makalah pleno blok 14 _ dislokasi sendi glenohumeral

22
Dislokasi Anterior Sendi Glenohumeral Akibat Cedera Regina Caecilia Setiawan 102012280 Alfia Lania Sinta Hosio 102011094 Rendy Franiko 102012041 Vita Paramitha Teken 102012107 Gerry Renando 102012163 Natashya Risa Pramana 102012370 Yudha Ramdhani Anugrah 102012393 Mohd Zaid Bin Ahmad Zalizan 102012499 Putri Primastuti Handayani 102013477 Kelompok B1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat Alamat Korespondensi : Jalan Terusan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11470 Abstrak Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini disebabkan karena luasnya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta longgarnya ligament. Dislokasi sendi bahu anterior sering disebabkan oleh gerak berlebihan terutama saat 1

Upload: beatrix-flora-siregar

Post on 26-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

blok 14

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

Dislokasi Anterior Sendi Glenohumeral Akibat Cedera

Regina Caecilia Setiawan 102012280

Alfia Lania Sinta Hosio 102011094

Rendy Franiko 102012041

Vita Paramitha Teken 102012107

Gerry Renando 102012163

Natashya Risa Pramana 102012370

Yudha Ramdhani Anugrah 102012393

Mohd Zaid Bin Ahmad Zalizan 102012499

Putri Primastuti Handayani 102013477

Kelompok B1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat

Alamat Korespondensi : Jalan Terusan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11470

Abstrak

Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya kepala

sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila

seluruhnya disebut dislokasi. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling

sering berdislokasi.Ini disebabkan karena luasnya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi

glenoid yang dangkal serta longgarnya ligament. Dislokasi sendi bahu anterior sering

disebabkan oleh gerak berlebihan terutama saat berolahraga ataupun trauma lansung. Faktor-

faktor yang dapat menyebabkan kejadian berulang diantaranya tidak sempurnanya relaksasi

ligament kapsular sendi, kelemahan otot-otot sekitar dan kelainan congenital ataupun bawaan

dari kaput humeri atau fossa glenoidalis

Pendahuluan

Fungsi anggota badan (Ekstremitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan dan

tangan adalah bagian yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Agar lengan dan

tangan tersebut dapat berfungsi dengan baik, selain otot-otot dan persyarafannya harus baik,

maka persendian harus dapat berfungsi secara baik pula. Gerakan – gerakan yang terjadi di

gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat. Adanya

gangguan pada persendian dapat mengakibatkan terganggunya fungsi anggota badan bagian

1

Page 2: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

atas tersebut, sehingga mengakibatkan terhalangnya sebagian kegiatan kita sehari-hari. Salah

satu sendi pada anggota badan bagian atas yang sering mengalami gangguan adalah sendi

bahu ( glenohumeral joint).1

Dislokasi sendi bahu merupakan salah satu gangguan pada sendi di ekstremitas atas

yang masih sering kita temukan. Dislokasi itu sendiri adalah terlepasnya sebuah sendi dari

tempat  yang seharusnya. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser

atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya.1

Dislokasi sendi bahu dapat menyebabkan kerusakan saraf, dengan manifestasi klinis

bervariasi dari nyeri pada daerah lengan. Diagnosis dapat ditegakkan oleh tenaga medis

dengan anamnesis yang cermat dengan dibantu beberapa pemeriksaan penunjang. Umumnya

deformitas dapat dilihat berupa perubahan posisi anggota gerak dan perubahan kontur

persendian yang bersangkutan. Pada pemeriksaan tidak ada gejala dan tanda patah tulang,

sedangkan gerakan di dalam sendi yang terdislokasi terbatas sekali. Beberapa metode dapat

dilakukan untuk mereduksi kembali dislokasi yang terjadi dengan atau tanpa pembiusan.1

Anamnesis

Dalam kasus ini, anamnesis yang dilakukan adalah autoanamnesis yang merupakan

anamnesis yang diambil langsung dari pasien yang memiliki keluhan. Persoalan yang

ditanyakan pertama adalah keluhan utama pasien. Beberapa pertanyaan yang bias diajukan

antara lain :

Dimana lokasi nyerinya ? setempat / meluas / menjalar ?

Apa penyebabnya? Bagaimana kejadiannya?

Bagaimana posisi saat terjatuh?

Sejak kapan dan apakah sudah pernah mendapat pertolongan?

Bagaimana sifat nyeri nya ? Apa sampai tidak bisa digerakkan?

Intensitasnya ; terus – menerus / hanya waktu bergerak / waktu istirahat, dst ?

Apakah keluhan ini untuk pertama kali ?

Kemudian tanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai

pembanding. Ditanyakan juga riwayat penyakit dahulu, apakah pasien pernah menderita hal

semacam ini sebelumnya.. Dari hasil anamnesa yang baik secara aktif oleh penderita maupun

ditanya oleh pemeriksa dipikirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien, sehingga apa yang

didapat dari anamnesis dapat dicocokan pada pemeriksaan fisik kemudian.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

2

Page 3: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu ;

Pemeriksaan Umum

o Keadaan umum (KU) ; baik / buruk

o Tanda – tanda vital, yaitu :

Kesadaran penderita ; compos mentis / delirium / soporus / coma.

Tekanan darah

Nadi

Pernafasan

Suhu.

Pemeriksaan Setempat

Pada pemeriksaan musculoskeletal yang penting adalah :

o Look (Inspeksi)

Apa yang dapat dilihat, antara lain :

Warna (kemerahan / kebiruan (livide) / hiperpigmentasi)

Benjolan / pembengkakan

Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas).

Jalan pasien (waktu masuk kamar periksa)

o Feel (Palpasi)

Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki

agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan

pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa

maupun bagi penderita. Karena itu perlu selalu diperhatikan wajah penderita

atau menanyakan perasaan penderita.

Yang dicatat adalah :

Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit.

Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema,

terutama daerah persendian.

Nyeri tekan, krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal / medial /

distal)

Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi.

Benjolan yang terdapat dipermukaan tulang atau melekat pada tulang.

3

Page 4: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

Sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya dan

pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan

ukurannya.

o Move ( pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)

Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan

anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.

Pada pemeriksaan Move, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih

dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk

mengetahui gerakan normal penderita.

Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal

didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete). Gerakan sendi dicatat dengan

ukuran derajat gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi

netral) atau dengan ukuran metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui

apakah ada gangguan gerak.

Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh

factor intraarticuler atau ekstraarticuler.Pergerakan yang perlu dilihat adalah

gerakan aktif (apabila penderita sendiri yang menggerakan karena disuruh

oleh pemeriksa) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang menggerakan).

Pemeriksaan penunjang pada kasus ini meliputi :2

A. Foto Polos

Pemeriksaan radiologis harus meliputi sudut anteroposterior dan lateral. Pada

sudut anteroposterior dapat ditentukan bilamana terjadi terjadi rotasi interna dan

eksterna. Pada rotasi interna dapat dilihat lesi Hill-Sachs pada caput hemurus

posterolateral. Pada sudut lateral dapat dilihat dislokasi glenohumeral dapat juga

unutk melihat bilamana terdapat fraktur. Pada dislokasi sendi bahu anterior, kaput

humerus berada di bagian depan ataupun medial dari glenoid. Pada dislokasi posterior

terdapat gambaran berupa light bulb yang diakibatkan rotasi interna dari humerus.

Dalam film anteroposterior, kaput humerus karena berotasi ke medial, bentuknya

tampak abnormal (seperti bola lampu) dan agak jauh dari fossa glenoid (tanda glenoid

kosong). Film lateral sangat diperlukan; film ini akan menunjukkan subluksasi atau

dislokasi posterior dan kadang-kadang menunjukkan lekukan pada aspek anterior

kaput humerus. Fraktur pada leher humerus kadang kadang disertai komplikasi

dislokasi posterior. Pada kasus yang sukar, CT bermanfaat.

4

Page 5: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

B. CT-scan

Sekarang ini CT-scan hanya digunakan apabila terdapat kontraindikasi

pemeriksaan dengan MRI atau jika dicurigai terdapat abnormalitas glenoid.

C. MRI dan Magnetic Resonanace Arthrography (MRA) lebih sensitif dibandingkan

metode lainnya untuk keadaan cedera pada ligamen, kartilago, cidera bisep ataupun

abnormalitas kapsul. MRA lebih sensitif dibandingkan MRI, dan hal ini merupakan

pemeriksaaan pilihan pada dislokasi sendi bahu, khususnya untuk kasus instabilitas

yang berulang dan lebih bagus untuk mendiagnosa lesi patologis untuk hal-hal

tersebut.

Isi

Anatomi Fungsional Sendi Bahu

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri

atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan

mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional

sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet, dan sebagainya atas

kerjasama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya.3

Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat

menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun

struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini

sering menimbulkan gangguan pada bahu. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi

bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas

glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian. 3

Beberapa karakteristik sendi bahu yaitu perbandingan antara permukaan mangkok

sendinya dengan kepala sendi tidak sebanding, kapsul sendinya relative lemah dan otot-otot

pembungkus sendi relative lemah seperti otot supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan

subscapularis. Gerakan persendian bahu adalah gerakan persendian paling luas, tetapi

stabilitas sendi relatif kurang stabil. Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu

lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya.3

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh

tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula (collar bone), humerus (upper arm

bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi

sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal.

Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Karena pada kasus terjadi gangguan

5

Page 6: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

pada sendi glenohumeral, maka penulis akan membatasi pembahasan pada persendian

glenohumeral saja. Pada sendi glenohumeral sangat luas lingkup geraknya karena caput

humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal.3

Sendi Glenohumeralis4

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas glenoidalis

yang dangkal dan berbentuk buah pir. Permukaan sendi diliputi oleh rawan hyaline, dan

cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale.

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalis, yang diperluas dengan

adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam.

Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.

Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus, dan

ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus

selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain ligamen

glenoidalis, ligamen humeral tranversum, ligamen coraco humeral dan ligamen

coracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum

anatomicum humeri .

Kapsul sendi terdiri atas dua lapisan :

o Kapsul sinovial (lapisan bagian dalam)

Dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan

tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan

sinovial sendi dan sebagai transfomator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada

gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali yang mengalami

gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak

memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan,

misalnya pada artrosis sendi.

o Kapsul fibrosa.

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor

dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabilitas sendi, dan

memelihara regenerasi kapsul sendi.

Ligament yang memperkuat antara lain Ligamentum coraco humerale, Ligament

coracoacromiale, Ligament glenohumerale, Ligament glenohumerale superior, Ligament

6

Page 7: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

glenohumeralis medius, Ligamentum glenohumeralis inferios. Bursa-bursa yang ada pada

shoulder joint diantaranya bursa musculus latisimus dorsi, Bursa infra spinatus, Bursa

musculus pectoralis mayor, Bursa subdeltoideus, Bursa ligament coraco clavikularis, Bursa

musculus subscapularis, Bursa subcutanea acromialis.

Gerakan kompleks yang dapat dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh banyaknya

sendi pada bahu, juga ditunjang oleh banyaknya otot yang berperan dalam melakukan

gerakan bahu. Kumpulan otot-otot ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok otot yang

menggerakkan dan menstabilkan scapula (shoulder girdle). Otot-otot tersebut, yaitu :

o Otot Penggerak Sendi Bahu

M. Deltoid, M. Supraspinatus, M. Infraspinatus, M. Subskapularis, M.

Teres minor, M. Teres mayor, M. Lattisimus dorsi, M. Coracobrachialis, M.

Pectoralis mayor. Gerakan : Prime mover adduksi horisontal dan rotasi ke medial

bahu.

o Otot Penggerak Pergelangan Bahu

M. Serratus anterior, M. Rhomboideus mayor, M. Rhomboideus minor, M.

Levator Scapula, M. Pectoralis minor, M. Subclavia, M. Trapezius

Etiologi

Penyebab utama dislokasi sendi bahu ialah trauma dengan lengan mengalami rotasi

internal dan abduksi, menyebabkan caput humerus terdislokasi ke arah depan. Dislokasi ke

arah posterior terjadi dari terjatuh dengan posisi lengan terulur. Dislokasi inferior dapat

terjadi dari lemahnya tonus otot dengan hemiplegia dan dari berat lengan menarik humerus

ke arah bawah. Dislokasi glenohumeral anterior biasa terjadi pada atlit, khususnya pemain

sepak bola. Dislokasi sendi bahu sering disebabkan oleh gerak berlebihan terutama saat

berolahraga ataupun trauma langsung. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian

berulang diantaranya tidak sempurnanya relaksasi ligament kapsular sendi, kelemahan otot-

otot sekitar dan kelainan congenital ataupun bawaan dari kaput humeri atau fossa glenoidale.4

Dislokasi dapat disebabkan oleh :

o Cedera olah raga

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan

hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,

senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami

7

Page 8: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola

dari pemain lain.

o Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

o Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan

dislokasi.

o Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terpeleset diatas lantai yang licin

o Patologis

o Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen

vital penghubung tulang

Epidemiologi

Dislokasi bahu sering dijumpai oleh atlet – atlet olahraga. Olahraga yang biasa

menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya :

terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Dislokasi bahu juga bisa disebabkan karena

trauma yang membentur bagian bahu saat berkendara atau karena terjatuh terpeleset dan

dapat pula dislokasi ini disebabkan karena adanya kelainan patologis pada tubuh.5

Ketidakstabilan sendi bahu yang salah satunya adalah dislokasi sendi bahu anterior

merupakan 95 % dari keseluruhan kasus ketidakstabilan sendi. Dislokasi anterior ini sering

terjadi pada usia muda. Antara lain pada atlet akibat kecelakaan olahraga. Kejadian ini dapat

berupa kejadian yang pertama (primer) atau ulangan,dimana kasus dislokasi berulang terjadi

pada lebih dari 50% pasien yang berumur dibawah 25 tahun dan pada sekitar 20% pasien

yang lebih tua.5

Penyebab tersering dislokasi sendi bahu ialah trauma dan sebagian besar dislokasi

terjadi ke arah anterior atau kombinasi anterior dan inferior. Sangat jarang terjadi dislokasi ke

arah posterior. Secara statistic : dislokasi yang terjadi biasanya 96% dislokasi kearah depan

bahu (anterior), 3,4% dislokasi kearah belakang bahu (posterior), dan 0,1% dislokasi bahu

yang turun ke bawah (inferior / luxatio erecto).5

Patofisiologi

1. Dislokasi Sendi Bahu Anterior

Dislokasi anterior merupakan kelainan yang tersering ditemukan dan biasanya

penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan abduksi dan anggota gerak dalam posisi rotasi

8

Page 9: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

lateral. Dislokasi anterior juga sering terjadi pada usia muda, antara lain pada atlet akibat

kecelakaan olahraga. Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi

eksterna dan ekstensi sendi bahu. Caput humerus kemudian terdorong ke depan, dan sering

menyebabkan robekan pada kartilago glenoid labrum dan kapsul dari batas anterior cavum

glenoid. Dislokasi ini juga dapat terjadi pada pasien yang terjatuh dengan bertumpu pada

tangan dan sendi bahu dalam posisi ekstensi. Pada dislokasi ini, kaput humerus mengalami

pergeseran ke arah medial ke glenoid, tepat di bawah prosesus korakoid.4-6

Pada dislokasi berulang kapsul dan labrum sering terlepas dari anterior glenoid.

Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum glenohumerus

keduanya terlepas atau terentang ke arah anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada

indentasi pada bagian posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs) yaitu suatu fraktur

kompresi akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami

dislokasi.4-6

2. Dislokasi Sendi Bahu Posterior

Dislokasi tipe ini lebih jarang terjadi. Biasanya karena trauma berkekuatan besar

dengan posisi terjatuh pada bahu anterior atau pada tangan dengan posisi adduksi dan rotasi

internal, karena kejang epileptic (akibat epilepsy atau terkena aliran listrik), atau intoksikasi

alkohol. Dislokasi mungkin disertai dengan fraktur proksimal humerus, kapsul posterior 5

terlepas dari tulang atau teregang, dan mungkin ada indentasi dari aspek anterior dari kaput

humerus. 4-6

Manisfestasi Klinik

Pasien biasanya datang dengan keluhan utama nyeri. Pasien juga mengeluhkan seperti

sesuatu keluar dari tempatnya sehingga dia tidak dapat menggerakkan tangannya. Pasien

kemudian menggunakan tangan yang lain untuk membantu menyanggahnya. Pada kejadian

akut yang pertama kali pasien dapat menjelaskan dengan baik mekanisme trauma; adanya

paksaan pada bahu dalam keadaan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan beberapa tanda diantaranya adanya nyeri, terdapat benjolan pada bagian

depan bahu, posisi lengan abduksi-eksorotasi, tepi bahu tampak menyudut, nyeri tekan, dan

adanya gangguan gerak sendi bahu. Ada 2 tanda khas pada dislokasi sendi bahu anterior ini

yaitu sumbu humeru yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah

dibawah akromion kosong pada palpasi. Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak

mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain

dan tidak mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan

9

Page 10: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

sebelah lain dan ia tidak dapat menyentuh dadanya. Lengan yang cedera tampak lebih

panjang dari normal, bahu terfiksasi sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi ke

arah interna. Posisi badan penderita miring ke arah sisi yang sakit. Pasien tidak terlalu banyak

menggerakkan bahunya, maka pada kasus ini kaput humerus yang tergeser dapat diraba di

bawah prosesus korakoideus. Fungsi nervus sirkumflex harus diperiksa karena rentan

mengalami cedera pada kasus ini.6

Tata Laksana

Pada pasien yang dulu pernah mengalami dislokasi, traksi sederhana pada lengan

dapat berhasil. Untuk reduksi dislokasi yang terjadi pertama kali, pasien harus banyak diberi

sedasi atau di anestesi dan dalam posisi telentang. Traksi ditingkatkan perlahan-lahan pada

lengan dengan bahu yang sedikit berabduksi, sementara itu asisten melakukan traksi-lawan

yang kuat pada tubuh (handuk yang dililitkan sekitar dada pasien, di bawah aksila,

bermanfaat). Kalau anestesi merupakan kontraindikasi, posisi tengkurap dengan lengan

tergantung, dapat memudahkan reduksi. Metode Kocher kadang-kadang digunakan. Siku

ditekuk 90 derajat dan dipertahankan dekat dengan tubuh; traksi tidak boleh diterapkan.

Lengan perlahan-lahan diputar sampai 75 derajat ke lateral, kemudian ujung siku itu diangkat

ke depan, dan akhirnya lengan diputar ke medial. 8

Sinar-X dilakukan untuk memastikan reduksi tidak menyebabkan fraktur. Bila pasien

sepenuhnya sadar, abduksi aktif dengan pelan-pelan diuji untuk menyingkirkan suatu cedera

saraf aksila. Lengan diistirahatkan dalam kain gendong selama satu atau dua minggu dan

gerakan aktif kemudian dimulai, tetapi kombinasi abduksi dan rotasi lateral harus dihindari

sekurang-kurangnya selama 3 minggu. Selama periode ini, gerakan siku dan jari dipraktekkan

setiap hari.

a. Dengan pembiusan umum

• Metode Hipocrates

Penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik ke atas dan kaput

humerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya.

• Metode Kocher

Dengan metode Kocher, penderita berbaring di tempat tidur dan pemeriksa

berada disamping penderita. Sendi siku dalam posisi fleksi 90 dan dilakukan traksi

sesuai garis humerus, kemudian dilakukan rotasi ke arah lateral dan lengan diadduksi

dan sendi siku dibawa mendekati tubuh ke arah garis tengah dan lengan kemudian

dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada. Teknik ini kurang efektif.

10

Page 11: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

b. Tanpa pembiusan umum

Metode Stimson

Metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil

bagian lengannya yang mengalami luksasio keluar dari tepi tempat tidur,

menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan

bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung

dari kekuatan otot si penderita. Si penderita pergelangan tangan, biasanya dengan

dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh

rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.

Setelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks selama 3-6

minggu dan bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi rekuren. Reposisi

direkomendasikan karena apabila tidak dilakukan dapat mengakibatkan cidera pada

nervus, pembuluh darah dan pada tulang. Kemudian dimulai pergerakan ringan

namun kombinasi abduksi dan rotasi lateral sebaiknya dihindari selama 3 minggu.

Selama periode ini, siku dan jari mulai digerakkan setiap hari.

Pemberian obat-obatan analgesik juga dapat diberikan untuk mengurangi rasa

nyeri. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang.

Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1

kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri

ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri

setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,

aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

Komplikasi

A. Awal

o Rotator cuff tear. Biasa mengiringi dislokasi anterior pada orang dewasa. Pasien

mungkin kesulitan mengabduksikan lengannya setelah reduksi; kontraksi muskulus

deltoid yang teraba menyingkirkan kelumpuhan saraf aksilaris.

o Kerusakan saraf. Saraf aksilaris paling sering mengalami cedera, pasien tidak dapat

mengkontraksikan otot deltoid dan sedikit kehilangan rasa pada otot.

Ketidakmampuan abduksi harus dibedakan dari robekan rotator cuff.

o Kerusakan pembuluh darah. Arteri aksilaris dapat mengalami kerusakan, khususnya

pada orang tua dengan pembuluh darah yang rapuh. Ini bisa terjadi saat cedera

11

Page 12: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

ataupun saat melakukan reduksi. Tungkai harus selalu diperiksa ada tidaknya tanda-

tanda iskemia sebelum dan sesudah reduksi.

o Fraktur-dislokasi. Jika ada hubungan fraktur proksimal humerus, mungkin diperlukan

reduksi terbuka dengan fiksasi internal.

B. Dalam jangka waktu tertentu

o Kaku bahu. Lamanya immobilisasi dapat menyebabkan kekakuan pada sendi bahu,

khususnya pada pasien diatas 40 tahun.

o Dislokasi tak tereduksi. Dislokasi sendi bahu terkadang tidak terdiagnosa. Biasa

terjadi pada pasien yang tidak sadar atau terlalu tua. Reduksi tertutup baik dilakukan

sampai 6 minggu setelah cedera; manipulasi yang dilakukan setelah itu dapat

menyebabkan fraktur, robekan pembuluh darah atau saraf.

o Dislokasi rekuren. Jika dislokasi anterior merobek kapsul sendi bahu, perbaikan

diikuti reduksi secara spontan maka dislokasi mungkin tidak terjadi, tetapi bila

glenoid lepas atau kapsul tertanggal didepan leher glenoid, rekurensi lebih sering

terjadi.

Prognosis

Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi.

Preventif dan Edukasi

a. Pencegahan Melalui Lingkungan

Sebelum berolahraga (berlatih atau bertanding), seorang pemain atau

pelatih harus mempersiapkan lapangan dan sarananya, baik kelayakannya,

situasi dan kondisi lapangan, cuaca, dan kebersihan lapangan sehingga

aktivitas dapat dilakukan dengan aman dan nyaman.

b. Pencegahan melalui Perlengkapan yang Dipakai (Equipment)

Pemilihan dan penggunaan pakaian, sepatu atau perlengkapan lainya

harus disesuaikan dengan kondisi lapangan atau cuaca. Pakaian harus bisa

menyerap panas dan keringat sedangkan pemilihan jenis sepatu yang baik

disesuaikan dengan kondisi tanah atau lapangan.

c. Pencegahan melalui Latihan

12

Page 13: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

Latihan merupakan proses untuk meningkatkan dan menyempurnakan

keterampilan dan otomatisasi gerakan sehingga tubuh akan adaptif, fisik,

kekuatan, dan daya tahan tubuh meningkat. Dengan meningkatnya adaptasi

tubuh tersebut kemungkinan terjadinya cedera dapat dicegah atau

diminimalisasi.

d. Pencegahan melalui Pemanasan, Penguluran, dan Pendinginan

Pemanasan, penguluran, dan pendinginan (sebelum dan sesudah

latihan) memberikan banyak manfaat seperti menyiapkan organ tubuh,

mempersingkat waktu istirahat (recovery), mengurangi ketegangan otot dan

stress/tekanan jiwa. Pemanasan-penguluran dan pendinginan yang baik

diharapkan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya cedera

Kesimpulan

Dislokasi sendi bahu merupakan salah satu kelainan dalam bidang bedah ortopaedi

yang sering ditemukan di masyarakat. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang

dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau

terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

Dalam kasus ini, orang tersebut menderita dislokasi anterior sendi glenohumeral.

Penyebabnya ialah trauma. Pemahaman yang cermat mengenai anatomi sendi bahu yang

cedera sangat penting bagi kita sebagai kunci kerberhasilan dalam mereposisi kembali

dislokasi yang terjadi. Pemeriksaan radiologis dapat membantu menentukan tipe dislokasi

dan adanya tidaknya fraktur yang menyertai. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk

mereduksi kembali dislokasi yang terjadi, dengan atau tanpa pembiusan.

Daftar Pustaka

1. http://www.scribd.com/doc/75296840/shoulder-dislocation [diunduh : 20 Februari

2012]

2. http://www.ebmedicine.net/topics.php?

paction=showTopicSeg&topic_id=120&seg_id=2486 [diunduh : 20 Februari 2012]

3. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2007;

Hal. 406-408.

4. Cole Andrew, Pavlou Paul. The Shoulder and Pectoral Girdle. Dalam: Solomon

Louis, Warwick David, Nayagam Selvadurai (Ed). Apley’s System of Orthopaedic

and Fracture 9th ed. 2010. London: Hodder Arnold. 337-368.

13

Page 14: Makalah Pleno Blok 14 _ Dislokasi Sendi Glenohumeral

5. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Dokter keluarga. Edisi ke 3. Jakarta: EGC, 2006 ;

hal 300-1

6. Welsh, S., et al. 2011. Shoulder dislocation surgery. Dowloaded from:

http://emedicine.medscape.com/article/1261802-overview.

7. Solomon, L., et al. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth

edition. 739-744.

8. Mohamad K. Pertolongan pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.1975,Hal: 32-4.

14