makalah pengendalian penyakit bovine tuberkulosis
TRANSCRIPT
4
Pengendalian Penyakit Bovine Tuberculosis Pada Ternak Sapi Perah di Kabupaten Garut Jawa Barat
Abd. Hakim Jabbir MY 1), Abdul Zahid Ilyas 2)
1) Program Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran, Institut Pertanian Bogor2) Laporatorium Epidemiologi, Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
RANCANGAN SURVEI KEBERADAAN BOVINE TUBERCULOSISTujuanSurvei dilakukan untuk mengetahui prevalensi serta faktor risiko yang mempengaruhi kejadian penyakit bovine tuberculosis pada peternakan sapi yang terdapat di Kabupaten Garut.
Jenis DataData yang akan diperoleh dari kegiatan survei ialah data prevalensi dan data faktor risiko. Data prevalensi diperoleh dari hasil uji tuberkulin sedangkan data faktor risiko diperoleh dari kuisioner melalui wawancara. Aspek yang terdapat dalam kuesioner meliputi : Peternak (umur, latar belakang pendidikan, jenis peternakan) Jumlah populasi ternak Sistem pemeliharaan dan perkandangan ternak Sumber pakan dan air yang digunakan pada ternak Asal ternak dan distribusi produksi Manajemen pemeliharaan dan kesehatan hewan Riwayat kejadian penyakit di peternakan Kebersihan kandang (sanitasi) Tindakan biosecurity Sumber air yang digunakan
Populasi TargetJenis populasi yang akan digunakan sebagai target adalah populasi sapi perah di Kabupaten Garut. Unit acuan yang digunakan adalah populasi sapi pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Garut. Populasi sapi perah yang terdapat di Kabupaten Garut adalah 22154 ekor.
Tabel 1 Populasi sapi perah di Kabupaten GarutKecamatanPopulasi sapi perah (ekor)jumlah komulatif
Cisewu88
Caringin816
Telengong2137
Bungbulang441
Pamulihan567608
Pakenjeng41649
Cikelet2651
Pemeungpeuk3654
Cisompet34688
Singajaya11699
Cihurip146845
Cikajang43985243
Banjarwangi5535796
Cilawu25248320
Bayongbong224110561
Cigedug446815029
Cisurupan506320092
Sukaresmi220094
Samarang8220176
Pasirwangi9120267
Tarogong kidul2220289
Tarogong kaler820297
Garut kota96721264
Karangpawitan35021614
Wanaraja5121665
Sucinaraja4521710
Pangatikan2121731
Sukawening321734
Karangtengah121735
Banyuresmi521740
Leles3821778
Leuwigoong121779
Cibatu4321822
Kersamanah15421976
BI Limbangan5322029
Selawi2922058
Malangbong9622154
Total22154
Pemilihan Sampel dan Besar SampelPopulasi sapi perah yang terdapat di Kabupaten Garut adalah 22154 ekor. Sedangkan prevalensi penyakit Bovine Tuberkulosis yang digunakan untuk pengambilan contoh berdasarkan asumsi prevalensi 50% dari Kabupaten Garut. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan metode penarikan contoh acak bergerombol (Cluster Random Sampling). Tahapan pertama yang dilakukan untuk pengambilan sampel adalah menentukan kecamatan yang akan disampling menggunakan metode prosapility proportional to size (PPS). Cara ini digunakan karena sebaran populasi tiap kelurahan berbeda sehingga dapat diasumsikan setiap kecamatan memiliki kesempatan yang sama. Penarikan contoh menggunakan PPS, diawali dengan menghitung populasi kumulatif. Setelah itu dihitung selang interval sampel dan dipilih angka acak pada selang interval sampel untuk menentukan kecamatan yang dipilih dalam pengambilan sampel. Setelah itu, dilakukan perhitungan sampling interval (k) untuk mendapatkan selang populasi sapi. Ukuran sampel dihitung dari setiap kecamatan untuk menentukan jumlah sampel yang diambil. Adapun ukuran sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: n= ukuran contohp= prevalensi dugaan pada Kabupatenq= 1-pL=tingkat kesalahan
Asumsi yang digunakan: Tingkat kepercayaan = 95%Tingkat kesalahan = 5%Prevalensi dugaan = 50%
Ukuran contoh = 400
Pengambilan sampel dilakukan melalui 2 tahap yakni kabupaten-kecamatan, kecamatan-ternak. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah multistage random sampling. Pada multistage random sampling, ukuran contoh yang diperoleh dikali dengan faktor koreksi 2, tujuannya yaitu untuk menekan atau memperkecil nilai galat yang ditimbulkan, sehingga diperoleh ukuran contoh sebesar 400 x 2 = 800
Jumlah populasi sapi potong di kabupaten Garut = 22154 ekorJumlah kecamatan yang akan diambil sampel = 10 kecamatan
= 2216
Bilangan sampel yang terpilih setelah mengacak angka antara 1 2216 adalah 1715, sehingga jumlah sampel pertama diambil dari kecamatan cikajong I. kecamatan berikutnya dipilih dengan menambahkan sampling interval secara kumulatif. kecamatan yang terpilih yaitu, Cikajong II, cilawu, bayongbong, cigedug I, Cigedug II, cigedug III, cisurupan I, Cisurupan II, dan Wanaraga (Tabel 2).
Tabel 2 jumlah populasi ternak pada tiap peternakanKecamatanPeternakanJumlah ternakSampling
Cikajong I
TotalP1P2P3P4P5
44044044044043921992020202020100
Cikajong II
TotalP1P2P3P4P5
43843843843844721992020202020100
Cilawu
TotalP1P2P3P4P5
50550550550550425242121212121105
Bayongbong
TotalP1P2P3P4P5
44844844844844922412020202020100
Cigedug I
TotalP1P2P3P4P5
2982982982982971489121212121260
Cigedug II
TotalP1P2P3P4P5
2972972972973011489121212121260
Cigedug III
TotalP1P2P3P4P5
2982982982972991490121212121260
Cisurupan I
TotalP1P2P3P4P5
50650650650650725312121212121105
Cisurupan II
TotalP1P2P3P4P550750650650650725322121212121105
Wanaraga
TotalP1P2P3P4P5
101010101151111115
Sebanyak 800 sampel diambil dari 10 wilayah dimana setiap wilayah terdapat 5 peternakan dengan jumlah ternak yang beragam. Pembagian sampel di berbagai wilayah kecamatan bedasarkan proporsi jumlah populasi di kecamatan tersebut. Setiap peternakan yang terdapat pada kecamatan diambil sampelnya berdasarkan proporsi populasi. Untuk pengambilan sampel ternak pada tiap peternakan dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana.
Uji DiagnostikSampel individu sapi yang terdapat pada kecamatan yang terpilih kemudian dilakukan tes tuberkulin atau Tuberculosis Skin Test yang dilakukan di peternakan tempat sampel berada. Tuberculosis Skin Test memiliki nilai sensitivitas antara 52-100% dan memilki nilai spesifisitas antara 78,8-100% jika dilakukan dengan benar. Sapi yang digunakan sebagai sampel diamati 72 jam kemudian untuk pembacaan hasil uji tuberkulin. Data yang telah diperoleh baik berupa hasil kuisioner maupun hasil uji tuberkulin akan diinput melalui perangkat lunak seperti SPSS oleh dua petugas administrasi. Hasil pengolahan data berupa perhitungan Odds Ratio (OR) dan Relative Risk (RR) dilakukan untuk menetukan faktor risiko yang mempengaruhi prevalensi kejadian penyakit bovine tuberculosis.
Manajemen Data dan KuisionerPengumpulan data melalui wawancara dipandu dengan kuisioner yang telah disiapkan. Peternak sapi potong bertindak sebagai responden dalam survei ini.
Pengolahan DataData yang telah diperoleh baik berupa hasil kuisioner maupun hasil uji tuberkulin akan diinput melalui perangkat lunak seperti SPSS atau Epi info oleh dua petugas administrasi. Hasil pengolahan data berupa perhitungan Odds Ratio (OR) dan Relative Risk (RR) dilakukan untuk menetukan faktor risiko yang mempengaruhi prevalensi kejadian penyakit bovine tuberculosis.
Aspek KeorganisasianAspek keorganisasian terdiri atas tim lapang yang beranggotakan supervisor, dokter hewan dan enumerator. Tenaga administrasi berada di luar tim lapang yaitu berjumlah dua orang untuk memasukkan hasil kuesioner dan hasil uji diagnostik pada perangkat lunak. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan personil survey pelatihan pengujian tuberculosis skin test, pengisian form kuisioner, memasukkan dan mengolah data kuisioner serta sosialisasi kepada peternak.Personil yang dibutuhkan terdiri atas:1). Supervisor: 2 orang pegawai dinas2). Dokter hewan: 10 orang3). Enumerator: 10 orang 4). Pengolah data: 2 orang
Aspek LogistikSarana yang dibutuhkan pada saat pengujian Tuberculin Skin Test di lapangan antara lain alat tulis, lembar kuisioner, tuberculin test, cool box, ice pack, syringe 3 ml, jarum suntik 18 G, kapas, alkohol 70%, masker, sarung tangan/gloves, baju kandang, dan sepatu kandang. Sarana untuk pengolahan data kuisioner adalah komputer berisi software, yang akan digunakan untuk mengolah data kuisioner, printer, kertas HVS, tinta printer, alat tulis. Sarana penunjang kegiatan adalah motor, lemari pendingin, konsumsi personil survei, dan alat komunikasi.
Pertimbangan Waktu dan AnggaranKegiatan survei ini akan dilaksanakan selama 14 hari, yang akan dimulai pada tanggal 11-25 September. Pelaksanaan kegiatan survei yang berlangsung selama 14 hari di Kabupaten Garut membutuhkan dana mencapai Rp. 121.068.000Tabel 3. Rincian biaya selama kegiatan survei dan pengambilan sampel PengeluaranHargaJumlahHariTotal
Komisi
Supervisor 150 0002146 000 000
Dokter hewan 125 000101425 000 000
Enumerator100.00010141 500 000
Pengolah data100 000214400 000
Sub total 32 900 000
Pelatihan
Pengajar500.00011500.000
Konsumsi20.000301600.000
Alat pelatihan1.000.000111.000.000
Sub total2 100 000
Operasional
Bensin motor100 000101414 000 000
Komunikasi20.000241411.520.000
Sub total 25 520 000162 375 000
Logistik
Tuberculin test50.00080040.000.000
Pulpen2 0003058 000
Kertas F430 00010300 000
Tinta2500010250 000
Kertas label8 0001080 000
Flashdisc60 0005300 000
Kapas6 00020120 000
Alkohol 70%15 00010150 000
Tissue6 00020120 000
Gloves50 0005250 000
Plastik5 0001050 000
Masker50 0005250 000
Baju lapang85 000201 700 000
Sepatu lapang60 000201 200 000
Pot plastic2 0008001 600 000
Ice pack30 00020600 000
Cool Box180 000101 800 000
Sub total 48 828 000
Konsumsi20.00024146.720.000
Lain lain5.000.0005.000.000
Sub total 11 720 000
Total Biaya 121 068 000
Tanggal wawancara :Nama petugas :Kecamatan :
KUISIONER UNTUK PEMILIK PETERNAKAN
I. Karakteristik Pemilik Peternakan 1. Nama pemilik : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Pendidikan formal terakhir : 5. Pekerjaan: 6. Jumlah populasi sapi : 7. Jenis peternakan : sapi perah/ sapi potong* 8. Umur sampel: 9. Jenis kelamin sampel:
II. Aspek Manajemen Pemeliharaan 1. Asal sumber hewan ternak: a. Pembibitan sendiri b. Beli dari peternak lain di daerah sekitar kabupaten c. Beli dari peternak lain di luar kabupaten, sebutkan.. d. Lain-lain, sebutkan.
2. Jika Anda membeli ternak baru, biasanya apa yang Anda lakukan? a. Langsung menempatkannya dalam kandang yang sama dengan hewan ternak yang lama b. Menempatkannya terpisah dengan ternak yang lama, lamanya c. Lain-lain, sebutkan..
3. Jika ditempatkan secara terpisah, bagaimana cara pemisahannya? a. Ditempatkan dalam kandang isolasi yang jaraknya berjauhan dari kandang pemeliharaan b. Ditempatkan dalam kandang yang satu tempat dengan kandang pemeliharaan tetapi jaraknya agak berjauhan c. Hanya dipisahkan dengan sekat d. Lain-lain, sebutkan.
4. Apakah terdapat sekat dalam kandang pemeliharaan yang memisahkan sapi yang satu dengan yang lain? a. Ya b. Tidak
5. Bagaimana sistem pemeliharaan ternak yang Anda terapkan? a. Selalu ditempatkan dalam kandang b. Dikeluarkan ke padang gembala c. Dikeluarkan di padang gembala pada pagi hari, baru kemudian dimasukkan ke kandang kembali pada sore hari. d. Lain-lain, sebutkan.
6. Darimana asal pakan hijauan yang digunakan peternakan Anda? a. Dari lingkungan peternakan sendiri b. Di luar sekitar lingkungan peternakan, dimana, sebutkan. c. Lain-lain, sebutkan.
7. Bagaimana dengan asal sumber air yang digunakan di peternakan Anda? a. Air sumur b. Air sungai c. Air PAM d. Lain-lain, sebutkan.
III. Aspek Sanitasi 1. Untuk peternakan sapi perah, apakah sapi dimandikan setiap kali akan diperah? a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, berapa kali dalam sehari pemandian dilakukan? a. Satu kali, pagi atau sore hari b. Dua kali, pagi dan sore hari c. Lain-lain, sebutkan.
3. Apakah Anda membersihkan kandang secara teratur? a. Ya b. Tidak
4. Jika ya, berapa kali sehari kandang Anda bersihkan? a. Satu kali sehari pagi atau sore hari b. Dua kali sehari pagi dan sore hari c. Setiap ada kotoran dalam kandang
5. Bagaimana cara Anda membersihkan kandang ternak? a. Dikeluarkan kotorannya dan disemprot dengan air b. Dikeluarkan kotorannya, disemprot dengan air, dan diberi desinfektan. c. Lain-lain, sebutkan.
6. Apakah tempat pakan dan minum dibersihkan setiap hari? a. Ya b. Tidak
7. Jika ya, bagaimana cara Anda membersihkannya? a. Digosok saja b. Digosok dan dibersihkan dengan sabun c. Lain-lain, sebutkan
8. Bagaimana sistem pembuangan limbah yang diterapkan di peternakan Anda? a. Langsung dibuang ke tempat pembuangan limbah b. Diolah terlebih dahulu untuk selanjutnya dibuang c. Digunakan untuk proses pembuatan biogas d. Lain-lain, sebutkan..
9. Kemanakah Anda membuang limbah kotoran yang berasal dari peternakan? a. Sungai b. Lingkungan sekitar peternakan c. Lain-lain, sebutkan..
IV. Aspek Riwayat Penyakit Hewan 1. Apakah Anda pernah mendengar tentang Penyakit Tuberkulosis? a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, apakah Anda pernah mendengar bahwa sapi dapat terkena tuberkulosis? a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda mengetahui tanda-tanda Penyakit Tuberkulosis yang menyerang ternak?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah yang Anda mengetahui bahwa tuberkulosis dapat menyerang dari hewan ke manusia atau sebaliknya? a. Ya b. Tidak
5. Bagaimana cara Anda mengkonsumsi daging dan susu? a. Dimakan atau diminum mentah b. Dimasak matang c. Lain-lain, sebutkan
V. Aspek Kesehatan Hewan 1. Jika terdapat ternak yang sakit, apa yang biasanya Anda lakukan? a. Melakukan pengobatan sendiri b. Memberitahu dokter hewan kedinasan setempat c. Dipisahkan dari ternak yang lain d. Lain-lain, sebutkan.
VI. Aspek Produksi dan Distribusi 1. Kepada siapa, Anda menjual hasil produksi ternak Anda? a. Pengumpul (misal koperasi) b. Pengecer c. Langsung dijual ke pasar d. Lain-lain, sebutkan.
2. Dari daerah mana asal pembeli hasil produksi peternakan Anda? a. Dari daerah sekitar dalam satu kecamatan b. Dari kecamatan lain dalam satu kabupaten c. Dari kabupaten lain dalam satu provinsi d. Lain-lain, sebutkan..
DAFTAR PUSTAKAAkoso BT. 1996. Kesehatan Sapi. Panduan Bagi Petugas Teknis, Mahasiswa, Penyuluh dan Peternak.Animal Health Australia. 2007. Bovine Tuberculosis Case Response Manual. Primary Industries Ministerial Council, Canberra Acct. First Ed. 86 p. http://www.animalhealth australia.com.au (28 Mei 2008).Cosivi O, Grange JM, Dabron CJ, Raviglione MC, Fujikura T, Cousins D, Robinson R A, Huchzermeyer HF, de Kantor I, Meslin FX. 1998. Zoonotic tuberculosis due to Mycobacterium bovis in developing countries. Emerging Infectious Diseases, 4, 117.Max V, Paredes L, Rivera A, Ternicier C. 2011. National control and eradication program of bovine tuberculosis in Chile. J. Vetmic. 151: 188-191.Neill SD. Bryson DG dan Pollock JM. 2001. Pathogenesis of tuberculosis in cattle. Tuberculosis 81: 79 86.Oruc, E. 2005. Meningoencephalitis tuberculosa in a Holstein cow. Vet. Pathol. 42(6): 856 858.Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Bali cattle Disease Investigation Unit, Denpasar, Bali.WHO. 2009. Global Tuberculosis control.WHO report 2009. Geneva.