat dibuktikan secara klinis. Teknik ini dapat mendeteksi karies sekunder di bawah tumpatan karena sudut proyeksinya horizontal. Selain itu dengan teknik ini dapat diketahui seberapa luas karies sehubungan dengan dalamnya pulpa dan besarnya tambalan.

• Dasar teknik bite-wingDasar dari teknik ini adalah teknik kesejajaran yang sedikit dimodifikasi, dengan sudut antara bidang vertikal dengan konus sebesar 0 – 10º. Pada teknik ini digunakan alat bite tabs dan bite loops.

• Pelaksanaan teknik bite-winga. Posisi kepala yang harus diperhatikan :

1. bidang vertikal (sagital); harus tegak lurus dengan bidang horizontal.2. bidang oklusal; harus sejajar dengan bidang horizontal.

b. Film yang digunakan berukuran 3.2 x 4.1 cm. Bersikap hati-hati sewaktu memasukkan film yang ukurannya lebih besar ke dalam mulut penderita supaya penderita tidak merasa sakit. Film yang telah diberi tabs atau loops dimasukkan ke dalam mulut penderita. Film tersebut dipegang oleh operator dengan jari telunjuk yang diletakkan pada tabs, sedemikian sehingga tabs menyentuh permukaan oklusal dari gigi. Penderita diminta untuk menutup mulutnya secara perlahan, sementara operator melepaskan jari telunjuknya. Kemudian penderita diminta menggigitkan gigi-gigi atas dan bawah sehingga berkontak. Penting diketahui bahwa ukuran film sangat menentukan hasil dari radiogram. Yang terpenting adalah mendapatkan hasil radiogram tersebut sampai bagian proksimalnya tanpa terlihat gambaran rahang.

c. Teknik OklusalPada teknik ini, film diletakkan pada bidang oklusal. Ukuran filmnya 3.7 x 4.6 cm.

Pada penderita anak-anak, film periapikal dapat digunakan sebagai film untuk teknik oklusal. Melalui teknik ini dapat diperoleh gambar daerah yang luas pada rahang.

Teknik oklusal dikelompokkan menjadi 2 bagian:1. True occlusal ( cross section view/right angle view )

- sinarnya tegak lurus pada film, baik untuk maxilla dan mandibula.- teknik ini digunakan untuk menentukan bentuk lengkung rahang.

14

- digunakan untuk melihat kalkulus dari glandula submandibularis dan salurannya.- dapat mengetahui letak dari lesi seperti gigi dan ujung apeks yang impaksi dan benda

asing yang tidak terlihat pada pembuatan periapikal yang standby. 2. Topografik ( oblik oclusal )

Prinsipnya sama dengan teknik bisektris intraoral. Bidang baginya adalah bidang bagi antara film dengan sumbu dari gigi dan sinar diarahkan tegak lurus pada bidang bagi tersebut ke apikal dari gigi geligi. Apabila penderita tidak memiliki gigi, maka operator dapat memakai patokan bagian bukal / labial dari tulang alveolar untuk bagian sisi dari sudut. Sudut horizontal dari sinar sama dengan teknik radiografi bisektris / bidang bagi. Pengarahan sinar harus benar untuk mendapatkan gambar yang baik. Pada mandibularis, sumbu dari gigi belakang sedikit ke arah labial. Film ditempatkan diantara permukaan oklusal gigi rahang atas dan bawah. Film digunakan untuk mendeteksi bagian yang lebih luas dan untuk melihat gigi yang impaksi. Oblik occlusal ini dapat melihat sampai dibagian apeks dan gigi supernumerari. 4

2. Ekstraoral

Teknik ini menggunakan film yang diletakkan di luar mulut, sehingga dapat melihat area yang luas seperti rahang dan tengkorak. 5

Teknik ekstraoral ini terbagi atas :

a. PanoramikFoto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah

foto Rontgen panoramik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Gunanya untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Keuntungannya dapat memberikan gambaran yang luas dari lengkung rahang dan jaringan pendukungnya serta memberikan gambaran anatomi yang tidak distorsi. 6

b. LateralBerguna untuk untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa

fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.

c. Postero Anterior Berguna untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan

perkembangan tengkorak. Selain itu, juga berguna untuk memberikan gambaran struktur wajah, seperti sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.

d. Antero PosteriorBerguna untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula,

gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.

e. ChepalometriBerguna untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan

kelainan pertumbuhan perkembangan. Juga dapat digunakan melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.

15

f. Proyeksi Water’sBerguna untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus

orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.

g. Proyeksi Reverse-ToneBerguna untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga

dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.

h. Proyeksi Reverse-ToneDigunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis,

lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus. 5

2.4.6 Kesalahan Radiografi 10

Jenis kesalahan Penyebab KoreksiTerlalu gelap Kesalahan setting mesin

FFD terlalu pendekKesalahan screen/filmTerlalu mengembang

Turunkan kVp, mA, atau waktuNaikkan FFDPeriksa screen/filmPeriksa suhu/waktu developer

Terlalu terang Kesalahan setting mesinFFD terlalu panjangKesalahan screen/filmKurang mengembang

Naikkan kVp, mA, atau waktuKurangi jarakPeriksa screen/filmPeriksa suhu/waktu developer

Warna kelabu/kurang kontras

Ruang penyimpanan film kurang bagusExpose film terlalu terangFilm sudah lamaKesalahan setting mesinProsesing film kurang bagus

Periksa kondisi ruang penyimpanan

Periksa kondisi ruang penyimpananGanti film dengan yang baruTurunkan kVp, naikkan mAsPeriksa suhu, waktu, bahan kimia

Terlihat dua gambar Double exposure Pastikan pengambilan hanya 1x exposeGambar kabur Pasien/tabung/kaset bergerak Pastikan posisi

2.5 EFEK RADIASI SINAR X

2.5.1 Berdasarkan Jenis Sel1. Efek genetic

Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dariindividu yang terkena paparan radiasi.

2. Efek somatikEfek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

2.5.2 Berdasarkan Waktu1. Efek segera

Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individudalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi(rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel

16

darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.2. Efek tertunda

Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama(bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker. 2

2.5.3 Berdasarkan Dosis Radiasi1. Efek Deterministik

Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yangmengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

2. Efek StokastikEfek stokastik adalah efek sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang

menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.Sel berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Efek ini terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak serta merta terkait dengan paparan individu. 2

2.6 PROTEKSI RADIASI

2.6.1 Prinsip DasarDalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus

dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission

Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi dan dilaksanakan, yaitu :

Justifikasi Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.

17

Limitasi Dosisi ekuivalen yang diterima pekerja radiasi/masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

Optimasi Semua penyinaran ahrus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. 2

2.6.2 Batas DosisPembatasan dosis radiasi terhadap manusia adalah untuk melindungi manusia dan

lingkungan dari resiko radiasi yang dapt mengganggu kesehatan. Pembatasan dosis radiasi baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi internasional untuk proteksi radiasi (ICRP). Pelopor proteksi radiasi yang terkenal adalah seorang ilmuwan dari Swedia bernama Rolf Sievert. Ia lahir pada tahun 1896 ketika Henri Becquerel menemukan zat radioaktif alam. Sievert kemudian diabadikan sebagai satuan dosis paparan radiasi dalam sistem Satuan Internasional (SI). 1 Sievert (Sv) menunjukkan berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber radioaktif yang diserap oleh tubuh per satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan secara biologis pada sel/jaringan.Menurut rekomendasi ICRP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv per tahun dan rata-rata pertahun selama 5 tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis (NBD). Jika wanita hamil yang di tempat kerjanya terkena radiasi, diterapkan batas radiasi yang lebih ketat. Dosis radiasi paling tinggi yang diizinkan selama kehamilan adalah 2 mSv.

Masyarakat umum dilindungi dengan menetapkan tidak ada satu kegiatanpun yang boleh mengenai masyarakat dengan dosis melebihi rata-rata 1 mSv per tahun dan tidak boleh ada satupun kejadian yang boleh mengakibatkan masyarakat menerima lebih dari 5 mSv.

Khusus untuk daerah di sekitar PLTN, ditetapkan batas-batas yang bahkan lebih ketat. Dosis tertinggi yang diizinkan diterima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar PLTN adalah 0,1 mSv pertahun. Pada kenyataannya kebanyakan PLTN hanya melepaskan sangat sedikit zat radioaktif ke lingkungan, yaitu antara 0,001 sampai 0,01 pertahun. 2

2.6.3 Pencegahan RadiasiPengamanan tehadap pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan sekitar terhadap

radiasi harus diupayakan seceermat mungkin untuk mencegah terjadinya paparan yang berlebihan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan PelindungLaju dosis dapat dikurangi dengan memasang penahan radiasi diantara sumber

radiasi dan orang yang bekerja. Dengan teknik ini maka seseorang dimungkinkan bekerja pada jarak yang tidak terlalu jauh dari sumber radiasi, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik dan pekerja tidak menerima paparand osis yang berlebihan. Jenis penahan

18

radiasi yang digunakan bergantung pada jenis dan energi radiasi.

Radiasi AlfaMemiliki jangkauan yang pendek di udara dan dapat dihentikan dengan selembar kertas.Radiasi Beta

Dalam interaksi partikel beta berenergi tinggi dengan bahan dapat menimbulkan pancaran sinar-x yang dikenal sebagai radiasi brehmstrahlung. Oleh karena itu, untuk partikel beta dibutuhkan penahan radiasi bernomor atom rendah (untuk memindahkan produksi bremstrahlung) dan dilapisi bahan bernomor atom tinggi (untuk mengatenuasi intensitas bremstrahlunbg yang terjadi). Bahan yang direkomendasikan untuk menahan radiasi beta energi tinggi adalah perspeks yang dikelilingi timbal.Radiasi GammaApabila sinar gamma berinteraksi dengan bahan, radiasi tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bahan. Sebaliknya radiasi tersebut akan mengalami atenuasi atau pengurangan intensitas. Bahan yang paling baik untuk digunakan sebagai penahan radiasi gamma adalah bahan yang bernomor atom tinggi, seperti timbal, beton dan uranium susut kadar.Neutron.Terserapnya neutron oleh penahan adalah karena perlambatan energi neutron melalui tumbukan dan kemudian terjadi tangkapan neutron. Untuk dua kejadian ini, bahan penahan yang sesuai adalah kombinasi bahan yang kandungan hidrogennya tinggi (air, lilin paraffin, polietilen dan beton) untuk memperlambat neutron. Boron digunakan untuk menangkap neutron lambat. Lilin paraffin yang mengandung boron digunakan sebagai penahan ukuran kecil..

b. Menjaga JarakRadiasi dipancarkan dari sumber ke segala arah. Semakin dekat tubuh kita dengan

sumber radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi.

c. Membatasi WaktuSedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi

untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar. Untuk itu kepada pekerja radiasi diberlakukan pengaturan waktu bekerja di daerah radiasi.

Untuk masyarakat umum pencegahan terhadap paparan radiasi yang berasal dari instalasi nuklir dilakukan dengan mengatur jarak antara instalasi nuklir dengan lokasi tempat tinggal masyarakat di sekitarnya pada jarak tertentu. Selain itu juga dibuat pagar pembatas area untuk mencegah masyarakat tidak melakukan aktivitas di dekat instalasi tersebut, kecuali dengan izin khusus dari penguasa instalasi. Untuk penanganan terhadap jenis-jenis radiasi yang berasal dari sumber alam tidak diatur secara khusus karena paparan radiasinya sangat rendah dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan. 2

2.6.4 Undang-Undang Proteksi RadiasiPenggunaan zat radioaktif dan sumber radiasi lainnya telah meluas di Indonesia,

terutama di bidang kedokteran. Tetapi, selain mengandung sisi-sisi positif, sumber radiasi juga mengandung sisi-sisi negatif, yaitu seperti bahaya radiasi terhadap manusia maupun terhadap harta dan benda.

19

Oleh karena itu, Undang-Undang RI no 10 1997 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi ditetapkan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat serta untuk menghindarkan akibat-akibat yang buruk yang mungkin terjadi terhadap pekerja, penduduk dan lingkungan sekitarnya maka perlu ditetapkan peraturan yang mengatur keselamatan kerja terhadap bahaya radiasi.

Peraturan pemerintah ini meliputi :1. Dosis radiasi, jumlah energi yang dipindahkan oleh jalan ionisasi kepada suatu

volume tertentu atau kepada seluruh tubuh.

2. Nilai batas yang diizinkan, dosis yang masih dapat diterima oleh tubuh.

3. Petugas proteksi radiasi, yaitu petugas yang ditunjuk oleh Instansi yang berwenang dan dinyatakan mampu menangani masalah proteksi radiasi.

4. Ahli proteksi Radiasi, yaitu orang yang mendapat pendidikan khusus tentang keselamatan kerja radiasi dan dianggap mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan proteksi radiasi yang diangkat oleh Departemen Tenaga Kerja dan Koperasi atas usul Instansi yang berwenang.

Pasal 4Setiap Instalasi Atom harus mempunyai sekurang-kurangnya seorang Petugas

Proteksi Radiasi.

Pasal 51. Setiap Penguasa Instalasi Atom, dengan persetujuan Instansi yang berwenang

diwajibkan menunjuk dirinya sendiri atau orang lain di bawahnya selaku Petugas Proteksi Radiasi

2. Petugas Proteksi Radiasi bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan setiap orang dalam lingkungan kekuasaannya kepada Petugas Instalasi Atom.

Pasal 6Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban menyusun Pedoman Kerja, Instruksi dan

lain-lain yang berlaku dalam lingkungan Instalasi Atom.

Pasal 71. Untuk mengawasi ditaatinya peraturan-peraturan keselamatan kerja terhadap

radiasi perlu ditunjuk ahli Proteksi Radiasi oleh Instalasi yang berwenang.

2. Ahli Proteksi Radiasi diwajibkan memberikan laporan kepada Instansi Berwenang dan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi secara berkala. 11

BAB IIIPEMBAHASAN

20

Dalam kedokteran gigi, ada 2 jenis teknik yang digunakan untuk mendapatkan gambar radiografi, yaitu teknik intraoral dan teknik ekstraoral. Teknik intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien yang terdiri dari teknik Periapikal (teknik Parallel dan Bisektris), teknik Bitewing, dan teknik Oklusal. Sedangkan teknik ekstraoral menggunakan film yang diletakkan di luar mulut, sehingga dapat melihat area yang luas seperti rahang dan tengkorak, seperti teknik Panoramik, Lateral, Postero Anterior , Antero Posterior, Chepalometri, Proyeksi Water’s, Proyeksi Reverse-Tone,dan Proyeksi Reverse-Tone

Di era modern seperti sekarang ini, banyak sekali masyarakat yang menginginkan dokter mendiagnosa dan terapi penyakit mereka dengan sinar X sebagai salah satu rencana perawatan. Walaupun demikian, masyarakat juga sangat khawatir dengan pangaruh dan efek sinar X yang sangat berbahaya. Tetapi, sebelum mempengaruhi materi biologik tubuh, terlebih dahulu radiasi tersebut mengalami proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung didalam tubuh. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti sel, kromosom, dan DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.

Setelah berinteraksi dengan materi biologik dalam tubuh, maka terjadilah kerusakan sel dan efek-efek yang berbahaya lainnya jika sel tidak mampu memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi, efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

Untuk menghindari berbagai efek yang terjadi pada tubuh, maka dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu Justifikasi, Limitasi, dan Optimasi. Justifikasi adalah pemakaian zat

21

radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat. Limitasi adalah Dosisi ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Sedangkan optimasi adalah semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.

Selain itu, pengamanan tehadap pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan sekitar terhadap radiasi harus diupayakan secermat mungkin untuk mencegah terjadinya paparan yang berlebihan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan pelindung dengan memasang penahan radiasi diantara sumber radiasi dan orang yang bekerja, menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi, dan membatasi waktu untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar.

Selain ketentuan tersebut, Pemerintah Indonesia juga menetapkan undang-undang untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat serta untuk menghindarkan akibat-akibat yang buruk yang mungkin terjadi terhadap pekerja, penduduk dan lingkungan sekitarnya, yaitu UU RI no 10 tahun 1997 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi.

KESIMPULAN

Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sinar rontgen / sinar X untuk menghasilkan suatu gambaran radiografi. Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen

22

seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. Ada 2 jenis teknik radiografi dental yang digunakan yaitu teknik intraoral yang filmnya diletakkan dalam mulut dan teknik ekstraoral yang filmnya diletakkan di luar mulut. Walaupun radiologi sangat bermanfaat, radiasi yang dihasilkan oleh sinar X sangat berbahaya jika berinteraksi dengan materi biologik tubuh seperti kerusakan sel. Apabila sel tidak mampu memperbaiki kerusakan tersebut, maka akan terjadi berbagai efek yang menganggu kesehatan tubuh. Efek tersebut adalah efek genetik, efek somatik, efek segera, efek tertunda, efek stokastik, dan efek dertiministik. Untuk mencegah berbagai efek tersebut, maka ICRP merekomendasikan 3 prinsip proteksi radiasi yaitu justifikasi, limitasi, dan optimasi. Selain itu, Pemerintah juga menetapkan UU RI no 10 tahun 1997 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://puskaradim.blogspot.com/2007/11/teknik-radiografi-gigi.html 2. http://www.infonuklir.com/modules/news/article.php?storyid=213. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran. Edisi 29. EGC. Jakarta. 2002

23

4. http://www.geocities.com /koskop3sakti/pretesradiof.html

5. Rasad,Sjahriar, Radiologi Diagnostik Fk UI Edisi II. 2005

6. Brocklebank, L. Dental Radiology Understanding The X-Ray Image. Oxford University. 1997

7. Margono, Gunawan. Radiografi intraoral. Teknik processing-interpretasi radiogram. EGC. Jakarta. 1998.

8. Haring, J. I., L. Jansen.,2000., Dental Radiography., Philadelphia., W. B. Saunders Company.

9. Langland., O.E. and R. P. Langlais., 2002. Principles of Dental Imaging., Philadelphia., Williams & Willins.

10. http://www.geocities.com/radiologi_vet/bab_4.pdf .

11. Anhar, Rasad. Radiologi Diagnostik edisi II. Jakarta: 2005.

24