makalah puskes fix(revised) print revisi 2

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah karies gigi. Karies gigi juga dapat disebut sebagai penyakit multifaktorial. Prevalensi karies gigi di kedua negara maju dan berkembang telah terjadi penurunan. Populasi dengan status sosioekonomi rendah prevalensinya tetap yang tinggi. Individu yang kurang beruntung secara sosial juga mengalami kerugian dalam hal kesehatan secara umum. Frekuensi yang lebih besar dari penyakit dalam kelompok populasi kecil yang dikenal sebagai polarisasi. Oleh karena itu, indikator sosial ekonomi berhubungan dengan faktor risiko karies gigi. 1 Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. 2 Karies gigi adalah suatu penyakit yang mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan mineral 1

Upload: garybaldishendra

Post on 03-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah karies gigi. Karies gigi juga dapat disebut sebagai penyakit multifaktorial. Prevalensi karies gigi di kedua negara maju dan berkembang telah terjadi penurunan. Populasi dengan status sosioekonomi rendah prevalensinya tetap yang tinggi. Individu yang kurang beruntung secara sosial juga mengalami kerugian dalam hal kesehatan secara umum. Frekuensi yang lebih besar dari penyakit dalam kelompok populasi kecil yang dikenal sebagai polarisasi. Oleh karena itu, indikator sosial ekonomi berhubungan dengan faktor risiko karies gigi.1Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.2 Karies gigi adalah suatu penyakit yang mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi.3 Data WHO (2000) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Menurut Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing : D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08; yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang.9 Tingginya tingkat karies gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang memicu terjadinya karies adalah host, mikroorganisme, diet dan waktu.4 Berdasarkan data diatas, maka kami merasa perlu melakukan penelitian ini. Pada penelitian ini kami akan melihat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengalaman karies di beberapa puskesmas di Pasar Minggu. Salah satu tempat pelayanan kesehatan gigi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan gigi yang memberikan berbagai pelayanan untuk meningkatkan kualitas kesehatan gigi masyarakat. B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dituangkan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan dengan tingkat pengalaman karies dari pasien yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I, Pasar Minggu II, Pejaten Barat I, dan Pejaten Barat III melalui DMF-T.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat sosioekonomi berdasarkan tingkat pendidikan dengan tingkat pengalaman karies pada pasien yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I, Pasar Minggu II, Pejaten Barat I, dan Pejaten Barat III melalui DMF-T.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi tenaga medis di Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I, Pasar Minggu II, Pejaten Barat I, dan Pejaten Barat III dalam menjalankan program kesehatan.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dalam penelitian selanjutnya di Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I, Pasar Minggu II, Pejaten Barat I, dan Pejaten Barat III dalam menjalankan program kesehatan.3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan pembaca, sehingga pembaca lebih memahami hubungan antara status sosial ekonomi dengan tingkat pengalaman karies yang terjadi di masyarakat.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

Yang dimaksud dengan karies gigi adalah suatu penyakit yang mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi. Proses ini terjadi karena aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang diragikan. Proses ini ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya, sehingga dapat terjadi invasi bakteri lebih jauh kebagian dalam gigi, yaitu lapisan dentin serta dapat mencapai pulpa.3Menurut Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing : D-T = 1,6; M-T = 2,9; F-T = 0,08; yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang. Provinsi yang mempunyai indeks DMF-T tertinggi adalah Bangka Belitung (8,5) dan terendah adalah Papua Barat (2,6). Sedangkan DKI Jakarta memiliki indeks DMF-T 3,8 yang menurut WHO masih dalam batas sedang.9Ada empat faktor penting yang dapat menimbulkan karies yakni, host dan gigi, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Keempat faktor ini bekerja sama dalam proses terjadinya karies. Karies baru bisa terjadi hanya bila keempat faktor tersebut saling berinteraksi, yaitu:5a) Host dan gigi (Plak)

Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.

b) MikroorganismeStreptococcus mutans dan Laktobasilus merupakan bakteri yang kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri-bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida terdiri dari polimer glukosa, akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain sehingga plak semakin tebal dan akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.

c) SubstratKarbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Walaupun tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Pada kasus karies rampan substratnya adalah susu yang diminum sebelum tidur atau pada saat tidur dan makanan manis lainnya.d) WaktuAdanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti.oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya:2a) Karies InsipiensMerupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

b) Karies SuperfisialisMerupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit.

c) Karies MediaMerupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

d) Karies ProfundaMerupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya. Klasifikasi karies menurut G.V Black:

Kelas 1: Kavitas pada semua pit dan fissure gigi, terutama pada premolar dan molar. Kelas 2: Kavitas pada permukaan approksimal gigi posterior yaitu pada permukaan halus / lesi mesialdan atau distal biasanya berada di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Dapat digolongkan sebagai kavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-oklusal) dan MOD (mesio-oklusal-distal). Kelas 3: Kavitas pada permukaan approksimal gigi-gigi depan juga terjadi di bawah titik kontak, bentuknya bulat dan kecil. Kelas 4: Kavitas sama dengan kelas 3 tetapi meluas sampai pada sudut insisal Kelas 5: kavitas pada bagian sepertiga gingival permukaan bukal atau lingual, lesi lebih dominan timbul dipermukaan yang menghadap ke bibir/pipi dari pada lidah. Selain mengenai email, juga dapat mengenai sementum. Kelas 6: Terjadi pada ujung gigi posterior dan ujung edge insisal incisive. Biasanya pembentukkan yang tidak sempurna pada ujung tonjol/edge incisal rentan terhadap karies.

Gambaran klinis dari karies gigi adalah sering dimulai pada pit dan fisur. Perkembangan karies dimulai dengan tanda-tanda dini seperti bercak putih (white spot), dan demineralisasi opak pada permukaan gigi. Hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari prisma enamel. Pada keadaan ini permukaan gigi masih terlihat utuh, namun terlihat garis putih di bagian servikal vestibulum dan palatal gigi insisivus. White spot ini ditemukan pada area yang mudah tertimbun plak seperti permukaan gigi incisivus maksila, area pit dan fissur serta dibawah kontak point diantara gigi geligi. Pada tahapan ini, lesi yang terbentuk masih bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan penjagaan oral hygiene yang baik, aplikasi fluor, dan perubahan diet.5

Gambar 5 : Gambar Gigi Sehat6

Gambar 6: Gambaran klinis karies6

Gambar 7: Klasifikasi Karies Menurut G.V Black7

B. Faktor Sosioekonomi

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.641.000 jiwa, dimana 25,93 % diantaranya hidup dalam garis kemiskinan. Sedangkan Jakarta sebagai ibu kota negara juga masih terdapat masyarakat yang hidup miskin, dimana 3,48% dari penduduk Jakarta yang berjumlah 9.607.800 masih hidup dalam garis kemiskinan.11 Indikator sosial ekonomi dikategorikan sebagai berikut: tingkat pendidikan sekolah, pendapatan, dan pekerjaan (subjek atau orang tua subjek, penerima tunjangan pemerintah).Keadaan sosial ekonomi seseorang tentu sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan dirinya. Kemiskinan secara tidak langsung mempengaruhi derajat kesehatan pada seseorang tidak terkecuali kesehatan gigi dan mulut. Permasalahan kemiskinan masih merupakan masalah utama di Indonesia.12 Aspek sosial dapat mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut, dimana sosial ekonomi yang kurang akan mempengaruhi prilaku sehat seseorang. Bagi orang dengan berpenghasilan rendah maka akan sangat sulit untuk melakukan perawatan gigi yang rutin karena membutuhkan biaya ekstra, sehingga mereka jarang memeriksakan kesehatan giginya ke dokter gigi.13 Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah akan menggurangi kesadaran seseorang akan pentingnya menjaga kesehatan.8 Dalam analisis antara indikator sosial ekonomi dan karies gigi, tingkat pendidikan adalah indikator sosial ekonomi yang paling sering digunakan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perliakunya untuk hidup sehat.2 Dalam tulisannya, Rina Kusnawati juga memaparkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat kesadaran dan pengetahuannya untuk menjaga kesehatan.8C. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengalaman KariesStatus sosial ekonomi rendah, secara signifikan berhubungan dengan pengalaman dari karies gigi yang ditemukan dari dua studi. Dua studi lain tidak menemukan hubungan yang signifikan. Lintasan sosial ekonomi, secara bermakna dikaitkan dengan karies gigi pada satu penelitian. Itu berarti bahwa lintasan sosial ekonomi rendah-rendah dan tinggi-rendah secara bermakna dikaitkan dengan tingkat pengalaman karies. Satu studi menemukan bahwa sekolah yang lebih rendah dikaitkan untuk menurunkan tingkat pengalaman karies gigi, dua tidak menemukan hubungan yang signifikan.1Sedangkan penelittian yang dilakukan Lukito (2003), menunjukkan bahwa angka karies tertinggi terdapat pada anak yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah, sedangkan dalam penelitian yang lain menunjukkan bahwa penduduk yang tidak tamat SD memiliki tingkat karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tamat SD.8 Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahawa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengalaman karies seseorang. D. Indeks DMF-T Karies adalah suatu penyakit pada gigi yang merupakan demineralisasi dan pengrusakan dari jaringan keras gigi oleh karena bakteri akibat fermentasi gula dari makanan.14 Status karies adalah suatu kondisi yang menggambarkan pengalaman karies, yang dihitung menggunakan indeks DMF-T. Indeks DMF-T merupakan indeks yang digunakan untuk menunjukan banyaknya subjek yang terkena karies, banyaknya gigi yang membutuhkan perawatan, dan jumlah gigi yang telah dirawat.12 D (Decay): Apabila jaringan email gigi tetap mengalami dekalsifikasi, terlihat berwarna keputih-putihan atau kecoklatan dengan ujung ekskafator yang terasa menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk dalam kategori ini yaitu, keadaan karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin, karies mencapai jaringan pulpa baik dengan kondisi vital atau non-vital, karies terhenti, dan karies pada gigi tetap walaupun gigi tersebut terdapat restorasi.12,14 M (Missing): Gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori missing, tetapi gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti, dan pencabutan normal selama pergantian gigi geligi tidak dimasukkan dalam kategori ini. Gigi yang rusak dan tidak dapat direstorasi dan di indikasikan untuk di cabut ((KMP yang sudah tidak bisa direstorasi, radix dentis, abses periapikal, dll) juga termasuk kedalam kategori missing.12,14

F (Filling): Apabila gigi tetap tersebut telah ditumpat atau direstorasi secara tetap maupun sementara maka dimasukkan dalam kategori ini. Apabila gigi yang ditumpat terdapat karies, tidak termasuk kategori ini. DMF-T rata-rata adalah jumlah seluruh nilai DMF-T dibagi dengan jumlah anak yang diperiksa berdasarkan indikator menurut WHO.12,14Tabel 1. Kategori perhitungan DMF-T menurut WHO.12

BAB III

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESA PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Berdasarkan dari uraian latar belakang, perumusan masalah, dan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dirumuskan seperti gambar desain berikut:

B. Hipotesis PenelitianHipotesa dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengalaman karies. Dimana orang dengan pendidikan rendah tingkat pengalaman kariesnya lebih tinggi dari pada orang dengan tinggat pendidikan yang lebih tinggi. BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptik-analitik yang menggunakan data primer untuk mencari adanya hubungan antara tingkat pengalaman karies gigi dengan tingkat pendidikan pasien. Data tentang status gigi pasien didapatkan dari pemeriksaan pasien yang datang berkunjung ke puskesmas. Desain penelitian adalah cross-sectional. Indeks DMF-T digunakan sebagai tingkat pengalaman karies gigi. B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di puskesmas kelurahan Pasar Minggu I dan II, dan Pejaten Barat I dan III, di wilayah kecamatan Pasar Minggu, dan penelitian dilakukan selama waktu bekerja di puskesmas tersebut terhitung dari tanggal 20 Oktober 2014 sampai 7 November 2014.C. Sampel Penelitian

Sampel studi penelitian adalah pasien yang datang ke poli bagian gigi puskesmas-puskesmas untuk berobat gigi dari tanggal 28 Oktober 2014 sampai 31 Oktober 2014.D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi merupakan pasien yang semua gigi tetapnya sudah erupsi (dengan pengecualian gigi M3; kira-kira diatas 13 tahun). Kriteria eksklusi penelitian adalah pasien diatas 65 tahun, yang tidak diikutsertakan karena kemungkinan tinggi kehilangan banyak gigi karena periodontitis.

E. Definisi operasional dan variabel penelitian VariabelCara pengukuranHasil Ukur

Tingkat pengalaman karies gigiIndeks DMF-T(1) Skor DMF-T (0-28)

Tingkat pendidikanDitanyakan kepada pasien(1) Rendah (SMP/SMA)

Jenis KelaminObservasi(1) Pria

(2) Wanita

1. Tingkat pengalaman karies gigi: Berdasarkan indeks DMF-T.12,142. Karies gigi: Suatu penyakit pada gigi yang merupakan demineralisasi dan pengrusakan dari jaringan keras gigi oleh karena bakteri akibat fermentasi gula dari makanan.143. Indeks DMF-T: Indeks untuk menentukan pengalaman karies berdasarkan gigi yang telah mengalami karies (decay, missing, filling). Indeks DMF-T dihitung pada semua gigi tetap (pengecualian gigi M3) untuk menentukan skor DMF-T. Gigi susu tidak dimasukkan kedalam perhitungan skor DMF-T, karena indeks DMF-T merupakan indeks untuk gigi tetap.14 Gigi M3 tidak diikutsertakan karena kemungkinan besar gigi missing karena pencabutan akibat impaksi, atau juga congenital missing. Gigi supernumerary dan congenital missing juga tidak dimasukkan kepada hitungan.

4. Decay: Gigi yang mengalami karies (karies email, karies dentin, karies mencapai pulpa (KMP), gangrene pulpa, radix dentis, dan juga sekunder karies).12,145. Missing: Gigi yang sudah dicabut atau sudah tidak terdapat dalam rongga mulut karena telah mengalami karies yang berlanjut (KMP yang sudah tidak bisa direstorasi, radix dentis, abses periapikal, dll).12,146. Filling: Gigi yang telah mengalami karies dan sudah direstorasi permanen.147. Tingkat pendidikan: Pendidikan terakhir pada suatu institusi edukasi yang dijalani (SD, SMP, SMA, PT, dll)

8. Jenis kelamin: Pria atau wanita

F. Analisis data

Data yang didapatkan dari subyek penelitian akan diolah dengan menggunakan program SPSS ver.17. Program ini digunakan untuk membuat grafis, tabel dan juga melakukan uji statistik yang diperlukan untuk penelitian ini.

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan selama 3 minggu, dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang, berikut ini diuraikan hasil dari penelitian kami.

A. Deskripsi DataTabel 5.1 Frekuensi Sampel PuskesmasPuskesmasFrequencyPercent

Kelurahan Pasar Minggu I1316.9

Kelurahan Pasar Minggu II4254.5

Kelurahan Pejaten Barat I810.4

Kelurahan Pejaten Barat III1418.2

Total77100.0

Dari tabel ditas terlihat bahwa frekuensi sampel terbanyak berada pada Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu II dan yang terendah terdapt pada Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat. Hal ini dapat terjadi karena lokasi dari Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu II lokasinya lebih mudah dicapai oleh transportasi umum dan berada di tengah pusat aktivitas masyarakat (terminal, pasar, dsb). Tabel 5.2 Frekuensi Jenis KelaminJenis KelaminFrequencyPercent

Laki-laki2026.0

Perempuan5774.0

Total77100.0

Berdasarkan data diatas di dapatkan bahwa pasien yang datang di berbagai puskesmas Kelurahan Pasar Minggu lebih di dominasi oleh kaum perempuan. Tabel 5.3 Frekuensi Tingkat Pendidikan Tingkat PendidikanFrequencyPercent

Tinggi2026.0

Sedang5267.5

Rendah56.5

Total77100.0

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa warga masyarakat yang datang berobat ke poli gigi di beberapa Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu lebih banyak yang berpendidikan sedang yaitu setingkat SMP dan SMA. Tabel 5.4 Rata-rata tingkat pengalaman karies menurut indeks DMF-T Indeks DMF-TMean

D2.08

M2.14

F.99

Skor DMF-T5.21

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan bahawa rata-rata skor DMF-T dari pasien yang datang ke poli gigi di beberapa Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu adalah sebesar 5.21. Tabel 5.5 Deskripsi skor DMF-T sesuai dengan tingkat pendidikanTingkat PendidikanNMeanStd. DeviationStd. Error

Tinggi205.253.226.721

Sedang524.903.018.419

Rendah58.207.8553.513

Total775.213.552.405

Dari data di atas didapatkan bahawa skor DMF-T tertinggi terdapat pada warga yang memiliki pendidikan yang rendah yaitu sebesar 8.20. Sedangkan warga dengan pendidikan yang tinggi dan sedang memiliki skor DMF-T yang jauh lebih rendah daripada yang berpendidikan rendah. Grafik 1. Jumlah subyek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

Grafik 2. Rata-rata skor DMF-T berdasarkan tingkat pendidikan

Grafik 3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan masing-masing nilai D, M, F

Berdasarkan grafik-grafik diatas, kebanyakan pasien yang datang berobat ke puskesmas masuk kedalam kategori tingkat pendidikan sedang (52/77). Kelompok yang mempunyai skor DMF-T yang terbesar adalah pada kelompok tingkat pendidikan rendah (8.20), diikuti yang tinggi (5.25) dan lalu yang sedang (4.90). Dari grafik no.3, dapat diketahui bahwa pasien dari kelompok tingkat pendidikan rendah tidak mempunyai gigi yang ditambal dan mempunyai banyak gigi yang hilang, sedangkan .kelompok pendidikan tinggi mempunyai gigi dengan tambalan yang terbanyak.B. Uji Hipotesis Penelitian Tabel 5.6 Kruskal-Wallis Test (Tes Non-Parametrik)Tingkat PendidikanNMean Rank

Skor DMF-TTinggi2040.40

Sedang5237.89

Rendah544.90

Total77

Skor DMF-T

Chi-Square.560

Df2

Asymp. Sig..756

Dengan tes non-parametrik (Kruskal-Wallis), hasil penelitian ditemukan tidak signifikan dengan nilai yang lebih besar 0.05. Yang berarti bahawa tidak ada perbedaan yang signifikan antara setiap strata pendidikan dengan tingkat pengalaman karies. BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada beberapa puskesmas di Kecamatan Pasar Minggu, dan pengumpulan sampel dilakukan dari tanggal 28-31 Oktober 2014 pada 4 puskesmas di Kecamatan Pasar Minggu. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dari pasien yang datang selama tanggal tersebut. Pada penelitian ini akan dibahas tentang hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengalaman karies pasien yang datang ke beberapa puskesmas tersebut.

Pada tabel-tabel yang membahas tentang deskripsi data dapat dilihat bahwa subjek penelitian berjumlah 77 orang, dengan jumlah laki-laki 20 orang dan perempuan 57 orang. Subjek yang memiliki pendidikan yang tinggi (>SMP/SMA, contoh: D1, D3, S1, S2 dan seterusnya) berjumlah 20 orang, subjek dengan pendidikan sedang (SMP, SMA) berjumlah 52 orang, sedangkan subjek yang pendidikannya rendah (13 tahun).

Gigi M3 tetap tidak dimasukan dalam hitungan.

Gigi susu persistensi, kongenital missing, supernumerary, tidak dimasukan kepada perhitungan indeks DMFT.

Gigi partial erupted dimasukan kepada hitungan.

Skor DMF-T = DAFTAR PUSTAKA

1. Costa Simon M. et. all, A systematic Review of Socioeconomyic Indicators and Dental Caries in Adults. International Journal of Environmental Research and Public Health, 2012.2. Universitas Sumatera Utara, Karies Gigi. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27883/4/Chapter%20II.pdf), diakses tanggal 25 Oktober 2014. 3. Dorland. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku EGC;1998.4. Riset Kesehatan Dasar 2007. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/ resources/download/ general/ Hasil%20Riskesdas%202013.pdf, diakses tanggal 31 Oktober 2014. 5. Universitas Sumatera Utara, Gambaran Klinis Karies Gigi. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24756/4/Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 25 Oktober 2014.6. Gambaran Klinis Karies. Diunduh dari: https://doktergigirinto.wordpress.com/page/2/, diakses tanggal 25 Oktober 2014. 7. Klasifikasi Karies. Diunduh dari: http://tulisandrgmuda.blogspot.com/2012/10/klasifikasi-karies.html, diakses tanggal 25 Oktober 2014. 8. Kusumawati Rina, Hubungan Tingkat Pengalaman Karies dengan Status Gizi. Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Desember 2010: 33-47. 9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan R1. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013: 110-18.10. Prabowo Dimas. Health Care http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/karies-dentis.html, diakses tanggal 16 November 2014. 11. Badan Pusat Statistik Indonesia. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS RI; 2012: 9, 33, 47-48. 12. Wala CH, Dinar AW, Elita T. Gambaran Status Karies Anak Usia 11-12 Tahun Pada Keluarga Pemegang Jamkesmas Di Kelurahan Tumatangtang I Kecamatan Tomohon Selatan. FKG Sam Ratulangi Manado. 13. Eliza H, Tati SI, Sari A. Pendidikan Kesehatan Gigi. Edisi Pertama. Jakarta: EGC; 2001: 119. 14. Shiraza Ur, Fariha Naz, Mohammad Yousuf. Dmft Index Among Dental Undergraduates Of Lahore Medical And Dental College In Different Professional Years Of Dentistry. Pakistan Oral & Dental Journal Vol 33, No. 1 (April 2013). Gambar 1. Karies insipien10

Gambar 2. Karies superfisialis10

Gambar 3. Karies media10

Gambar 4. Karies profunda10

STATUS SOSIAL EKONOMI

PEKERJAAN

PENDAPATAN

PENDIDIKAN

(SD, SMP, SMA, PT)

KARIES GIGI

SKOR DMF-T

14