makalah praktikum fitokimia
DESCRIPTION
Berisi tentang apa saja yang akan dilakukan pada saat praktikum fitokimia.TRANSCRIPT
MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA
Disusun Oleh :
Novi Afifah
260110120010
Kelas A
Shift Rabu, 10.00-13.00
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
1. Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia atau biasa disebut skrining fitokimia adalah metode analisis yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan
pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan
menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis pereaksi yang dapat digunakan untuk skrining
fitokimia antara lain:
a. Uji Senyawa Fenol dan Flavonoid
Fenol dan flavonoid dapat dideteksi menggunakan larutan FeCl3 1% dalam etanol.
Hasil uji dianggap positif apabila dihasilkan warna hijau, ungu, biru, atau hitam. Uji shinoda
(Mg dan HCl pekat) dapat digunakan juga untuk mendeteksi flavonoid. Flavonoid akan
menunjukkan warna merah ceri yang sangat kuat jika disemprot dengan pereaksi ini.
b. Uji Kumarin dan Antrakuinon
Kumarin dan antrakuinon dapat dideteksi menggunakan pereaksi semprot NaOH dan
KOH 5% dalam alkohol. Setelah penyemprotan, kumarin akan berfluoresensi hijau-kuning
yang terlihat bila plat KLT yang sudah kering disinari dengan sinar UV. Antrakuinon dapat
dideteksi bila senyawa pada plat KLT yang semula kuning dan coklat kuning berubah
menjadi merah, ungu, hijau, atau lembayung setelah disemprot.
c. Terpenoid
Pereaksi Lieberman-Burchard adalah pereaksi yang sering digunakan untuk uji
senyawa terpenoida. Pereaksi ini dibuat dari campuran anhidrid asetat dan H2SO4 pekat.
Kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru pada pereaksi ini. Cara lain
untuk mendeteksi terpena adalah menyemprot plat KLT dengan larutan KMnO4 0,2% dalam
air, antimon dalam kloroform, H2SO4 pekat atau vanillin H2SO4. Setelah penyemprotan,
senyawa yang positif mengandung terpenoid akan menunjukkan perubahan warna.
d. Uji Alkaloid
Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa reaksi pengendapan. Pereaksi Mayer
mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan
memberikan endapan putih. Pereaksi Dragendorf mengandung bismuth nitrat dan merkuri
klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah
penyemprotan dengan pereaksi Dragendorf membentuk warna jingga.
2. Ekstraksi
a. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak yang merupakan
sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dan simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan. Jenis
ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan, sangat tergantung dari kelarutan bahan
kandungan serta stabilitasnya.
b. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk
ke dalam pelarut.
c. Tahap-tahap Ekstraksi
- Mencampur bahan-bahan ekstraksi dengan pelarut dan dibiarkan. Dalam hal ini terjadi
perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut.
- Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
- Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya
dilakukan dengan menguapkan pelarut.
d. Pelarut yang Digunakan dalam Ekstraksi
Pemilihan pelarut yang digunakan sangat penting untuk tercapainya keberhasilan
proses ekstraksi, diantaranya:
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami,
sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan
ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam
bahan ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa
dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan
gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal.
Reaktivitas
Ekstraksi disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan
mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat,
dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi, titik didih pelarut tidak terlalu tinggi
(seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
Kriteria lain
Murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif,
tidak menyebabkan terbentukya emulsi, memiliki viskositas yang rendah.
Larutan pengekstraksi yang digunakan yaitu :
a. Petroleum Eter
Petroleum eter adalah pelarut non polar yang merupakan campuran hidrokarbon cair yang
bersifat mudah menguap. Petroleum eter disini akan melarutkan senyawa-senyawa yang
bersifat kurang polar pada selubung sel dan dinding sel seperti lemak-lemak, terpenoid,
klorofil dan steroid.
b. Etil Asetat
Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada
dinding sel seperti aglikon flavonoid.
c. Etanol
Tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat
terlarut. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan
menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan mengekstraksi
adalah campuran bahan pelarut yang berlainan. Etanol akan melarutkan senyawa polar
yang terdapat dalam protoplasma seperti senyawa glikosida, vitamin C dan saponin.
e. Metode Ekstraksi
Cara Dingin :
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin.
Prinsipnya yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya.
Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti dengan cairan penyari yang
konsentrasinya rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Keuntungannya yaitu peralatannya sederhana, sedangkan kerugiannya yaitu waktu
yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
seperti beonzoin, tiraks, dan lilin.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive extraction)
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan
pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan atau
penampungan ekstrak).
Prinsipnya yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di
atasnya dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang
berperan dalam perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler, dan daya geseran.
Keuntungannya yaitu tidak terjadi kejenuhan dan pengaliran meningkatkan difusi
(dengan dialiri cairan penyari sehingga zat terdorong untuk keluar dari sel), sedangkan
kerugiannya yaitu cairan penyari lebih banyak dan resiko cemaran mikroba untuk penyari air
karena dilakukan secara terbuka.
Cara Panas :
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
Prinsipnya yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyairan sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungannya yaitu digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel bertekstur
kasar, sedangkan kerugiannya yaitu butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi operator.
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ektraksi yang menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan dengan
alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
Prinsipnya yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya,
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin
balik.
Keuntungannya yaitu dapat digunakan untuk sampel bertekstur lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, dan
pemanasannya dapat diatur, sedangkan kerugiannya yaitu karena pelarut didaur ulang,
ekstrak yang terkumpul pada wadah di bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat
menyebabkan reaksi penguraian oleh panas, jumlah total senyawa yang akan diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya, dan bila dilakukan
dalam skal besar mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.
Keuntungan dari pemanasan yaitu kekentalan pelarut berkurang sehingga dapat
mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat, koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik
dengan kekentalan.
4. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 900C selama 15 menit.
5. Dekok
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada waktu yang lebih lama + 30 menit dan temperatur sampai titik didih air.
3. Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat
kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda-beda
tergantung pada jenis tumbuhan.
Macam-macam proses fraksinasi :
a. Fraksinasi Kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul
dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang
lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.
b. Fraksinasi Basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah
(wetting agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent process. Hasil fraksi
dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c. Fraksinasi dengan Menggunakan Pelarut (Solvent Fractination)
Suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan
adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi
lainnya karena menggunakan bahan pelarut.
d. Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih dari suatu zat atau bahan
sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini
membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya
lebih tinggi.
4. Isolasi Preparatif (KLT Preparatif)
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan
dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase yaitu fase diam (dapat berupa zat cair
atau zat padat) dan fase gerak (dapat berupa gas atau zat cair). Jika fase diam berupa zat padat
maka cara tersebut dikenal dengan kromatografi serapan, jika zat cair dikenal dengan
kromatografi partisi. Karena fase gerak dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat macam
sistem kromatografi.
a. Fase gerak zat cair – fase diam padat :
Kromatografi lapis tipis dan kromatogarfi penukar ion
b. Fase gerak gas – fase diam padat :
Kromatografi gas padat
c. Fase gerak zat cair – fase diam zat cair :
Kromatografi cair kinerja tinggi
d. Fase gerak gas – fase diam zat cair :
Kromatografi gas cair dan kromatogarfi kolom kapiler
Kromatografi yang akan dibahas lebih lanjut adalah kromatografi lapis tipis
preparatif. Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode pemisahan
dengan menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penjerap yang sering dipakai adalah
0,5-2 mm. Ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan
ukuran plat mengurangi jumlah bahan yang dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap
yang paling umum digunakan adalah silika gel.
Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan cuplikan dalam sedikit pelarut.
Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena pemisahan tergantung
pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan pipet tetapi lebih baik dengan penotol
otomatis. Pelarut yang baik untuk melarutkan cuplikan adalah pelarut yang atsiri.
Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan dengan bejana kaca yang dapat menampung
beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas
saring yang diletakkan berdiri di sekeliling permukaan bagian dalam bejana.
Kebanyakan penjerap KLT preparatif mengandung indikator fluoresensi yang
membantu mendeteksi letak pita yang terpisah pada senyawa yang menyerap sinar ultraviolet.
Untuk mendeteksi senyawa yang menyerap sinar ultraviolet yaitu dengan cara menutup plat
dengan sepotong kaca lalu menyemprot kedua sisi dengan penyemprot.
Setelah pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak maka senyawa yang tidak
berwarna dengan penjerap dikerok dari plat kaca. Cara ini berguna untuk memisahkan
campuran beberapa sehingga diperoleh senyawa murni.
5. Uji Kemurnian Minyak Atsiri
Cara terbaik untuk menjamin kemurnian dan kualitas setiap batch minyak esensial
murni adalah dengan mengetahui sumber tumbuh dan destilasi, dan pengujian masing-masing
minyak esensial dengan teknologi modern canggih. Untuk memastikan kemurnian setiap
batch minyak esensial murni dibeli harus diperiksa dan memetakan.
GC atau MS tes standar emas untuk memeriksa dan memetakan kemurnian minyak
esensial. Rincian yang tepat dari phyto-komponen kimia dalam minyak esensial tunggal
murni yang diberikan oleh laporan-laporan ini penting untuk membedakan terapi minyak
esensial, tindakan, sifat, dan efek. Juga masalah keamanan apapun untuk minyak esensial
tertentu, terutama ditentukan oleh senyawa kimianya.
Kromatografi gas (GC) adalah metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa
kimia nabati yang mudah menguap dari minyak esensial ke dalam komponen individual dan
menghasilkan grafik linear yang merupakan minyak atsiri grafik profil kimia yang spesifik.
Spektrometri Massa (MS) mengidentifikasi setiap komponen kimia dan persentase
masing-masing fitokimia dalam minyak. Proses ini digunakan untuk mengidentifikasi apakah
ada pemalsuan minyak esensial. Tercemar minyak dan parfum atau minyak wangi sintetis
tidak akan merangsang efek terapeutik melalui proses reseptor alami tubuh dan mungkin
sebenarnya menyebabkan alergi, sakit kepala dan kepekaan kimia.
6. Isolasi Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga
minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap.
Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam
keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
penyimpanan lama minyak atisiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus
disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan
di tempat kering dan sejuk.
Cara Isolasi Minyak Atsiri :
6.1. Metode Penyulingan
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna,
tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya
kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan
langsung.
Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen
minyak hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.
b. Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak
diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau
uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.
c. Penyulingan dengan air dan uap
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau
saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaan tidak
jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah,
jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan
uap dan tidak dengan air panas.
6.2. Metode Pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi.
Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan
minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk
dapat diperoleh dengan cara ini.
6.3. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi minyak
atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak
atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga.
Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra klorida, dan
sebagainya.
6.4. Ekstraksi dengan Lemak Padat
Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan untuk
mendapatkan mutu dan rendemen minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.
DAFTAR PUSTAKA
ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdfhttp://darknessthe.blogspot.com/2012/01/fitokim-fraksinasi.htmlhttp://lexalchemist604.blogspot.com/2012/12/skrining-fitokimia.htmlhttp://reviewpla.net/2426/standar-emas-untuk-kemurnian-minyak-atsirirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28697/4/Chapter%20II.pdfrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16902/4/Chapter%20II.pdfrgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/makalah-fito-ii.pdf