makalah praktikum fitokimia

18
MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA Disusun Oleh : Novi Afifah 260110120010 Kelas A Shift Rabu, 10.00-13.00 FAKULTAS FARMASI

Upload: novi-afifah

Post on 29-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Berisi tentang apa saja yang akan dilakukan pada saat praktikum fitokimia.

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Praktikum Fitokimia

MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA

Disusun Oleh :

Novi Afifah

260110120010

Kelas A

Shift Rabu, 10.00-13.00

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

Page 2: Makalah Praktikum Fitokimia

1. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia atau biasa disebut skrining fitokimia adalah metode analisis yang

terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan

pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan

menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis pereaksi yang dapat digunakan untuk skrining

fitokimia antara lain:

a. Uji Senyawa Fenol dan Flavonoid

Fenol dan flavonoid dapat dideteksi menggunakan larutan FeCl3 1% dalam etanol.

Hasil uji dianggap positif apabila dihasilkan warna hijau, ungu, biru, atau hitam. Uji shinoda

(Mg dan HCl pekat) dapat digunakan juga untuk mendeteksi flavonoid. Flavonoid akan

menunjukkan warna merah ceri yang sangat kuat jika disemprot dengan pereaksi ini.

b. Uji Kumarin dan Antrakuinon

Kumarin dan antrakuinon dapat dideteksi menggunakan pereaksi semprot NaOH dan

KOH 5% dalam alkohol. Setelah penyemprotan, kumarin akan berfluoresensi hijau-kuning

yang terlihat bila plat KLT yang sudah kering disinari dengan sinar UV. Antrakuinon dapat

dideteksi bila senyawa pada plat KLT yang semula kuning dan coklat kuning berubah

menjadi merah, ungu, hijau, atau lembayung setelah disemprot.

c. Terpenoid

Pereaksi Lieberman-Burchard adalah pereaksi yang sering digunakan untuk uji

senyawa terpenoida. Pereaksi ini dibuat dari campuran anhidrid asetat dan H2SO4 pekat.

Kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru pada pereaksi ini. Cara lain

untuk mendeteksi terpena adalah menyemprot plat KLT dengan larutan KMnO4 0,2% dalam

air, antimon dalam kloroform, H2SO4 pekat atau vanillin H2SO4. Setelah penyemprotan,

senyawa yang positif mengandung terpenoid akan menunjukkan perubahan warna.

d. Uji Alkaloid

Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa reaksi pengendapan. Pereaksi Mayer

mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan

memberikan endapan putih. Pereaksi Dragendorf mengandung bismuth nitrat dan merkuri

klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah

penyemprotan dengan pereaksi Dragendorf membentuk warna jingga.

Page 3: Makalah Praktikum Fitokimia

2. Ekstraksi

a. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat

terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut

dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak yang merupakan

sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dan simplisia nabati atau

simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan. Jenis

ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan, sangat tergantung dari kelarutan bahan

kandungan serta stabilitasnya.

b. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam

simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam

pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk

ke dalam pelarut.

c. Tahap-tahap Ekstraksi

- Mencampur bahan-bahan ekstraksi dengan pelarut dan dibiarkan. Dalam hal ini terjadi

perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut.

- Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.

- Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya

dilakukan dengan menguapkan pelarut.

d. Pelarut yang Digunakan dalam Ekstraksi

Pemilihan pelarut yang digunakan sangat penting untuk tercapainya keberhasilan

proses ekstraksi, diantaranya:

Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen

lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami,

sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan

ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus

dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar

(kebutuhan pelarut lebih sedikit).

Kemampuan tidak saling bercampur

Page 4: Makalah Praktikum Fitokimia

Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam

bahan ekstraksi.

Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan

yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa

dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan

gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan

dengan menggunakan gaya sentrifugal.

Reaktivitas

Ekstraksi disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan

mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,

destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat,

dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan

menguntungkan jika pada proses ekstraksi, titik didih pelarut tidak terlalu tinggi

(seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).

Kriteria lain

Murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif,

tidak menyebabkan terbentukya emulsi, memiliki viskositas yang rendah.

Larutan pengekstraksi yang digunakan yaitu :

a. Petroleum Eter

Petroleum eter adalah pelarut non polar yang merupakan campuran hidrokarbon cair yang

bersifat mudah menguap. Petroleum eter disini akan melarutkan senyawa-senyawa yang

bersifat kurang polar pada selubung sel dan dinding sel seperti lemak-lemak, terpenoid,

klorofil dan steroid.

b. Etil Asetat

Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada

dinding sel seperti aglikon flavonoid.

c. Etanol

Tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat

terlarut. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan

menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan mengekstraksi

Page 5: Makalah Praktikum Fitokimia

adalah campuran bahan pelarut yang berlainan. Etanol akan melarutkan senyawa polar

yang terdapat dalam protoplasma seperti senyawa glikosida, vitamin C dan saponin.

e. Metode Ekstraksi

Cara Dingin :

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Metode maserasi digunakan untuk

menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin.

Prinsipnya yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari yang sesuai dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya.

Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti dengan cairan penyari yang

konsentrasinya rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Keuntungannya yaitu peralatannya sederhana, sedangkan kerugiannya yaitu waktu

yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan

lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras

seperti beonzoin, tiraks, dan lilin.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive extraction)

yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan

pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan atau

penampungan ekstrak).

Prinsipnya yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam bejana silinder yang bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk

tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di

atasnya dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang

berperan dalam perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,

difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler, dan daya geseran.

Keuntungannya yaitu tidak terjadi kejenuhan dan pengaliran meningkatkan difusi

(dengan dialiri cairan penyari sehingga zat terdorong untuk keluar dari sel), sedangkan

Page 6: Makalah Praktikum Fitokimia

kerugiannya yaitu cairan penyari lebih banyak dan resiko cemaran mikroba untuk penyari air

karena dilakukan secara terbuka.

Cara Panas :

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstraksi sempurna.

Prinsipnya yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel

dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,

uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan

penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang

berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan

sampai penyairan sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.

Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Keuntungannya yaitu digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel bertekstur

kasar, sedangkan kerugiannya yaitu butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah

manipulasi operator.

2. Soxhlet

Soxhlet adalah ektraksi yang menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan dengan

alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

Prinsipnya yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya,

sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin

balik.

Keuntungannya yaitu dapat digunakan untuk sampel bertekstur lunak dan tidak tahan

terhadap pemanasan secara langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, dan

pemanasannya dapat diatur, sedangkan kerugiannya yaitu karena pelarut didaur ulang,

ekstrak yang terkumpul pada wadah di bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat

menyebabkan reaksi penguraian oleh panas, jumlah total senyawa yang akan diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan

membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya, dan bila dilakukan

dalam skal besar mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang

terlalu tinggi.

Page 7: Makalah Praktikum Fitokimia

3. Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih

tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

Keuntungan dari pemanasan yaitu kekentalan pelarut berkurang sehingga dapat

mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan

meningkat, koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik

dengan kekentalan.

4. Infus

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air

pada suhu 900C selama 15 menit.

5. Dekok

Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air

pada waktu yang lebih lama + 30 menit dan temperatur sampai titik didih air.

3. Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat

kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda-beda

tergantung pada jenis tumbuhan.

Macam-macam proses fraksinasi :

a. Fraksinasi Kering (Winterization)

Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul

dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang

lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.

b. Fraksinasi Basah (Wet Fractination)

Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah

(wetting agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent process. Hasil fraksi

dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.

c. Fraksinasi dengan Menggunakan Pelarut (Solvent Fractination)

Suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan

adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi

lainnya karena menggunakan bahan pelarut.

d. Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)

Suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih dari suatu zat atau bahan

sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini

Page 8: Makalah Praktikum Fitokimia

membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya

lebih tinggi.

4. Isolasi Preparatif (KLT Preparatif)

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan

dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase yaitu fase diam (dapat berupa zat cair

atau zat padat) dan fase gerak (dapat berupa gas atau zat cair). Jika fase diam berupa zat padat

maka cara tersebut dikenal dengan kromatografi serapan, jika zat cair dikenal dengan

kromatografi partisi. Karena fase gerak dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat macam

sistem kromatografi.

a. Fase gerak zat cair – fase diam padat :

Kromatografi lapis tipis dan kromatogarfi penukar ion

b. Fase gerak gas – fase diam padat :

Kromatografi gas padat

c. Fase gerak zat cair – fase diam zat cair :

Kromatografi cair kinerja tinggi

d. Fase gerak gas – fase diam zat cair :

Kromatografi gas cair dan kromatogarfi kolom kapiler

Kromatografi yang akan dibahas lebih lanjut adalah kromatografi lapis tipis

preparatif. Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode pemisahan

dengan menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penjerap yang sering dipakai adalah

0,5-2 mm. Ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan

ukuran plat mengurangi jumlah bahan yang dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap

yang paling umum digunakan adalah silika gel.

Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan cuplikan dalam sedikit pelarut.

Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena pemisahan tergantung

pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan pipet tetapi lebih baik dengan penotol

otomatis. Pelarut yang baik untuk melarutkan cuplikan adalah pelarut yang atsiri.

Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan dengan bejana kaca yang dapat menampung

beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas

saring yang diletakkan berdiri di sekeliling permukaan bagian dalam bejana.

Kebanyakan penjerap KLT preparatif mengandung indikator fluoresensi yang

membantu mendeteksi letak pita yang terpisah pada senyawa yang menyerap sinar ultraviolet.

Page 9: Makalah Praktikum Fitokimia

Untuk mendeteksi senyawa yang menyerap sinar ultraviolet yaitu dengan cara menutup plat

dengan sepotong kaca lalu menyemprot kedua sisi dengan penyemprot.

Setelah pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak maka senyawa yang tidak

berwarna dengan penjerap dikerok dari plat kaca. Cara ini berguna untuk memisahkan

campuran beberapa sehingga diperoleh senyawa murni.

5. Uji Kemurnian Minyak Atsiri

Cara terbaik untuk menjamin kemurnian dan kualitas setiap batch minyak esensial

murni adalah dengan mengetahui sumber tumbuh dan destilasi, dan pengujian masing-masing

minyak esensial dengan teknologi modern canggih. Untuk memastikan kemurnian setiap

batch minyak esensial murni dibeli harus diperiksa dan memetakan.

GC atau MS tes standar emas untuk memeriksa dan memetakan kemurnian minyak

esensial. Rincian yang tepat dari phyto-komponen kimia dalam minyak esensial tunggal

murni yang diberikan oleh laporan-laporan ini penting untuk membedakan terapi minyak

esensial, tindakan, sifat, dan efek. Juga masalah keamanan apapun untuk minyak esensial

tertentu, terutama ditentukan oleh senyawa kimianya.

Kromatografi gas (GC) adalah metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa

kimia nabati yang mudah menguap dari minyak esensial ke dalam komponen individual dan

menghasilkan grafik linear yang merupakan minyak atsiri grafik profil kimia yang spesifik.

Spektrometri Massa (MS) mengidentifikasi setiap komponen kimia dan persentase

masing-masing fitokimia dalam minyak. Proses ini digunakan untuk mengidentifikasi apakah

ada pemalsuan minyak esensial. Tercemar minyak dan parfum atau minyak wangi sintetis

tidak akan merangsang efek terapeutik melalui proses reseptor alami tubuh dan mungkin

sebenarnya menyebabkan alergi, sakit kepala dan kepekaan kimia.

6. Isolasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga

minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap.

Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam

keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada

penyimpanan lama minyak atisiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus

disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan

di tempat kering dan sejuk.

Cara Isolasi Minyak Atsiri :

Page 10: Makalah Praktikum Fitokimia

6.1. Metode Penyulingan

a. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung

dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna,

tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya

kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan

langsung.

Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen

minyak hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.

b. Penyulingan dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada

prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak

diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau

uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.

c. Penyulingan dengan air dan uap

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau

saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaan tidak

jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah,

jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan

uap dan tidak dengan air panas.

6.2. Metode Pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan

berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi.

Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan

minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk

dapat diperoleh dengan cara ini.

6.3. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah

menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi minyak

atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak

atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga.

Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra klorida, dan

sebagainya.

6.4. Ekstraksi dengan Lemak Padat

Page 11: Makalah Praktikum Fitokimia

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan untuk

mendapatkan mutu dan rendemen minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.

Page 12: Makalah Praktikum Fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdfhttp://darknessthe.blogspot.com/2012/01/fitokim-fraksinasi.htmlhttp://lexalchemist604.blogspot.com/2012/12/skrining-fitokimia.htmlhttp://reviewpla.net/2426/standar-emas-untuk-kemurnian-minyak-atsirirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28697/4/Chapter%20II.pdfrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16902/4/Chapter%20II.pdfrgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/makalah-fito-ii.pdf