makalah pll 2

17
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas 2, yang berisi: 1. Pencemaran Limbah Radioaktif 2. Sumber-sumber limbah radioaktif 3. Parameter radioaktif dan sampling 4. Dampak pencemaran limbah radioaktif 5. Permasalahan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orangtua kami yang telah memberikan dukungan berupa doa 2. Bapak Muhammad Lutfi, selaku dosen pembimbing. Kami menyadari penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan yang bersifat konstruktif baik berupa kritik maupun saran yang dapat menyempurnakan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Wassalamualaikum Wr. Wb Balikpapan, 28 Mei 2013 Penyusun

Upload: justin-dancess

Post on 22-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. WbPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas 2, yang berisi:1. Pencemaran Limbah Radioaktif2. Sumber-sumber limbah radioaktif3. Parameter radioaktif dan sampling4. Dampak pencemaran limbah radioaktif5. Permasalahan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga NuklirTak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:1. Orangtua kami yang telah memberikan dukungan berupa doa2. Bapak Muhammad Lutfi, selaku dosen pembimbing.Kami menyadari penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan yang bersifat konstruktif baik berupa kritik maupun saran yang dapat menyempurnakan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Wassalamualaikum Wr. Wb

Balikpapan, 28 Mei 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN11.1. Latar Belakang11.2. Ruang Lingkup 31.3. Tujuan31.4. Sasaran 3

BAB II PARAMETER PENCEMAR UDARA 42.1. Sulfur Dioksida 42.2. Carbon Monoksida 72.3. Nitrogen Dioksida 10KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangAkhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3(bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak yang luas dari Limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang, dan kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi, namun seperti kata pepatah Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati, hal tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya. Secara garis besar, hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita, bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya, khususnya pada masalah limbah. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut. Dan yang menjadi permasalahannya sekarang adalah bagaimana cara mengatasi ataupun menanggulangi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut merupakan sesuatu yang sebenarnya harus menjadi perhatian khusus untuk pemerintah, dan bahkan menjadi salah satu hal yang juga patut menjadi perhatian kita bersama. Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut. Untuk itu pengenalan secara umum mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut sangatlah penting, baik dari segi penanggulangannya pada suatu tempat secara luas ataupun secara khusus, mengetahui klasifikasi didalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut, mengidentifikasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut, serat hal-hal lain yang menjadi pendukung dalam mengenal limbah B3 tersebut.

1.2. Rumusan Masalaha. Apa itu Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) ?b. Apa itu limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) khususnya Limbah Radioaktif?c. Darimana saja Limbah radioaktif tersebut bersumber?d. Apa dampak dan kegunaan dari radioaktif ?e. Apa saja parameter limbah radioaktif dan samplingnya?f. Apa permasalahan yang ditimbulkan dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir?

1.3. Tujuan PenulisanMakalah ini berisi tentang pengenalan limbah B3, baik secara umum ataupun pembahasannya secara khusus dalam suatu pokok materi (dalam hal ini yang dibahas secara khusus adalah Radioaktif), dan juga bagaimana cara-cara dalam pengelolaan Limbah B3 tersebut, dan dalam pembuatan makalah ini memiliki tujuan antara lain:a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang apa itu Limbah, serta apa itu limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). b. Mengetahui Bagaimana dampak dari limbah Bahan Beracun dan Berbahaya(B3) tersebut dapat terjadi.c. Mengetahui apa itu limbah bahan Berbahaya dan Beracun(B3), khususnya mengenai limbah B3 dalam pembahasannya secara khusus mengenai zat Radioaktif.d. Mengetahui dari mana saja Limbah radioaktif tersebut bersumber.e. Mengetahui dampak pencemaran limbah radioaktif.f. Mengetahui parameter radioaktif dan sampling.g. Mengetahui permasalahan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2.2. Pengertian Limbah RadioaktifLimbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahanmakanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akanmengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

2.3. Sumber Limbah RadioaktifPemanfaatan teknolgi nuklir ini dapat menimbulkan limbah yang banyak dikenal sebagai limbah radioaktif. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif yang tidak terpakai dan bahan bekas serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena operasi nuklir dan tidak dapat digunakan lagi. Hal ini merupakan kendala untuk peengembangan lebih lanjut, sehingga diperlukan pemecahan dengan menggunakan suatu metode analisis yang tepat yaitu Cost Benefit Analysis. Sumber radioaktif itu sendiri berasal dari:a. Alam.Lingkungan kita sendiri sebenarnya telah mendapat radioaktif alam seperti dari tanah, sinar cosmic (75 100 mrem/th) sebagai akibat dari peluruhan Uranium dan Thorium.b. Industri-industri yang memanfaatkan nuklir.c. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

2.4. Dampak dan Kegunaan RadioaktifPengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR merupakan karsinogen tulang dan 131J. Tak bisa dipungkiri, radioaktif yang dimanfaatkan diberbagai industri termasuk di dunia kedokteran, memiliki kegunaan yang luar biasa efektif dan efisien. Namun kita pun tak bisa menutup mata, dibalik berbagai keuntungan positif penggunaan radioaktif, kecelakaan pun kerap mengintai orang-orang yang berurusan dengan zat itu. Misalnya, berbagai keluhan dan penyakit tertentu, hingga terjadinya kematian.Menurut Arifin S Kurtiono, Sekretaris Umum Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir-dulu lebih dikenal dengan nama BATAN, dalam dunia kedokteran zat radioaktif dimanfaatkan untuk therapy, misalnya Tele-therapy dan Brachy-therapy, serta Kedokteran Nuklir.Pengertian Zat Radioaktif sendiri menurut UU No. 10/1997 tentang ketenaganukliran, adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar dari 70kBq/Kg. Sedangkan Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi.Kecelakaan akibat radiasi bisa terjadi karena sumber radiasi (zat radioaktif ataupun limbah radioaktif) yang digunakan industri maupun rumah sakit itu, hilang, dicuri, ataupun lepas dari pengelolaan atau pengawasan yang semestinya.Hampir di seluruh dunia yang melakukan kegiatan pemanfaatan radiasi, pernah mengalami kecelakaan yang disebabkan zat ataupun limbah radioaktif. Informasi dari Bapeten menyebutkan, kecelakaan radiasi terjadi pada fasilitas konversi JCO (anak perusahaan Sumitomo Metal Mining Co) Jepang, tepatnya di kota Tokaimura pada 30 September 1999. Korban radiasi tercatat 62 orang karyawan JCO, 7 orang penduduk sekitar, dan menewaskan satu orang. Di Brazil, tahun 1985 perangkat Tele-therapy yang terbengkalai karena reruntuhan rumah sakit menyebabkan 4 korban jiwa dalam bulan pertama. Sekitar 112 ribu orang harus dimonitor (249 orang diantaranya telah terkontaminasi),tanah (setara 275 gerbong kereta) dan puingnya 3500 m harus dipindahkan statusnya menjadi limbah radioaktif yang berbahaya. Beberapa kecelakaan akibat radioaktif juga terjadi di San Salvador, El Savador (1989), Soreq, Israel (1990), Hanoi, Vietnam (1992), dan di San Jose, Costarica (1996). Di Indonesia sendiri, kecelakaan radiasi terjadi pada bulan Januari 1998 di salah satu rumah sakit, yang menewaskan satu orang. Rumah sakit memang salah satu pengguna cukup besar dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Data dari Bapeten menunjukkan sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia memanfaatkan radiasi untuk radiodiagnosis (pemeriksaan) dan radioterapi (pengobatan). Beberapa bahan radioaktif yang banyak digunakan rumah-rumah sakit tersebut, adalah Co (Cobalt 60), Ra-226, Cs-137, Ir-192, I-125, SR-90, Am-241, I-153, dan lainnya. Menurut Kepala Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2LPR) BATAN Serpong Drs Gunanjar MSc, dari 24 rumah sakit yang memiliki bahan radioaktif, baru sekitar 7 rumah sakit yang limbahnya disimpan di tempatnya. Beberapa rumah sakit masih menyimpan limbah radioaktifnya di tempat penyimpanan sementara di rumah sakit. Meski penyimpanan sementara ini tergolong cukup aman karena mendapatkan perizinan dan pengawasan ketat dari Bapeten, akan lebih baik jika limbah radioaktif itu disimpan ditempat semestinya yang aman dan terkelola dengan baik.Meski manfaatnya sangat luas, tak dipungkiri, tenaga nuklir juga memiliki potensi bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan maupun keselamatan manusia. Penyakit-penyakit yang timbul akibat radiasi, misalnya kanker, leukimia, rusaknya jaringan otak, serta kerugian fisik lainnya. International Atomic Energy Agency (IAEA) dan World Health Organization (WHO), memberikan informasi menarik tentang luka yang akan timbul akibat terkena radiasi. Disebutkan, luka radiasi tidak memiliki tanda dan gejala yang khusus sehingga sangatlah penting bagi masyarakat atau dokter, terutama dokter umum untuk mengetahui efek dari kecelakaan radiasi.Dijelaskan IAEA dan WHO, bahwa pancaran radiasi dapat berupa eksternal ke tubuh, yakni pancarannya ke seluruh tubuh atau terbatas untuk bagian besar atau bagian kecil di anggota tubuh. Bisa juga berupa internal karena kontaminasi dengan material radioaktif, jika termakan, terminum, terhirup, atau menempel di dalam luka. Pancaran itu sendiri dapat bersifat akut, berlarut-larut atau kecil, tergantung pada dosis radiasinya. Jenis pancaran radiasi yang mungkin timbul dari sebuah kecelakaan, ada tiga macam.Pertama, Pancaran Seluruh Tubuh akibat penetrasi sumber radiasi yang termasuk fase prodromal awal dengan gejala, seperti mual, pusing, kemungkinan demam, dan mencret serta diikuti oleh sebuah periode laten dengan panjang beragam. Kemudian diikuti dengan periode kesakitan (illness) yang dikarakteristikkan oleh infeksi, pendarahan, dan gejala gastrointestinal. Kedua, Pancaran Lokal. Pancaran ini tergantung seberapa besar dosis yang diterima dan biasanya memberikan tanda dan gejala pada area yang terkena pancaran berupa erythema, oedema, desquamation kering dan basah, blistering, pain, pembusukan, gangrene, atau kerontokan rambut. Luka-luka kulit lokal bertambah secara perlahan seiring waktu, lazimnya minggu atau bulan, dan jika dibiarkan akan menjadi sangat sakit. Metode pengobatannya pun bukan metode yang biasa.Ketiga, Pancaran Tubuh Sebagian. Di sini jenis dan efeknya tergantung pada dosis dan volume bagian tubuh yang mengalami pancaran radiasi. Biasanya tak ada gejala awal jika mengalami kontaminasi internal kecuali dosisnya sangat tinggi atau berlebihan. Untuk pancaran radiasi ini sangat jarang terjadi.

2.5. Parameter Radioaktif dan SamplingnyaDengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramater-parameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :a. Parameter kimiaParameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat.b. Parameter biokimiaParameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm. c. Parameter fisikParameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.

d. Parameter biologiParameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.Gejala keradioaktifan (radioaktifitas) pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Henry Becquerel pada suatu garam uranium. Selanjutnya Pierre & Marry currie menemukan zat-zat radioaktif lainnya yaitu polonium dan radium. Zat-zat radioaktif adalah suatu zat yang aktif memancarkan radiasi baik berupa partikel maupun berupa gekombang elektromagnetik.

2.6. Permasalahan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga NuklirPembangunan PLTN di Indonesia telah berubah tidak hanya menjadi masalah energy tapi juga menjadi masalah social. Hal ini di akibatkan adanya ketidak percayaan dari masyarakat kepada pemerintah mengenai keamanan PLTN. Menyadari besarnya resiko yang menyertai pembangunan PLTN tersebut ,perdebatan public perlu di galakan terus sampai di temukan suatu titik konvergensi berupa sebuah pemilihan kebutuhan politik bersama . Perdebatan politik itu sendiri merupakan proses yang perlu di tempuh .argumentasi pro dan kontra perlu saling diadu. Pandangan pandangan berupa corak optimisme perlu di temukan dengan pandangan-pandangan bercorak skeptesisme atau pesismisme.perdebatan public itu sendiri pada dewasa ini semakin di dasari sebagai proses konstruktif bagi hadirnya apa yang di sebut knowledge societies(P.Winaryo P.,SJ).Apa yang di maksud dengan konvergensi disini ? Dalam kamus Wikipedia dikatakan bahwa konvergensi menunjuk kepada proses suatu titik temu suatu pandangan umum atau suatu keseimbangan yang bersifat pasti.pertanyaannya adalah adakah titik temu ,pandangan umum,atau kondisi seimbang yang bersifat pasti terkait dengan isu Pembangunan PLTN di Indonesia yang bisa didekati bersama sama? menurut penulis pandangan umum atau kondisi seimbang itu pasti ada,hanya saja masalahnya adalah bagai mana cara kita mendekati.salah satu cara yang bisa di gunakan adalah sosialisasi secara benar dan lengkap kepada masyarakat mengenai isu tersebut kepada masyarakat agar masya rakat dapat mengetahui dengan pasti resiko ,manfaat nuklir secara lengkap.di samping itu masyarakat harus keluar dari paradigma mereka dan mencoba tanpa memandang sebelah mata sosialisasi badan kenukliran dalam hal ini pemerintah dan BATAN,karena penulis sering melihat adanya demo anti nuklir sebelum acara sosialisai dimulai.mana bisa mengerti kalau belum sosialisasi di demo dulu?masyarakat harusnya tidak mudah terprovokasi mengenai hal tersebut.di samping supaya Indonesia tidak tertinggal denagn bangsa lain .PLTN tersebut juga sebagaimana kita ketahui juga merupakan solusi dari krisis energy.krisis energy adalah semakin menipisnya jumlah cadangan energy sehingga harus menggunakan energy alternative salah satunya nuklir.Seperti telah disampaikan diatas PLTN merupakan salah satu bentuk sumber penghasil tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar nuklir sebagai pemanas air, dimana air tersebut akan dijadikan uap yang nantinya digunakan sebagai pendorong turbin. Jika dihitung secara matematis, tingkat efisiensi biaya pengoprasian dari PLTN itu sendiri merupakan yang paling murah jika dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik yang lain.Namun selain itu jika dilihat dari sisi lain, PLTN dapat diibaratkan tombak bermata dua, Sisi yang didepan mampu untuk menyelesaikan masalah, namun sisi yang lain dapat membunuh sang pemilik tombak tersebut. Masyarakat banyak yang berpendapat bahwa nuklir merupakan sesuatu yang berbahaya, dan itu memang benar apa adanya. Bahan bakar nuklir dapat mengeluarkan radiasi yang dapat mengionisasi tubuh manusia, tentu saja efek ionisasi tersebut dapat menimbulkan suatu masalah bagi keberadaan manusia itu sendiri. Contohnya seperti kangker, disfungsi organ, perubahan DNA, dan lain sebagainya.Oleh karena itu, PLTN yang baik adalah PLTN yang mampu meminimalisasikan efek-efek negatif dari bahaya nuklir itu sendiri. Di dalam PLTN yang baik terdapat sistem pengamanan berlapis-lapis yang dapat digunakan untuk menghindari adanya kebocoran radiasi nuklir ke area luar dari PLTN. Jika pengaman yang pertama gagal, maka masi ada pengaman berikutnya, jika yang berikutnya gagal, masi ada pengaman selanjutnya.Rencana pembuatan PLTN di Indonesia berlangsung penuh kontroversi. Ada yang pro-nuklir ataupun kontra-nuklir. Atau mungkin netral, bahkan ada juga yang bersifat acuh. Adanya ketakutan-ketakutan terhadap nuklir harusnya menjadi alasan untuk memperbaiki diri. Adanya pendukung pro nuklir harusnya menjadi motivasi untuk tetap optimis melangkah ke depan. Dan jika masih ada yang bersifat netral ataupun acuh, hal tersebut mengindikasikan perlunya pendekatan sosialisasi.Sebagai masyarakat Indonesia. Kita tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat korupsi tinggi. Indonesia kaya akan SDA . Walaupun masih banyak masyarakat yang putus sekolah, namun ada juga orang-orang cerdas seperti BJ Habibie ataupun juga pemenang olimpiade-olimpiade sains tingkat internasional.Namun mencuri bukan karena ada niat, tapi karena ada kesempatan. Kesempatan untuk melakukan korupsi di negeri ini sangat tebuka lebar. Niat awal ingin memperbaiki sistem, tapi apa daya setelah masuk ke sistem tersebut malah terjerumus ke jalan yang salah. Apa jadinya jika PLTN diurus oleh orang-orang seperti itu? Akan banyak nyawa menjadi taruhan. Masyarakat Indonesia adalah manusia, dan manusia bukan makhluk yang sempurna. Begitu pula dengan bangunan ciptaan manusia.Untuk sekarang ini, kualitas hard skill SDM Indonesia cukup memadai. Namun ditinjau dari sisi soft skill masih banyak SDM yang kurang dapat dipercaya. Ruang penyimpanan limbah radio aktif yang seharusnya sangatlah kuat. Hanya karena ulah koruptor, ruang tersebut bisa saja menjadi sangat rapuh sehingga nyawa manusialah yang akan menjadi taruhannya.Pengembangan energi nuklir bukan lagi menjadi wacana namun sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional, energi nuklir masuk ke dalam kelompok energi yang dapat dikembangkan. Selanjutnya dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, energi nuklir masuk ke dalam jenis energi alternatif yang akan digunakan untuk pembangkit tenaga listrik (PLTN). Langkah pemerintah juga semakin mantap dengan memasukkan energi nuklir sebagai salah satu komponen di dalam Agenda Riset Nasional (ARN) 2005-2009.Perlu diakui bahwa dalam hal implementasi program ataupun kebijakan energi nuklir Indonesia relatif lambat dan tertinggal dibandingkan negara lain seperti Cina, India dan Brasil. Hal ini tentu tidak telepas dari tingginya tingkat resistensi masyarakat setelah belajar dari berbagai tragedi nuklir katakanlah peristiwa Chernobyl di tahun 1986. Dalam konteks sumber pasokan energi primer di dunia, di tahun 2004 energi nuklir berada dalam posisi keempat dengan porsi sekitar 6,5% yaitu setelah minyak bumi, batu bara, dan gas. Di Indonesia hingga saat ini, pemanfaatan energi nuklir masih dilakukan secara terbatas untuk keperluan penelitian yang dalam tingkatan aplikasi banyak gunakan untuk keperluan kedokteran, industri dan pertanian.

BAB IIIPENUTUP

3. 1 KesimpulanLimbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.memiliki kegunaan yang luar biasa efektif dan efisien. Namun kita pun tak bisa menutup mata, dibalik berbagai keuntungan positif penggunaan radioaktif, kecelakaan pun kerap mengintai orang-orang yang berurusan dengan zat itu. Misalnya, berbagai keluhan dan penyakit tertentu, hingga terjadinya kematian.pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya.