makalah perbuatan curang.docx
DESCRIPTION
mantapTRANSCRIPT
Tindak Pidana Khusus
“Perbuatan Curang”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tindak Pidana Khusus
Oleh
Theresia Jessica E 110110100085
Albert Bintang 110110100092
Rangga Saputra 110110100093
Ario Putra Pamungkas 110110100097
Jati Hamdhani 110110100123
Bagus Wicaksono R 110110100122
Noor Sultan Buruni 110110100128
Kirara Deneva 110110100155
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat Nya kepada kita semua. Tulisan ini
membahas tentang “Perbuatan Curang dalam KUHP”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Tindak Pidana Khusus.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang dalam kepada orang tua untuk segala
dukungan dan cinta yang diberikan, juga kepada para dosen mata kuliah Tindak Pidana
Khusus, yang telah memberikan ilmu dan pengajaran dalam mata kuliah ini sehingga
makalah ini pun dapat dibuat. Tak lupa kepada seluruh rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini, dalam keadaan yang berbagai macam, dalam
dukungan atau memberikan ide-idenya. Tanpa orang-orang tersebut, mungkin kami tidak
dapat menyelesaikan tugas ini.
Besar harapan kami, agar tulisan ini dapat berguna untuk semua orang secara umum
dan untuk para mahasiswa hukum secara spesifik. Kami menyadari, makalah ini jauh dari
sempurna. Kami mengakui masih terdapat banyak kesalahan baik secara sengaja ataupun
tidak sengaja. Untuk itu, kami dengan rendah hati membuka sebesar-besarnya untuk segala
bentuk saran, bimbingan, atau ide-ide yang dapat membangun tulisan ini menjadi lebih baik.
Terima kasih.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Bandung, September 2012
Penulis
Perbuatan Curang
Perbuatan Curang diatur dalam Bab XXV Buku II KUHP, yang terbagi ke dalam tindak
pidana perbuatan curang dalam arti sempit (oplichting) dan tindak pidana penipuan dalam arti
luas (bedrog). Tindak pidana opliching ada dalam pasal 378 KUHP dan pasal-pasal lain
dalam Bab XXV Buku II tersebut membahas bedrog. Untuk itu pembahasan mengenai
perbuatan curang akan dibagi menjadi opliching dan bedrog.
Opliching
Pasal 378 berbunyi : “Barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain
dengan melanggar hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan
perbuatan-perbuatan tipu muslihat maupun dengan rangkaian kebohongan , membujuk orang
lain supaya menyerahkan suatu barang atau supaya membuat utang atau menghapuskan
piutang, dihukum karena penipuan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.”
Unsur-unsur didalam pasal 378 KUHP ini adalah :
Menguntungkan diri dengan melanggar hukum
Dalam hal menguntungkan diri sendiri ini tentu harus ada unsur merugikan orang lain. Hal ini
karena tindak pidana penipuan merupakan tindak pidana terhadap kekayaan orang lain,
sehingga bila seseorang melakukan tipu muslihat untuk memperoleh harta kekayaan miliknya
sendiri yang dikuasai oleh orang lain bukan merupakan tindak pidana penipuan.
Penyerahan barang
Bila kita melihat dari kata-kata “membujuk orang lain supaya menyerahkan...” pada pasal
378 KUHP, nampak jelas bahwa keuntungan pelaku tidak diambil sendiri, melainkan
diserahkan oleh orang yang ditipu. Namun untuk dipenuhi unsur ini, tidak perlu barang harus
diserahkan oleh orang yang ditipu. Melainkan bisa oleh orang lain yang tidak menderita
kerugian oleh perbuatan penipu. Kemudian harus ada hubungan sebab-akibat antara
perbuatan tipu-muslihat dan penyerahan barang. Artinya penyerahan barang yang dilakukan
orang yang ditipu harus berdasarkan atau karena tipu daya tersebut. Tipu daya tersebut adalah
perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh pada orang lain, karena objek yang
dipengaruhi yakni kehendak orang lain. Perbuatan ini merupakan perbuatan yang abstrak, dan
akan terlihat bentuknya secara konkrit bila dihubungkan dengan cara melakukannya.
Membuat utang atau menghapuskan utang
Berdasarkan pendapat Wirjono Prodjodikoro dan Van Bemmelen bahwa pengertian utang
disini bukan hanya utang yang dapat ditagih dimuka pengadilan, melainkan juga utang yang
menurut hukum tidak boleh ditagih dimuka pengadilan
Memakai nama atau kedudukan palsu
Menggunakan nama palsu berarti menggunakan suatu nama yang tidak diketahui secara pasti
pemiliknya ataupun menggunakan bukan namanya sendiri melainkan nama orang lain.
Sedangkan menggunakan martabat atau kedudukan palsu yaitu suatu kedudukan yang
digunakan seseorang, kedudukan mana menciptakan suatu hak-hak tertentu padahal ia tidak
memiliki hak-hak tersebut. Contoh dari kedudukan palsu ialah menyebutkan dirinya sendiri
seorang pejabat tertentu, atau seorang kuasa dari orang lain atau seorang ahli waris dari
seorang yang wafat.
Perbuatan-perbuatan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan
Keduanya memiliki sifat menipu atau isinya tidak benar atau palsu, namun dapat
menimbulkan kepercayaan atau kesan orang lain bahwa seolah-olah benar adanya.
Perbedaanya ialah tipu muslihat berupa perbuatan sedangkan kebohongan berupa perkataan.
Akan tetapi, dalam praktek kedua cara ini dipergunakan bersama-sama dan secara gabungan.
Contoh dari Opliching pada Pasal 378 KUHP :
Seseorang yang menerima uang dengan cara memberikan cek kosong.
Seseorang yang mendapat uang pungutan dari supir angkutan umum karena berpura-pura
menjadi petugas dinas perhubungan.