penanganan dan tata laksana dislokasi sendi

37
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul Refarat Penanganan Dislokasi Sendi Panggul Pembimbing : dr. Andre Sihombing, Sp.OT Oleh : Aquilando David Mario Simatupang ( 04-115 ) KEPANITERAAN ILMU BEDAH PERIODE 19 DESEMBER 2011 – 21 JANUARI 2012 1 | Page

Upload: anom-indraswara

Post on 14-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

bedqh orto

TRANSCRIPT

Page 1: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Refarat

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Pembimbing : dr. Andre Sihombing, Sp.OT

Oleh : Aquilando David Mario Simatupang ( 04-115 )

KEPANITERAAN ILMU BEDAH

PERIODE 19 DESEMBER 2011 – 21 JANUARI 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2012

1 | P a g e

Page 2: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

DAFTAR ISI

Pendahuluan .................................................................................................... 1

Anatomi Panggul .................................................................................................... 2

. Articulatio .................................................................................................... 3

. Ligament .................................................................................................... 3

. Batas .................................................................................................... 4

. Perdarahan .................................................................................................... 4

. Persyarafan .................................................................................................... 5

. Gerakan .................................................................................................... 5

Epidemiologi .................................................................................................... 5

Jenis Dislokasi .................................................................................................... 6

. Kongenital .................................................................................................... 6

. Etiologi dan Patogenesis ................................................................ 6

. Gambaran Klinik ................................................................ 7

. Radiologi ................................................................ 8

. Treatment ................................................................ 9

. Trauma .................................................................................................... 11

. Dislokasi Posterior .................................................................................................... 11

. Mekanisme ................................................................ 11

. Gambaran Klinis ................................................................ 12

. Klasifikasi ................................................................ 12

. Radiologi ................................................................ 13

. Terapi ................................................................ 13

. Komplikasi ................................................................ 14

2 | P a g e

Page 3: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

. Dislokasi Anterior .................................................................................................... 16

. Mekanisme ............................................................... 16

. Gambaran Klinis ................................................................ 16

. Klasifikasi ................................................................ 16

. Radiologi ................................................................ 17

. Terapi ................................................................ 17

. Komplikasi ................................................................ 17

. Dislokasi Sentral ..................................................................................................... 18

. Mekanisme ................................................................. 18

. Gambaran Klinis ................................................................ 18

. Radiologi ................................................................. 18

. Terapi .................................................................. 18

. Komplikasi .................................................................. 18

Kesimpulan .................................................................................................................. 19

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 20

3 | P a g e

Page 4: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

PENDAHULUAN

Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi. Cedera

ini dihasilkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui batas normal anatomisnya.

Pindahnya ujung tulang yang incomplete disebut dislokasi tidak sempurna atau subluxation.

Karena fungsi ligament adalah juga untuk mencegah perpindahan atau pergerakan sendi yang

abnormal,semua sprains menghasilkan beberapa derajat subluxation. Dislokasi yang komplit,

atau luxation, terjadi saat ada pemisahan yang komplit dari ujung tulang.

Dislokasi pinggul traumatik hampir selalu disebabkan oleh trauma berenergi

tinggi. Adanya cedera dislokasi menandakan bahwa ada gaya yang mencapai 90 pound atau

bahkan lebih pada mekanisme traumatik atau adanya patologi yang mendasari yang

menyebabkan ketidakstabilan sendi. Penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman

lebih memiliki resiko mengalaminya. Mekanisme klasik untuk dislokasi posterior adalah

pada cedera dashboard, yaitu terjadi gaya yang menekan kepala femur melewati posterior

acetabular rim saat lutut yang terfleksi dan pinggul terhantam dashboard pada

kecelakaan. Selain oleh dashboard,dikatakan juga bahwa cedera ini bisa terjadi saat

mekanisme mengerem.Dislokasi anterior dihasilkan dari rotasi eksternal dan abduksi

panggul. Kasus dislokasi posterior mendekati 90% kasus, sementara dislokasi anterior hanya

10%. Cedera nervus sciatic mungkin terjadi pada 10-20% kasus dan lebih dari setengah

pasien juga mengalami fraktur lain.

Secara khas, pasien dengan dislokasi pinggul posterior traumatik, nampak dengan

pemendekan ekstremitas bawah yang terjadi pada posisi fleksi pinggul, adduksi, dan rotasi

internal. Adanya caput femoris kadang-kadang dapat dipalpasi pada bokong ipsilateral. Hal

ini dapat diandalkan pada pasien dengan dislokasi pinggul sederhana, kehadiran patah tulang

pada femur ipsilateral atau pelvis dapat secara dramatis mengubah posisi pasien yang

ditunjukan pasien. Meskipun jarang, dislokasi pinggul bisa menimbulkan komplikasi yang

berbahaya seperti avaskular necrosis caput femoris, kelumpuhan nervus sciatic sementara

atau permanen, myositis ossificans dan arthrosis degeneratif posttraumatik. Dislokasi pinggul

posterior meregangkan dan memelintir arteri iliac external, femoris comunis, dan circumflex

sehingga terjadi perubahan aliran darah extraosseous. Meskipun sirkulasi kontralateral dari

pembuluh gluteal mungkin mempertahankan aliran darah intraosseous, relokasi yang tertunda

mungkin menghasilkan kerusakan arteri yang progresif dan tertunda yang bisa menjadi

osteonecrosis.

4 | P a g e

Page 5: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Anatomi panggul

Pada vertebrata anatomi , pinggul (atau "coxa" dalam istilah medis) mengacu ke

wilayah anatomis atau sendi.

Wilayah pinggul terletak lateral yang ke daerah gluteal (yaitu pantat), lebih rendah

daripada krista iliaka , dan melapisi trokanter mayor dari tulang paha , atau "tulang paha".

Pada orang dewasa, tiga dari tulang panggul telah menyatu ke dalam tulang pinggul yang

merupakan bagian dari daerah pinggul.

Sendi pinggul, ilmiah disebut sebagai sendi acetabulofemoral (pasal coxae), adalah

gabungan antara femur dan acetabulum dari panggul dan fungsi utamanya adalah untuk

mendukung berat tubuh di kedua statis (misalnya berdiri) dan dinamis ( misalnya berjalan

atau berlari) postur. Sendi pinggul adalah bagian paling penting dalam mempertahankan

keseimbangan. Para sudut kemiringan panggul , yang merupakan elemen paling penting dari

postur tubuh manusia, disesuaikan pada pinggul.

Sendi pinggul terletak dimana tulang paha (femur) memenuhi tulang panggul. Ini

adalah "bola dan soket" bersama. Ujung atas femur dibentuk menjadi bola bulat ("kepala"

dari femur). Sebuah rongga di tulang panggul membentuk soket (acetabulum). Bola biasanya

diadakan di soket dengan ligamen yang sangat kuat yang membentuk lengan lengkap sekitar

sendi (kapsul sendi). Kapsul ini memiliki lapisan halus (sinovium). Kepala femur ditutupi

dengan lapisan tulang rawan halus yang merupakan substansi, cukup lembut putih sekitar 1 /

8 inci tebal. Soket ini juga dilapisi dengan kartilago (juga sekitar 1 / 8 inci tebal). Tulang

rawan sendi bantal, dan memungkinkan tulang untuk bergerak satu sama lain dengan sangat

sedikit gesekan. Sebuah x-ray dari sendi panggul biasanya menunjukkan sebuah "ruang"

antara bola dan soket karena tulang rawan tidak muncul pada x-ray. Dalam pinggul normal,

ini "ruang bersama" adalah sekitar 1 / 4 inci lebar dan cukup bahkan di garis.

5 | P a g e

Page 6: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Articulatio

Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere

dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Permukaan

sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan dibagian bawah membentuk takik disebut

incisura acetabuli. Rongga acetabulum diperdalam dengan adanya fibrocartilago dibagian

pinggrinya yang disebut sebagai labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan incisura

acetabuli dan disini dikenal sebagai ligamentum transversum acetabuli. Persendian ini

dibungkus oleh capsula dan melekat di medial pada labrum acetabuli.

Ligament

Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah ligamentum yang

kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI dan pinggiran

acetabulum serta pada linea intertrochanterica di sebelah distal. Ligamentum ini mencegah

ekstensi yang berlebihan sewaktu berdiri .

Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum pubofemoral yang berbentuk

segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat

dibawah pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini membatasi gerakan

ekstensi dan abduksi.

6 | P a g e

Page 7: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk

spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli. Ligamentum ini mencegah

terjadinya hieprekstensi dengan cara memutar caput femoris ke arah medial ke dalam

acetabulum sewaktu diadakan ekstensi pada articulatio coxae.

Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat

melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui dasarnya pada

ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi

dan dibungkus membrana sinovial.

Batas batas articulatio coxae

Anterior : M. Iliopsoas, m.pectineus, m. rectus femoris. M. Iliopsoas dan m.pectineus

memisahkan a.v. femoralis dari sendi.

Posterior : M.obturatorius internus, mm.gemelli, dan m.quadratus femoris memisahkan

sendi dari n.ischiadicus.

Superior : Musculus piriformis dan musculus gluteus minimus

Inferior : Tendo m.obturatorius externus

Perdarahan

Cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia femoris medialis

dan arteri untuk caput femoris, cabang arteria obturatoria.

7 | P a g e

Page 8: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Persyarafan

Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus obturatorius (bagian anterior) nervus

ischiadicus (saraf ke musculus quadratus femoris), dan nervus gluteus superior.

Gerakan

· Fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris, m.sartorius, mdan juga

mm. Adductores.

· Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot otot hamstring

· Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m.

Sartorius, m.tensor fascia latae dan m. Piriformis

· Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus adductor brevis

serta serabut serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh

musculus pectineus dan m.gracilis.

·    Rotasi lateral

·    Rotasi medial

·    Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan gerakan diatas.

Epidemiology

Dislokasi pinggul posterior lebih sering ditemukan dibanding dislokasi pinggul

anterior yaitu sekitar 90 % dari semua jenis dislokasi hips. Frekuensi menurun dengan

dipakainya sabuk pengaman ketika berkendaraan. Anterior dan central dislokasi terjadi

sekitar 10% dari seluruh dislokasi hips.

Insidensi congenital hip dislocations kira kira 1 dari 500 populasi. Data penelitian

menyebutkan bahwa prevalensi congenital hip dislocation kira kira 587.310 kasus.

8 | P a g e

Page 9: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Jenis Jenis Dislokasi Pinggul

Kongenital Hip Dislocation

Merupakan suatu fase ketidakstabilan sendi panggul pada bayi baru lahir. Dalam

keadaan normal, panggul bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi.

Insidensi ketidakstabilan adalah 5-20 per 1000kelahiran hidup, namun biasanya

pinggul menjadi stabil secara spontan dan dengan pemeriksaan ulang 3 minggu

setelah kelahiran insidensi berkurang menjadi 1-3 per 1000 kelahiran hidup.

Etiologi dan patogenesis

faktor genetik

faktor hormonal yaitu tingginya akdar esterogen,proesteron, dan relaks ain pada ibu

dalam beberapa minggu terakhir kehamilan dapat memperlonggar ligamentum pada

bayi.

Malposisi intrauterin (terutama posisi bokong dengan kaki yang ekstensi) dapat

mempermudah terjadinya dislokasi hal ini berhubungan dengan lebih tingginya

insisdensi pada bayi yang merupakan anak sulung dimana versi spontan lebih sedikit

kemungkinan untuk terjadi. Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi pinggul kiri

ini sesuai dengan posisi verteks biasa (oksiput anterior kiri) dimana pinggul kiri agak

beradduksi.

9 | P a g e

Page 10: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Faktor pasca kelahiran

Gambaran klinis

Asimetri pada lipatan lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi

panggul bawaan pada bayi baru lahir adalah :

1. Uji Ortolani

Pada pemeriksaan ini ibu jari pemeriksa memegang paha bayi bagian medial dan

jari lainnya pada trochanter mayor. Sendi panggul difleksikan 90 derajat

kemudian di abduksi secara hati hati. Pada bayi normal abduksi dpat sebesar 65-

80 derajat dapat dengan mudah dilakukan, dan bila abduksi kurang dari 60

derajat maka harus dicurigai adanya dislokasi panggul bawaan dan kemudian

jika trochanter mayor ditekan terdengar bunyi klik maka hal ini menandakan

adanya reduksi dislokasi dan kemudian pinggul berabduksi sepenuhnya dan

disebut uji ortolani +. Jika abduksi berhenti ditengah jalan dan tidak ada

sentakan ke dalam, mungkin adanya suatu dislokasi yang tidak dapat direduksi.

2. Uji Barlow

Dilakukan dengan cara yang sama, tetapi disini ibu jari pemeriksa ditempatkan

pada lipatan paha dan, dengan memegang paha bagian atas, diusahakan

mengungkit kaput femoris ke dalam dan keluar asetabulum baik dalam keadaan

abduksi dan adduksi. Bila caput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya

(asetabulum) dan dimasukkan kembali disebut dislocatable/unstable of the hip.

10 | P a g e

Page 11: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

3. Tanda Galeazzi

Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam

keadaan fleksi 90 derajat serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari

pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bwah dengan ibu jari depan.

Dalam keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi

panggul bawaan maka tungkai yang mengalami dislokasi,lututnya akan terlihat

lebih rendah dan disebut tanda galeazy .

Radiologis

Ada gambaran radiografi spesifik dalam congenital hip dislocation. Dalam CHD, ada

hubungan abnormal antara caput femoral dan acetabulum, tetapi masih ada kontak antara

keduanya. CHD di sisi lain, tidak terjadi kontak antara caput femur dengan tulang rawan

acetabular.

Sayangnya caput femoris dan acetabulum pada bayi baru lahir tidak dpat dinilai

dengan visualisasi langsung, karena caput femur beluk mengalami ossifikasi dan merupakan

tulang rawan tubuh yang tidak divisualisasikan pada sinar x ray. 

Pusat ossifikasi untuk caput femoris umumnya muncul antara

tiga dan enam bulan.Leher femur digunakanuntuk memastikan hubungan antara acetabulum d

an kepala femoralis sampai pusat ossifikasi muncul. Pengukuran digunakan

untuk mengevaluasi hubungan caputfemoral dan acetabulum termask garis Hilgenreiner, inde

ks acetabular, garis Perkin-Ombredanne, line Shenton-Menard.

11 | P a g e

Page 12: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Garis Hilgenreiner atau Y-line adalah garis yang ditarik melalui bagian superior dari

tulang rawan triradiate. Pada bayi normal, jarak diwakili oleh garis (ab) tegak lurus terhadap

garis-Y pada titik paling proksimal dari leher femoralis harus sama pada kedua sisi panggul,

sebagaimana seharusnya jarak diwakili oleh garis (bc) yang ditarikbertepatan dengan garis-Y

medial ke lantai acetabular. Pada usia bayi enam sampai tujuh bulan, nilai rata-rata untuk

jarak (ab) telah bertekad untuk menjadi 19,3 mm + / - 1,5 mm; untuk jarak (bc), 18,2 mm + /

- 1,4 mm. Indeks acetabular adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung ditarik ke atap

acetabular dari titik (c) di lantai acetabular di garis-Y. Nilai normal sudut ini berkisar dari 25

derajat hingga 29 derajat. Garis Shenton-Menard adalah garis yang ditarik melalui aspek

medial leher femoralis di perbatasan superior foramen obturatorius. 

Garis Perkins-Ombredanne adalah garis yang ditarik tegak lurus dengan garis-

Y, melalui tepi palinglateral tulang rawan acetabular,yang sebenarnya sesuai dengan SIAI

pada bayi baru lahir, aspek medial leher femoralis harusnya berada pada lower inner quadran

. Munculnya salah satu dari struktur di luar kuadran  tersebut menunjukkan subluksasi

atau dislokasi pinggul.

Treatment

3-6 bulan pertama

Jika uji ortolani dan barlow positif, harus dicurigai dan dirawat dengan

popok dobel atau bantal abduksi selama 6 minggu. Pada stadium ini diuji lagi,

bayi yang pinggulnya stabil dbiarkan bebas tetapi tetap dalam pengawasan

setidaknya dalam 6 bulan pertama, jika tetap dalam ketidakstabilan maka

dilakukan pembebatan abduksi yang lebih formal setidaknya selama 6 bulan,

sampai rontgen sinar X memperlihatkan bahwa atap asetabulum berkembang

dengan baik (biasanya 3-6 bulan). Karna 80-90% pinggul yang tak stabil pada

saat kelahiran akan stabil secara spontan dalam 3 minggu, maka pembebatan

tidak perlu segera dilakukan kecuali dislokasi sudah jelas terjadi. Jika setelah 3

minggu dislokasi masih terjadi maka pembebatan abduksi dilakukan. Kalau

pinggul sudah mengalami dislokasi pada pengujian pertama dengan hati hati

pinggul ditempatkan dalam posisi reduksi dan pembebatan abduksi dilakukan.

Reduksi dipertahankan jika pinggul stabil, dan pembebtana sebaiknya

12 | P a g e

Page 13: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

dipertahankan hingga sinar-X memperlihatkan suatu atap asetabulum yang

baik.

Tujuan pembebatan adalah mempertahankan pinggul agar berfleksi

dan berabduksi. Untuk bayi yang baru lahir , popok dobel atau bantal abduksi

cukup memadai. Bebat van rosen adalah bebat suatu bebat lunak berbentuk H

yang bermanfaat karna mudah digunakan. Tiga aturan pembebatan yang

terbaik adalah pinggul harus direduksi sebagaimana mestinya sebelum

dibebat, posisi ekstrim harus dihindari, dan pinggul dapat digerakkan.

Dislokasi yang menetap 6-18 bulan

Jika setelah terapi dini pinggul belum tereduksi dengan sempurna

maka dapat dilakukan reduksi tertutup namun jika diperlukan operasi dan tetap

direduksi hingga perkembangan asetabulum memuaskan.

Reduksi tertutup

Ideal tetapi memiliki resiko rusaknya pasokan darah pada caput

femoris dan menyebabkan nekrosis. Untuk memperkecil resiko ini reduksi

dilakukan berangsur angsur, traksi dilakukan pada kedua kaki, dan berangsur

angsur abduksi ditingkatkan hingga dalam 3 minggu kaki direntangkan lebar

lebar.

Pembebatan pinggul yang direduksi sitahan dalam spika gips dalam

posisi 60 derajat fleksi, 40 derajat abduksi dan 20 derajat rotasi internal.

Setalah 6 minggu spika digantikan dengan bebat yang menyebabkan abduksi

dan dipertahankan selama 3-6 bulan. Kalau reduksi belum tercapai dilakukan

reduksi terbuka.

Dislokasi menetap 18 bulan – batas umur

Pada umur 18 bulan ke atas reduksi tertutup jarang berhasil, sehingga

dilakukan reduksi terbuka dan melakukan artografi operasi pinggul ditahan

dalam spika gips selama 3 bulan dan kemudian dengan bebat yang

13 | P a g e

Page 14: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

memungkinkan beberapa pergerakan pinggul selama 1-3 bulan selanjutnya

sambil memriksa dengan sinar x apakah pinggul sudah tereduksi dan

berkembang secara memuaskan.

Dislokasi di atas batas umur

Istilah batas umur menerangkan diatas umur tertentu , reduksi

dislokasi tidaklah bijaksana, jika dilakukan reduksi nekrosis avaskular

meningkat.

Pada penderita dislokasi unilateral batas umurnya adalah 10 tahun. Bila

terdapat dislokasi bilateral, risiko intervensi dengan operasi juga meningkat

karna kegagalan pada satu sisi akan menyebabkan terjadinya deformitas

asimetri, sehingga ahli bedah menghindari oprasi diatas umur 6 tahun kecuali

nyeri atau deformitasnya sangat hebat.

Dislokasi menetap pada orang dewasa

Untuk orang dewasa, yang sudah beradaptasi selama bertahun tahun

pada usia 30-40 an tahun akan merasakan tidak nyaman yang semakin

meningkat akibat dislokasi kongenital yang tidak direduksi berjalan semakin

melelahkan disertai nyeri punggung.

Traumatic Hip Dislocation

Dislokasi Posterior

14 | P a g e

Page 15: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Mekanisme trauma

Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang

dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.

Trauma biasanya terjadi karna kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan

fleksi dan menabrak dengan keras benda yang ada didepan lutut.

Gambaran Klinis

Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah ditegakkan, kaki pendek, dan sendi panggul

teraba dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal dan fleksi. Namun kadang pada

fraktur tulang panjang dapat terlewat.

Klasifikasi

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation

Type I : Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

Type II : Dislocation associated with fracture posterior acetabular rim

Type III : Dislocation with a comminuted acetabular rim

Type IV : Dislocation with fracture of the acetabular floor

Type V : Dislocation with fracture of the femoral head (Pipkin Class)

15 | P a g e

Page 16: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Pipkin Classification of Posterior Hip Dislocation

Type Description

I dislocation with femoral fracture caudal to fovea centralis

II dislocation with femoral fracture cephalad to fovea centralis

III Type I or II + fracture of femoral neck

IV Type I or II + fracture of acetabulum

Stewart-Milford System

Type I : Simple dislocation without fracture

Type II : Dislocation with one or more rim fragments but with sufficient socket to

ensure stability after reduction

Type III : Dislocation with fracture of the rim producing gross instability

Type IV : Dislocation with fracture of the head or neck of the femur

16 | P a g e

Page 17: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Gambaran radiologis

Pada foto anteroposterior caput femoris terlihat di luar mangkuknya dan diatas

acetabulum, segmen atap acetabulum mungkin caput femoris mungkin telah patah atau

bergeser.

Terapi

Dislokasi harus direduksi secara cepat dengan general anestesi. Padasebagian besar

kasus dilakukan reduksi reduksi tertutup. Seorang asisten menahan pelvis, ahli bedah

ortopedi memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik paha keatas

secara vertikal. Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat

didislokasi dengan cara menggerakkan secara vertikal pada sendi panggul.

Secara umum reduksi stabil namun perlu dipasang traksi dan mempertahankannya

selama 3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai setelah nyeri mereda.

Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi terbuka dan fiksasi anatomis pada fragmen

yang terkena. Terutama jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tidak tereduksi dengan

reduksi tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal dan dipertahankan selama 6 minggu

diperlukan.

Pada cedera tipe III umumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika ada

fragmen yang terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan tindakan reduksi terbuka dan

pemasangan fiksasi interna dan traksi dipertahankan selama 6 minggu.

Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen caput

femoris dapat tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan dengan foto atau ct scan pasca

reduksi. Jika fragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan reduksi terbuka dengan caput

femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan sekrup countersunk pasca

operasi traksi dipertahankan selama 4 minggu, dan pembebatan ditunda selama 12 minggu.

Komplikasi

Tahap dini

a.   Cedera nervus skiatikus

Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada dislokasi posterior selama

awal trauma atau selama relokasi. Fungsi nervus dapat digunakan sebagai

17 | P a g e

Page 18: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

verifikasi sebelum dan sesudah relokasi untuk mendeteksi terjadinya

komplikasi ini. Jika ditemukan adanya dysfungsi atau lesi pada nervus ini

setelah reposisi maka surgical explorasi untuk mengeluarkan dan

memperbaikinya. Penyembuhan sering membutuhkan waktu lama

beberapa bulan dan untuk sementara itu tungkai harus dihindarkan dari

cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki

terkulai “foot drop”

b.  Kerusakan pada Caput Femur

Sewaktu terjadi dislokasi sering kaput femur menabrak asetabulum hingga

pecah.

c.   Kerusakan pada pembuluh darah

Biasanya pembuluh darah yang mengalami robekan adalah arteri glutea

superior. Kalau keadaan ini dicurigai perlu dilakukan arteriogram.

Pembuluh darah yang robek mungkin perlu dilakukan ligasi.

d.   Fraktur diafisis femur

Bila terjadi bersamaan dengan hip dislokasi biasanya terlewatkan.

Kecurigaan adanya dislokasi panggul, bilamana pada fraktur femur

ditemukan posisi fraktur proksimal dalam keadaan adduksi. Pemeriksaan

radiologis sebaiknya dilakukan di atas dan dibawah daerah fraktur.

Tahap lanjut

a.    Nekrosis avaskular

Persediaan darah pada caput femoris sangat terganggu sekurang

kurangnya 10% pada dislokasi panggul traumatik, kalau reduksi ditunda

menjadi beberapa jam maka angkanya meningkat manjadi 40%. Nekrosis

avaskular terlihat dalam pemeriksaan sinar x sebagai peningkatan

kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang

kurangnya selama 6 minggu, bahkan ada yang 2 tahun dan pada

pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fragmentasi ataupun sklerosis.

18 | P a g e

Page 19: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

b.   Miositis osifikans

Komplikasi ini jarang terjadi, mungkin berhubungan dengan beratnya

cedera. Tetapi gerakan tak boleh dipaksakan dan pada cedera yang berat

masa istirahat dan pembebanan mungkin perlu diperpanjang

c.   Dislokasi yang tidak dapat direduksi

Hal ini dikarenakan reduksi yang terlalu lama sehingga sulit dimanipulasi

dengan reduksi tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Dengan seperti

ini insidensi kekakuan dan nekrosis avaskular sangat meningkat dan

dikemudian hari pembedahan reksontruktif diperlukan

d.   Osteoartritis

Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh kerusakan

kartilago saat dislokasi, adanya fragmen yang tertahan dalam sendi, atau

nekrosis iskemik pada caput femoris.

Dislokasi Anterior

Dislokasi ini lebih jarang terjadi dibandingkan dislokasi posterior. Penyebab

utamanya adalah kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan penerbangan. Pada dislokasi anterior

caput femoris ada pada bagian anterior (bagian depan) dari acetabulum. Terjadi dislokasi dari

caput femoris dalam hal ini dikarenakan hyperekstensi berlebihan dan abduksi dari kaki.

Mekanisme trauma

Dislokasi anterior terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian atau

trauma dari belakang pada saat berjongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang

dipaksakan, leher femur menabrak asetabulum dan terjungkir keluar melalui robekan pada

kapsul anterior. Bila sendi panggul dalam keadaan fleksi maka akan terjadi dislokasi tipe

obturator (inferior) dan jika sendi panggul dalam posisi ekstensi akan terjadi dislokasi tipe

pubik atau iliaka (superior).

Gambaran klinis

Kaki berada dalam posisi external rotasi, abduksi dan sedikit fleksi. Tidak terjadi

pemendekan kaki, dikarenakan perlekatan rectus femoris mencegah pemendekan caput

19 | P a g e

Page 20: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

bergerser ke atas. Jika dilihat dari samping tonjolan anterior pada caput yang berdislokasi

sangat jelas. Caput yang menonjol mudah diraba dan gerakan pinggul tak dapat dilakukan.

Klasifikasi

Epstein Classification of Anterior Hip Dislocation

Type I Superior dislocations, including pubic and subspinous

·         IA No associated fractures

·         IB Associated fracture or impaction of the femoral head

·         IC Associated fracture of the acetabulum

Type II Inferior dislocations, including obturator, and perineal

·         IIA No associated fractures

·         IIB Associated fracture or impaction of the femoral head

·         IIC Associated fracture of the acetabulum

Klasifikasi ini menetukan prognostic dimana yang berkaitan dengan acetabulum atau caput

femoris memliki prognostic lebih buruk dibanding yang lainnya.

Inferior (obturator) dislocation

Inferior anterior dislocation hip berhubungan dengan abduksi paksa, external rotasi,

dan flexi pada pinggul. Pada kasus ini, caput femoral keluar melalui capsul anterior dibawah

ligamentum pubofemoralis. Inferior dislokasi mudah dikenali dari gambaran radiography

oleh posisi caput femoris diatas foramen obturator dan posisi femur abduksi dan external

fiksasi.

Superior (pubic atau iliaka) dislocation

Superior anterior hip dislocation jarang terjadi, dengan prevalensi kurang dari 10%.

Kasus ini berhubungan dengan abduksi paksa, rotasi external, dan extensi femur. Ruptur dari

caput femoralis melalui capsul anterior diantara ligamentum ileofemoral dan dan

pubofemoral dengan menarik SIAI. Dislokasi superior biasanya menjalar hingga dislokasi

pubic.

20 | P a g e

Page 21: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Gambaran radiologis hampir mirip dengan dislokasinposteruor pada posisi anteroposterior.

Keadaan yang membedakannya adalah letak trochanter yang lebih rendah. Pada superior

anterior dislocation pinggul pada keadaan external rotasi dan letak trochanter yang lebih

rendah sangat menonjol sedang pada dislokasi posterior femur dalam keadaan rotasi interna

dan letak trochanter yang lebih rendah tidaklah menonjol.

Gambaran radiologis

Pada foto anteroposterior biasanya jelas, namun tak jarang caput hampir berada di

depan posisi normalnya, dan diperjelas dengan posisi lateral.

Terapi dan komplikasi

Manuver yang digunakan hampir sama yang digunakan untuk mereduksi dislokasi

posterior, kecuali bahwa sewaktu paha yang di fleksikan ditarik ke atas, paha harus

diadduksi. Komplikasi satu satunya adalah nekrosis avaskular.

Dislokasi Sentral

Mekanisme trauma

Terjadi apabila caput femur terdorong ke medial asetabulum pada rongga panggul

kapsul tetap utuh. Fraktur asetabulum terjadi karena dorongan yang kuat dari lateral atau

jatuh dari ketinggian pada satu sisi atau suatu tekanan yang melalui femur dimana panggul

dalam keadaan adduksi.

Gambaran klinis

Didapatkan perdarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi

posisi tetap normal. Nyeri pada daerah trokanter. Gerakan sendi panggul sangat terbatas.

Radiologis

21 | P a g e

Page 22: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

Adanya pergeseran dari caput femur menembus panggul.

Terapi

Diusahakan untuk mereposisi fraktur dan mengembalikan bentuk asetabulum ke

bentuk normalnya. Pada fraktur asetabulum dengan penonjolan caput femur ke dalam

panggul, maka dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang selama 4-6 minggu. Pada

fraktur dimana caput femur tembus ke dalam asetabulum, sebaikinya dilakukan traksi pada 2

komponene yaitu komponene longitudinal dan lateral selama 6 minggu dan setelah 8 minggu

diperbolehkan untuk berjalan dengan menggunakan penopang berat badan.

Komplikasi

Pada tahap dini seperti fraktur lainnya mungkin terjadi cedera viseral ataupun syok.

Pada tahap lebih lanjut kekakuan sendi dengan atau tanpa osteoartritis sering terjadi.

KESIMPULAN

1. Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere

dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”.

2. Articulatio coxae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum ligamentum yang

mempertahankan articulation ini pada tempatnya

3. Dislokasi pinggul dapat dibagi menjadi dislokasi pinggul kongenital, dislokasi

posterior,dislokasi anterior dan dislokasi pusat.

4. CHD dapat diketahui dengan berbagai uji pada bayi baru lahir yaitu uji ortolani,

barlow dan tanda galeazzi, selain itu juga dengan pemendekan sebelah kaki,

kemudian asimetris lipat paha, dan terbatasnya abduksi atau fleksi panggul.

5. Pada pemeriksaan radiologis adad beberapa tanda pendukung diagnosis CHD yaitu

garis Hilgenreiner, indeks acetabular, garis Perkin-Ombredanne, line Shenton-Menard

22 | P a g e

Page 23: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

6. Penatalaksanaan CHD dapat dibagi berdasarkan umur pasien

7. Dislokasi posterior dapat terjadi pada 90% dislokasi pinggul

8. Mekanisme trauma dapat menentukan jenis dislokasi pinggul yang terjadi

9. Penegakan diagnosis dislokasi posterior dari gejala klinis mudah ditegakkan, kaki

pendek, dan sendi panggul teraba dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal

dan fleksi

10. Dislokasi posterior dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi namun yang terutama

digunakan dan juga sebagai patokan penatalaksanaan adalah klasifikasi berdasarkan

Thompson-Epstein

11. Komplikasi dapat dibagi menjadi tahap dini yaitu Cedera nervus skiatikus, Kerusakan

pada Caput Femur, Kerusakan pada pembuluh darah, Fraktur diafisis femur,

sedangkan tahap lanjut yaitu Nekrosis avaskular, Miositis osifikans, Dislokasi yang

tidak dapat direduksi, Osteoartritis

12. Dislokasi anterior berdarakan gejala klinis yaitu external rotasi, abduksi dan sedikit

fleksi serta tidak terjadi pemendekan kaki

13. Dislokasi anterior dapat dibagi menjadi dislokasi anterior superior atau inferior

berdarakan keadaan pinggul fleksi atau ekstensi

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, Graham dan Louis Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem

Appley. Jakarta : Widya Medika.

2. Moore, Keith L dan Anne M. R. Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : EGC.

3. Pate, Deborah. 1991. Congenital Hip. Dislocation. Mei 1991.

http://emedicine.medscape.com

23 | P a g e

Page 24: Penanganan dan tata laksana Dislokasi Sendi

Penanganan Dislokasi Sendi Panggul

4. Rasjad, Chairrudin. 2002. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yarsif Watampone

5. Snell, Richard S.2006. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC.

6. Howard, 1992. Synopsis of orthopaedics. New York : Thieme Medical Publishers,Inc.

7. Salter R B. 1981. The musculoskeletal system. London : Williams & Wilkins

24 | P a g e