makalah pik aseton, chemical engineering

19
  MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA ASETON (Pembuatan Aseton dari Isopropil Alkohol) Disusun oleh : Alien Abi Bianasari (21030113130129) Muhammad Nastabiq (21030113140154) Mustafa Setiawan (21030113130132) Raden Nugroho Hutomo (21030113130134)  JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

Upload: abiana2222

Post on 08-Oct-2015

522 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

makalah, teknik, kimia, teknik kimia, chemical engineering, aseton, makalah, proses, industri, PIK, mata kuilah, oke

TRANSCRIPT

  • MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

    ASETON

    (Pembuatan Aseton dari Isopropil Alkohol)

    Disusun oleh :

    Alien Abi Bianasari (21030113130129)

    Muhammad Nastabiq (21030113140154)

    Mustafa Setiawan (21030113130132)

    Raden Nugroho Hutomo (21030113130134)

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Sejarah

    Aseton, CH3COCH3, merupakan salah satu senyawa alifatik keton yang sangat

    penting. Pada umumnya aseton digunakan sebagai solven untuk beberapa polimer.

    Penggunaan yang bersifat komersial adalah penggunaan sebagai senyawa

    intermediet dalam pembuatan methyl methacrylate, bisphenol A, diaseton alcohol

    dan produk produk lain (Johanna Lianna dan Lusiana Silalahi, 2012).

    Aseton banyak dipakai pada industri selulosa asetat, cat, serat, plastik, karet,

    kosmetik, perekat, pernis, penyamakan kulit, pembuatan minyak pelumas, dan

    proses ekstraksi juga sebagai bahan baku pembuaan methyl isobutyl ketone.

    Aseton pertama kali dihasilkan dengan cara distilasi kering dari kalsium asetat.

    Kemudian setelah perang dunia ke-1 proses pembuatan aseton digantikan dengan

    fermentasi karbohidrat menjadi aseton, buthyl dan etil-alkohol. Kemudian pada

    tahun 1920 proses dehydrogenasi 2-propanol mulai digunakan untuk

    memproduksi aseton.

    Pada pertengahan tahun 1960 proses oksidasi propene digunakan sebagai

    bahan baku pembuatan aseton. Dan pada tahun 1976 oksidasi cumene menjadi

    phenol dan aseton mulai digunakan (Ullmann, 2007).

    Kebutuhan aseton di indonesia semakin lama semakin meningkat tapi sampai

    saat ini masih belum ada perusahaan di indonesia yang masih memproduksinya.

    Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, indonesia masih mendatangkan aseton

    dari negara lain seperti : Amerika Serikat, Belanda, Cina, Korea, Jepang, dan

    Singapura.

    1.2. Bahan Baku

    Aseton dapat dibuat dengan menggunakan proses Cumene Hydroperoxide

    (dengan bahan baku cumene), proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol (dengan

    bahan baku isopropyl alcohol isopropil alcohol dengan katalis kombinasi ZnO dan

    ZrO), dan proses Oksidasi Isopropil Alkohol (dengan bahan baku propilen).

    Berikut proses singkatnya :

    1.2.1. Proses Cumene Hydroperoxide

    Pada proses cumene hydroperoxide, mula-mula cumene dioksidasi

    menjadi cumene hydroperoxide dengan udara atmosfer atau udara kaya

    oksigen dalam satu atau beberapa oksidiser. Temperatur yang digunakan

    adalah antara 80130 oC dengan tekanan 620 kPa, serta dengan penambahan

    Na2CO3. Sanjutnya produk reaktor dievaporasikan. Kemudian dengan

  • penambahan asam akan terjadi reaksi pembelahan cumene hydroperoxide

    menjadi suatu campuran yang terdiri dari phenol, aseton dan berbagai produk

    lain seperti cumylphenols, acetophenols, dimethylphenylcarbinol,-

    methylstyrene dan hidroxyaseton. Campuran ini kemudian dinetralkan dengan

    menambahkan larutan natrium phenoxide atau basa yang lain atau dengan

    resin penukaran ion (ion exchanger resin). Setelah itu, campuran dipisahkan

    dan crude aseton diperoleh dengan cara distilasi (Kirk-Othmer, 182, 1994).

    1.2.2. Proses Dehidrogenasi Isopropil Alkohol

    Reaksi dehidrogenasi Isopropil Alkohol bersifat endotermik. Sehingga

    untuk mendapatkan konversi yang cukup tinggi, dibutuhkan suhu yang cukup

    tinggi pula. Pada pembuatan aseton dengan proses dehidrogenasi katalitik

    isopropanol (isopropil alkohol) digunakan katalis kombinasi ZnO dan ZrO

    dalam prosesnya. Proses dehidrogenasi ini berjalan pada pada fasa gas suhu

    350oC dan tekanan 2 atm. Isopropil benzene sebelum masuk ke dalam

    reaktor diubah kedalam fasa gas di dalam vaporizer. Produk yang dihasilkan

    oleh reaktor adalah Aseton sebagai produk utama serta produk samping

    lainnya berupa gas hydrogen, sisa Isopropil Alkohol yang tidak bereaksi,

    Propylene, dan Air (Kirk-Othmer,1994).

    1.2.3. Proses Oksidasi Isopropil Alkohol

    Pada proses ini Isopropil alkohol didapat dari mereaksikan Propilen

    dengan H2O. Selain direaksikan dengan H2O, Propilen juga direaksikan

    dengan O2 dan menghasilkan Acrolein. Kemudian Isopropil Alkohol

    direaksikan dengan Acrolein dan menghasilkan Aseton serta Alil Alkohol.

    Selain itu, Isopropil Alkohol juga ada yang direaksikan dengan Oksigen akan

    menghasilkan Hidrogen Peroksida dan Aseton. Setelah itu, kedua hasil

    tersebut direaksikan dan menghasilkan produk akhir Gliserol (Kirk-

    Othmer,1994).

    1.3. Spesifikasi

    1.3.1. Spesifikasi Bahan Baku

    Isopropil Alkohol dengan nama lain isopropanol, 2-propanol, dimetil-

    karbinol mempunayi sifat-sifat:

    a. Sifat Fisis

    - Rumus molekul : C3H7OH

    - Rumus bangun :

    - Berat molekul, g/gmol : 60,10

    - Kenampakan : cairan tak berwarna

  • - Titik didih, C : 82,3

    - Titik beku, C : -88,5

    - Refractive index (20C) : 1,3772

    - Viskositas (20 C),cP : 2,4

    - Densitas (20 C), g/cm3 : 0,7854

    - Specific Gravity (20 C) : 0,7864

    - Temperatur kritis, C : 235,2

    - Tekanan kritis (20 C), kPa : 4.764

    - Sangat larut dalam air (Kirk & Othmer, 1983).

    b. Sifat Kimia

    1. Isopropil Alkohol didehidrogenasi membentuk Aseton dengan katalis

    bermacam-macam seperti logam, oksida dan campuran logam dengan

    oksidanya.

    2. Isopropil Alkohol dapat juga dioksidasi secara parsial membentuk

    Aseton dengan katalis yang sama dengan proses dehidrogenasi.

    3. Dengan asam halogen dihasilkan Isopropil Halida.

    4. Bereaksi dengan logam-logam aktif seperti sodium dan potasium

    membentuk Metal Isopropoksida dan hidrogen. Alumina Isopropoksida

    dapat dihasilkan dari reflux Isopropil Alkohol 99%, aluminium dengan

    katalis Merkuri Oksida.

    5. Dengan Asam Asetat dan katalis Asam Sulfat dapat membentuk

    Isopropil Asetat. Dengan Etilen Oksida atau Propilen Oksida dengan

    katalis basa seperti NaOH akan membentuk Eter Alkohol dari Isopropil

    Alkohol.

    6. Isopropil Alkohol dapat mengalami dehidrasi menghasilkan Diisopropil

    Eter ataupun Propilen.

    1.3.2. Spesifikasi Produk

  • Produk Utama (Acetone) Aseton dengan nama lain 2-propanon, Dimetil

    Ketone mempunyaisifat-sifat sebagai berikut:

    a. Sifat Fisis

    - Rumus molekul : C3H6O

    - Rumus bangun :

    - Berat molekul, g/gmol : 58,08

    - Kenampakan : cairan tak berwarna

    - Titik didih, C : 56,29

    - Titik beku, C : -94,6

    - Refractive index (20 C) : 1,3588

    - Viskositas (20 C),cP : 0,32

    - Specific Gravity (20 C) : 0,783

    - Temperatur kritis, C : 235,05

    - Tekanan kritis (20 C), kPa : 4.701

    - Sangat larut dalam air (Kirk & Othmer, 1983).

    b. Sifat Kimia

    1. Dengan proses pirolisa akan membentuk Ketena

    2. Aseton dapat dikondensasi dengan asetilen membentuk 2 metil 3

    butynediol, suatu intermediate untuk Isoprene.

    3. Dengan Hidrogen Sianida dalam kondisi basa akan menghasilkan

    Aseton Sianohidrin.

    Produk samping dari pengolahan isopropyl alcohol menjadi aseton adalah

    Hydrogen (H2) dengan spesifikasi sebagai berikut:

    - Rumus molekul : H2

    - Kenampakan : gas tak berwarna

    - Titik didih, C : -252,87

    - Titik lebur, C : -252,76

  • - Tidak larut dalam air (Kirk & Othmer, 1983).

    1.4. Penggunaan Produk

    Aseton merupakan bahan baku sintetis organik yang penting untuk produksi

    epoxy resin, polikarbonat, kaca, farmasi, pestisida dan sebagainya. Juga

    merupakan pelarut yang baik untuk pelapis, perekat, silinder asetilena. Juga

    digunakan sebagai pengencer, bahan pembersih, agen ekstraksi. Atau manufaktur

    anhidrida asetat, diaseton alkohol, kloroform, iodoform, resin epoksi, poliisoprena

    karet, metil metakrilat, dan bahan penting lainnya. Dalam bubuk tanpa asap,

    seluloid, selulosa asetat, cat dan industri lainnya sebagai pelarut. Dalam minyak

    dan industri lainnya sebagai agen ekstraksi (Anonim, 2014).

  • BAB II

    RANCANGAN PROSES

    2.1. Mekanisme Reaksi

    Ada beberapa macam proses pembuatan Aseton,antara lain:

    1. Proses Cumene Hidroperoksida

    Mula-mula Cumene Dioksidasi menjadi Cumene Hidroperoksida dengan

    udara atmosfir atau udara yang kaya oksigen dalam satu atau beberapa

    oksidasinya. Temperatur yang digunakan adalah antara 80 C 130 C dengan 6

    atm, sertadengan penambahan Na2CO3. pada umumnya proses oksidasi ini

    dijalankan dalam 3 atau 4 reaktor yang dipasang seri.

    Reaksi :

    C6H5CH(CH3)2 C6H5CH(CH3)2 C6H5OH + C3H6O

    Hasil dari oksidasi pada reaktor pertama mengandung 9-12% Cumene

    Hidroperoksida, 15-20% pada reaktor kedua, 24-29% pada reaktor ketiga, dan 32-

    39% pada reaktor selanjutnya. Kemudian produk reaktor keempat dievaporasikan

    sampai konsentrasi Cumene Hidroperoksida menjadi 75-85%. Kemudian dengan

    penambahan asam akan terjadi reaksi pembelahan Cumene Hidroperoksida

    menjadi suatu campuranyang terdiri dari Fenol, Aseton dan berbagai produk lain

    seperti chumylphenols, acetophenone, dimethyl phenylcarbinol, a-methylstyrene,

    dan hydroxyacetone.

    Campuran ini kemudian dinetralkan dengan penambahan sodium phenoxide

    atau basa lain atau dengan ion exchanger yang lain. Kemudian campuran

    dipisahkan dan crude acetone diperoleh dengan cara distilasi. Untuk mendapatkan

    kemurnian yang diinginkan perlu dilakukan penambahan satu atau kolom distilasi.

    Jika digunakan dua kolom, kolom pertama untuk memisahkan impuritas

    seperti Asetaldehid atau Propionaldehid. Sedangkan kolom kedua berfungsi untuk

    memisahkan fraksi- fraksi berat yang sebagian besar terdiri dari air. Aseton

    diperoleh sebagai hasil atas menara kedua (Kirk & Othmer, 1991).

    2. Proses Oksidasi Propilen

    Proses oksidasi Propilen menjadi Aseton dapat berlangsung pada suhu 145 C

    dan tekanan 10 atm dengan bantuan katalis bismuth phaspomolibdat pada

  • alumina. Pada proses ini hasil reaksi terdiri dari Aseton dan Propanoldehid (Kirk

    & Othmer, 1983).

    Reaksi:

    CH2 = CHCH3 + O2 C3H6O + C3H6O

    3. Proses Oksidasi Isopropil Alkohol

    Pada pembuatan Aseton dengan proses ini, Isopropil Alkohol dicampur

    dengan udara dan digunakan sebagai umpan reaktor yang beroperasi pada suhu

    200 C 800 C. Reaksi dapat berjalan dengan baik menggunakan katalis seperti

    yang digunakan pada proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol.

    Reaksi:

    CH3CHOHCH3 + O2 H2O + C3H6O

    Reaksi ini sangat eksotermis (43 kkal/mol) pada 25 C dan untuk itu

    diperlukan pengontrolan suhu yang sangat cermat untuk mencegah turunnya yield

    yang dihasilkan. Untuk mendapatkan konversi yang baik reaktor dirancang agar

    hasil dapat langsung diinginkan. Proses jarang digunakan bila dibanding dengan

    proses dehidrogenasi (Kirk & Othmer, 1983).

    4. Proses Dehidrogenasi Isopropil Alkohol

    Proses lain yang sangat penting untuk memproduksi Aseton adalah

    dehidrogenasi katalitik dimana reaksinya adalah endotermis.

    Reaksi:

    C3H8O + 66,5 kJmol (pada 372oC) C3H6O + H2

    Pada proses ini Isopropil Alkohol diuapkan dengan vaporizer dan dipanaskan

    dalam HE dengan menggunakan steam kemudian dimasukkan ke dalam multi

    turbular fixed bed reactor. Ada sejumlah katalis yang dapat digunakan dalam

    proses ini yaitu kombinasi zinc oxide- zirconium oxide, kombinasi

    copperchromium oxide, copper, silicon dioxide. Kondisi operasi reaktor ini adalah

    1.5-3 atm dan suhu 400 C-600 C.

    + H-H

  • Dengan proses ini konversi dapat mencapai 75-98% dan yield dapat mencapai

    85-90%.Gas panas keluar dari reaktor yang terdiri dari Isopropil Alkohol, Aseton,

    dan Hidrogen dilewatkan scrubber, untuk dipisahkan antara gas insoluble (H2)

    dengan Aseton, Isopropil Alkohol, dan air.

    Hasil dari scrubber ini didistilasi, Aseton diambil sebagai hasil atas

    sedangkan campuran Isopropil Alkohol dan air sebagai hasil bawah. Hasil bawah

    ini didistilasi lagi untuk recovery Isopropil Alkohol yang diambil sebagai hasil

    atas yang kemudian di recycle ke reactor (Kirk & Othmer, 1983).

    Proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol dipilih karena memiliki alasan

    sebagai berikut:

    a. Proses dehidrogenasi Isopropil Alkohol tidak memerlukan unit pemisahan O2 dari

    udara sebelum diumpankan ke dalam reaktor.

    b. Dengan jumlah Isopropil Alkohol yang sama, konversi pada proses dehidrogenasi

    lebih besar sehingga hasil Aseton yang diperoleh lebih banyak.

    c. Pada proses oksidasi timbul masalah terjadinya korosi sehingga dapat mengganggu

    jalannya proses, sedangkan pada proses dehidrogenasi, hal tersebut dapat

    dikurangi.

  • Gambar 2.2. Proses diagram alir untuk pembuatan aseton dari

    isopropil alkohol

    2.2. Diagram Alir

    Berikut diagram alir proses pembuatan aseton dari isopropil alkohol

    (Joseph A. Shaeiwitz dan Richard Turton, 1999) :

    Tabel 2.2. Spesifikasi alat

  • 2.3. Kondisi Operasi

    System Pressure Drop

    Rincian pernyataan masalah memperjelas perubahan scale up situasi untuk input

    ke bejana pemisahan V-402, berada di suhu dan komposisi yang sama seperti

    pada desain asli hanya pada kecepatan aliran yang lebih tinggi. Hal ini akan

    memperbaiki tekanan memasuki bejana. Hal ini menyatakan bahwa penurunan

    tekanan dalam pipa diabaikan, oleh karena itu, pada laju alir yang meningkat

    (dengan asumsi aliran mampat) penurunan tekanan melalui potongan peralatan

    tertentu meningkat dengan faktor 1,33. Untuk aliran gas, pengaruh tekanan pada

    densitas dan efeknya terhadap penurunan tekanan dapat juga disertakan, tapi uji

    coba dalam pemecahan juga dibutuhkan. Dalam ditetapkannya scale up,

    penurunan tekanan dalam reaktor bed yang difluidisasi adalah konstan. Hasilnya

    adalah bahwa bagian ujung depan dari proses ini bertekanan relatif ke rancangan

    aslinya. Setiap bagian dari peralatan memiliki tekanan kerja yang maksimum yang

    diperbolehkan yang perlu diperiksa pada scale up desain.

    Feed Up

    Sebuah kurva pompa menunjukkan positif bersih yang dibutuhkan oleh kurva

    pompa yang disediakan untuk P-401 A / B. Sistem kurva harus diplot dengan

    kurva pompa untuk menentukan apakah laju aliran maksimum yang

    diperbolehkan telah terlampaui. Jika demikian, pemulihan seperti menjalankan

    kedua pompa secara paralel (dan memesan cadang lain) atau mencoba untuk

    bertukar pompa ini untuk yang menghasilkan lebih banyak pusat yang mungkin.

    Jika sebelumnya pemecahan yang dipilih, harus ditentukan jika ada sufficent

    NPSH tersedia untuk aliran sisi penghisapan baru.

    Heat Exchange E-401

    Air buangan dari pertukaran panas ini jenuh uap. Karena suhu di steam, tekanan

    uap harus ditingkatkan untuk mengakomodasi meningkatnya aliran. Karena

    tekanan meningkat, outlet suhu keluar juga meningkat.

    Reactor

    Reaksi ini endotermik. Dalam reaktor, energi disuplai oleh garam cair yang

    dipanaskan di dalam pemanas. Pemanas ini hanya memiliki kapasitas tambahan

    10%. Solusi yang lebih elegan adalah dengan menggunakan buangan reaktor pada

    suhu 3500C untuk memanaskan umpan reaktor, yang dapat menurunkan tugas

    panas pada pemanas. The fluidized bed memiliki sekitar 50% inert filter sehingga

    fraksi katalis aktif dapat ditingkatkan untuk menangani peningkatan throughput.

    Tetapi jumlah katalis aktif tambahan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit

  • dibandingkan 33% sejak kecepatan ruang menurun pada tekanan reaktor

    meningkat.

    Molten Salt Loop

    Kinerja loop garam cair harus dianalisa dengan benar untuk menentukan lelehan

    memasuki suhu garam dan meninggalkan reaktor pada kondisi scale up. Kedua

    keseimbangan energi dan persamaan desain untuk penukar panas reaktor harus

    diselesaikan secara simultan. Dua suhu yang ditambah laju aliran garam cair yang

    tidak diketahui. Satu mungkin diatur untuk memecahkan dua lainnya. Dalam

    prakteknya, laju aliran akan dikontrol dan suhu akan menanggapi perubahan laju

    aliran.

    Heat exchangers E-402, E-403 and E-408

    Pada kondisi inlet baru harus ditentukan dengan tiga alat penukar panas ini. Ada

    pembatasan bahwa air pendingin dan laju aliran air didinginkan hanya dapat

    meningkat sebesar 20% karena pertimbangan kecepatan.

    Tower T-403 and Peripheral Equipment

    Menara ini akan menggenangi di 33% scale up. Ada tiga solusi yang

    memungkinkan. Karena menara ini memiliki diameter kecil, baki telah dirancang

    sebagai modul untuk jatuh ke shell kapal, sehingga jumlah nampan dapat dengan

    mudah ditingkatkan jika jarak baki menurun. Hal ini memungkinkan rasio refluks

    yang akan menurun dan untuk menghindari flooding, hal itu merupakan sebuah

    contoh dari trade off yang akan ada jumlah tahap dan rasio refluks. Tapi efek dari

    baki spacingon sendiri yaitu efisiensi tray menurun sehingga harus

    dipertimbangkan. Dari Tekanan kolom sendiri dapat ditingkatkan jika pompa

    ditambahkan setelah T-402. Beberapa kombinasi peningkatan tekanan dan

    penurunan rasio refluks yaitu dengan meningkatkan tekanan dan meningkatkan

    kepadatan uap, penurunan kecepatan uap dan menghindari flooding.

    Barangkali Solusi terbaik adalah hanya untuk menurunkan rasio refluks. Dimana

    distilat adalah campuran azeotropik dekat IPA dan air. Dari desain aslinya seperti

    digambarkan dalam diagram McCabe-Thiele, memiliki lebih baki dari yang

    diperlukan dalam upaya untuk mendapatkan lebih dekat yang diperlukan untuk

    azeotrop tersebut. Penurunan rasio refluks untuk menghindari banjir hanya

    mengurangi atas IPA fraksi mol 0,65-0,64! Sekali lagi rasio refluks ditentukan.

    Kinerja reboiler dan kondensor harus dianalisa untuk menentukan kondisi outlet

    baru. Dan juga, pompa refluks harus dianalisa. Untuk kasus yang melibatkan

    peningkatan aliran cairan overhead mungkin ada NPSH cukup untuk pompa P-

    405 A / B, tapi desain asli nya menggunakan diameter yang sangat kecil (0,6 in)

    .Peningkatan diameter garis-garis ini menjadi 0,75 atau 1 inci dengan mudah

    menurunkan gesekan sejak penurunan tekanan berbanding terbalik.

  • 2.4. Tinjauan Termodinamika

    Tinjauan Thermodinamika proses dehidrogenasi isopropyl alcohol adalah sebagai

    berikut :

    Tinjauan thermodinamika hanya berlaku untuk untuk reaksi kesetimbangan

    sehingga, perlu diperiksa terlebih dahulu reaksi pembentukan aceton termasuk

    reaksi reversible atau irreversible.

    C3H8O C3H6O +H2

    Go = Go produk - Go reaktan

    = -153,15 + 173,5

    = 20,35 kJ/mol

    Go = -RT ln K

    ln K = -Go / RT

    = -20,35 kJ/kmol / (8,314 kJ/kmol K x 298 K)

    = -8,21 x 10-3

    = 0,00821

    K = 0,991 reversible

    Hof = Hof produk - H

    of reaktan

    = -217,71 + 272,6

    = 54,89 kJ/ mol

    Harga Hof menunjukkan positif maka reaksi pembentukan aceton merupakan

    rekasi endotermis.

    Reaksi:

    C3H8O + 66,5 kJmol (pada 372oC) C3H6O +H2

    Pada proses ini Isopropil Alkohol diuapkan dengan vaporizer dan dipanaskan

    dalam HE dengan menggunakan steam kemudian dimasukkan ke dalam multi

    turbular fixed bed reactor. Ada sejumlah katalis yang dapat digunakan dalam

    proses ini yaitu kombinasi zinc oxide- zirconium oxide, kombinasi

    copperchromium oxide, copper, silicon dioxide. Kondisi operasi reaktor ini adalah

    1.5-3 atm dan suhu 400 C-600 C (Fitria Said, 2013).

  • 2.5. Tinjauan Kinetika

    C3H8O C3H6O + H2

    Reaksi pembentukan aseton dari isopropyl alcohol merupakan reaksi

    endotermis dengan panas pembentukan standar 62,9 kJ/mol. Reaksi diatur

    menggunakan katalis pada fase vapor. Reaksi kinetic berlangsung dengan orde

    satu dan dapat dinyatakan sebagai berikut (:

    Sehingga kinetika reaksi pembentukan aseton dari isopropyl alcohol

    tergantung pada katalis yang digunakan.

    + H-H

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    1. Aseton, CH3COCH3, merupakan salah satu senyawa alifatik keton yang

    mempunyai banyak manfaat dan dapat buat melalui beberapa macam proses.

    2. Ada beberapa macam proses pembuatan Aseton,antaranya yaitu : Proses

    Cumene Hidroperoksida, Proses Oksidasi Propilen, Proses Oksidasi Isopropil

    Alkohol dan Proses Dehidrogenasi Isopropil Alkohol.

    3. Proses lain yang sangat penting untuk memproduksi Aseton adalah

    dehidrogenasi katalitik dimana reaksinya adalah endotermis dan bolak-balik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.2014. Aseton.id.swewe.net/word_show.htm/?37325_1&Aseton. Diakses

    12 Oktober 2014, pukul19.00 WIB.

    Dwifirman, Widya. 2014. Aseton. http://www.academia.edu/5872597/Aseton.

    Diakses pada tanggal 22 Oktober 2014, pukul 20.00 WIB.

    Elsevier BV.2013. Spesifikasi Senyawa Kimia. Amerika : Reed Elsevier Group.

    Joseph A. Shaeiwitz dan Richard Turton.1999. Acetone Production From

    Isopropyl Alcohol. Morgan : West Virginia University.

    Kirk and Othmer.1983. Encyclopedia of Chemical Technology. New York: Wiley.

    _____________.1991. Encyclopedia of Chemical Technology. New York: Wiley.

    _____________.1994. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd

    ed. New York:

    Wiley.

    Said, Fiitria.2013. Aseton.fitriasaid393.blogspot.com. Diakses 12 Oktober 2014,

    pukul 20.00 WIB