makalah perilaku organisasi
TRANSCRIPT
TUGAS PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN
“PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP RETURN SAHAM”
Dosen pembimbing : Rr. Dian Indriana TL, SE,MSi,Akt
DISUSUN OLEH:
Nama : RizkaTrianawati
NIM : B. 231.10.0327
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2012
Terlampir :
JURNAL METODOLOGI PENELITIAN
“PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP RETURN SAHAM”
1.1 LATAR BELAKANG
Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan
konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam
organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan
menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha
untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi
mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku
organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang
dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu,
Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasidan
keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas tentang Kepribadian dan Emosi, kedua hal
tersebut sangat berkaitan erat dengan prilaku organisasi.
Kepribadian dan emosi akan mempengaruhi individu didalam sebuah organisasi. Maka dari itu
sangat diperlukan seseorang untuk tahu dan mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik dari
segi pengertian, ciri – ciri, dll. Dengan penguasaan materi tentang Kepribadian dan Emosi ini
diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah organisasi setelah
menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh setiap
individu di dalamnya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah definisi dari Kepribadian dan emosi, ciri – ciri, dimensi emosi, serta
pengaruhnya terhadap prilaku dalam organisasi ?
1.3 PEMBAHASAN
1.3.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukkan oleh seseorang.
a. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu,
seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang
supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
b. Kepribadian menurut psikologi
Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai
suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus
proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda.
Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang
unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian
adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta
memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
1.3.2 Faktor Penentu Kepribadian
a. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik
yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis
bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam
menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada
penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-
anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari
waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan
dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-
sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis
bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari
kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak
lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir
setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak
kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan
bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau
dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang
berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang
kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
b. Faktor lingkungan
Faktor lain yang member pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan norma
dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial, dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia
dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit
pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang orang Amerika Utara memiliki semangat
ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam
dalam diri mereka melaluibuku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang
tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan
dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan
keluarga daripada pekerjaan dan karier.
1. 3.3 Ciri – ciri Kepribadian
Semakin konsisten karakteristik individu dan semakin sering terjadi dalam berbagai situasi, maka
semakin penting ciri-ciri itu untuk menggambarkan individu.
1. a. Pencarian awal atas ciri-ciri primer : Ada 16 ciri-ciri yang dianggap sebagai
sumber perilaku yang konstan dan mantap yaitu : pendiam – ramah, kurang cerdas – lebih
cerdas, dipengaruhi oleh perasaan – stabil secara emosional, penurut – dominan, serius –
tak kenal susah, bijaksana – berhati-hati, malu-malu – suka bertualang, keras – sensitif,
percaya – curiga, praktis – imaginatif, jujur – lihai, yakin – ragu-ragu, konservatif, suka
bereksperimen, tergantung kelompok – mandiri, tak terkendali – terkendali, santai –
tegang.
2. b. The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) : adalah salah satu kerangka kerja
kepribadian dengan 100 pertanyaan yang menanyakan kepada orang bagaimana mereka
biasanya bertindak atau merasa dalam situasi tertentu. Individu pada akhirnya akan
diklasifikasikan sebagai ekstrovet (E) dan intovert (I), sensing (S) atau intuitif (N),
berpikir (T) atau merasa (F), dan memahami (P) atau menilai (J). Hasilnya nanti akan
dirangkai seperti misalnya INTJ dalah kaum visioner, ESTJ adalah pengorganisasi, ENTP
adalah pengagas, dllnya.
3. c. Model lima besar : adalah 5 dimensi dasar hasil riset terbaru yang melandasi semua
ciri dan meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia, yaitu
:
a. Ekstraversi : mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan. Orang yang ekstravert
akan cenderung suka berkelompok, tegas, dan mampu bersosialisasi. Kaum introvert cenderung
pendiam, malu-malu, dan tenang.
b. Kemampuan untuk bersepakat : merujuk pada kecennderungan untuk tunduk pada orang lain.
Orang yang skornya tinggi akan kooperatif, hangat, dan percaya. Sedangkan yang rendah akan
dingin, tidak mampu bersepakat, dan antagonistik.
c. Sifat mendengarkan suara hati : merupakan ukuran dari keandalan. Orang yang peka terhadap
suara hati akan bertanggung jawab, terorganisir, dapat dipercaya, dan gigih. Sedangkan yang
sebaliknya akan mudah bingung, tidak terorganisir, dan tidak handal.
d. Stabilitas emosional : merujuk pada kemampuan untuk bertahan terhadap stress. Orang yang
skornya tinggi akan cenderung tenang, percaya diri, dan aman. Yang sebalinya akan cenderung
gelisah, cemas, gugup, tertekan, dan tidak aman.
e. Keterbukaan terhadap pengalaman : merujuk pada kisaran minat individual dan kekaguman
terhadap hal baru. Orang yang terbuka akan kreatif, ingin tahu, dan sensitif secara artistik.
Sedangkan yang sebaliknya akan konvensional dan menemukan kenyamanan dalam keakraban.
Penelitian atas kredibilitas Lima Besar ini menghasilkan sejumlah besar bukti bahwa individu
yang dapat dipercaya, andal, hati-hati, teliti, mampu membuat rencana, terorganisasi, kerja keras,
gigih, dan berorientasi pada prestasi cenderung memilki jabatan yang lebih tinggi dalam
sebagian besar atau semua kedudukan.
3.4 Kepribadian Utama Yang Mempengaruhi Prilaku Organisasi
3.4.1 Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka
sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa
memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan]] mereka. Evaluasi inti diri seorang
individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri
didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu
menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
3.4.2 Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak
emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Karakteristik kepribadian
Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang
menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
3.4.3 Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah
penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang
lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai
mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan
pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis
cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam
mereka. Individu narsisis juga cenderung egoisdan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap
yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
3.4.4 Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor
situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional
eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
3.4.5 Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk
mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang
menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung
dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang
berhasil. Karakteristik tipe A adalah:
1. selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
1. merasa tidak sabaran;
2. berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang
bersamaan;
3. tidak dapat menikmati waktu luang;
4. terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal
yang bisa mereka peroleh.
3.4.6 Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan
tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan
positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
3.5 Kepribadian Dan Budaya Nasional
Tidak ada tipe kepribadian umum untuk satu negara tertentu. Namun budaya suatu negara
mempengaruhi karakteristik yang dominan dari penduduknya, Ini dapat dilihat dengan
memperhatikan lokus kendali dan kepribadian tipe A. Misalnya saja, dalam budaya seperti
Amerika Utara, orang percaya bahwa mereka dapat mendominasi lingkungan mereka, sebaliknya
dengan orang-orang di Timur Tengah. Hal ini menyebabkan proporsi orang-orang internal dalam
angkatan kerja Amerika lebih besar daripada angkatan kerja Arab saudi dan Iran.
Sedangkan kepribadian tipe A akan paling banyak di negara-negara kapitalis, misalnya Amerika
dan Kanada, dimana prestasi dan keberhasilan material sangat dihargai. Sementara dinegara
seperti Swedia dan Prancis tidak.
3.6 Mencapai Kecocokan Kepribadian
Kecocokan orang dengan pekerjaan adalah mencocokkan enam tipe kepribadian dan
mengemukakan bahwa kecocokkan antara tipe kepribadian dan lingkungan kedudukan
menentukan kepuasan dan keluar masuknya karyawan. Teori ini dikemukakan oleh John
Holland, tipe-tipenya antara lain :
a. Realistis : menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan, kekuatan, dan koordinasi.
Karakternya adalah pemalu, tahan, stabil, mudah menyesuaikan diri, dan praktis.
b. Investigatif : menyukai kegiatan yang mencakup pemikiran, pengorganisasian, dan
pemahaman. Karakternya adalah analitis, asli, ingin tahu, dan independen.
c. Sosial : menyukai kegiatan yang mencakup membantu dan mengembangkan yang lain.
Karakternya adalah mampu bergaul, bersahabat, kooperatif, dan memahami.
d. Konvensional : menyukai kegiatan yang diatur dengan peraturan, jelas, dan tidak bersifat
mendua. Karakternya adalah mudahmenyesuaikan diri, efisien, praktis, tidak imaginatif, tidak
luwes.
e. Enterprising : menyukai kegiatan verbal dimana ada peluang untuk mempengaruhi yang lai
dan mendapatkan kekuasaan. Karakternya adalah percaya diri, ambisi, energetik, dan
mendominasi.
f. Artistik : menyukai kegiatan yang bersifat mendua dan tidak sistematik, yang memungkinkan
ekspresi yang kreatif. Karakternya adalah imaginatif, tidak teratur, idealistis, emosional, dan
tidak praktis.
Teori ini mengatakan bahwa kepuasan paling tinggi berarti keluar masuknya karyawan paling
rendah bila kepribadian dan kedudukan/jenis pekerjaannya sesuai.
Kecocokan organisasi-orang : yaitu bahwa orang meninggalkan pekerjaan yang tidak cocok
dengan kepribadiannya.
3.7 Definisi Emosi
Sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan frustasi, takut,
marah, benci, marah, gembira, dls. Emosi-emosi tersebut adalah antithesis dari rasionalitas.
Beberapa emosi, terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja
karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa serta satu komponen emosi
bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak ada studi yang komprehensif tanpa
mempertimbangkan peran dari emosi ditempat kerja.
Berkaitan dengan emosi, ada 3 hal yang terjalin erat satu sama lain, yaitu pengaruh (affect),
emosi, dan suasana hati (mood). Pengaruh meliputi kisaran luas perasaan yang dialami orang,
merupakan satu konsep yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Akhirnya, suasana hati
adalah perasaan yang cenderung menjadi kirang intens dibandingkan emosi, dan yang
kekurangan stimulus kontekstual.
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat. Sedangkan suasana hati tidak
dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan
fokus pada objek yang kontekstual.
Berkaitan dengan perilaku organisasi, satu istilah yang terkait adalah tenaga kerja emosional,
yang terjadi apabila karyawan mengekspresikan secara organisasional emosi yang diinginkannya
selama transaksi antar pribadi. Dulunya konsep ini dikembangkan berkaitan dengan pekerjaan-
pekerjaan jasa, namun dewasa ini konsep tersebut telah menjadi relevan dengan hampir setiap
pekerjaan. Dalam tuntutannya, karyawan perlu membedakan antara emosi yang dirasakan
dengan emosi yang ditunjukkan agar tidak terjadi dilema.
3.8 Dimensi emosi
Emosi ada beberapa jenis berdasarkan :
1. Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi yang universal, yaitu kemarahan,
ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan. Enam emosi ini dapat
dikonseptualisasikan sebagai terus ada sepanjang satu kontinuum, dimana semakin dekat
jarak dua emosi apapun pada kontinuum tersebut akan semakin membingungkan orang.
Contohnya adalah kebahagiaan dan kejutan sering dikacaukan, sementara kebahagiaan
dan kemuakan jarang sekali.
2. Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari
kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah
memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Tentu saja hal ini harus
disesuaikan dengan pekerjaan. Presenter misalnya, harus menunjukkan intensitas emosi
yang sesuai dengan acara yang dibawakannya.
3. Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional
juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
3.9 Jenis kelamin dan emosi
Bukti menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam hal emosi adalah bila
menyangkut reaksi emosional dan kemampuan untuk membaca orang lain. Wanita menunjukkan
ungkapan emosi yang lebih besar daripada pria, mengalami emosi secara lebih hebat, lebih
nyaman dalammengungkapkan emosi, lebih baik dalam membaca petunjuk-petunjuk non-verbal
dan paralinguistik, dan lebih sering menampilkan ekspresi dari emosi yang positif maupun
negatif, kecuali kemarahan.
Batasan-batasan eksternal terhadap emosi
Batasan-batasan eksternal ada 2, yaitu :
- Pengaruh organisasional, menyesuaikan dengan perangkat emosional yang dicari organisasi.
- Pengaruh budaya, menyesuaikan dengan norma-norma budaya di negara setempat.
DAFTAR PUSTAKA
http://ebookpp.com/pe/pengertian-kepribadian-menurut-ahli-doc.html
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20tipe
%20kepribadian%20dan%20kesadaran%20manusia.pdf
https://www.google.co.id
http://www.contohmakalah.net/pdf/iii-kepribadian
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_ilmu_antropologi/bab3_kepribadian.pdf
http://belajarpsikologi.com/pengertian-emosi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
http://yasinta.net/kepribadian-dan-emosi/