makalah penggerakan pendidikan

55
1 MAKALAH PERAN PENTING DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Disusun sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah Dosen Pengampu : Dr. Awalyah, M. Hum. Oleh: AGUS SAEFUDIN NIM 0102514057 MOH TAOEFIK NIM 0102514059 BONIFASIUS KOPONG TEKA NIM 0102514061 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG APRIL 2015

Upload: agus-saefudin

Post on 30-Jul-2015

433 views

Category:

Education


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah penggerakan pendidikan

1

MAKALAH

PERAN PENTING DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING)

DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Disusun sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah

Dosen Pengampu : Dr. Awalyah, M. Hum.

Oleh:

AGUS SAEFUDIN NIM 0102514057 MOH TAOEFIK NIM 0102514059 BONIFASIUS KOPONG TEKA NIM 0102514061

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

APRIL

2015

Page 2: Makalah penggerakan pendidikan

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat, sempat dan diberi kekuatan

tetap setia mengabdi pada bidang pendidikan untuk berperan dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa pula makalah dengan judul “Peran

Penting Dimensi Penggerakan (Actuating) daam Memajukan Pendidikan di Indonesia”

dapat diselesaikan dengan baik dan sebagai bahan berbagi bagi kemajuan pendidikan di tanah

air tercinta Indonesia ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Administrasi dan Pengelolaan Pendidikan dengan dosen pengampu Dr. Awalyah, M.Hum.

Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini,

untuk itu disampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Awalyah, M.Hum yang telah memberikan bimbingan dan banyak ilmu tentang

administrasi dan pengelolaan pendidikan kepada kami;

2. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (Kepengawasan Sekolah) Program

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang merupakan mitra diskusi dan berbagi

pengalaman yang luar biasa, bersama kami mempunyai mimpi untuk pendidikan

Indonesia yang lebih baik lagi.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalan pahala yang berlipat dari

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa sebagaimana kata pepatah tak ada gading yang

tak retak, makalah ini pun masih terdapat kekurangan. Saran dan masukan demi perbaikan

sangat dinantikan. Kami berharap semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua

dalam mengabdi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Amin.

Semarang, 06 April 2015 Agus Saefudin / NIM. 0102514057 Moh. Toefik / NIM. 0102514059 Bonifasius Kopong T. / NIM. 0102514061

Page 3: Makalah penggerakan pendidikan

3

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ..................................................................................... Kata Pengantar .................................................................................... Daftar Isi .............................................................................................. Abstrak ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang .............................................................. B. Ruang Lingkup Pembahasan ......................................... C. Rumusan Masalah ........................................................ D. Tujuan .......................................................................... E. Manfaat ........................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... A. Pengertian, Tujuan, Fungsi Pokok dan Prinsip

Penggerakan (Actuating) ............................................... 1. Pengertian dan Ciri-ciri Penggerakan (Actuating) ... 2. Tujuan Penggerakan (Actuating) ............................. 3. Fungsi Pokok Penggerakan (Actuating) ................... 4. Prinsip Penggerakan (Actuating) .............................

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Fungsi Penggerakan (Actuating) ............................................... 1. Faktor Penghambat ................................................. 2. Faktor Pendukung ...................................................

C. Teknik-Teknik Penggerakan yang Efektif ....................... D. Pentingnya Penggerakan dalam Organisasi Pendidikan E. Mengaplikasikan Penggerakan (Actuating) dalam

Organisasi Pendidikan ................................................... F. Kunci Penggerakan Penggerakan (Actuating) dalam

Pendidikan .................................................................... 1. Pengarahan (Directing) ........................................... 2. Kepemimpinan (Leading) ........................................ 3. Fungsi Kepemimpinan ............................................. 4. Kepemimpinan Efektif ............................................. 5. Pengambilan Keputusan ......................................... 6. Motivasi .................................................................. 7. Teori Motivasi ......................................................... 8. Model Pendekatan Motivasi dalam Organisasi ...... 9. Komunikasi dalam Organisasi .................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... A. Simpulan ...................................................................... B. Saran ............................................................................

Daftar Pustaka

i ii iii iv

1 1 3 4 4 4

5

5 5 7 9 9

11 11 11 14

15

17 18 21 25 26 27 30 33 40 41

48 48 49

Page 4: Makalah penggerakan pendidikan

4

ABSTRAK

PERAN PENTING DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING)

DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh:

Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057

Moh. Toefik / NIM. 0102514059

Bonifasius Kopong Teka / NIM. 0102514061

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah memberikan penjelasan tentang: (1)

pengertian, tujuan, fungsi pokok dan prinsip-prinsp penggerakan, (2) faktor-faktor

penghambat dan pendukung fungsi penggerakan, (3) teknik-teknik penggerakan yang efektif,

(4) pentingnya penggerakan dalam organisasi pendidikan, (5) mengaplikasikan penggerakan

dalam organisasi pendidikan, dan (7) kunci penggerakan dalam pendidikan.

Penggerakan pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan yang

berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam melaksanakan tugas execution. Penggerakan

pendidikan sangat terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya organisasi sehingga

kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi yang efektif dan menciptakan

iklim serta budaya organisasi yang kondusif menjadi kunci penggerakan dalam mencapai

tujuan organisasi.

Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka mengarahkan dan

menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengambilan

keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan (actuating), bahkan dapat

dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan

adalam pengambilan keputusan (decision making). Motivasi memiliki arti penting dalam

menumbuhkan dan mempertinggi semangat kerja. Komunikasi adalah proses penyampaian

pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan,

tertulis, maupun isyarat.

Kata Kunci: manajemen pendidikan, penggerakan pendidikan, kepemimpinan, pengambilan

keputusan, motivasi, komunikasi

Page 5: Makalah penggerakan pendidikan

5

ABSTRACT

IMPORTANT ROLE OF ACTUATING DIMENSION

IN THE PROMOTION OF EDUCATION IN INDONESIA

By:

Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057

Moh. Toefik / NIM. 0102514059

Bonifasius Kopong Teka / NIM. 0102514061

The purpose of writing this paper is to provide explanation of: (1) definition, objectives, principal functions and the principles of mobilization, (2) inhibiting factors and supporting actuating functions, (3) the techniques of effective mobilization, (4) importance of mobilization in educational organizations, (5) apply mobilization in educational organizations, and (7) key mobilization in education.

Mobilisation of education is one of the functions of management education related to

managerial activity in task execution. Mobilisation of education is strongly associated with the use of a variety of organizational resources, so the ability to lead, motivate, communicate effectively and create a climate and organizational culture conducive be a key mobilization in achieving organizational goals.

Education leadership role is very important in order to steer and move organisais

education to achieve the expected goals. Decision-making is an important function of mobilization, it can be said that the core of the organization is the core of leadership and leadership is a decision making. Motivation has significance in growing and enhancing morale. Communication is the process of delivering a message from one person to another person, either directly or indirectly, whether oral, written, or gesture.

Keywords: education management, mobilization of education, leadership, decision making, motivation, communication

Page 6: Makalah penggerakan pendidikan

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti

pendidikan sebagai persoalan hidup dan kehidupan maka diskursus seputar pendidikan

merupakan salah satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang dapat

diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji. Pertama, kebutuhan

akan pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan

ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan pendidikan berarti berbicara

kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis bagi

upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level

kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi

dan peluang mengaktualisasikan diri di masa depan.

Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong

individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini kehidupan.

Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting bagi proses transformasi

personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah idealisme pendidikan yang

mensyaratkan adanya pemberdayaan. Namun dalam tataran ideal, pergeseran

paradigma yang awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini

dipandang sebagai suatu lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan

pengelolaan. Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.

Situasi, kondisi dan tuntutan pasca booming-nya era reformasi membawa

konsekuensi kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan kehidupan di masa

depan. Maka merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah

antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada zamannya. Mempertahankan diri

dengan tetap mengacu pada pembenahan total mutu pendidikan berkaitan erat dengan

manajemen pendidikan adalah sebuah keniscayaan.

Page 7: Makalah penggerakan pendidikan

7

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah

persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai

pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita

mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan

pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau

input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua,

penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis sentralistik, sehingga

peningkatan mutu sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada

keputusan birokrasi-birokrasi. Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang

tua sisiwa dalam penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan

sebatas pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti

mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak

memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada

masyarakat/orang tua sebagai stacheholder yang berkepentingan dengan pendidikan.

Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung tidak

demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau

birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.

Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang

bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang

lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan

berkualitas. Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku

bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai

tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam

mengambil keputusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan

anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu solusinya adalah dengan

dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 yaitu undang-undang otonomi daerah yang

kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dan

pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan

kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan

fiskal.

Page 8: Makalah penggerakan pendidikan

8

Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki

kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai

dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki

relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah.

Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan langkah

maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan pendidikan di

daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan kreativitas dari

para penyelenggara pendidikan di daerah. Implementsi otonomi sekolah ini juga salah

satunya tercermin dengan diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan

kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Untuk

kemudian direvisi dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2006, sampai pada diberlakukannya kurikulum 2013, yang sempat mengalami pro dan

kontra di kalangan masyarakat kependidikan dan non kependidikan.

Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat

manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat

sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang

bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi

manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan

potensi dan kekhasan yang dimiliki. Penggerakan atau Actuating mempunyai arti dan

perananan yang sangat penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka

penggerakan merupakan fungsi secara langsung berhubungan dengan manusia

(pelaksana). Dengan fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang

lain baru efektif. Oleh karena itu penggerakan atau actuating sebagai salah satu fungsi

manajemen yang sangat layak untuk dikaji lebih jauh dalam makalah ini.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini meliputi :

1. Pengertian dari penggerakan (actuating), tujuan, fungsi pokok dan prinsip dalam

actuating.

2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung serta teknik-teknik yang efektif dalam

penggerakan (actuating).

Page 9: Makalah penggerakan pendidikan

9

3. Pentingnya penggerakan (actuating) dalam organisasi Pendidikan.

4. Aplikasi penggerakan (actuating) dalam organisasi pendidikan.

5. Kepemimpinan sebagai faktor penting dalam rangka mengarahkan dan

menggerakkan organisais pendidikan.

6. Pengambilan keputusan sebagai fungsi terpenting dari penggerakan (actuating).

7. Motivasi yang memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi

semangat kerja dalam penggerakan (actuating) pendidikan.

8. Komunikasi dalam kaitannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian

dalam penggerakan (actuating) pendidikan.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah mengetahui:

1. Pengertian dari penggerakan (actuating), tujuan, fungsi pokok dan prinsip dalam

actuating.

2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung serta teknik-teknik yang efektif dalam

actuating.

3. Pentingnya penggerakan (actuating) dalam organisasi Pendidikan.

4. Mengaplikasikan penggerakan (actuating) dalam organisasi pendidikan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan :

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya penggerakan

(actuating) dalam pendidikan.

2. Mengetahui dan memahami pengaplikasian penggerakan (actuating) dalam

pendidikan.

3. Lebih meningkatkan jiwa manajemen pada diri kepala sekolah, guru dan pengawas

sekolah melalui fungsi penggerakan (actuating).

Page 10: Makalah penggerakan pendidikan

10

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI POKOK DAN PRINSIP PENGGERAKAN (ACTUATING)

1. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PENGGERAKAN (ACTUATING)

a. Pengertian Penggerakan (Actuating)

Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC)

dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (penggerakan), controlling (pengendalian)”. Dari

seluruh rangkaian proses manajemen, penggerakan (actuating) merupakan fungsi

manajemen yang paling utama, dan mempunyai arti serta perananan yang sangat

penting. Sebab dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak

berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi

actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung

dengan orang-orang dalam organisasi atau manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi

penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif.

Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan.

Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok

berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. George R.

Terry (1986) mengemukakan bahwa, actuating merupakan usaha menggerakkan

anggota-anggota organisasi sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan

berusaha untuk mencapai sasaran organisasi dan sasaran anggota-anggota

organisasi tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-

sasaran tersebut. Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang

terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai

dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Actuating

merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan

pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok

mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi

sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.

Page 11: Makalah penggerakan pendidikan

11

Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating adalah

directing and leading are the interpersonal aspec of commanding by which

subordinate are led to understand and contribute effectively and efficiency to

the attainment of enterprise objectives. Hal ini berarti bahwa pengarahan adalah

hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya

pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian

pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Pendapat lainnya, Actuating (penggerakan) yaitu: Actuating is setting all

members of the group towant to achieve the objektive willingly and keeping with

managerial planning and organizing efforts. Artinya Penggerakan adalah membuat semua

kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk

mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian. (Hasibuan,

1995:176).

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan

upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui

berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan

kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Jadi

penggerakan merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat

orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah

dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.

Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian

bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita

mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi.

Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan penggerakan (actuating) atau usaha

untuk menimbulkan action. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam

penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi

untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

(2) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) Tidak

sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau

mendesak, (4) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan

dan (5) Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

Page 12: Makalah penggerakan pendidikan

12

b. Ciri – ciri Penggerakan

Di dalam Penggerakan upaya seorang pimpinan agar berhasil dalam

menjalankan pelaksanaan manajemen yang baik dan berkesinambungan

hendaknya mampu memahami kondisi dan situasi di dalam organisasi yang di

gerakkan. Di dalam menggerakkan sebuah organisasi, seorang pinpinan harus

mampu bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang telah dibuat.

Adapun Ciri – ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :

1) Upaya yang berlandaskan pengetahuan tentang kepemimpinan yang baik.

2) Mengacu pada perencanaan yang telah dibuat.

3) Adanya kemampuan untuk memimpin semua anggota organisasi.

4) Semua kegiatan – kegiatan oraganisasi di atur dengan baik.

5) Pemberian bimbingan, motivasi dan pengarahan yang baik.

2. TUJUAN PENGGERAKAN (ACTUATING)

Rangkaian tindakan atau program kerja yang telah ditentukan pada tahap

perencanaan kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pelaksanaan.

Menggerakkan adalah sama artinya dengan pelaksanaan. Pelaksanaan adalah proses

dilakukan dan digerakkannya perencanaan. Fungsi pelaksanaan merupakan proses

manajemen untuk merealisasikan hal-hal yang telah disusun dalam fungsi

perencanaan. Fungsi actuating haruslah dimulai dari diri manager dengan

menunjukkan kepada staf bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan

peka terhadap lingkungannya. Ia harus memiliki kemampuan kerjasama, harus

bersikap obyektif.

Menurut Azwar (1996), Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah :

a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan

prestasi kerja staf

e. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

Page 13: Makalah penggerakan pendidikan

13

Sedangkan Tujuan fungsi actuating (penggerakan), Menurut Winanti (2009) adalah :

a. Mengembangkan rasa tanggung jawab

Mengembangkan sikap pada bawahan untuk tidak menerima apabila tidak

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

b. Pemberian komando

Memberi perintah, instruksi, direktif, meminta laporan dan pertanggungjawaban,

memberi teguran dan pujian.

c. Mengadakan pengamatan atas pekerjaan dan aktivitas bawahan langsung,

d. Pemeliharaan moral dan disiplin

Mendidik serta memberi contoh kepada bawahan tentang apa yang baik dan patut

dilaksanakan, menjaga ketertiban, kesopanan dan kerukunan.

e. Komunikasi

Berbicara dengan bawahan, memberi penjelasan dan penerangan, memberikan

isyarat, meminta keterangan, memberikan nota, mengadakan pertemuan, rapat

briefing, pelajaran, wejangan dan sebagainya.

f. Human Relation

Memperhatikan nasib bawahan sebagai manusia dan selalu ada keseimbangan

antara kepentingan pribadi pegawai, mengembangkan kegembiraan dan

semangat kerja yang sebaik-baiknya dan kepentingan umum organisasi.

g. Leadership

Menunjukkan dan membuat bawahan merasa bahwa mereka dilindungi dan

dibimbing, bahwa mereka mempunyai seorang sumber pimpinan dan penerangan

dalam menghadapi kesulitan dan masalah pekerjaan maupun pribadi keluarga (inti

penggerakan).

h. Pengembangan Eksekutif

Berusaha agar setiap bawahan dapat mengambil keputusan sendiri yang tepat

dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing, agar setiap bawahan

terbuka dan atas prakarsa sendiri selalu berusaha untuk menekan biaya,

memperkuat disiplin, meningkatkan mutu kerja dan sebagainya.

Page 14: Makalah penggerakan pendidikan

14

3. FUNGSI POKOK PENGGERAKAN (ACTUATING)

Adapun fungsi pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai

berikut :

a. Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut.

b. Menaklukkan daya tolak orang-orang

c. Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas dengan lebih

baik.

d. Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan

organisasi tempat mereka bekerja.

e. Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang atau

orang-orang terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.

4. PRINSIP PENGGERAKAN (ACTUATING)

Prinsip-prinsip penggerakan, Menurut Kurniawan (2009) sebagai berikut :

a. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.

b. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.

c. Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.

d. Menghargai hasil yang baik dan sempurna.

e. Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.

f. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.

g. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.

Dalam manajemen, penggerakan ini bersifat sangat kompleks karena

disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari

manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang

berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda-beda pula. Oleh

karena itu, penggerakan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada tiga

prinsip, menurut Haris (2011) yaitu :

a. Prinsip mengarah pada tujuan

Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa

makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan anggota

terhadap usaha mencapai tujuan. Bisa saya contohkan dalam out bound adalah

Page 15: Makalah penggerakan pendidikan

15

pada saat kita akan melakukan kegiatan out bound masing-masing. Pengarahan

tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu

mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain, seperti perencanaan,

struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan

kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan anggota.

b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan

Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak

mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian

dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan

mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan

perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu.

Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya

dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat

bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan

kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Prinsip kesatuan komando

Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan

tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur

didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu

pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi,

serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

Selain tiga prinsip diatas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah ketika dalam

menggerakan orang-orang dalam suatu organisasi, perlu diingat prinsip-prinsip

lain sebagai berikut : a) efisien, b) komunikasi, c) jawaban terhadap pertanyaan

5W+1H (Who, Why, How, What , When, Where), dan d) penghargaan/insentif.

Page 16: Makalah penggerakan pendidikan

16

B. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG FUNGSI PENGGERAKAN

1. Faktor Penghambat

Beberapa halangan dalam menjalankan penggerakan :

a. Kendala-Kendala Pemilihan SDM

1) Standar Kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi

kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang

sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam pemilihan SDM

untuk menghitung potensi SDM secara pasti.

2) Manusia (SDM sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti

mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala

sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan

kemampuannya.

3) Situasi SDM, Persediaan mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang

mendukung kebutuhan SDM organisasi . Hal ini menjadi kendala proses PSDM

yang baik dan benar.

4) Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah, Kebijaksanaan perburuhan

pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam

PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.

b. Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya.

Hal ini terjadi karena manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan

antar manusia. Seperti konsep perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow,

dinegara berkembang yang menjadi prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman,

dan diterima oleh lingkungan sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol

adalah aktualisasi diri dan self esteem. Perbedaan tersebut juga akan

mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.

1) Kurangnya keahlian dalam menggunakan menajemen.

2) Beragam-ragam dalam memutuskan sesuatu.

3) Tidak adanya kerjasama yang kompak.

4) Tidak menepati janji Fungsi-fungsi penggerakan.

5) Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas dapat menghasilkan

kedisiplinan dan kesetian dari anggota organisasi.

Page 17: Makalah penggerakan pendidikan

17

6) Kurangnya Komunikasi di Dalam Organisasi.

7) Tidak bisa membaca karakteristik setiap anggotanya.

8) Kurangnya Rasa Solidaritas yang tinggi.

2. Faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung dalam penggerakan diantaranya :

a. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha

dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak

memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya

untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-

sifat kepemimpinan menurut Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :

1) Memiliki kecerdasan orang-orang yang dipimpin.

2) Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh.

3) Memiliki kelancaran dalam berbicara.

4) Matang dalam berpikir dan emosi.

5) Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin.

6) Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.

Hal – hal yang perlu diperhatikan Pemimpin dalam fungsi penggerakan :

1) Pemimpin harus bekerja lebih produktif.

2) Pemimpin perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan

sosiologi.

3) Pemimpin harus mempunyai tekat untuk mencapai kemajuan dan peka

terhadap lingkungan.

4) Pemimpin harus bersikap obyektif.

b. Sikap dan Moril (Attitude and Morale)

Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan

bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola

hidupnya. Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu :

Page 18: Makalah penggerakan pendidikan

18

1) Sikap feodal (feudal attitude)

Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan bertindak

sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka terikat oleh aturan-

aturan tertentu yang telah teradat dan selalu ingin penghormatan yang serba

lebih. Dengan demikian dalam masyarakat feudal dimana sikap anggota

masyarakat sesuai dengan pola hidup feodalisme akan sukar lahir

kepemimpinan demokratis dariad para manajer, mengingat manajer tersebut

hidup dari masyarakat feudal.

2) Sikap Kediktatoran (dictatorial attitude)

Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir berperasaan dan bertindak

sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan mutlak, sehingga bawahan,

pekerja akan menjadi sasaran daripada kekuasaannya.

c. Tata Hubungan (Communication)

Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif,

pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial

diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif. Dalam

melakukan komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam diantaranya :

1) Komunikasi intern, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu

sendiri baik antara atasan dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau

antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya.

2) Komunikasi Ekstern, yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.

3) Komunikasi Horizontal, yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun

ekstern antar jabatan yang sama.

4) Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi

antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.

d. Perangsang (Incentive)

Insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.

e. Supervisi (Supervision)

Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka

timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata

control. Menurut George R. Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan dalam

Page 19: Makalah penggerakan pendidikan

19

tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota manajemen

saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas supervisor cukup

berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan dan

memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk menyelesaikan sesuatu

pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami

kesulitan.

f. Disiplin (Discipline)

Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan

ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :

1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).

2) Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).

C. TEKNIK-TEKNIK PENGGERAKAN YANG EFEKTIF

Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain:

1. Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai

tujuan yang harus dicapai.

2. Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan

tersebut.

3. Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi

dalam usaha pencapaian tujuan.

4. Setiap orang harus mengerti struktur organisasi.

5. Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan

organisasi dengan baik.

6. Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

diperlukan.

7. Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian.

8. Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran

serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mempu bekerja.

9. Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi

orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal mungkin.

Page 20: Makalah penggerakan pendidikan

20

Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif bagi

manajemen sekolah antara lain:

1. Kepala sekolah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas

dengan antusias dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh

semangat.

2. Kepala sekolah cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya

mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok

membuat keputusan.

3. Kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan

dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah

memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.

4. Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan

pujian atas prestasi kerja personal sekolah, karena ancaman atas kesalahan yang

dilakukan oleh para personalnya hanya akan berdampak buruk terhadap manajemen

sekolah.

5. Sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak mungkin lagi untuk

dibina, jauh efisien membentuk perilaku guru, tenaga kependidikan, dan personal

sekolah lainnya dengan menghargai hasil yang positif dan memberi motivasi ke arah

yang positif pula.

D. PENTINGNYA PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN.

Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi

modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan.

Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada

titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika melihat

peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk

mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara otomatis

akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM,

pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan.

Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara

menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk

kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun

Page 21: Makalah penggerakan pendidikan

21

masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam

pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga

kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Jika

manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi

terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga

pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam

pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai

suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan

empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan

sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah

juga amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan.

Penggerakan (actuating) sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan fungsi

yang sangat penting, karena fungsi ini kegiatannya berhubungan langsung dengan faktor

manusia sebagai bawahan. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang

berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan

pengorganisasian yang baik, kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh

potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber

daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja

organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan

kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi

yang telah ditetapkan. Dalam menggerakan manusia sebagai bawahan ini, seorang

pimpinan/manajer dituntut suatu kemampuan, sehingga para bawahan dengan senang

hati mengikuti ajakan atau kehendak pimpinan.

Keseluruhan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh manusia dalam upaya

mencapai tujuan, kita identifikasi sebagai administrasi. Inti dari administrasi adalah sinergi

semua sumber daya dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi. Sumber daya

yang dimiliki organisasi diistilahkan dengan 6 M yang salah satunya adalah man, atau

manusia. Manajemen dilakukan oleh manusia, untuk kepentingan manusia, dan berasal

dari manusia, Dengan demikian, untuk melakukan praktek pengaturan dengan benar, kita

harus memahami apa yang disebut sebagai manusia, Tujuannya adalah untuk memahami

manusia secara lebih baik dan lebih akurat.

Page 22: Makalah penggerakan pendidikan

22

Keuntungan pemahaman ini adalah terutama agar kita memahami cara memimpin

manusia dengan lebih baik (Leavit, 1978). Dengan memahami manusia, kita akan lebih

mudah untuk mempengaruhi dan menggerakkannya. Secara umum, pemahaman yang

memadai tentang manusia akan memudahkan kita bekerja sama dengannya dalam upaya

penciptaan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia itu sendiri.

Disadari unsur manusia adalah faktor yang sangat penting, karena semua proses

dalam melibatkan unsur manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu tim yang tangguh

untuk menyusun suatu manajemen risiko, agar nantinya dapat digunakan untuk

mengenali risiko, mengukur dan memantaunya, sehingga organisasi tidak sampai collaps

karena risiko yang tak dapat dicover nya. SDM yang berkualitas dan pro aktif sangat

diperlukan, walaupun demikian sebagus apapun unsur manusia, tetap diperlukan suatu

sistem prosedur yang baik, yang bisa memberikan signal apabila terjadi tanda-tanda dini,

serta ada built in control dalam setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan. Maka sangat

pentingnya penggerakan dalam suatu organisasi pendidikan, karna jika organisasi

pendidikan sendiri tidak ada pengatur atau penggerak suatu organisasi pendidikan sendiri

tidak akan maju atau berdiri dengan pesat.

E. MENGAPLIKASIKAN PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN.

Fungsi fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan

pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk

melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan organisasi. Penggerakan

merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga

mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi yang

bersangkutan oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut

(Terry:2006:313).

Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman

terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis,

sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating

jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif

begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan

pengorganisasian terlebih dulu.

Page 23: Makalah penggerakan pendidikan

23

F. KUNCI PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM PENDIDIKAN

1. PENGARAHAN (DIRECTING)

Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam

kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan

menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan. Dalam

manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping

menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-

manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda,

memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula.

Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan

dengan maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan

diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara

pengarahan yang dilakukan dapat berupa:

1) Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang

perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini

diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan

dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai

lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham

tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa

lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang mengerti lagi.

Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama

agar mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam

orientasi dapat berupa diantara lain, :

a) Tugas itu sendiri

b) Tugas lain yang ada hubungannya

c) Ruang lingkup tugas

d) Tujuan dari tugas

e) Delegasi wewenang

f) Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja

g) Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.

Page 24: Makalah penggerakan pendidikan

24

2) Perintah

Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang

berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu

pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan ditujukan

kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir

dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang lain yang

memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di bagian lain. Adapun

perintah yang dapat berupa :

a) Perintah umum dan khusus

Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer,

kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan

oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah

khusus bersifat lebih mendetail.

b) Perintah lisan dan tertulis

Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi

apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah

tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk

memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya,

perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih

besar. Biasanya perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang

relatif mudah.

c) Perintah formal dan informal

Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan sesuai

dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan

perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula berupa

bujukan dan ajakan.

Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata:

“apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”.

“marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan sebagainya.

Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat kurang

fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.

Page 25: Makalah penggerakan pendidikan

25

3) Delegasi wewenang

Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan

pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin

melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.

Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan diberikan

kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan

wewenang. Ini dapat menimbulkan keengganan bawahan untuk mengambil

suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian Pembelian mengadakan

perjanjian pembelian dengan pihak penyedia (supplier) dengan wewenang yang

kurang jelas itu, ia akan menanyakan kepada pimpinan, yang jawabannya belum

tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bagan

wewenang untuk menyetujui perjanjian.

Penentuan masalah

Penetapan Tujuan

Penetapan Tugas dan sumber

daya penunjang

Menggerakkan dan

mengarahkan

Memiliki Keberhasilan SDM

Page 26: Makalah penggerakan pendidikan

26

2. KEPEMIMPINAN (LEADING)

Gaya/Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai :

a. sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar

sasaran organisasi tercapai

b. pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang

pemimpin

c. pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun

yang tidak tampak oleh bawahannya.

d. Perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat,

dan sikap yang sering diterapkan oleh seorang pemimpin ketika ia mencoba

mempengaruhi kinerja bawahannya.

Ada beberapa tipe kepemimpinan, antara lain :

a. Tipe Kepemimpinan Karismatik

Dalam kepemimpinan karismatik seorang pemimpin memiliki energi, daya

tarik, dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain

sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-

pengawal yang bisa dipercaya.

b. Tipe Kepemimpinan Paternalistis

Adalah tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai

berikut:

1) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa,

atau anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan;

2) Dia bersikap terlalu melindungi (overly proctetive);

3) Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

keputusan sendiri;

4) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan

untuk berinisiatif;

5) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan

untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka;

6) Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

Page 27: Makalah penggerakan pendidikan

27

c. Tipe Kepemimpinan Militeristis

Tipe ini sifatnya “sok” kemiliter-militeran. Hanya gaya luaran saja yang

mencontoh gaya militer. Akan tetapi, jika dilihat lebih saksama, tipe ini mirip

sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter.

Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain sebagai berikut:

1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando terhadap

bawahannya, keras, sangat otoriter, kaku, dan sering kurang bijaksana;

2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan;

3) Menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual, dan tanda-tanda kebesaran

berlebihan;

4) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya (disiplin

kadaver/mayat);

5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari

bawahannya;

6) Komunikasi hanya berlangsung searah saja.

d. Tipe Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak

harus dipenuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal.

Pada a one man show, dia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah

dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.

e. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pemimpin dengan tipe ini praktis tidak memimpin, dia membiarkan

kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak

berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan

tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan. Dia merupakan pemimpin

simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis sebab posisinya

sebagai pemimpin biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan, atau

sistem nepotisme.

f. Tipe Kepemimpinan Populistis

Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third Word mendefinisikan

kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan

ssolidaritas rakyat.

Page 28: Makalah penggerakan pendidikan

28

Sebagai contoh, Soekarno dengan ideologi marhaenis yang menekankan

masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap berhati-hati terhadap

kolonialisme, penindasan, pengisapan, serta penguasaan oleh kekuatan-

kekuatan asing.

g. Tipe Kepemimpinan Administratif Atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe Administratif adalah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Para pemimpinnya

terdiri dari teknokrat dan administratur yang mampu menggerakan dinamika

modernisasi dan pembangunan.

h. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan

bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi

pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab

dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan

terletak pada person atau individu pemimpin, melainkan kekuatan justru

terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok.

Berbeda dengan pembagian gaya kepemimpinan di atas, Danim membagi

tipe/gaya kepemimpinan sebagai berikut:

a. Pemimpin otokratik, yaitu perilaku atau sikap yang ditampilkan pemimpin ingin

menang sendiri. Ia berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya

tergantung pada dirinya, di samping mempunyai sikap tertutup terhadap ide

dari luar, dan menanggap idenya yang dianggap akurat.

b. Pemimpin demokratis, yaitu pemimpin yang mempunyai sikap/perilaku

keterbukaan dan berkeinginan memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk

bersama. Tipe ini berasumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan

yang bermutu dapat dicapai oleh organisasi

c. Tipe/gaya permisif, yaitu sikap pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang

kuat, dimana sikapnya serba membolehkan, serba mengiyakan, tidak ambil

pusing, tidak bersikap dalam makna sesungguhnya, dan cenderung apatis

d. Tipe/gaya kepemimpinan transformasional, yaitu setiap tindakan yang

dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi

Page 29: Makalah penggerakan pendidikan

29

arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Saksono, tipe kepemimpinan dapat dibagi dalam beberapa tipe antara

lain:

a. Kepemimpinan yang memberi arahan, termasuk penentuan tujuan/sasaran,

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan perencanaan;

b. Kepemimpinan yang bersifat pengamalan/pelaksanaan, termasuk

berkomunikasi, berkoordinasi, supervisi, dan evaluasi. Semua hal ini diarahkan

untuk mencapai tujuan;

c. Kepemimpinan yang memberi motivasi, termasuk menerapkan prinsip

motivasi serta menghargai tingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian

standar dan tujuan organisasi, termasuk memberikan pelajaran dan

bimbingan.

Menurut Mulyasa, sebagaimana dikutip oleh Khozin, beberapa gaya

kepemimpinan dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:

a. Gaya mendikte (telling)

Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan daya abstrak,

kemauan, dan kepercayaan diri rendah sehingga memerlukan petunjuk dan

pengawasan yang jelas.

b. Gaya menjual (selling)

Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan daya abstraknya rendah,

tetapi kemauan dan kepercayaan diri (komitmen) tinggi.

c. Gaya melibatkan diri (participating)

Gaya ini diterapkan jika tingkat kematangan daya abstraknya tinggi, tetapi

kurang memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri.

d. Gaya mendelegasikan (delegating)

Gaya ini diterapkan bila kemampuan, kematangan daya abstrak, kemauan

kerja tinggi dan cocok untuk staf yang profesional.

Page 30: Makalah penggerakan pendidikan

30

3. FUNGSI KEPEMIMPINAN

Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam

kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap

pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan memiliki

dua dimensi, yaitu:

a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam

tidakan atau aktivitas pemimpin

b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-

orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau

organisasi.

Secara operasional, fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok

antara lain:

a. Fungsi instruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan

pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu

dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif

b. Fungsi konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha

menetapkan keputusan, pemimpin kerap memerlukan bahan pertimbangan yang

mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai

mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan

keputusan. Pada tahap berikutnya, konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang

dipimpin, dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam

pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa

umpan balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-

keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

c. Fungsi partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang

dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakukan semuanya, tetapi

dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak

Page 31: Makalah penggerakan pendidikan

31

mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus

tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

d. Fungsi delegasi

Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa

persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.

Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin

yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.

e. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu

mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam kondisi yang efektif

sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi

pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,

koordinasi, dan pengawasan.

4. KEPEMIMPINAN EFEKTIF

Menurut Amirullah yang dikutip oleh Daryanto (2011: 129), indikator

kepemimpinan efektif yaitu melihat hasil kerja yang diperoleh selama tugas

kepemimpinannya, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Salah satu pendekatan

yang dianggap tepat dalam melihat indikator kepemimpinan yang efektif adalah dengan

melihat peran-peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin. Apabila pemimpin itu telah

melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya, maka pemimpin itu dikatakan

sudah efektif. Adapun peran-peran seorang pemimpin yang efektif, adalah:

a. Sebagai figur (figurehead)

b. Sebagai pemimpin (leader)

c. Sebagai penghubung (liasion)

d. Sebagai pengamat (monitoring)

e. Sebagai pembagi informasi (disseminator)

f. Sebagai juru bicara (spokesperson)

g. Sebagai wirausaha (enterpreneur)

Page 32: Makalah penggerakan pendidikan

32

Adapun kategori dari praktek kepemimpinan yang efektif menurut Yukl dapat

dipaparkan sebagai berikut:

a. Perencanaan dan pengorganisasian (planing and organizing)

b. Pemecahan masalah (problem solving)

c. Menjelaskan peran dan tujuan (clarifying roles and objektives)

d. Memberi informasi (informing)

e. Memantau (monitoring)

f. Memotivasi dan memberi inspirasi (motivating and inspiring)

g. Beakonsultasi (consulting)

h. Mendelegasikan (delegating)

i. Memberi dukungan (supporting)

j. Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring)

k. Mengelola konflik dan membangun tim (managing conflict and team building)

l. Membangun jaringan kerja (networking)

m. Pengakuan (recognizing)

n. Memberi imbalan (rewarding)

5. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan adalah fungsi terpenting dari pergerakan (actuating),

bahkan dikatakan inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan

adalah pengambilan keputusan (decesion making). Pengambilan keputusan (decesion

making) mempunyai beberapa pengertian:

a. Terry : pengambilan keputusan adalah pemillihan alternatif perilaku dari dua

alternatif atau lebih.

b. Siagian : suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-

fakta dan data-data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan

pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling

tepat.

c. Mckeachie (1986) : pengambilan keputusan adalah pertimbangan beberapa tujuan

dan pengukuran atas kemungkinan keberhasilan dari beberapa alternatif yang

diketahui.

Page 33: Makalah penggerakan pendidikan

33

d. William Biddle : pengambilan keputusan merupakan selection of proposed action to

solve the problem, yaitu suatu pilihan dari tindakan yang ditawarkan untuk

memecahkan persoalan. Pengambilan keputusan sesungguhnya merupakan

pembuatan pilihan atas dua atau lebih alternatif yang ada.

Proses Pengambilan Keputusan

Robbins (1998) memberikan enam langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:

a. Menetapkan masalah

b. Mengidentifikasi kriteria keputusan

c. Mengalokasi bobot pada kriteria

d. Mengembangkan alternatif

e. Evaluasi alternatif

f. Memilih alternatif terbaik

Gito Sudarmo dan Sudita (1997) memberikan tujuh langkah dalam proses pengambilan

keputusan, yaitu:

a. Menentukan tujuan. Penetapan tujuan dan sasaran secara memadai akan

menentukan hasil yang akan dicapai.

b. Mengidentifikasi persoalan. Sebuah syarat yang perlu bagi keputusan adalah

persoalan. Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah

permasalahan teridentifikasi.

c. Mengembangkan berbagai alternatif solusi. Sebelum mengambil keputusan, harus

dikembangkan beberapa alternatif solusi yang dapat dilaksanakan dan harus

dipertimbangkan konsekuensinya yang mungkin terjadi dari tiap-tiap alternatif

tersebut.

d. Mengevaluasi alternatif. Setelah alternatif dikembangkan, alternatif harus

dievaluasi dan dibandingkan.

e. Memilih alternatif. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan

sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Jadi, tujuan memilih alternatif adalah

memecahkan persoalan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan.

Page 34: Makalah penggerakan pendidikan

34

f. Melaksanakan keputusan. Jika salah satu alternatif yang terbaik telah dipilih,

keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Melaksanakan keputusan

hendaknya dilakukan secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

g. Evaluasi. Mekanisme sistem evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari

keputusan tersebut dapat terealisasi. Evaluasi didasarkan atas sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Siagian (1991), terdapat dua aspek yang dapat mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yaitu:

a. Aspek internal, yang terdiri dari:

1) Pengetahuan

2) Aspek kepribadian

b. Aspek eksternal, yang terdiri dari:

1) Kultur

2) Orang lain

Menurut Arroba, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yaitu:

a. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi

b. Tingkat pendidikan

c. Personality

d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan

permasalahan

e. Culture

Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya pengambilan keputusan adalah cara atau respons yang dilakukan seseorang dalam

rangka pengambilan keputusan. Dalam pengertian lain, Gaya pengambilan keputusan

adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan-

keputusan, baik untuk dirinya, orang lain maupun organisasi.

Terdapat dua gaya pengambilan keputusan, yaitu:

a. Gaya rasional

Gaya pengambilan keputusan yang rasional ini bercirikan adanya kepastian

berdasarkan pada hal-hal yang rasional, eksak, dan masuk akal, kemampuan yang

Page 35: Makalah penggerakan pendidikan

35

tinggi dalam perencanaan, kepercayaan diri yang tinggi, cenderung

menyelesaikan tugas dengan kontrol tinggi. Gaya pengambilan keputusan

rasional cenderung berusaha untuk merumuskan pengambilan keputusan

dengan banyak menitik beratkan pada penalaran rasional.

b. Gaya intuitif

Gaya pengambilan keputusan ini lebih mengandalkan perasaan, kesadaran

emosional, fantasi, dan kadang-kadang bersifat impulsif. Pengambilan keputusan

intuitif adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari pengalaman yang

tersaring. Dalam hal ini, tidak berarti analisis rasional sama sekali tidak berjalan,

lebih tepatnya antara faktor emosional, fantasi, dan rasional saling melengkapi.

Robbins (1996) mengidentifikasikan ada 8 kondisi yang memungkinkan orang

menggunakan pengambilan keputusan intuitif, antara lain:

1) Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi

2) Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti

3) Bila hal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara ilmiah

4) Bila fakta-fakta yang terkait terbatas

5) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti

6) Bila data analisis kurang berguna

7) Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih dari

antaranya dengan argumen yang baik untuk masing-masing

8) Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil keputusan yang

tepat

6. MOTIVASI

Motivasi merupakan suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau

suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke

arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Gibson (1985) menyatakan

dalam mempertimbangkan motivasi, perlu diperhatikan faktor-faktor fisiologikal,

psikologikal, dan lingkungan (environmental) sebagai faktor-faktor yang penting.

a. Konsep Dasar Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai tenaga

penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian

Page 36: Makalah penggerakan pendidikan

36

kegiatan dalam suatu perilaku (Adi, 1994). Lebih lanjut, Sudisman (1986) menyatakan

bahwa motivasi tidak dapat diamati secar langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari

tingkah laku seseorang. Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energi dalam

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Pernyataan ini mengandung tiga pengertian,

yaitu: (a) motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri tiap individu, (b)

motivasi ditandai oleh adanya rasa atau feeling afeksi seseorang, dan (c) motivasi

dirangsang karena adanya tujuan.

Nawawi (2000) menyatakan bahwa motivasi (motivation) berakar dari dasar

motif (motive) yang berrti dorongan sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu,

biasanya motif itu diwujudkan dalam berbagai tindak tanduk seseorang. Motivsi

merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar

mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuan, denan pengertian tercapainy

tujun orgnissi berarti tercapai pula tujuan probadi para anggota organisasi yang

bersangkutan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi dalam lingkungan

organisasi, antara lain:

1) Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk rencana dan program kerja;

2) Persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh para pekerja atau bawahan;

3) Sarana prasarana dan sperangkat peralatan yang diperlukan dalam mendukung

pelaksanaan kerja;

4) Gaya kepemimpinan tasan atau perilaku atasan terhadap bawahan.

Ilyas (2003) mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi kejiwaan dan mental

seseorang berupa aneka keinginan, harapn, dorongan, dan kebutuhan yang membuat

seseorng melakukan sesuatu untuk mengurangi kesenjangan yng dirasakannya. Lebih

lanjut Siagian (2002) mendefinisikan motivasi sebagai semangat atau dorongn

terjadap seseorang untuk melakukan serngkaian kegiatan dengan bekerja keras dan

cerdas dalam mencapai tujuan tertentu.

Dari beberapa pengertian motivasi di atas, setidaknya ada beberapa hal yang

terkandung di dalamnya, antara lain: keinginan, harapan, kebutuhan , tujuan, sasaran,

dorongn, dan insentif. Dengan demikian, suatu motif adalah kedaan kejiwaan yang

mendorong, mengaktifkan, dan menggerakkan serta mengarahkan dan menyalurkan

perilaku sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian

Page 37: Makalah penggerakan pendidikan

37

tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi anggota organisasi yng

bersangkutan. Jadi, dapat dikatakan bahwa bagaimanapun motivasi didefinisikan akan

terdapat tiga komponen utama, yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan.

Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi

semangat kerja sehingga salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi

atau prses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada

kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan

organisasi. Pola sederhana proses terjadinya motivasi oleh Siagian (2002) secara

skematis digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Proses Terjadinya Motivasi

Informasi yang dapat diambil dari skema di atas antara lain:

1) Dalam kehidupan manusia akan selalu timbul kebutuhan dan yang bersangkutan

merasa perlu untuk memuaskannya;

2) Sesuatu yang dibutuhkan itu diktegorikan sebagai kebutuhan apabila

menimbulkan ketegangan dalam diri yang bersangkutan. Semakin urgen

kebutuhan itu akan semakin tinggi ketegangan yang dialaminya;

3) Ketegangan itulah yang menimbulkan dorongan agar yang bersangkutan berbuat

sesuatu;

4) Sesuatu itu adalah upay mencri jalan keluar agar ketegangan yang dihadapi tidak

berlanjut;

5) Jika upaya mencari jalan keluar berhasil, kebutuhan pun akan terpuaskan; dan

Kebutuhan

yang

Dirasakan

Timbulnya

Ketegangan Dorongan

Upaya

Mencari Solusi

Kebutuhan

Dipuaskan Ketegangan

Berkurang

Page 38: Makalah penggerakan pendidikan

38

6) Kebutuhan yang terpuaskan akan menurunkan ketegangan, tetapi tidak

menghilangkan sama sekali karena cepat atau lambat akan muncul kebutuhan

yang lain.

b. Faktor Pembentuk Motivasi

Rivai (2005) menyatakan bahwa motivasi dapat meningkatkan produktivitas

kerja sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan individu, kelompok, maupun

organisasi. Faktor pembentuk motivasi da tiga sumber, yaitu:

1) Kemungkinan untuk berkembang;

2) Jenis pekerjaan;

3) Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari organisasi/perusahaan

tempt mereka bekerja.

Fungsi motivasi di antaranya sebagai berikut:

1) Sebagai energi atau motor penggerak bagi manusia;

2) Untuk mengatur dalam memilih alternatif di antara dua atau lebih kegiatan yang

bertentangan;

3) Merupakan pengatur atau rh tujuan dalam melakukan aktivitas.

7. TEORI MOTIVASI

Teori motivasi didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan bekerja dengan baik

bila diberi kesempatan dan dorongan yang tepat. Teori motivasi dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu: teori isi (content theory) dan teori proses (process theory). Teori motivasi

berdasarkan isi ada tiga teori yang penting dan menjadi referensi para pemimpin untuk

meotivasi anggotanya, yaitu: teori hirarki kebutuhan (Maslow), teori X dan Y (Mc Gregor),

dan teori konsep dua faktor (Herzberg). Sedangkan pada teori proses dikenal beberapa

teori, yaitu: teori harapan (expectancy theory), teori pembentukan perilku, teori keadilan,

dan lain-lain. Berikut dijabarkan teori-teori motivasi.

a. Teori Motivasi Berdasar Isi (Content Theory)

Teori isi (content theory) pada motivasi mefokuskan perhatiannya pada

pertanyaan: apakah yang menyebabkan sebuah pekerjaan berjalan dan berhenti ?

Kemungkinan jawaban dari pertanyaan ini ada dua yaitu: (a) Sebuah pekerjaan dapat

berjalan dan berhenti disebabkan oleh faktor kebutuhan, keinginan, dan dorongan.

Page 39: Makalah penggerakan pendidikan

39

Faktor-faktor ini memicu seseorang melakukan kegiatan. Semakin tinggi maka

semakin bagus dan memuaskan rangsangan dan imbalan untuk memenuhi

kebutuhannya. Sebaliknya, semakin rendah dn buruk rangsangan dan imbalan untuk

pemenuhan kebutuhan maka semakin rendah juga pekerjaan yang dilakukan. (b)

Penyebab berjalan dan berhentinya sebuah pekerjaan adalah adanya hubungan

antara karyawan dan faktor-faktor internal dan eksternalnya. Berikut ini adalah

penjabaran beberapa teori motivasi berdasarkan isi (content theory), yaitu: teori

hirarki Maslow, Murray, Alderfer, MCGregor, Herzberg, dan McClelland.

1) Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori hirarki kebutuhan Maslow menyatakan bahwa faktor pendorong yang

menyebabkan seseorang mau bekerja keras adalah motivasi yang berasal dari

aneka kebutuhan manusia untuk memenuhi kehidupan yang tersusun secara

hirarkis menurut kepentingannya. Hirarki kebutuhan tersusun sebagaimana

piramida yang tertata dalam lima tingkatan kebutuhan. Tingkatan piramida paling

bawah menunjukkan kebutuhan manusia paling mendasar kemudian berurutan

meningkat pada level piramida paling tinggi yang menunjukkan tingkat kebutuhan

manusia yang tertinggi. Bila sebuah kebutuhan telah terpenuhi oleh seseorang

maka kebutuhan yang lebih tinggi segera menjadi kebutuhan baru yang harus

dicapai. Hirarki kebutuhan Maslow ditunjukkan oleh gambar 2.

Gambar 2. Hirarki Kebutuhan Maslow

Page 40: Makalah penggerakan pendidikan

40

Dari teori piramida kebutuhan Maslow secara sederhana dapat diringkas

sebagai berikut.

Tabel 1. Ringkasan Teori Kebutuhan Maslow

No. Kebutuhan Manusia Wujud

1. Aktualisasi Diri

Maksimalisasi Pengetahuan

Kemampuan dan Keterampilan

Otonomi

Mengambil Resiko

Kreativitas

2. Penghargaan Diri (esteem)

Self Esteem

Esteem dari yang lain

Sosial

Profesional

Imbalan

3. Rasa Memiliki (belongingness)

Penerimaan

Apresiasi

Keluarga

Teman

Kelompok Sosial

4. Rasa Aman (safety)

Keamanan

Aturan dan Ketentuan

Gaji dan Upah

Asuransi Kesehatan, Pensiun dan

Kecelakaan

5. Dasar (basic)

Pangan, Sandang, dan Papan

Tersedia dengan layak

Pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini telah memberikan fondasi dan

mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada

kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2) Teori X dan Y Douglas Mc. Gregor

Teori motivasi menurut Mc. Gregor didasari atas asumsi bahwa setiap

karyawan dalam bekerja terbagi menjadi dua tipe, yaitu: tipe X dan tipe Y.

a) Teori X

(1) Bila pegawai tidak senang bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau

diancam dengan tindakan agar dapat mencapai tujuan organisasi;

(2) Pada dasarnya, para pegawai tidak senang bekerja dan bila mungkin

mereka akan mengelak;

Page 41: Makalah penggerakan pendidikan

41

(3) Pada dasarnya, pegawai akan mengelak dari tanggung jawab dan hanya

akan bekerja apabila menerima perintah untuk melakukan sesuatu;

(4) Kebanyakan para pegawai akan menempatkan pemuasan kebutuhan

fisiologis dan keamanan di atas kebutuhan yang lain dan tidak akan

menunjukkan keinginan atau ambisinya untuk maju.

b) Teori Y

(1) Para pegawai memandang kegiatan bekerja sebagai kebutuhan, hal yang

alamiah, seperti bermain dan istirahat;

(2) Para pegawai berusaha melakukan tugas tanpa diperintah, tanpa

diarahkan, dan berusaha mengendalikan diri;

(3) Pada umumnya, para pegawai akan menerima tanggung jawab terhadap

tugas yang dibebankan;

(4) Para pegawai akan menunjukkan kreativitasnya. Oleh karena itu,

pencapaian tujuan lembaga adalah tanggung jawab mereka juga, bukan

semata-mata tanggung jawab pimpinan.

Implementasi teori ini di lapangan adalah bahwa untuk memotivasi karyawan

dengan tipe X akan lebih berhasil dengan menggunakan motivasi yang bersifat

negatif, yaitu dengan memberikan imbalan disertai dengan ancaman. Sedangkan,

karyawan dengan tipe Y, bentuk pemberian motivasi positif berupa pujian atau

penghargaan akan meningkatkan kinerjanya.

3) Teori Motivasi Menurut Frederick Herzberg

Teori motivasi menurut Frederick Herzberg menyatakan bahwa karyawan

dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: (1) mereka yang termotivasi oleh

faktor-faktor intrinsik yang merupakan daya dorong dari dalam diri, dan (2)

mereka yang termotivasi oleh faktor-faktor ekstrinsik berupa pendorong yang

datang dari luar diri seseorang, terutama organisasi tempat bekerja. Bagi

karyawan yang memiliki dorongan secara intrinsik akan lebih mudah untuk diajak

meningkatkan kinerjanya dibandingkan dengan mereka yang terdorong secara

ekstrinsik.

Teori motivasi Herzberg dikenal dengan Model Dua Faktor, yaitu: faktor

motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Faktor motivasional adalah

Page 42: Makalah penggerakan pendidikan

42

hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik yang bersumber dalam

diri seseorang, seperti: pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,

kesempatan bertumbuh, kemujuan dalam karir, dan pengakuan orang lain.

Sedangkan, faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya

ekstrinsik yang bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku dalam

kehidupan seseorang, seperti: status dalam organisasi, hubungan individu dengan

atasan, hubungan seorang dengan rekan-rekan kerja, teknik penyeliaan yang

diterapkan, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi

kerja, dan sistem imbalan yang berlaku.

4) Teori ERG (Clyton Alderfer)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim ERG yang terdiri dari tiga istilah, yaitu:

E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk

berhubungan dengan pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).

Kegita istilah ini mempunyai dua hal penting, yaitu:

a) Secara konseptual terdapat persamaan antara teori Maslow dengan Alderfer.

Existence dapat dikatakan dikatakan identik dengan hirarki pertama dan kedua

dalam teori Maslow. Relatedness senada dengan hirarki kebutuhan ketiga dan

keempat menurut teori Maslow dan growth mengandung makna yang sama

dengan self actualization menurut Maslow.

b) Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu

diusahakan pemuasannya secara serentak.

Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut, akan tampak tiga hal sebagai berikut:

a) Semakin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, semakin besar pula

keinginan untuk memuaskannya.

b) Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar

apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.

c) Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi

semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

Page 43: Makalah penggerakan pendidikan

43

Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme manusia. Artinya, karena

menyadari keterbatasnnya maka seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi

obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada

hal-hal yang mungkin dicapainya.

5) Teori Motivasi Menurut David Mc. Clelland

Teori motivasi menurut David Mc. Clelland menunjukkan bahwa kebutuhan

yang kuat untuk berprestasi , dorongan untuk berhasil atau unggul, dan berkaitan

dengan sejauh mana orang itu termotivasi untuk melaksanakan tugasnya.

Timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi oleh kebutuhan yang ada dalam diri

manusia. Dalam diri individu terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong

tingkah laku, yaitu:

a) Kebutuah untuk Berprestasi (Need for Achievment)

Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah

laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu berdasarkan kesempurnaan

dalam diri seseorang. Kebutuhan untuk berprestasi merupakan suatu daya

dalam mental manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan lebih baik,

cepat, efektif, dan efisien dari kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

b) Kebutuhan Kekuasaan (Need for Power)

Kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk

mempunyai pengaruh kepada orang lain. Meskipun kebanyakan bawahan

tergantung pada pimpinannya, ketergantungan itu tidak semata-mata pada

atasan dengan bawahan. Hal ini berarti bahwa setiap seseorang tergantung

pada orang lain untuk sesuatu hal maka berarti orang lain mempunyai

pengaruh terhadapnya sehingga semakin besar ketergantungannya dan need

for power urang yang berpengaruh itu semakin besar.

c) Kebutuhan Kerja Sama (Need for Affiliation)

Kebutuhan kerja sama pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang,

terlepas dari kedudukannya, jabatan dan pekerjaannya. Artinya, kebutuhan ini

bukan hanya kebutuhan manajer, melainkan juga kebutuhan para bawahan.

Hal ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan kerja

Page 44: Makalah penggerakan pendidikan

44

sama merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam

hubungannya dengan orang lain.

b. Teori Motivasi Berdasarkan Proses (Process Theory)

Teori motivasi berdasarkan proses memusatkan perhatian pada bagaimana

perilaku dimulai dan dilaksanakan. Teori motivasi yang termasuk berdasarkan proses

antara lain: teori harapan (expectancy theory), teori keadilan, teori penetapan tujuan,

dan teori kaitan imbalan dengan prestasi.

1) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan/Expectancy Theory)

Teori harapan menyatakan bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil

dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Artinya, apabila

seseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan tampaknya terbuka untuk

memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk mendapatkannya.

Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa

para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya apalagi

cara memperolehnya.

2) Teori Keadilan

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang. Atasan harus berlaku adil terhadap semua bawahannya. Penilaian dan

pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara obyektif bukan

atas suka atau tidak suka. Teori keadilan menyatakan bahwa faktor keadilan/

kewajaran yang mempengaruhi pengupahan mencakup tida dimensi, yaitu:

internal, eksternal, dan individual.

Inti teori keadilan adalah pandangan bahwa manusia terdorong untuk

menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi

dan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang individu mempunyai persepsi

bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai maka ada dua kemungkinan yang

dapat terjadi, yaitu:

Page 45: Makalah penggerakan pendidikan

45

a) Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.

b) Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya.

3) Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam menetapkan tujuan memiliki

empat macam mekanisme motivasional, yaitu:

a) Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;

b) Tujuan-tujuan mengatur upaya;

c) Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi;

d) Tujuan-tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan.

4) Teori kaitan Imbalan dengan Prestasi

Teori kaitan imbalan dan prestasi menyatakan bahwa motivasi seorang

individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik bersifat internal maupun

eksternal. Hal-hal yang termasuk faktor internal, adalah: persepsi seseorang

mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan

kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. Adapun faktor eksternal yang

mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain: jenis dan sifat pekerjaan,

kelompok kerja tempat seorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi

lingkungan pada umumnya, dan sistem imbalan yang berlaku dan cara

penerapannya.

8. MODEL PENDEKATAN MOTIVASI DALAM ORGANISASI

a. Model Tradisional

Model tradisional merupakan bentuk usaha yang ditempuh oleh para manajer

dan pemimpin untuk membuat bagaimana bawahan/karyawan dapat menjalankan

pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling

efisien.

b. Model Hubungan Manusiawi

Model hubungan manusiawi menekankan kepada para manajer untuk bisa

memotivasi bawahan/karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dengan

membuat mereka merasa penting dan berguna. Dalam hal ini, pemimpin mencoba

Page 46: Makalah penggerakan pendidikan

46

untuk mengakui kebutuhan sosial orang yang dipimpin dan mencoba memotivasi

mereka dengan meningkatkan kepuasan kerjanya. Para karyawan diberi lebih banyak

waktu kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaannya.

Dengan model pendekatan hubungan manusiawi ini, para karyawan diharapkan

menerima wewenang pemimpin karena telah diperlakukan dengan baik dan penuh

tenggang rasa, serta penuh perhatian atas kebutuhan mereka.

c. Model Sumber Daya Manusia

Tugas seorang pemimpin dalam model sumber daya manusia ini bukanlah

menyuap karyawan dengan upah atau uang saja, melainkan juga untuk

mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan organisasi

dan anggotanya. Setiap karyawan menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan

kemampuannya masing-masing. Dalam model ini, karyawan dianggap sebagai

individu yang memiliki motivasi tidak hanya karena uang dan prestise saja, tetapi

menganggap bahwa para karyawan juga memiliki dorongan untuk melaksanakan

pekerjaannya dengan baik.

9. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

a. Pengertian Komunikasi

Colley (dalam Effendi, 1992) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah

mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antara manusia dan yang

memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama, dan sarana untuk

menyiarkannya dalam ruang waktu serta merekamnya dalam waktu. Usman (2004)

mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari satu orang kepada

orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis, maupun isyarat.

Seorang yang melakukan komunikasi disebut komunikator, orang yang diajak

berkomunikasi disebut komunikan, dan orang yang mampu berkomunikasi disebut

komunikatif. Orang yang komunikatif adalah orang yang mampu menyampaikan

informasi atau pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung,

tertulis, lisan, maupun isyarat sehingga orang lain dapat menerimanya sesuai dengan

pemberi pesan atau informasi.

Arikunto (dalam Kurniadin, 2014) mengartikan komunikasi sebagai suatu

usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga untuk menyebarluaskan informasi yang

Page 47: Makalah penggerakan pendidikan

47

terjadi di dalam maupun di luar lembaga yang ada kaitannya dengan kelancaran tugas

mencapai tujuan bersama. Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan

dan pengorganisasian karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari

atasan, melainkan juga datang dari bawah ke atas atau antar rekan kerja. Cara-cara

yang digunakan sebagai media komunikasi dalam suatu lembaga dapat bersifat lisan

maupun tulisan.

Komunikasi sebagai fenomena sosial yang kompleks dapat dipandang dari

berbagai segi, diantaranya: komunikasi dipandang sebagai suatu peristiwa, komukasi

dapat juga dipandang sebagai suatu proses sosial, dan komunikasi dipandang sebagai

media penyampai pesan.

b. Unsur-unsur Komunikasi

Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus

diperhatikan, yaitu: (a) pengirin pesan (sender), (b) pesan yang dikirimkan (message),

(c) bagaimana pesan tersebut dikirimkan (communication channel), (d) penerima

pesan (receiver), dan (e) umpan balik (feedback). Pesan disampaikan melalui media

komunikasi sehingga dapat diterima dengan baik oleh si penerima dan menghasilkan

umpan balik yang berguna bagi si pengirim pesan. Media komunikasi bukan hanya

berupa percakapan langsung dengan menggunakan suatu bahasa yang dapat

dimengerti, tetapi juga segala hal yang dapat membuat individu saling berinteraksi

dan saling mengerti mengenai pesan apa yang akan disampaikan sehingga tidak terjadi

salah penafsiran mengenai isi pesan. Media komunikasi dapat berupa isyarat melalui

gerak tubuh, morse, maupun melalui alat bantu seperti: surat, gambar, serta alat

bantu visual lainnya.

c. Berbagai Pendekatan dalam Komunikasi

Terdapat lima pendekatan dalam memandang komunikasi yang efektif, yaitu:

1) Pendekatan Klasik

Pendekatan klasik memandang bahwa komunikasi yang efektif merupakan

gabungan antara keterampilan yang diperoleh dan karakter moral yang tinggi.

Page 48: Makalah penggerakan pendidikan

48

2) Pendekatan Neo-Aristoteles

Pendekatan Neo-Aristoteles memandang efektivitas komunikasi disandarkan

kepada efek yang ditimbulkan. Efek-efek yang ditimbulkan dari komunikasi yang

efektif, yaitu menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,

hubungan yang baik, dan tindakan.

3) Pendekatan pada Teknik Komunikasi

Pendekatan pada teknik komunikasi memandang bahwa perlu adanya identifikasi

yang baku antara komunikasi yang baik dan yang buruk. Pendekatan ini

melahirkan teknik-teknik komunikasi, seperti: teknik komukasi persuasif, teknik

komunikasi informatif, dan teknik komunikasi instruktif.

4) Pendekatan Menekankan kepada Aspek Penyesuaian antara Komunikator dan

Komunikan

Pendekatan ini sesuai dengan pandangan sosiologis dan psikologis tentang

pengambilan peran dan keinginan untuk menghindari kegagalan komunikasi, serta

ketidakcocokan kognisi di antara individu yang terlibat dalam proses komunikasi.

Hal penting yang ditekankan pada pendekatan komunikasi ini adalah kebersamaan

dalam makna.

5) Pendekatan Sistemik

Pendekatan sistemik memandang kefektivan komunikasi dengan cara

mengevaluasi keefektivan sistem komunikasi secara keseluruhan daripada hanya

seorang individu saja. Pendekatan ini banyak digunakan dalam bidang terapi.

Dalam pendekatan ini individu tidak dipandang sebagai obyek terapi tetapi

merupakan sistem sosial secara keseluruhan.

d. Tujuan dan Manfaat Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan pemahaman

bersama. Saling memahami bukan berarti harus menyetujui, melainkan dengan

komunikasi terjadi perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara

sosial.

Manfaat komunikasi diantaranya untuk menyampaikan informasi,

memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat, membujuk atau

membentuk opini dan meyakinkan tentang informasi-informasi yang diberikan

Page 49: Makalah penggerakan pendidikan

49

sehingga benar-benar diketahui situasi yang terjadi dilingkungannya, dan

memberikan hiburan atau kesenangan sehingga seseorang atau publik memperoleh

selingan dari kejenuhan yang dialaminya.

e. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

1) Fungsi Informatif

Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Hal ini berarti

seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi

yang lebih banyak, lebih baik, dan lebih tepat.

2) Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: (1)

atasan atau orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang

memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan,

dan (2) berkaitan dengan pesan (message). Pesan-pesan regulatif pada dasarnya

berorientasi pada kerja.

3) Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu

membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Karena adanya kenyataan ini

maka banyak pemimpin yang lebih menyukai memersuasi bawahannya daripada

memberi perintah.

4) Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan

dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.

f. Model-model Jaringan Komunikasi

1) Model Rantai

Metode jaringan komunikasi model rantai terdapat lima tingkatan dalam jenjang

hirarkisnya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke

bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung

(komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.

2) Model Roda

Page 50: Makalah penggerakan pendidikan

50

Sistem jaringan komunikasi dengan model roda ini, semua laporan, instruksi

perintah kerja, dan kepengawasan terpusat pada satu orang yang memimpin

empat bawahan atau lebih, dan antara bawahan tidak terjadi interaksi

(komunikasi sesamanya).

3) Model Lingkaran

Model jaringan komunikasi lingkaran ini pada semua anggota/staf dapat terjadi

interaksi di setiap tingkatan hirarki, tetapi tanpa ada kelanjutan pada tingkat yang

lebih tinggi dan terbatas pada setiap level.

4) Model Saluran Bebas/Semua Saluran

Model jaringan komunikasi sistem saluran bebas merupakan pengembangan

model lingkaran. Dari semua tiga level tersebut dapat melakukan interaksi secara

timbal balik tanpa menganut siapa yang menjadi tokoh sentralnya.

5) Model Huruf Y

Model jaringan komunikasi dalam organisasi di sini tidak jauh berbeda dengan

model rantai, yaitu terdapat empat level jenjang hirarkinya. Satu supervisor

mempunyai dua bawahan dan dua atasan yang mungkin berbeda

divisi/departemen.

g. Arus Komunikasi dalam Organisasi

1) Komunikasi ke Atas

Arus komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang

lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ini sangat penting untuk

mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan organisasi. Masalah yang

sering terjadi dalam komunikasi ke atas ini adalah:

a) Karena pesan yang mengalir ke atas sering merupakan pesan yang harus

didengar oleh hirarki yang lebih tinggi maka para pekerja sering enggan

menyampaikan pesan yang negatif.

b) Pesan yang disampaikan ke atas, terutama yang menyangkut ketidakpuasan

bawahan sering tidak didengar atau ditanggapi oleh manajemen.

c) Kadang-kadang pesan tidak sampai karena disaring oleh penjaga gerbang arus

pesan atau bisa terjadi lebih baik bertanya pada rekan kerja.

Page 51: Makalah penggerakan pendidikan

51

d) Arus ke bawah terlalu besar sehingga tidak ada celah untuk menerima pesan

menerima pesan dari bawah.

e) Hambatan fisik yang terjadi sebagai akibat dari secara fisik pimpinan dan

bawahan berjauhan.

2) Komunikasi ke Bawah

Arus komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirm dari tingkat hirarki yang

lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Arus komunikasi ini menimbulkan

masalah bahwa pihak manajemen dan bawahan sering berbicara dengan bahasa

yang berbeda.

3) Komunikasi Lateral

Komunikasi lateral merupakan arus pesan antar sesama, misalnya ketua bidang

ke ketua bidang dan anggota ke anggota. Pesan semacam ini bergerak di bagian

bidang yang sama dalam organisasi atau mengalir antar bagian. Masalah yang

timbul adalah adanya bahasa yang khusus dikembangkan oleh divisi tertentu di

dalam oragnisasi dan bidang tertentu merasa paling penting dalam organisasi.

h. Gaya Komunikasi dalam Organisasi

Terdapat empat gaya komunikasi dalam organisasi yang dapat dikembangkan manajer

berdasarkan frame of reference atau kinerja karyawan sebagaimana ditunjukkan oleh

gambar 3 berikut. Secara konseptual tidak ada satu pun gaya komunikasi yang paling

efektif di antara keempatnya. Efektif atau tidaknya suatu gaya komunikasi bergantung

pada sejauh mana gaya tersebut mampu diadaptasikan dengan frame of reference

komunikan.

1) Telling Style (G1)

Telling Style (G1) adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh manajer

melalui sikap, perbuatan, dan ucapannya yang cenderung lebih banyak

memberikan penjelasan dan pengarahan secara spesifik. Secara konseptual,

komunikasi telling style yang dikembangkan manajer mempunyai tingkat

kemungkinan efektif paling tinggi apabila diadaptasikan dengan karyawan yang

memiliki frame of reference atau kinerja yang rendah (GK-1).

Page 52: Makalah penggerakan pendidikan

52

2) Selling Style (G2)

Selling Style (G2) adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh manajer

melalui sikap, perbuatan dan ucapannya yang cenderung lebih banyak

memberikan penjelasan dan pengarahan, namun tidak secara spesifik. Secara

konseptual, komunikasi selling style yang dikembangkan manajer mempunyai

tingkat kemungkinan efektif paling tinggi apabila diadaptasikan dengan karyawan

yang memiliki frame of reference atau kinerja yang sedang (GK-2).

3) Participating Style (G3)

Participating Style (G3) adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh manajer

melalui sikap, perbuatan dan ucapannya yang cenderung memberikan

kesempatan kepada karyawan untuk ikut terlibat dalam proses komunikasi.

Keterlibatan karyawan tersebut tidak terbatas sebagai penerima pesan, tetapi

juga penyampai pesan. Oleh karena itu, siapa komunikator dan siapa komunikan

sedah tidak tampak lagi karena kedua-duanya berperan ganda. Secara

konseptual, komunikasi participating style yang dikembangkan manajer

mempunyai kemungkinan efektif paling tinggi apabila diadaptasikan dengan

karyawan yang memiliki frame of reference atau kinerja karyawan yang sedang

(GK-3).

4) Delegating Style (G4)

Delegating style (G4) adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh manajer

melalui sikap, perbuatan dan ucapan yang cenderung menempatkan dirinya pada

posisi sebagai penerima pesan dan hanya pada saat-saat tertentu saja manajer

sebagai penyampai pesan apabila diperlukan. Dalam kondisi seperti ini, terjadi

proses pertukaran peran. Manajer yang semula berperan sebagai penyampai

pesan berubah menjadi penerima pesan, demikian juga sebalilknya. Secara

konseptual, komunikasi delegating style yang dikembangkan oleh manajer

mempunyai kemungkinan efektif paling tinggi apabila diadaptasikan dengan

karyawan yang memiliki frame of reference atau kinerja karyawan yang tinggi

(GK-4).

Page 53: Makalah penggerakan pendidikan

53

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Penggerakan pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan

yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam melaksanakan tugas

execution. Penggerakan (actuating) adalah tindakan untuk memulai,

memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan serta mempengaruhi para pekerja

baik pendidik, tenaga kependidikan maupun karyawan untuk mengerjakan tugas-

tugas untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Penggerakan pendidikan sangat terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya

organisasi sehingga kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi

yang efektif dan menciptakan iklim serta budaya organisasi yang kondusif menjadi

kunci penggerakan dalam mencapai tujuan organisasi.

3. Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka mengarahkan

dan menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan mempunyai peran yang

sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan baik sebagai pengelola

pengelola pendidikan maupun sebagai pemimpin formal pendidikan di

sekolahnya.

4. Pengambilan keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan

(actuating), bahkan dapat dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah

kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalam pengambilan keputusan

(decision making).

5. Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi semangat

kerja sehingga salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi atau

prses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada

kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan

organisasi.

6. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain,

baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis, maupun isyarat.

Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian

Page 54: Makalah penggerakan pendidikan

54

karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, melainkan

juga datang dari bawah ke atas atau antar rekan kerja.

B. SARAN

1. Pengawas sekolah sebagai motor utama penggerak kemajuan pendidikan nasional

diharapkan dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan maksimal. Ditinjau

dari penggerakan pendidikan diharapkan pengawas dapat melaksankan fungsinya

sebagai supervisor untuk memastikan bahwa komponen-komponen pelayanan

pendidikan di sekolah baik kepala sekolah, guru, maupun karyawan dapat

melasakanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Pengawas sekolah hendaknya

memberikan bimbingan profesional untuk memastikan bahwa semua komponen

penggerakan pendidikan di satuan pendidikan dapat melaksanakan tugas, fungsi

dan weweangnya secara optimal dalam rangka memberikan layanan prima

pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di masing-masing satuan pendidikan

mempunyai peran yang strategis dalam mencapai tujuan pendidikan sehingga

diharapkan dapat menjadi pemimpin yang efektif agar masing-masing satuan

pendidikan yang dipimpinnya dapat berjalan dengan baik dan dapat memberikan

pelayanan prima sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

3. Guru sebagai tenaga pendidik yang berhubungan langsung dengan peserta didik

juga mempunyai peran yang sangat strategis dan vital dalam mewujudkan lulusan

berkualitas yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa sehingga diharpkan

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat memberikan pelayanan yang

prima dan optimal dalam mencerdaskan peserta didik. Guru yang baik diyakini

akan menghasilkan lulusan yang baik pula dan lulusan pendidikan yang baik akan

dapat membawa kemajuan dan kesjahteraan bagi diri, keluarga, lingkungan dan

masyarakatnya sehingga pada tataran yang lebih luas dapat memajukan bangsa

dan negara. Ditinjau dari sisi penggerakan pendidikan, guru diharapkan dapat

menjadi pemimpin pembelajaran yang efektif dengan meningkatkan motivasi

mencerdaskan peserta didik sebagai anak bangsa dan membangun komunikasi

yang baik dengan kepala sekolah, rekan guru, orang tua murid dan masyarakat,

serta paling utama dengan siswa peserta didik.

Page 55: Makalah penggerakan pendidikan

55

DAFTAR PURTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.

Bennis, Warren. 1994. Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa Anna W.Bangun. Jakarta. Elex Media Komputindo.

Covey, Stepehen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto. Jakarta. Binarupa Aksara.

Didin Kurniadi, dkk. 2014. Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan). Jakarta, PT Indeks.

George R.Terry, PhD. 1986. Azas ‐ azas Management . Alumni, Bandung.

Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta. PT Bumi Aksara

Koontz, H., O’Donnell, C., & Weihrich, H. (1996), Manajemen/ Harold Koontz, Cyril O’Donnell, Heinz Weihrich,Ed : Gunawan Hutauruk. Jakarta. Erlangga.

Kurniawan Saifullah, Ernie Tisnawati S. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Leavitt, H. J. 1978. Psikologi Manajemen . Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Retina Sri Sedjati. 2011. Makalah Dasar-dasar Manajemen-Fungsi Penggerakan. Bahan Mata kuliah manajemen . STIKES Madiun.

Robbins, Stepehen P. 2000. Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall.

__________________. 1996. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, Cetakan I. Jakarta. PT Toko Gunung Agung.

Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Winanti dan Budiono. 2009. “Pengaruh Iklim Kerja, Kompensasi dan Kompetensi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai dan Dosen Pada STIE – STMIK Insan Pembangunan”. JOCE IP, Vol. 3 No. 1 September 2009

http://rahimart08095.blogspot.com/2015/03/makalah-ilmu-administrasi.html (di Unduh tanggal 1 April 2015)