makalah poliomyelitis
DESCRIPTION
COYGTRANSCRIPT
Poliomyelitis pada Anak
Zebriyandi*
10-2010-102
Kelompok C5
22 Januari 2015
Pendahuluan
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada
semua kelompok umur, namun yang paling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3
tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit BAB, nyeri pada kaki,
tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusak jaringan saraf,
sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Penyakit polio pertama terjadi di Eropa
pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio
juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio
menjadi terus meningkat dan rata-rata orang yang menderita penyakit polio meninggal,
sehingga jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di
Amerika Serikat sekitar tahun 1992, dengan penderita 20.000 orang yang terkena penyakit
ini.1
*Mahasiswa semester 4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi :Zebriyandi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacanajl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510No. telp 021 05694 Email: [email protected]
Anamnesis
1
1. RIWAYAT PEKERJAAN
Keluhan utama (poliomielitis)
Pertama kali dirasakan/ pernah sebelumnya
Mendadak, terus-menerus, perlahan-lahan, hilang timbul, sesaat
Di bagian tubuh mana atau Keluhan lokal: lokasi, menetap, pindah-pindah, menyebar
Pengobatan sebelumnya dan hasilnya (macam obat dll)
Riwayat imunisasi (lengkap atau tidak).
2. RIWAYAT PEKERJAAN
Hobi/kebiasaan
3. RIWAYAT ALERGI
Apakah ada alergi makanan
Apakah pasien ada alergi obat
4. RIWAYAT KELUARGA
Apakah ada anggota keluarga mengalami keluhan yang sama
Apakah ada tetangga mengalami keluhan yang sama
5. RIWAYAT PENYAKIT
Apakah penyakit dahulu yang mungkin berulang
Penyakit lain yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital di nilai pada infeksi virus polio. Gejala dapat bervariasi dari infeksi yang
tidak jelas sampai paralisis.
Pemeriksaan neurologis
Kelemahan otot
Otot-otot tubuh terserang paling akhir
Sensorik biasanya normal
Reflek tendon dalam biasanya mulai terlihat 3-5 minggu setelah paralisis, dan menjadi
lengkap dalam waktu 12-15 minggu serta bersifat permanen.
Gangguan fungsi otonom sesaat, biasanya ditandai denganretensi urin.
Tanda-tanda rangsang mingineal
Gangguan saraf kranial (poliomielitis bulbar). Dapat mengenai saraf kranial IX dan X
atau III. Bila mengenai retikularis di batang otak maka terdapat ganguan bernafas,
menelan, dan sestem kardiovaskuler.
Pemeriksaan Penunjang
2
1. Pemeriksaan darah biasanya dalam batas normal. Laju endap darah meningkatkan
sedikit, lekopenia/lekositosis ringan terjadi pada stadium dini.Cairan serebrospinalis.
2. Biasanya tekanan serebrospinalis nermal, cairan liquor jernih; pleositosis antara 15-
500 sel/mm3, dengan sel limposit yang predominan tetapi pada stadium awal sel
PMN lebih dominan. Kadar protein normal pada minggu ke-1, meningkat pada
minggu ke-2 dan ke-3. Kadar glukosa dan klorida dalam batas normal.
3. Isolasi virus polio
• Dapat diperoleh dari asupan tenggorak satu minggu sebelum dan sesudah paralisis
• Dari tinja pada minggu 2-6 minggu bahkan sampai 12 minggu setelah gejala klinis.
4. Pemeriksaan imunoglobulin mempunyai nilai diagnostik, bila terjadi kenaikan titer
antibodi 4x dari imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM) yang positip.
Diagnosis
Poliomyelitis
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada
semua kelompok umur, namun yang paling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3
tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit BAB, nyeri pada kaki,
tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusak jaringan saraf,
sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen
Jenis-jenis Poliomyelitis
1. Poliomielitis asimtomatis
setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif
timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala
berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,muntah, nyer i kepala ,
nyer i tenggorokan, konst ipas i dan nyer i abdomen .
3. Poliomielitis non paralitik
gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala,
nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul1-2 har i kadang-kadang di ikut i
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk
kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batangotak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.
3
4. Pol iomiel i t i s para l i t ik
geja la sama pada pol iomyel i t i s non para l i t ik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi
ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen,
tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
2. Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa
gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
3. Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk
bulbar.kadang ensepalitikdapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan
kadang kejang.
Epidemilogi
Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika
Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan
bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata orang
yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat
penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat sekitar tahun 1992, dengan
penderita 20.000 orang yang terkena penyakit ini.1
Etiologi
Penyakit polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus
dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran (feses) atau sekret
tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan
infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda
yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut.
Virus polio masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak
ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan
dikeluarkan melalui tinja selama beberapa minggu kemudian.3
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
- Tipe I (Brunhilde)
- Tipe II (Lansing) dan
- Tipe III (Leoninya)
4
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-
kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic ringan. Di
Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak
menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan saluran
pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah bening.
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum mendapatkan imunisasi
b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat muda dan usia lanjut
d) Stres atau kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh).
Patogenesis
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam tenggorokkan
dan saluran pencernaan,diserap dan di sebarkan melalui sistem pembuluh darah dan getah
bening.virus ini dapat memasuki aliran darah dan dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis)
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunanan syaraf tertentu.tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi
penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.Daerah yang biasanya
terkena poliomyelitis ialah:medula spinalis terutama kornu anterior,batang otak pada nucleus
vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat
vital,sereblum terutama inti-inti vermis,otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu
substansi nigra dan kadang-kadang nucleus rubra.
Manifestasi Klinis
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a) Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b) Poliomyelitis abortif
5
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan gejala
ini berlangsung beberapa hari.
c) Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul beberapa hari
kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam
fase kedua dengan demam,nyeri otot.khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku
otot belakang leher,tulang tubuh dan anggota gerak. Dan gejala ini berlangsung dari 2-
10 hari.
d) Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa gejala abortif
diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian disusun dengan
timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi
pada ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis
anterior,peronius.sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal,dapat mengenai otot leher,toraks abdomen,diafragma,dan ekstremitasan
2. Bentuk bulbar,dapat mengenai satu atau lebih saraf cranial,gangguan pusat pernafasan,
termoregulator,dan sirkulasi
a) Saraf otak yang terkena :
1) Bagian atas (N.III – N.VII) dan biasanya dapat sembuh.
2) Bagian bawah (N.IX – N.XIII ) : pasase ludah di faring terganggu sehingga
terjadi pengumpulan air liur,mucus dan dapat menyebabkan penyumbatan
saluran nafas sehingga penderita memerlukan ventilator.
b) Gangguan pusat pernafasan dimana irama nafas menjadi tak teratur bahkan dapat
terjadi gagal nafas.
c) Gangguan sirkulasi dapat berupa hipertensi,kegagalan sirkulasi perifer
atau hipotensi
d) Gangguan termoregulator yang kadang-kadang terjadi hiperpireksia.
3. Bentuk bulbospinal yang merupakan gejala campuran antara bentukspinal dan bentuk
bulbur.dan gejalanya berupa : kadang ensepalitik,di sertai dengan delirium,kesadaran
menurun,tremor dan kejang.
Penatalaksanaan
6
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Diberikan obat simtomatis dan suportif. Istirahat
total jangan dilakukan terlalu lama, apabila keadaan berat sudah reda. Istirahat sangat penting
di fase akut, karena terdapat hubungan antara banyaknya keaktifan tubuh dengan berat nya
penyakit.
Poliomielitis Abortif
1. Cukup diberikan analgetika dan sedatifa, untuk mengurangi mialgia atau nyeri kepala,
2. Diet yang adekuat dan
3. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya aktivitas yang berlebihan
dicegah selama 2 bulan, dan 2 bulan kemudian diperiksa sistem neuroskeletal secara
teliti untuk mengetahui adanya kelainan.
Poliomielitis nonparalitik
1. Sama seperti tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif.
2. Selain diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan bersamaan dengan
kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam, dan kadang – kadang mandi air
panas juga membantu
Poliomielitis Paralitik
a. Membutuhkan perawatan di rumah sakit.
b. Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut dilampaui
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Perubahan posisi penderita dilakukan dengan penyangga persendian tanpa menyentuh
otot dan hindari gerakan menekuk punggung.
e. Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan latihan pasif
dengan maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.
f. Akupunktur dilakukan sedini mungkin
g. Interferon diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya paralitik progresif.
Poliomielitis bentuk bulbar
a. Perawatan khusus terhadap paralisis palatum, seperti pemberian makanan dalam
bentuk padat atau semisolid
b. Selama fase akut dan berat, dilakukan drainase postural dengan posisi kaki lebih
tinggi (20°- 25°),Muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya aspirasi,
pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan hati – hati, kalau perlu trakeostomi.
Pencegahan
7
1. Jangan masuk ke daerah wabah
2. Di daerah wabah sebaiknya dihindari faktor – faktor predisposisi seperti tonsilektomi,
suntik, dan lain – lain.
3. Mengurangi aktifitas jasmani yang berlebihan
4. Imunisasi aktif
Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai rekomendasi WHO adalah sejak lahir
sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian, diulang usia 1,5 tahun, dan 15
tahun. Upaya ketiga adalah survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita
yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya
untuk memastikan karena polio atau bukan.Tindakan lain adalah melakukan mopping-up.
Yakni, pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak
usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.
Imunisasi Aktif
Terdapat 2 macam Vaksin yang digunakan dalam mencegah penyakit poliomielitis
1. Inactivated Virus Vaccine ( Salk )
Diberikan secara suntikan
2. Live Attenuated Virus Vaccine ( Sabin )
Diberikan secara oral
Inactivated Virus Vaccine ( IPV )
Merupakan vaksin Polio pertama yang dipasarkan sekitar tahun 1950-an. Pada
mulanya dibuat bentuk nonen hanced IPV dengan imunogenisitas kurang pada mukosa usus
dan harus diberikan dengan cara parenteral, namun akhir – akhir ini dibuat bentuk Enhanced
IPV dan terbukti bahwa bentuk ini tingkat imunogenisitasnya sama dengan vaksin polio oral
(OPV). Vaksinasi dasar dimulai pada usia 2 – 3 bulan, diberikan 3 kali dengan interval 4 – 6
minggu diberikan pada umur pra-sekolah. Suntikan ulangan diberikan pada umur
prasekolah.
Keuntungan
1. Dengan dosis yang cukup, dapat memberikan imunitas humoral yang baik.
2. Keuntungan IPV terbuat dari virus inaktif, sehingga tidak ada hubungannya dengan
terjadinya Poliomielitis akibat pemakaian vaksin ( Vaccine associated poliomyelitis )
3. Dapat diberikan kepda anak – anak yang sedang mendapatkan kortikosteroid atau
kelainan imunitas.
4. Sangat berfaedah di daerah tropis karena faksin mengandung virus hidp/lemah mudah
rusak
8
Live attenuated poliovirus vaccine
OPV telah digunakan sejak 1960-an, jenis vaksin ini banyak digunakan sehingga
banyak membantu menurunkan prevalensi penyakit polio diseluruh dunia. OPV ini telah
digunakan di Indonesia dalam program imunisasi.
Keuntungan Vaksin Sabin yaitu :
a) Lebih efektif dari vaksin Salk
b) Memberikan imunitas likal dan humoral pada dinding usus
c) Mudah diberikan dan harganya murah
d) Imunitas bertahan cukup lama ( 8 tahun )
e) Timbul zat anti sangat cepat
f) Dapat dipakai di lapangan dan tidak perlu npersyaratan suhu beku
g) Waktu epidemi pembentukan zat anti tidak saja cepat cepat tetapi juga merangsang
usus dan mencegah penyebaran virus
h) Dapat dibuat dalam sel manusia dan tidak bergantung pada binatang.
Kerugian
1. Sangat mungkin berhubungan dengan timbulnya Vaccine associated paralytic
poliomyelitis ( VAPP ), karena walaupun virus ini dalam bentuk dilemahkan, sewaktu –
waktu dapat menjadi neurotropik sehingga menimbulkan penyakit ini seperti pada virus
tipe ringan.
2. Diperlukan cold chain yang baik untuk menyimpan vaksin ini ;
3. Adanya kontreindikasi bagi penderita dengan defisiensi imun dan penderita yang sedang
diberi kortikosteroid/imunosupresif.
Imunisasi dasar diberikan ketika anak berusia 2 bulan, diberikan sebanyak 2 – 3 kali
dengan interval 4 – 6 minggu, booster diberikan pada usia 1,5 tahun dan menjelang usia 5
tahun dan 10 tahun.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari Poliomyelitis diantaranya :
1. Hiperkalsuria
Yaitu terjadinya dekalsifikasi (kehilangan zat kapur dari tulang atau gigi) akibat
penderita tidak dapat bergerak.
2. Melena
Yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan tinja yang berwarna hitam ataupun muntah
yang berwarna kehitaman karena darah dari saluran cerna yang menjadi hitam
9
dibawah pengaruh asam klorida lambung dan akibat terjadinya emosi pada permukaan
lambung dapat tunggal atau multiple.
3. Pelebaran lambung akut
Keadaan ini terjadi pada masa akut atau konvalesen (dalam keadaan pemulihan
kesehatan/stadium menuju ke kesembuhan setelah serangan penyakit/masa
penyembuhan) disebabkan gangguan pernafasan.
4. Hipertensi ringan
Keadaan ini terjadi selama fase akibat gangguan pusat vasoregulator
5. Pneumonia
Disebabkan oleh terganggunya refleks batuk dan menurunnya gerakan pernafasan.
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Dapat terjadi akibat tirah baring yang lama ditempat tidur, sehingga terjadi
pembusukan pada daerah yang tidak ada pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi
kematian sel dan jaringan.
8. Psikosis
Prognosis
Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan
bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan
terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan
gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat
gangguan pernafasan).
Pada bentuk paralitik bergantung pada bagian mana yang terkena. Bentuk spinal
dengan paralisis pernafasan dapat ditolong dengan bantuan pernafasan mekanik. Tipe
bulber prognosisnya buruk, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernafasan
atau infeksi sekunder pada jalan nafas. Otot-otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali
menunjukkan paralisis tipe flasiddengan atonia (tidak ada kontraksi otot), arefleksi (tidak
adanya refleks), dan degenerasi (kemunduran fungsi sel).
Daftar Pustaka
10
1. N. Z, Miller. 2004. The polio vaccine: a critical assesment of its arcane history, efficacy,
and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global Vaccine Institute.
2. L. Heymann, David, R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland: Geneva 1211.
3. M. D, Paul E. Peach. 2004. Poliomyelitis. Warm Springs: GA 31830.
4. Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. USA: Mc
Graw-Hill Companies, Inc.
5. http://www.totalkesehatananda.com/polio3.html . Diakses tanggal 20 Januari 2015.
6. http://himapid.blogspot.com/2008/11/polio-masalahnya-dan-cara-pencegahannya.html .
Diakses 20 Januari 2015.
11