laporan surveilance epidemiologi penyakit tuberkulosis di puskesmas wajo kota baubau tahun 2006

49

Click here to load reader

Upload: yora-saki

Post on 02-Dec-2015

351 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

WHO mendefinisikan kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan social yang

sempurna, bukan hanya ketidakhadiran penyakit belaka. Jika definisi ini dikaji

lebih jauh, tidak banyak manusia yang benar-benar sakit. Tetapi hal ini bukan

berarti bahwa semua manusia selalu mempunyai penyakit. (Soekidjo

Natoatmodjo. 2007).

Sedangkan penyakit menurut cunningham dan saigo (2001), Penyakit

merupakan perubahan yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor

lingkungan yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi. Dalam hal

ini lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.

H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan

timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor

perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,

budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor

genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang

mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu penyakit yang terkait dengan faktor determinan di atas  adalah TB

(Tuberkulosis) yang merupakan suatu penyakit yang di dapat dari fenomena alam

dan lingkungan yang menyerang organ paru-paru, dan di sebabkan oleh bakteri.

Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu

penyakit infeksi kronis menular yang menjadi masalah kesehatan. Penyakit yang

sudah cukup lama ada ini merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan

sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Hal-hal yang menjadi

penyebab semakin meningkatnya penyakit TBC di dunia antara lain karena

1

Page 2: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

kemiskinan, meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur usia manusia

yang hidup, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi di negara-negara

miskin, tidak memadainya pendidikan mengenai TBC di antara para dokter,

kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik dan pengawasan kasus TBC serta

adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia.

Di negara maju dapat dikatakan penyakit TBC dapat dikendalikan, namun

adanya peningkatan kasus penyakit HIV merupakan ancaman yang sangat

potensial dalam peningkatan kasus penyakit TBC baru. Pada tahun 1995 di

seluruh dunia terdapat 17 juta kasus infeksi HIV dan kira - kira ada 6 juta kasus

AIDS pada orang dewasa dan anak sejak timbulnya pandemi HIV. Kira-kira

sepertiga dari semua orang yang terinfeksi HIV juga teinfeksi tuberkulosis, Dari

jumlah ini 70% berada di Afrika, 20% di Asia dan 80% di Amerika latin.

WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC pada tahun 1993,

karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini

disebabkan banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil disembuhkan.

Dinegara-negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian

yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang

terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia.

Pada tahun 1995, ada sekitar 9 juta pasien TBC baru dan 3 juta kematian

akibat TBC di dunia. Diperkirakan 7-8 juta yang terkena TBC di negara

berkembang, ini terjadi karena tidak ada peningkatan yang signifikan di dalam

upaya pencegahannya dalam tahun 1999-2020. WHO memperkirakan dalam dua

dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang

berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini.

Penyebab kematian wanita akibat TBC lebih banyak daripada akibat kehamilan,

persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TBC adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TBC

dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut

berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 - 30

%. Jika meninggal akibat TBC, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15

2

Page 3: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TBC juga memberikan dampak buruk

lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah

pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan

Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia.

Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan

kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di Indonesia tahun XXXX

sebesar 41/100.000 penduduk.

Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-

1993. Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65

%. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan

oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai

555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46 % di antaranya di

perkirakan merupakan kasus baru.

Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan

bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan

pada tahun 1986 meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO

Global Surveilance memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita

Tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insiden rate kira-

kira 130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis di perkirakan

menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat. Saat

ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit sekali

satu orang meninggal akibat TBC di indonesia.

Berdasarkan data pada puskesmas Wajo, penyakit Tuberkulosis merupakan

salah satu penyakit  dari sepuluh penyakit terbesar yang di derita masyarakat

setempat. Pada puskesmas Wajo dari tahun 2006 – 2010 terjadi peningkatan

penderita, hal ini menunjukan bahwa upaya-upaya yang di lakukan pihak

puskesmas mengalami keberhasilan. Adapun upaya-upaya yang di lakukan pihak

puskesmas baik dari segi promotif preventif melalui penyuluhan, maupun kuratif

melalui pemeriksaan dahak dan pemberian obat.

3

Page 4: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum penyakit Tuberkulosis di Puskesmas

Wajo.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut orang

pada Puskesmas Wajo.

2. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ITuberkulosis menurut tempat

pada Puskesmas Wajo.

3. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut waktu

pada Puskesmas Wajo.

4. Untuk mengetahui  Disrtibusi penyakit tuberkulosis menurut kelompok

umur pada puskesmas Wajo.

1.3. Manfaat Penulisan

1.3.1. Bagi Puskesmas wajo

Sebagai bahan informasi penting dan dapat digunakan untuk penentu

kebijakan selanjutnya.

1.3.2. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai informasi dan sebagai bahan masukan agar

masyarakat lebih meningkatkan lagi kesehatannya.

1.3.3. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan,khususnya tentang hal-hal yang berhubungan

dengn penyakit Tuberkulosis.

4

Page 5: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan  Umum  Surveilance

2.1.1. Sejarah Singkat Surveilance

Awalnya hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa

manusia, sehingga kematian karena penyakit tertentu saja yang jadi perhatian

Eropa (1348) Black Death surveilans secara primitif

John Graunt pencatatan secara ilmiah, orang yang pertama kali

mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi.

William Farr penemu konsep surveilans secara modern. Setelah perang

dunia dua ilmu kesmas berkembang sehingga tidak sebatas penderita saja.

2.1.2. Definisi

Bahasa Perancis CDC :“the on going systematic collection,analysis and

interpretation of health data essential to the planning, implementation,and

evaluation of public health practice,closely integrated with the timely

disemanation of these data to those who need to know. The final link of the

surveillance chain is the application of these data to prevention and control”

Noor Nasry Noor : survailance epidemiologi adalah pengamatan secara

teratur dan terus-menerus terhadap semua aspek tertentu baik keadaan maupun

penyebarannnya dalam suatu masyarakat terteentu untuk kepentingan pencegahan

dan penanggulangannya.

Dalam surveilans terdapat kegiatan pokok yaitu :

1) Pengumpulan data

a. Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung pada orang

yang yang terlibat langsung.

b. Data sekunder adalah data yang sudah ada dari institusi tertentu 

seperti puskesmas dll.

5

Page 6: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

2) Pengolahan data adalah suatu sistem yang akan mengolah masukan berupa

bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa bahan

jadi.

3) Analisis data adalah  proses pengelompokan  data menurut orang yang

terdiri dari jenis kelamin, umur, menurut waktu kejadian dan menurut

tempat (lokasi kejadian).dengan  menggunakan  statistik deskriptif

Sedangkan yang menjadi tujuan dalam surveilans ini yaitu untuk

mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan penyakit-

penyakit yang menimbulkan epedemi, mengetahui periodisitas suatu penyakit dan

situasi penyakit-penyakit tertentu di seluruh wilayah.

2.2. Tinjauan Penyakit Tuberkulosis

2.2.1. Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam

tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut

menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,

sistem saluran limfe, melalui saluran napas (bronchus) atau penyebaran langsung

ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur,

baik di paru maupun di luar paru.

2.2.2. Gejala

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum

dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah

disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama

pada kasus-kasus baru.

6

Page 7: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

1. Gejala umum (Sistemik)

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam

seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.Batuk-batuk selama lebih dari

3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus (Khas)

o Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara

"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak

o Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

o Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang

yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit

di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

o Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan

disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah

demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

o Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka

TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien

TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan

penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.

Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan

penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%

terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

7

Page 8: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Penegakan Diagnosis pada TBC

Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC,

Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk

memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :

Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisik secara langsung.

Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

Rontgen dada (thorax photo).

Uji tuberkulin.

2.2.3. Penyebab

Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa,

Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga

sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh

seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk

mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan

penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

2.2.4. Cara Penularan

Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh

Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC

saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari

orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan

berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang

memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami

penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga

menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran

cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah

organ paru.

8

Page 9: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan

infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang

berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru

berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk

jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant)

seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.

Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk

tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang

memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami

perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang

banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang

inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang

yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa

disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.

2.2.5. Pengobatan

Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang

cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.

Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin

mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan

tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.

Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang

lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik

darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-

obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan

dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan

kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat

seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu

kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.

9

Page 10: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

2.2.6. Pencegahan

Pencegahan penyakit TB dengan cara yaitu : Pola hidup sehat adalah

kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC.

Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk

memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC

tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan

yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah

harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu

hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.

2.2.7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi  Tuberkulosis

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tuberkulosis adalah

sebagai berikut :

1) Faktor umur

Faktor umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi 

penyakit Tuberkulosis. Dari hasil penelitian yang di laksanakan di

New York pada panti penempungan orang-orang gelandangan

menunjukan bahwa kemungkinan mendapat infeksi Tuberkulosis aktif

meningkat bermakna sesuia dengan umur. Insiden tertinggi

Tuberkulosis paru mengenai usia  dewasa muda.

2) Faktor jenis kelamin

Selain faktor umur, jenis kelamin uga sangat mempengaruhi

penyakit tuberkulosis. Berdasarkan beberapa penelitian, penderita

tertinggi penderita tuberkulosis adalah laki-laki di bandingkan dengan

perempuan karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan

merokok sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit tuberkulosis.

10

Page 11: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

3) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang di antaranya mengenai rumah yang memenuhi

syarat kesehatan dan pengetahuan pentakit TBC, sehingga dengan

pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk

mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat

pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaanya.

4) Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus di

hadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang

berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi

terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara

yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya

gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TBC. Jenis

pekerjaan sesorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga

yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di

antara kondisi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan

mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala

keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR akan

mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan bagi anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang

kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi di

antaranya TB paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan

mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumahyang

dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan

mempengaruhi terjadinya penularan penyakit TBC.

5) Kebiasaan merokok

Merokok di ketahui mempunyai hubungan dengan

meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penykit

11

Page 12: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

jantun koroner, brinchhitis kronik dan kanker kandung kemih.

Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terjadi infeksi TBC.

6) Kondisi rumah

Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan

penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat

perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit di bersihkan

akan memyebabkan penumpukan debu, sehingga akan di jadikan

sebagai media yang baik bagi berkembang biakan kuman

mycobacterium tuberkulosis.

7) Status gizi

Hasil penelitian menunjukan bahwa orang dengan status gizi

kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat di

bandingkan dengan orang yang berstatus gizinya cukup atau lebih.

Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan

daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.

8) Keadaan sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,

keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan

kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya

kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga

akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka

akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga

memudahkan terkena infeksi TBC.

9) Perilaku

Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan penderita TBC yang kurang tentang cara penularan,

bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan

12

Page 13: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber

penularan bagi orang di sekelilingnya.

2.2.8. Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis di Indonesia

Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India

dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia.

Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan

kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di Indonesia tahun XXXX

sebesar 41/100.000 penduduk.

Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-

1993. Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65

%. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan

oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai

555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46 % di antaranya di

perkirakan merupakan kasus baru.

Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan

bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan

pada tahun 1986 meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO

Global Surveilance memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita

Tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insiden rate kira-

kira 130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis di perkirakan

menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit

sekali satu orang meninggal akibat TBC di indonesia.

13

Page 14: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1. Gambaran Umum Puskesmas Wajo

3.1.1. Letak Geografis Dan Jangkauan

Puskesmas Wajo terletak di kelurahan Lamangga yang merupakan salah

satu Puskesmas dari tiga buah Puskesmas yang berada di Kecamatan Murhum.

Puskesmas Wajo berjarak kurang lebih 2 kilometer ke arah Selatan dari Pusat

Kota Bau-Bau. Wilayah kerja Puskesmas Wajo sebagian terdiri dari daerah

dataran dan sebahagian lagi adalah daerah yang berbukit-bukit namun masih dapat

dijangkau oleh kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.

3.1.2. Batas Dan Luas Wilayah Kerja

Puskesmas Wajo mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

o Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Meo – Meo

o Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Katobengke.

o Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Betoambari.

o Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Bataraguru.

dan wilayah kerja puskesmas Waborobo.

Adapun wilayah kerja Puskesmas Wajo terdiri dari 5 Kelurahan yang

masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Lamangga dengan luas wilayah kurang lebih 1,00 km2

2. Kelurahan Wajo dengan luas wilayah kurang lebih 1,00 km2.

3. Kelurahan Melai dengan luas wilayah kurang lebih 0,37km2

14

Page 15: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

4. Kelurahan Baadia dengan luas wilayah kurang lebih 2,00km2

5. Kelurahan Tangana Pada dengan luas wilayah kurang lebih 2 km2

Peta 1.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Warjo di Kecamatan Murhum

Kota Bau-Bau

15

Page 16: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

3.1.3. Jumlah Dan Distribusi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wajo sampai tahun  2010 

adalah   jiwa dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Jumlah dan Distribusi Penduduk

NO. KELURAHANLAKI –

LAKIPEREMPUAN JUMLAH

1. Baadia 1.147 1.202 2.349

2. Melai 897 942 1.837

3. Wajo 2.004 2.053 4.057

4. Lamangga 2.418 2.503 4.921

5. Tanganapada 1.875 2.052 3.927

Jumlah 8.339 8.752 17.091

Sumber : Pendataan Tingkat Puskesmas Wajo, per Januari  2010

3.2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh

dari buku registrasi Puskesmas Wajo.

3.3. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang kami peroleh diolah secara manual dan di analisis menurut orang

yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang merupakan saat

kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita Penyakit

Tuberkulosis yang ada pada Puskesmas wajo.

16

Page 17: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

3.4. Distribusi Penyakit Menurut Waktu

Tabel 3.2

Distribusi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Waktu di Puskesmas wajo Kel.Murhum

Tahun 2006 s.d 2010

TAHUNPENDERIT

A%

2006 6 5,04

2007 23 19,32

2008 28 23,52

2009 22 18,48

2010 40 33,61

JUMLAH 119 100

Sumber : data sekunder 2006 s.d. 2010

Berdasarkan data tersebut,bahwa penderita Tuberkulosis tertinggi yaitu

pada tahun 2010, dimana terdapat 40 orang penderita penyakit Tuberkulosis.

Pada  tahun 2006 yaitu angka terendah pada penyakit Tuberkulosis yaitu terdapat

6 orang penderita penyakit Tuberkulosis.

17

Page 18: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

3.5. Distribusi Penyakit Menurut Tempat

Tabel 3.3

Distribusi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Tempat di Puskesmas wajo

Tahun 2006 s.d 2010

KELURAHANPENDERIT

A%

WAJO 29 24,36

LAMANGGA 28 23,52

MELAI 12 10,08

BAADIA 11 9,24

TANGANAPAD

A31 26,05

LAINNYA 8 6,77

JUMLAH 119 100

Sumber Data Sekunder Tahun 2006 s.d. 2010

Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa kasus Penderita

Tuberkulosis tertinggi yaitu terdapat pada daerah tanganapada sebanyak 31 (26,05

%). Dan  yang terendah terdapat pada daerah lainnya yaitu terdapat 8 penderita

(6,72 %). Maksud lainnya disini adalah penderita yang datang berobat yang

berasal dari luar wilayah kerja puskesmas wajo.

18

Page 19: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

3.6. Distribusi penyakit menurut orang

Tabel 3.4

Distribusi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Orang pada Puskesmas Wajo

Tahun 2006 s.d.2010

KELOMPO

K

UMUR

PENYAKIT TUBERKULOSISJUMLA

H%

2006 2007200

8

200

92010

1 – 10 - - - - 5 5 4,26

11 – 20 4 3 3 3 5 18 15,12

21 – 30 1 6 6 13 13 38 31,93

31 – 40 1 4 6 2 6 19 15,96

41 – 50 - 6 7 3 4 20 16,8

51 – 60 - 4 3 1 3 11 9,24

61 – 70 - 1 3 - 4 8 6,72

JUMLAH 6 23 28 22 40 119 100

Sumber : data sekunder 2006 s.d 2010

Berdasarkan data tersebut kelompok  umur tertinggi adalah kelompok

umur 21-30 tahun yaitu terdapat 38 penderita (31,93 %). Sedangkan penderita

terendah terdapat pada kelompok umur 1 – 5 tahun yaitu terdapat 5 penderita

(4,54 %).

19

Page 20: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Tabel 3.5

Distribusi penderita penyakit tuberkulosis

Menurut jenis kelamin pada puskesmas wajo

Tahun 2006 s.d. 2010

JENIS

KELAMIN

PENDERITA TUBERKULOSISJUMLAH %

2006 2007 2008 2009 2010

LAKI-LAKI 2 11 14 13 24 64 53,78

PEREMPUA

N4 12 14 9 16 55 46,21

JUMLAH 6 21 28 22 40 119 100

Sumber : Data Sekunder Puskesmas Wajo Tahun 2006 s.d. 2010

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa jumlah penderita tuberkulosis

pada puskesmas wajo menurut jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu

terdapat 64 penderita (53,78 %). Sedangkan penderita terendah adalah perempuan

yaitu terdapat 55 penderita (46,21 %).

20

Page 21: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

2006 2007 2008 2009 20100

5

10

15

20

25

30

2

11

14 13

24

4

1214

9

16

Grafik 3.1.Distribusi penderita penyakit tuberkulosis

Menurut jenis kelamin pada puskesmas wajoTahun 2006 s.d. 2010

LAKI-LAKIPEREMPUAN

3.7. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Dari Tahun 2006

Sampai 2010.

Tabel 3.6.

Distribusi Penderita Tuberkulosis

Menurut Waktu pada Puskesmas Wajo

Tahun 2006 sampai 2010

TAHUN

PENDERITA TUBERKULOIS

JUMLA

H

%

LAKI-LAKIPEREMPUA

N

2006 2 4 6 5,04

2007 11 12 23 19,32

2008 14 14 28 23,52

2009 13 9 22 18,48

2010 24 16 40 33,61

JUMLA 64 55 119 100

21

Page 22: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

H

Sumber : data sekunder 2006 s.d. 2010

Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa distribusi penyakit

tuberkulosis menurut waktu tertinggi pada tahun 2010. Sedangkan distribusi

penyakit tuberkulosis menurut waktu terendah  yaitu pada tahun 2006.

BAB 4

ANALISIS MASALAH

4.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang langsung

diperoleh dari buku register puskesmas wajo.

4.2. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data yang kami peroleh diolah secara manual dan di analisis menurut

orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang merupakan

saat kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita Penyakit

Tuberkulosis yang ada pada puskesmas wajo.

4.3. Distribusi Penyakit Menurut Waktu

22

Page 23: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Tabel 4.1

Distribusi Penderita Tuberkulosis

Menurut waktu pada puskesmas wajo

Tahun 2006 s.d.2009

TAHUNPENDERITA TUBERKULOSIS JUMLA

H%

LAKI-LAKI PEREMPUAN

2006 2 4 6 5,04

2007 11 12 23 19,32

2008 14 14 28 23,52

2009 13 9 22 18,48

2010 24 16 40 33,61

JUMLAH 64 55 119 100

Sumber : Data Sekunder 2006 s.d. 2010

2006 2007 2008 2009 2010

JUMLAH 6 23 28 22 40

2.57.5

12.517.522.527.532.537.542.5

6

2328

22

40

Grafik 4.1Distribusi Penderita Tuberkulosis

Menurut Waktu pada Puskesmas WajoTahun 2006 s.d.2009

Jum

lah

Pend

erita

Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa distribusi penyakit

tuberkulosis menurut waktu tertinggi pada tahun 2010. Sedangkan distribusi

penyakit tuberkulosis menurut waktu terendah  yaitu pada tahun 2006.  Karena

23

Page 24: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

pada tahun 2006, pengetahuan masyarakat akan Penyakit TBC masih rendah

sehingga mereka enggan memeriksakan diri ke puskesmas dan cenderung berdiam

diri. Sedangkan tejadi peningkatan pada tahun 2010  karena pengetahuan

masyarakat tentang penyakit tuberkulasis meningkat sehingga apabila mereka

menemukan tanda-tanda penyakit TBC maka mereka segera memeriksakan diri ke

pusat pelayanan kesehatan dan setelah di periksa positif terkena TBC.

4.4. Distribusi Penyakit Menurut Tempat

Tabel 4.2.

Distribusi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Tempat di Puskesmas wajo

Tahun 2006 s.d 2010

KELURAHANPENDERIT

A%

WAJO 29 24,36

LAMANGGA 28 23,52

MELAI 12 10,08

BAADIA 11 9,24

TANGANAPAD

A31 26,05

LAINNYA 8 6,77

JUMLAH 119 100

24

Page 25: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

WAJO LAMANGGA

MELAI BAADIA TANGANA-PADA

LAINNYA

PENDERITA 29 28 12 11 31 8

2.5

7.5

12.5

17.5

22.5

27.5

32.5 29 28

12 11

31

8

Grafik 4.2.Grafik Distibusi Penyakit Menurut Tempat

pada Puskesmas WajoTahun 2006 s.d. 2010

Pend

erita

Tub

erku

losis

Sumber : Data Sekunder Puskesmas Wajo 2006 s.d. 2010

Berdasarkan grafik di atas, di ketahui bahwa penderita tuberkulosis

tertinggi terdapat di kelurahan Tanganapada jika di bandingkan dengan kelurah-

kelurahan yang lain. Karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat  yang tinggi

akan penyakit TBC  sehingga mereka mau memeriksakan diri dan setelah di

periksa mereka mengidap penyakit ini. Dan sebagian besar mereka yang datang 

memeriksakan diri berasal dari kelurahan tanganapada. Sedangkan pada

masyarakat kelurahan  wajo dan lamangga lebih memilih pengobatan ke tempat

dokter praktek.

4.5. Distribusi Penyakit Menurut Orang

Tabel 4.3

Distribusi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Orang pada Puskesmas Wajo

25

Page 26: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Tahun 2006 s.d.2010

KELOMPOK

UMUR

PENDERITA TUBERKULOSISJUMLAH %

2006 2007 2008 2009 2010

1 – 10 - - - - 5 5 4,26

11 – 20 4 3 3 3 5 18 15,12

21 – 30 1 6 6 13 13 38 31,93

31 – 40 1 4 6 2 6 19 15,96

41 – 50 - 6 7 3 4 20 16,8

51 – 60 - 4 3 1 3 11 9,24

61 – 70 - 1 3 - 4 8 6,72

JUMLAH 6 23 28 22 40 119 100

Sumber : Data Sekunder 2006 s.d 2010

1 – 10 11 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70

JUM-LAH

5 18 38 19 20 11 8

2.5

12.5

22.5

32.5

5

18

38

19 20

11 8

Tabel 4.3Distribusi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Orang pada Puskesmas WajoTahun 2006 s.d.2010

Jum

lah

Pend

erita

Berdasarkan data tersebut kelompok  umur tertinggi adalah kelompok

umur 21-30 tahun yaitu terdapat 38 penderita (31,93 %). Sedangkan penderita

terendah terdapat pada kelompok umur 1 - 10 Tahun  yaitu terdapat 5 penderita

(4,20 %).  Hal ini Karena pada kelompok umur 21 - 30 merupakan usia produktif.

26

Page 27: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Adapun beberapa hal yang mempengaruhi meningkatnya penderita pada

kelompok umur ini karena :

1. Kebiasaan merokok

2. Pekerjaan

3. Tingkat pendidikan

4. Status gizi

5. Keadaan sosial ekonomi

6. Perilaku

4.6. Grafik Distribusi Penyakit Tuberkulosis Puskesmas Wajo Dari

Tahun 2006 Sampai Tahun 2010.

WAJO LAMANGGA

MELAI BAADIA TAN-GANA-PADA

LAINNYA

PEN-DERITA

29 28 12 11 31 8

2.5

7.5

12.5

17.5

22.5

27.5

32.5 29 28

12 11

31

8

Grafik 4.2.Grafik Distibusi Penyakit Tuberkulosis

pada Puskesmas WajoTahun 2006 s.d. 2010

Jum

lah

Pend

erita

Sumber : Data Sekunder  2006 s.d. 2010

27

Page 28: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

Berdasarkan grafik di atas di ketahui bahwa penderita Tuberkulosis

tertinggi terdapat di kelurahan Tanganapada  dengan jumlah penderita sebanyak

31 orang (26,05). Karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat  yang tinggi

akan penyakit TBC  sehingga mereka mau memeriksakan diri dan setelah di

periksa mereka mengidap penyakit ini. Dan sebagian besar mereka yang datang 

memeriksakan diri berasal dari kelurahan tanganapada. Sedangkan yang terendah

berasal dari kelurahn lain yang bukan merupakan wilayah kerja puskesmas wajo.

28

Page 29: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

4.7. Analisis Penyebab Maslah TBC di wilayah kerja Puskesmas Wajo

TABEL 1. Diagram Fishbone tentang Analisis Penyebab Masalah

Tingginya Angka Kesakitan TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo

29

Tingginya angka kesakitan TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Warjo

LINGKUNGAN MONEY

Ruangan di rumah yang kurang dapat sinar matahari

Pemukiman penduduk yang padat

Rendahnya tingkat ekonomi penderita

Masih adanya biaya pemeriksaan dan pengobatan yang dibebankan pada penderita

METHOD

Peran PMO belum terlaksana dengan baik

Kurangnya penuluhan kepada masyarakat dan penderita (promosi aktif)

MAN

Tidak semua petugas tahu tentang tatalaksana pengobatan TBC

Kurangnya perhatian pembinaan wilayah dalam pemantauan TBC

Rendahnya tingkat pengetahuan penderita dan masyarakat tentang penyakit TBC

MATERIAL

Tidak adanya pengadaan pot dahak bagi penderita TBC

Kurang tersedianya media informasi tentang TB (spanduk, leaflet, stiker, poster)

Page 30: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

4.8. Plan of Action

PLAN OF ACTION

TujuanTujuan Umum : Menurunkan penderita TBC di Puskesmas Wajo

Planning of Action (POA)

No Masalah Kegiatan Sasaran Tujuan Materi MetodePenanggung

jawabWaktu

Biaya Tempat Evaluasi

Jumlah Sumber

1

Tingginya angka

kesakitan TBC di

Puskesmas Wajo

Penyuluhan pada

masyarakat tentang

pentingnya pencegahan

dan pengobatan

TBC

penduduk di wilayah kerja

Puskesmas dan

Penderita TBC

menurunkan angka

insiden dan prevalensi penderita

TBC

pengertian, ciri-ciri TBC

pemberian

materi, tanya jawab dan

diskusi

Kepala Puskesmas,

kepala bagian

program P2M

Puskesmas

1x setiap awal bulan

Rp. 10.000.000

APBD, APBN, LSM

Aula Puskes

mas Wajo

> 80 % = bagus

pengobatan TBC

< 80 % = kurang bagus

dampakTBC  

30

Page 31: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

4.9. Monitoring dan evaluasi

Monitoring & Evaluasi (MONEV)Program Kesehatan Puskesmas Wajo Tahun 2010

No KegiatanRencana Monev

Input Proses Output Outcome

1

Penyuluhan pada masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengobatan TBC

MAN : tersedianya sumber daya tenaga kesehatan (1 Dokter, 1 SKM, 1 Perawat, 1 Sanitarian)

terlaksananya

penyuluhan kepada

masyarakat tentang

pentingnya pencegahan

dan pengobatan

TBC

penduduk dan

penderita TB Paru

mendapatkan informasi penyuluhan

tentang pentingnya pencegahan

dan pengobatan

TBC

meningkatkan program surveilans P2M, khususnya program TB

penduduk berjumlah 17.091 orang dan penderita TBC pada tahun ......... Orang

menurunkan angka insiden dan prevalensi penderita TBC

Money : tersedianya biaya yang dianggarkan oleh puskesmas, APBD, APBN sebesar Rp. 10.000.000,-

cukupnya dana yang dianggarkan dalam pelaksanaan proses penyuluhan

Material

meja , kursi, dll sesuai jumlah peserta penyuluhan sebanyak....orang

materi yang tersedia digunakan dalam proses penyuluhan

31

Page 32: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

tersedianya bahan materi presentase, absensi, ATK, undangan ....orang

adanya spanduk, poster, pamflet sesuai dengan tema penyuluhan

Machine : laptop, proyektor sebanyak..... Buah

mesin yang tersedia digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan

tersedianya mickrophone sebanyak... Dan speaker sebanyak....

Method : adanya langkah-

langkah prsentase

materi, diskusi dan tanya jawab

terlaksananya metode penyuluhan dengan cara presentase

32

Page 33: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan data penderita penyakit tuberkulosis

pada puskesmas wajo kecamatan murhum dapat di simpulkan bahwa :

1. Dari tahun 2006 sampai 2010 terjadi peningkatan penderita karena

pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penyakit Tuberkulosis

meningkat  melalui penyuluhan  sehingga apabila di temukan tanda dan

gejala TBC langsung memeriksakan diri ke tempat pusat pelayanan

kesehatan.

2. Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, penderita tertinggi

terdapat pada kelompok umur 21 – 30 tahun yang merupakan usia

produktif. Dan sebagian besar  di derita oleh laki-laki yang di sebabkan 

karena kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, status gizi,

keadaan ekonomi sosial, dan perilaku.

3. Berdasarkan tempat, kelurahan Tanganapada merupakan tempat kejadian

penyakit Tuberkulosis tertinggi di banding kelurahan yang lain karena

sebagian besar penderita yang memeriksakan diri berasal dari

tanganapada yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi

sehingga mereka mau memeriksakan diri ke puskesmas. Sedangkan

kelurahan lain ( wajo dan lamangga)  lebih memilih pengobatan ke

dokter praktek.

33

Page 34: Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau Tahun 2006

4.2. Saran

1) Bagi puskesmas

Kinerja puskesmas sudah sangat baik, saran kami hanya  lebih

meningkatkan lagi kinerjanya agar lebih baik lagi.

2) Bagi masyarakat

Senantiasa menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit

Tuberkulosis.

34