makalah pengemas

32
Page 1 of 32 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Makalah ini adalah salah satu tahap dari tugas yang harus dilakukan untuk mengikuti mata kuliah Pengembangan Masyarakat dalam menjalankan pendidikan Sarjana Lengkap (S-1) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan senantiasa memberikan petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita semua, Amin. Penulis meminta maaf atas kekurangan dan kekhilafan dalam pelaksanaan maupun dalam penyajian laporan penelitian ini, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata penulis berharap semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semarang, Oktober 2014 Penyusun

Upload: humam-muhammad-izzudin

Post on 11-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

pengembangan masyarakat

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pengemas

Page 1 of 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini dapat

diselesaikan.

Makalah ini adalah salah satu tahap dari tugas yang harus dilakukan untuk mengikuti

mata kuliah Pengembangan Masyarakat dalam menjalankan pendidikan Sarjana Lengkap (S-

1) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan makalah ini tidak dapat

diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan senantiasa memberikan petunjuk dan

lindungan-Nya kepada kita semua, Amin.

Penulis meminta maaf atas kekurangan dan kekhilafan dalam pelaksanaan maupun

dalam penyajian laporan penelitian ini, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Semarang, Oktober 2014

Penyusun

Page 2: makalah pengemas

Page 2 of 22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................................3

A. Rumusam Masalah..........................................................................................................3

B. Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4

A. Jenis Wilayah ................................................................................................................4

B. Jenis Identitas/ Jatidiri.....................................................................................................6

C. Jenis Interaksi................................................................................................................10

D. Jenis Saling Ketergantungan.........................................................................................14

E. Jenis Adat Istiadat.........................................................................................................15

BAB III.....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................21

A. Kesimpulan...................................................................................................................21

B. Saran..............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

Page 3: makalah pengemas

Page 3 of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKemajemukan masyarakat terutama bercorak adanya keragaman adat-istiadat dan

kesenjangan ekonomi yang sangat tajam. Kemajemukan masyarakat ada pada transmigran spontan dengan penduduk asli. Masyarakat di Kelurahan Sungai Daeng memiliki penduduk yang majemuk, yaitu Suku Sekak, Suku Melayu dan Etnis Tionghoa sebagai penduduk asli. Sedangkan transmigran spontan berasal dari berbagai daerah yaitu dari Pulau Jawa, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi.

Keberagaman macam-macam etnis ini membuat banyak perbedaan yang ada di masyarakat. Peredaan-peredaan inilah yang meenjadi karakteristik setiap suku bangsa yang ada.

B. Rumusam Masalah1. Bagaimana jenis wilayah di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi?2. Bagaimana jenis identitas di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi?3. Apasaja jenis interaksi pada masyarakat provinsi Sumatera Selatan dan Jambi?4. Bagaimana jenis ketergantungan di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi?5. Apasaja jenis adat istiadat di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi?

C. Tujuan1. Mengetahui jenis interaksi pada masyarakat Sumatera Selatan dan Jambi.

2. Mengetahui jenis wilayah di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

3. Mengetahui jenis saling ketergantungan di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

4. Mengetahui jenis adat istiadat di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

5. Mengetahui jenis identitas masyarakat di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

Page 4: makalah pengemas

Page 4 of 22

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Wilayah1. Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan secara geografis terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.017.41 km².

Batas batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Secara topografi, wilayah Provinsi Sumatera Selatan di pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Sedikit makin ke barat merupakan dataran rendah yang luas. Lebih masuk kedalam wilayahnya semakin bergunung-gunung. Disana terdapat bukti barisan yang membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 900 - 1.200 meter dari permukaan laut. Bukit barisan terdiri atas puncak Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo (3.159 m), Gunung Patah (1.107 m) dan Gunung Bengkuk (2.125m). Disebelah Barat Bukit Barisan merupakan lereng. Provinsi Sumatera Selatan mempunyai beberapa sungai besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sunga Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas merupakan anak Sungai Musi.

Selain wilayah daratannya di Pulau Sumatera, Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki pulau-pulau yang terdapat di Laut Jawa, yang pertama adalah Pulau Bangkan dan Pulau Belitung. Pulau-pulau lain nya yang lebih kecil tersebar di Selat Galasa yakni selat yang memisahkan Pulau Bangkaa dan Belitung

Daerah ini memiliki iklim tropis yang basah, sehingga musim kemarau boleh dikatakan tidak di kenal. Pada bulan-bulan yang paling kering sekalipun ,yakin antara bulan Juni dan Agustus, air hujan masih saja jaatuh di sini. Dengan demikian, hampir tidak ada bulan yang benear-benar kering.

Variasi curah hujannya bekisar antara 1500-3200 mm per tahun. Kelembapannya berkisar antara 83% - 88%, sedangkan suhu bervariasi antara 21,8°C - 32,4°C.

Page 5: makalah pengemas

Page 5 of 22

Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 11 (sebelas) Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat) Pemerintah Kota, dengan palembang sebagai ibukota provinsi. Pemerintah Kabupaten dan Kota membawahi Pemerintah Kecamatan dan Desa / Kelurahan, Provinsi Sumatera Selatan memiliki 11 Kabupaten, 4 Kotamadya, 212 Kecamatan, 354 Kelurahan, 2.589 Desa. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi Kabupaten dengan luas wilayah terbesar dengan luas 16.905,32 Ha, diikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah sebesar 14.477 Ha.

2. JambiPropinsi Jambi terbentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-undang No.

61 tahun 1958 tanggal 25 juni 1958 yang terletak pada Pantai Timur Pulau Sumatera berhadapan dengan laut Cina Selatan dan Lautan Pasific, pada alur lalu lintas Internasional dan Regional. Propinsi Jambi termasuk dalam kawasan segi tiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapore (IMS-GT) dan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Jarak tempuh Jambi ke Singapura jalur laut melalui Batam dengan menggunakan kapal cepat (jet-foil) ditempuh ± 5 jam.

Provinsi Jambi terletak diantara 1°-3° LS dan 101°-104° BT terdiri dari daerah pengunungan dan dataran rendah. Daerah ini memiliki gunung api dan bukan gunung api. Gunung apinya adalah G.Kerinci (3.805 m) dah G.Masuari ( 2.993 m). sedangkan bukan gunung apinya adalah G.Tujuh (2.605 m), G.Raya(2.550 m) dan G.Alas ( 2.050 m). selain ada pula tigapuluh pegunungan-pegunungan di pegunungan Bukit Barisan, dengan ketinggian kira-kira 300-700m.

Sungai terbesar di isni adalah sungai Batang Hari (490 km); lebarnya500m di muara, 300m di jambi hingga di Muaratebo,Muarabungo, bangko dan 50-200 m di Sarolangun. Sungai ni bermata air di D.Diatas, Sumatera Barat, bermuara di Muarasabak Jamdi , dan menuju ke Laut Cina Selatan. Sungai ini mampu dilewati kapal dengan bobot mati hingga 1.000 ton .

Jambi beriklim tropis. Musim hujan mulai dari bulan September dan Berakhir pada bulan Maret, sedangkan musim kemarau mulai dari Bulan April dan berakhir pada bulan Agustus. Di daerah Pegunungan Bukit Barisan terdapat iklim pegunungan yang bersuhu tertinggi 26°C, dan di dataran rendah terdapat iklim pantai dengan suhu tertinggi 30°C.

Curah hujan rata-rata di dataran rendah mencapai 200-300 mm, dan curah hujan rata-rata di daerah pegunungan mencapai 3000-4000 mm. meskipun dada musim hujan dan kemarau, namun praktis daerah ini menerima hujan setiap bulan.

Topografi bagian Timur Propinsi Jambi umumnya merupakan rawa-rawa sedangkan wilayah Barat pada umumnya adalah tanah daratan (lahan kering) dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Jenis tanah yang potensial untuk pertanian secara umum didominasi oleh Podsolik Merah

Page 6: makalah pengemas

Page 6 of 22

Kuning (PMK) yaitu sebesar 44,56%. Jenis tanah lainnya adalah Latosol termasuk Regosol 18,67% dan Gley Humus 10,74%.

B. Jenis Identitas/ Jatidiri1. Jambi

Beberapa suku yang menghuni daerah jambi antara lain: Kubu, Kerinci, Batin, Melayu, Bajau, pendatang dan orang asing. Menurut ahli antropologi, orang Kubu atau suku anak dalam berasal dari suku bangsa Wedoida, dan merupakan pendatang pertama di Jambi. Hidupnya masih sangat sederhana dan berpindah-pindah, terutama apabila di suatu tempat ada oanggota keluarga yang meninggal, maka mereka akan meninggalkannya secepat mungkin karena tempat ini dianggap sebagai tempat yang tidak baik lagi.

Orang Kubu tersebar di hutan-hutan wilayah kab.Batanghari, Kab.Suralangun-Bangko, dan Kab.Bungotebo. Maata pencaharian mereka antaraa lain adalah berburu, menangkap ikan, mencari rotan, dan buah-buahan hutan., Alat penangkap ikan di sungai dan rawa adalah akar-akar beracun, atau dengan menggunakan cara-cara lain.

Orang kerinci adalah pendatang kedua di Jambi.Mereka berasal dari ras Proto Melayu (Melayu tua), yang pindah dari Hindia Belakang (350 SM), melalui Semenangjung Malaka dan Riau Kepuln, Kemudian menyusuri sungan Batang Hari, dan menetap di Dataran TInggi Kerinci.

Orang Batin, Orang Penghulu, dan suku Pindah mendiami Kab.Sarolangun-Bangko. Mela-mula orang Batin datang dari daerah pegunungan (abad ke-1M) untuk menetap, kemudian disusul orang Penghulu dari Minangkabau (abad ke-15), dan akhirnya suku Pindah dari Palembang. Orang Melayu yang mendiami Kota Jambi, Kab.Batanghari, dan Kab.Tanjungjabung, berasal dari Hindia Belakang dan termasuk ras Deutero Melayu(Melayu Muda). Mereka hidup dari bertani.

Orang Bajau atau orang laut membangun kampong meraka di lepas pantai, tidak jauh dari daratan.Mereka termasuk ras Proto Melayu Terakhir, dan hidup sebagai nelayan.Sisanya adalah orang pendatang dan asing.

2. Sumatera Selatan

Indonesia adalah negeri dengan banyak suku bangsa yang tersebar di berbagai penjuru negeri ini. Di Sumatra Selatan terdapat beberapa suku bangsa, yaitu

1. Suku KomeringKomering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatra

Selatan, yang berada di sepanjang aliran Sungai Komering.Seperti halnya suku-

Page 7: makalah pengemas

Page 7 of 22

suku di Sumatra Selatan, karakter suku ini adalah penjelajah sehingga penyebaran suku ini cukup luas hingga ke Lampung. Suku Komering terbagi atas dua kelompok besar: Komering Ilir yang tinggal di sekitar Kayu Agung dan Komering Ulu yang tinggal di sekitar kota Baturaja.

Suku Komering terbagi beberapa marga, di antaranya marga Paku Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan marga Semendawai. Wilayah budaya Komering merupakan wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah budaya suku-suku lainnya di Sumatra Selatan.Selain itu, bila dilihat dari karakter masyarakatnya, suku Komering dikenal memiliki temperamen yang tinggi dan keras. 

Berdasarkan cerita rakyat di masyarakat Komering, suku Komering dan suku Batak, Sumatra Utara, dikisahkan masih bersaudara.Kakak beradik yang datang dari negeri seberang.Setelah sampai di Sumatra, mereka berpisah. Sang kakak pergi ke selatan menjadi puyang suku Komering, dan sang adik ke utara menjadi puyang suku Batak. 

2. Suku PalembangKelompok suku Palembang memenuhi 40 - 50% daerah kota palembang.

Suku Palembang dibagi dalam dua kelompok : Wong Jeroo merupakan keturunan bangsawan/hartawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana dari kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo adalah rakyat biasa. Seorang yang ahli tentang asal usul orang Palembang yang juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang merupakan hasil dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok-kelompok suku lainnya di Indonesia.suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa, yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-Sari.

Suku Palembang masih tinggal/menetap di dalam rumah yang didirikan di atas air.Model arsitektur rumah orang Palembang yang paling khas adalah rumah Limas yang kebanyakan didirikan di atas panggung di atas air untuk melindungi dari banjir yang terus terjadi dari dahulu sampai sekarang.Di kawasan sungai Musi sering terlihat orang Palembang menawarkan dagangannya di atas perahu. 

3. Suku GumaiSuku Gumai adalah salah satu suku yang mendiami daerah di Kabupaten Lahat. Sebelum adanya Kota Lahat, Gumai merupakan satu kesatuan dari teritorial GUMAI, yaitu Marga Gumai Lembak, Marga Gumai Ulu dan Marga Gumai Talang. 

Setelah adanya kota Lahat, maka Gumai menjadi terpisah dimana Gumai Lembak dan Gumai Ulu menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Pinang sedangkan Gumai Talang menjadi bagian dari Kecamatan Kota Lahat. 

Page 8: makalah pengemas

Page 8 of 22

4. Suku SemendoSuku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim,

Propinsi Sumatera Selatan.Menurut sejarahnya, suku Semendo berasal dari keturunan suku Banten yang pada beberapa abad silam pergi merantau dari Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di daerah Semendo.

Hampir 100% penduduk Semendo hidup dari hasil pertanian, yang masih diolah dengan cara tradisional. Lahan pertanian di daerah ini cukup subur, karena berada kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut. Ada dua komoditi utama dari daerah ini : kopi jenis robusta dengan jumlah produksi mencapai 300 ton per tahunnya, dan padi, dimana daerah ini termasuk salah satu lumbung padi untuk daerah Sumatera Selatan.

Adat istiadat serta kebudayaan daerah ini sangat dipengaruhi oleh nafas keIslaman yang sangat kuat.Mulai dari musik rebana, lagu-lagu daerah dan tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam.Bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo.Setiap kata pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e."

5. Suku LintangKawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan merupakan tempat

tinggal suku Lintang, diapit oleh suku Pasemah dan Rejang.Suku Lintang merupakan salah satu suku Melayu yang tinggal di sepanjang tepi sungai Musi di Propinsi Sumatera Selatan. 

Suku Melayu Lintang hidup dari bercocok tanam yang menghasilkan : kopi, beras, kemiri, karet dan sayur-sayuran. Mereka juga beternak kambing, kerbau, ayam, itik, bebek, dll.Mereka tidak mencari nafkah di sektor perikanan walaupun tinggal di tepi sungai. 

Orang Lintang adalah penganut Islam yang cukup kuat.Hal ini terlihat dengan banyaknya mesjid-mesjid dan pesantren untuk melatih kaum mudanya.

6. Suku Kayu AgungSuku Kayu Agung berdomisili di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten

Ogan Komering Ilir dengan ibukotanya Kayu Agung.Wilayah ini dialiri sungai Komering.Bahasanya terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Kayu Agung dan dialek Ogan.

Mata pencaharian suku ini bertani, berdagang, dan membuat gerabah dari tanah liat.Bentuk pertanian kebanyakan bersawah tahunan karena daerahnya terdiri dari rawa-rawa.Jadi sawah hanya dikerjakan saat musim hujan. 

Suku Kayu Agung mayoritas beragama Islam, tetapi mereka juga mempertahankan kepercayaan lama, yaitu kepercayaan mengenai dunia roh.Suku Kayu Agung percaya bahwa roh-roh nenek moyang dapat mengganggu manusia.Oleh karena itu, sebelum mayat dikubur harus dimandikan dengan bunga-bunga supaya arwah roh yang mati lupa jalan ke rumahnya. Mereka juga

Page 9: makalah pengemas

Page 9 of 22

percaya akan dukun yang membantu dalam upacara pertanian, baik saat menanam maupun saat panen. Selain itu ada tempat-tempat keramat yang mereka anggap sebagai tempat bersemayamnya para arwah. 

7. Suku LematangSuku Lematang tinggal di daerah Lematang yang terletak di antara

Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat.Daerah ini berbatasan dengan daerah Kikim dan Enim. Suku ini menempati wilayah di sepanjang sungai Lematang, di sekitar kota Muaraenim dan kota Prabumulih. 

Asal usul orang Lematang dari kerajaan Majapahit, keturunan orang Banten dan Wali Sembilan. 

Orang Lematang sangat terbuka dan memiliki sifat ramah tamah dalam menyambut setiap pendatang yang ingin mengetahui seluk beluk dan keadaan daerah dan budayanya.Mereka juga memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.Hal itu terbukti dari sikap gotong royong dan tolong menolong bukan hanya kepada masyarakat Lematang sendiri tetapi juga kepada masyarakat luar.

8. Suku OganSuku Ogan terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering

Ilir.Mereka mendiami tempat sepanjang aliran Sungai Ogan dari Baturaja sampai ke Selapan.Orang ogan biasa juga disebut orang Pagagan. Suku Ogan terbagi menjadi 3 (tiga) sub-suku, yakni: Suku Pegagan Ulu, Suku Penesak, dan Suku Pegagan Ilir. Kelompok masyarakat ini adalah penduduk asli dan bertani, tetapi banyak juga yang menjadi pegawai negeri.Makanan pokok suku ini ialah hasil pertanian.

9. Suku PasemahSuku Pasemah adalah suku yang mendiami wilayah kabupaten Empat

Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di provinsi Bengkulu. 

Menurut sejarah, suku ini berasal dari keturunan Raja Darmawijaya (Majapahit) yang menyeberang ke Palembang (pulau Perca).Suku ini banyak yang tersebar di pegunungan Bukit Barisan, khususnya di lereng-lerengnya. Menurut mitologi nama Pasemah berasal dari kata Basemah yang berarti berbahasa Melayu. Hasil utama masyarakat suku ini ialah kopi, sayur-sayuran dan cengkeh dengan makanan pokoknya ialah beras.

10. Suku SekayuSuku Sekayu terletak di Propinsi Sumatera Selatan.Dalam wilayah

Kabupaten Musi Banyuasin.Mayoritas penduduknya petani.Hasil pertaniannya adalah padi, singkong, ubi, jagung, kacang tanah dan kedelai.Hasil perkebunan yang menonjol adalah karet, cengkeh dan kopi.Industri rakyat yang terkenal berupa bata dan genteng. 

Page 10: makalah pengemas

Page 10 of 22

Suku Sekayu merupakan "manusia sungai" dan senang mendirikan rumah-rumah yang langsung berhubungan dengan sungai Musi.Tidak seperti umumnya suku-suku di Indonesia, suku Bugis, Minangkabau atau Jawa, suku Sekayu jarang berpindah-pindah ke tempat yang jauh.Keinginan untuk lebih maju dan mencari keberuntungan mereka lakukan hanya sampai di ibukota propinsi. 

Suku Sekayu yang tinggal di Palembang menduduki sektor-sektor pekerjaan yang penting, mulai dari guru besar/dosen universitas, ahli riset, hartawan dan pengembang lahan, pekerja galangan dan penarik becak.

11. Suku RawasSuku ini terletak di wilayah propinsi Sumatera Selatan, tepatnya di sekitar

dua aliran sungai Rawas dan sungai Musi bagian utara.Suku ini menempati wilayah di Kecamatan Rawas Ulu, Rawas Ilir, dan Muararupit, di Kabupaten Musi Rawas.Bahasa Rawas masih tergolong ke dalam rumpun melayu.Di wilayah ini banyak terdapat kebun karet rakyat.

12. Suku BanyuasinSuku ini terutama tinggal di kab.Musi Banyuasin yaitu di kec. Babat Toman,

Banyu Lincir, Sungai Lilin, dan Banyuasin Dua dan Tiga. Umumnya mereka tinggal di dataran rendah yang diselingi rawa-rawa dan berada di daerah aliran sungai.Sungai terbesar adalah sungai Musi yang memiliki banyak anak sungai.Mata pencaharian pokoknya adalah bertani di sawah dan ladang.Mereka masih percaya terhadap berbagai takhyul, tempat keramat dan benda-benda kekuatan gaib.Mereka juga menjalani beberapa upacara dan pantangan.

C. Jenis Interaksi1. SUMATERA SELATAN

Penduduk asli dari Suku Melayu dan Suku Sekak memiliki sifat gengsi. Selain itu, mereka juga memiliki semboyan “Dak Kawah Nyusah” atau dalam arti bahasa Indonesianya tidak mau susah. Maksud dari semboyan ini jika mereka diberi perintah, mereka akan melakukannya, masalah itu baik atau tidak mereka tidak peduli yang penting mereka sudah mengerjakannya. Jika mengerjakan sesuatu dan mereka merasa ada yang sedikit ganjil, mereka akan membiarkannya begitu saja soalnya itu bukan bagian dari perintah yang diberikan.Penduduk asli etnis Tionghoa memiliki sikap pekerja keras, dan tutur kata yang halus.

Transmigran spontan dari Palembang dan Jawa sering bekerja sama dalam berdagang, misalnya membuka toko kelontong, dan berdagang sayuran. Dalam berdagang, penduduk etnis Tionghoa tidak mementingkan keuntungan, melainkan mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Sedangkan karakter transmigran spontan adalah orang yang rajin, bisa dipercaya, jujur, disiplin, sopan, ramah, ceria, suka menolong, dan toleran seperti transmigran spontan asal Jawa, dan terbuka, sopan, mudah bergaul serta setia dengan persahabatan seperti orang Sulawesi. Sedangkan Transmigran spontan asal Sumatera, misalnya dari Palembang dan Batak, walaupun watak mereka keras, tapi jiwa saling

Page 11: makalah pengemas

Page 11 of 22

memperhatikan satu sama lain masih ada dan masih menolong sesama, walaupun itu bukan perintah dari siapa pun, mereka akan tetap menolong sesama sampai tugasnya selesai.

Pertemuan transmigran spontan dengan penduduk asli akan membuahkan dua kemungkinan, yaitu bersifat positif maupun negatif sebagai perwujudan interaksi sosial. Menjalin kontak dan komunikasi (langsung dan tidak langsung). Kontak dan komunikasi merupakan syarat interaksi sosial dilakukan oleh transmigran spontan dan penduduk asli baik secara primer (kontak langsung, misalnya berbicara dengan pihak lain) maupun secara sekunder (tidak langsung, melalui alat perantara berupa handphone dan lain-lain).

Transmigran spontan melakukan pertemuan dengan penduduk asli secara langsung ketika ada waktu luang, seperti hari libur, pada sore hari, atau pada saat acara pernikahan, atau sedekah. Jika mereka tidak bisa bertemu langsung, mereka menggunakan alat perantara komunikasi seperti handphone.

Dalam berkomunikasi, transmigran spontan dan penduduk asli menggunakan bahasa yang dibawa dari daerah asalnya. Jika berasal dari suku yang sama, mereka menggunakan bahasa daerah yang sama. Ketika mereka berlainan suku, mereka kadang-kadang menggunakan Bahasa Indonesia, dan lebih sering berkomunikasi menggunakan bahasa daerah penduduk asli dikarenakan transmigran spontan sudah mengerti dan memahami makna dari bahasa daerah penduduk asli. Begitu juga, penduduk asli juga terkadang menggunakan bahasa daerah transmigran spontan, walaupun tidak fasih dalam mengucapkan lafalnya, tetapi mereka mengerti makna dari ucapan tersebut.

2. JAMBI

a. Paguyuban Kelompok Etnis

Di Jambi berdomisili berbagai kelompok etnis ras, namun etnis yang paling banyak jumlah populasi adalah Minangkabau, Melayu (penduduk asli), Jawa, dan Batak. Pada tahun 1998 jumlah penduduk kelurahan ini adalah 2.355 kepala keluarga, dengan rincian sebagaimana dalam tabel berikut ini:

Page 12: makalah pengemas

Page 12 of 22

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Tambak Sari Menurut

Masing-masing kelompok etnis memperlihatkan kecenderungan untuk membentuk paguyuban (perkumpulan) yang didasarkan pada kelompok atau persamaan daerah asal. Perbedaan antara kelompokkelompok etnis tersebut terletak pada frekuensi kegiatan dan tatanan organisasinya. Kelompok etnis Minangkabau, misalnya, memiliki tatanan perkumpulan yang lebih rapi dan terorganisir. Perkumpulan etnis Minangkabau ini terdiri dari perkumpulan yang didasarkan atas daerah asal, misalnya desa, kecamatan, dan kabupaten. Selain itu, perkumpulan ini juga ada yang didasarkan pada pertalian darah (keluarga).

Meskipun masing-masing etnis di Jambi membentuk perkumpulan yang didasarkan pada daerah asal mereka, namun mereka juga memiliki kelompok lintas etnis terutama pada tingkat rukun tetangga (RT), yakni kelompok pengajian dan arisan yang intensitas pertemuannya lebih inten dibandingkan dengan kelompok yang berbentuk paguyuban etnis. Ikatan kelompok ini mengadakan pertemuan dalam bentuk pengajian yasinan yang diselenggarakan pada setiap malam Jumat di setiap rumah anggota pengajian secara bergiliran.

b. Kerjasama, Kompetisi, dan Konflik

Keragaman jarak sosial antara kelompok etnis banyak mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial antar anggota kelornpok tersebut. Antara kelornpok etnis yang mempunyai jarak sosial yang jauh ada kecenderungan terjadi konflik di antara mereka, namun dalam hal ini konflik tidak terlihat kepermukaan. Bentuk interaksi lain yang terjadi di antara mereka adalah timbulnya kompetisi dalam bidang-bidang tertentu karena adanya keinginan pada masing-masing kelompok etnis untuk menunjukkan keunggulan masing-masing.

Page 13: makalah pengemas

Page 13 of 22

Pada kelompok yang berjarak sosial dekat cenderung terjadinya kerjasama. Lebih-lebih lagi jika kelompok tersebut berada dalam satu kepentingan yang sama. Di antara empat kelompok etnis, situasi konflik yang rentan terjadi adalah antata kelompok etnis yang bertolak belakang secara budaya. Misalnya antata kelompok Minangkabau dan Melayu terhadap kelompok etnis Batak. Hal ini tercermin dari penolakan dua kelompok tersebut terhadap kelompok etnis Batak untuk bertempat tinggal satu bedeng (rumah kontrakan) dengan mereka. Hal seperti ini akan lebih nyata lagi penolakannya jika etnis Batak yang akan menyewa rumah di wilayah tersebut menganut agaffla Kristen.

Dalam kasus seperti di atas, terlihat perbedaan antara kelompok Melayu dan kelompok Jawa. Orang-orang Melayu kelihatan lebih bersimpati kepada etnis Minangkabau dari pada kepada kelompok etnis Batak. Dalam interaksi sosial antara ke ernpat kelompok etnis, kelompok Jawa memiliki indikasi yang paling kecil untuk berkonflik dengan kelompok lain. Toleransi yang besar yang mereka miliki ini menyebabkan mereka lebih aman dan lebih gampang bekerjasama dengan kelompok lain walaupun dengan kelompok yang berbeda agama sekalipun.

Perbedaan agama antara kelompok etnis dapat pula berakibat terjadinya persaingan (kompetisi) dalam artian positif. Kelompok etnis yang beragama Kristen berusaha menyemarakkan kegiatan keagamaan mereka, begitu pula kelompok etnis yang menganut agama Islam berupaya pula menggiatkan kegiatan pengajian mereka baik di masjid-masjid, langgar dan juga di rumah-rumah warga. Perbedaan nya terletak pada intensitas kegiatan masing-masing kelompok di mana kelompok yang beragama Islam lebih sering mengadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian mingguan.

Sementara itu, kelompok penganut agama Kristen hanya terlihat melakukan kegiatan keagamaan hanya pada hari minggu dan harihari besar keagamaan saja. Selain sisi positif persaingan antar kelompok etnis dalam bidang keagamaan dapat pula menjurus ke arah negatif yang dapat menjadi bibit-bibit untuk terjadinya konflik. Usaha-usaha keagamaal yang kontra produktif dapat menimbulkan konflik. Begitu pula anggapan yang membenarkan agamanya yang paling benar dan usaha-usaha untuk mengajak umat lain memeluk agamanya dapat juga menjadi benih terjadinya konflik. Sikap yang menganggap agamanyalah yang paling benar biasanya terjadi pada kelompok penganut Islam, sementara upaya menggaet pemeluk agama lain untuk masuk (convertion) ke keyakinannya biasanya terdapat pada kelompok Kristen.

Meskipun terdapat bibit-bibit konflik antar kelompok etnis maupun yang berbeda agama, namun mereka tetap dapat bekerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam bidang ekonomi mereka tetap membutuhkan kerjasama, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dapat mereka penuhi sendiri, mereka memerlukan kelompok lain. Demikian juga halnya dalam bidang sosial, tidak ada kelompok yang bisa memenuhi

Page 14: makalah pengemas

Page 14 of 22

kebutuhannya sendiri. Kebutuhan akan jasa orang lain inilah yang menyebabkan terjadinya kerjasama antara mereka yang berbedaagama dan etnis.

Dalam masalah interaksi sosial antar kelompok etnis di Jambi, masih diperlukan proses pemasyarakatan untuk dapat terintegrasi dengan baik antara berbagai kelompok etnis, terutama antara kelompok etnis yang mempunyai jarak sosial yang berkategori jauh. Untuk dapat terjadi integrasi yang baik antara kelompok-kelompok etnis perlu adanya kemauan masingmasing etnis untuk menerima kelompok etnis lain sebagai pasangan hidup, atau setidak-tidaknya mau secara suka rela menerima kelompok lain untuk hidup bertetangga dengan baik. Bila hal demikian belum dapat diwujudkan, maka sukar untuk dikembangkan suatu interaksi sosial yang bersifat asosiatif.

D. Jenis Saling Ketergantungan1. Jambi

a.Kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat agar dilakukan secara terpadu dan dikembangkan dengan upaya mewujudkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi permasalahan sosial dan bencana alam, serta dapat memanfaatkan sumber-sumber pembangunan yang dialokasikan di Kabupaten/Kota antara lain seperti, Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat  (PNPM), Program Pengembangan Keberdayaan Masyarakat (PPKM), sebagai pendorong untuk memotivasi keswadayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Kegiatan yang dilaksanakan di setiap Desa/Kelurahan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan masyarakat.

b. Kegiatan Gotong royong setiap hari minggu sesuai dengan jadwal dari Kelurahan.

c.Melaksanakan gotong royong Jumat bersih bersama TNI dan Polisi.2. Sumatera Selatan

a. Kerja sama dalam bidang keagamaan seperti kerja sama dalam kegiatan pengajian, dan kerja sama dalam peringatan hari besar keagamaan berjalan dengan baik, dimana transmigran spontan dan penduduk asli terlibat aktif dalam kegiatan tersebut, setiap individu memiliki rasa toleransi antar umat beragama, saling menciptakan kerukunan antar umat beragama, dan saling mempererat rasa silaturahmi dengan sesama.

b. Kerja sama dalam bidang sosial seperti kerja sama dalam membersihkan lingkungan, kerja sama dalam kelompok kerukunan dan hajatan pernikahan, kematian, dan syukuran masih berjalan dengan baik. Transmigran spontan dan penduduk asli saling tolong menolong dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk uang, tenaga, atau waktu. Mereka memiliki kesadaran dalam membersihkan lingkungan dan taat pada peraturan, serta mereka aktif dalam berbagai organisasi sosial sebagai wadah menyalurkan aspirasi mereka.

Page 15: makalah pengemas

Page 15 of 22

c. Kerja sama dalam bidang ekonomi, seperti dalam bidang perdagangan, perikanan, dan pertanian berjalan dengan baik. Mereka masih tolongmenolong yang diwujudkan dengan kerja sama dalam bentuk simpan pinjam uang, saling bertukar ilmu untuk menambah wawasan. Dalam interaksi sosial transmigran spontan dengan penduduk asli ini tidak ditemukan persaingan dan konflik.

E. Jenis Adat Istiadat1. Jambi

a. Upacara Pernikahan

1) Masa Perkenalan

Suatu pernikahan diawali oleh perkenalan ataupun pergaulan muda mudi yang waktu dan tempatnya bermacam-macam seperti, pada waktu berselang, nebas nugal, nandur, merumput, berselang nuai, ngirik, numbuk padi, gotong royong, pada waktu acara perhelatan, perayaan tujuh belas Agustus, Maulid Nabi dan sebagainya, arena pergaulan bujang gadis. Masainidisebutjugamasaberusiksirihberguraupinang.

2) Duduk Betanyo

Untuk melakukan pendekatan lebih lanjut  hubungan muda-mudi kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan, maka dari pihak orang tua laki-laki mengutus keluarga untuk menanyakan kepada pihak perempuan, mengenai keadaan apakah yang perempuan sudah ada yang punya tau belum dan sebagainya, yang dinamakan duduk bertanyo, atau ada yang menyebutnya duduk betanto tegak betuk, atau sirih tanyo pinang tanyo.

3) Mengisi Adat Menuang Lembago

Pada hari yang telah ditetapkan bersama, maka dilaksanakan upacara mengisi adat menuang lumbago, atau disebut juga hari ulur antar serah terima adat.

4) HariPernikahan/ijabkabul

Hari pernikahan, dan hari peresmian pernikahan atau hari perhelatan atau hati labuh lek, telah disepakati pada waktu perundingan setelah lamaran diterima oleh nenek-mamak dari pihak perempuan. ada yang dilangsungkan pada hari mengisi adat menuang lembago, yaitu setelah upacara ulur antar serah terimo adat dan lembago, ada pula yang menetapkan hari yang lain. Kalau telah disepakati oleh kedua belah pihak bahwa hari pernikahan/ijab kabul dilakukan pada hari yang sama,maka setelah selesai upacara ulur antar serah terima adat dan lembago, pihak pengantar akan berpantun, demikian bunyinya:

Dari Muaro Buat ke Batang Asai

singgah berhenti di kebon para

kerjo adat sudah selesai

kami menunggu kerjo syara'

Page 16: makalah pengemas

Page 16 of 22

ada kala pelaksanaan hari akad nikah ijab kabul ditangguhkan mendekati hari peresmian pernikahan atau hari labuh lek. Pada hari yang sudah disepakati bersama antara nenek mamak pihak laki-laki dan perempuan, maka dilaksanakan upacara akad nikah atau ijab kabul antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, yang merupakan kewajiban hukum syara'.

5) Ulur Antar Serah Terima Pengantin  (Labuh Lek)

Pada hari perhelatan peresmian pernikahan, pada jam yang telah ditentukan, pengantin laki-laki diantar oleh nenek-mamak dan tuo tengganai serta arak dengan iringnya kerumah penganti perempuan. Setelah sampai dihalaman rumah pihak pengantin perempuan maka dimulailah pelaksanaan upacara ulur antar serah terima pengantin, yang dilaksanakan oleh nenek mamak tuo tengganai dari pihak pengantin  laki-laki yang disebut pengantar kepada nenek mamak dari pihak pengantin permpuan sebagai penunggu.

Upacara Ulur Antar Serah Terima Pengantin baru dapat dselesaikan dan diterima olek kedua belah pihak setelah rundingan diputuskan oleh pihak penengah.

Selanjutnya baru pengantin dipertemukan dan didudukan pada tempatnya, kemudian dilakukan tunjuk ajar oleh ketua adat, terakhir diumumkam melalui Iwa. upacara ini juga disebut sebagai Upacara sedekah labuh lek.

Pelaksanaan upacara ulur antar serah terima pengantin selain dilakukan dirumah pihak pengantin perempuan, dapat pula dilaksanakan dibalai pertemuan atau gedung lain yang dapat difungsikan sebagai gedung pertemuan.

b. Kenduri Sko

Adalah suatu upacara adat Sungai Penuh Kerinci Jambi, dalam perkembangan zaman modern ini kenduri sko, masih tetap di selenggarakan oleh kabupaten kerinci, kita patut bangga karena adat ini takkan hilang dalm budaya kerinci.

Kenduri berarti pesta sedangkan Sko berarti pusaka atau aturan, Kenduri sko ini biasa dilakukan pada perayaan gelar adat yang diberikan oleh masyarakat Sungai Penuh kepada seseorang yang dianggap sudah memenuhi syarat untuk menyandang gelar Depati atau Permanti di Enam Luhah Sungai Penuh. 

Acara Adat kenduri sko ini terbilang cukup unik, undangannya tidak berupa ucapan atau surat melainkan sebuah bendera yang disebut Karamtang yang tinggi tiang bambunya mencapai 30 meter. Bagi siapa saja yang melihat bendera adat itu berkibar dan terbentang maka hal itu sudah merupakan suatu undangan bagi masyarakat yang melihatnya. Unik bukan sobat ? dengan kecanggihan dunia informasi tapi tetap saja budaya nenek moyang di lestarikan,, top habis deh untuk kerinci jambi.

Dihari puncak acara Kenduri Sko, semua pusaka dari masing-masing Luhah dikeluarkan untuk penobatan Depati (pemimpin adat tertinggi di Sungai

Page 17: makalah pengemas

Page 17 of 22

Penuh), Ngabi (pemimpin adat khusus lurah), Permanti dan Mangku (ninik mamak kalbu masing-masing lurah atau lahek) serta semua tamu undangan dari berbagai penjuru.

Jadi yang setiap yang mengikuti upacara adapt tersebut mereka mengadakan makan bersama ditiap - tiap rumah penduduk desa tersebut, yang mana hidangan sudah tersedia dan tiap tamu mendapat sebuah Lemang (makanan khas Kerinci). Wah enak banget dapat lemang gratis,, hehehe, tau kan lemang ketan yang di masak dengan mengunakan bambi, hallah kok malah ngomongin makanan, lanjuk yuk…

Dalam acara tersebut biasanya di ikuti dengan berbagai macam atraksi kesenian tradisional daerah kabupaten kerinci, seperti pecak silat dan tari – tarian.

Disamping upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia, masyarakat Jambi juga mengenal beberapa upacara tradisional lainnya. Jenis upacara ini diselenggarakan berkenaan dengan aktivitas hidup mereka sehari-hari antara lain:

a) Mintak ahi ujan: adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk meminta hujan segera turun. Upacara ini mengandung unsur sinkretis antara kepercayaan nenek moyang dan agama Islam yang mana upacara ini ditujukan kepada dewa (mambang) yang mengatur hujan. Sedangkan dari segi agama ditandai dengan sembahyang secara agama Islam untuk meminta hujan.

b) Nugal Bejolo: yaitu upacara sehubungan dengan pekerjaan menanam padi, yang sangat penting artinya sebagai pengukuhan nilai-nilai budaya yang berlaku turun-temurun. Upacara ini juga menonjolkan aspek social lainnya, yakni memberi kesempatan bagi muda-mudi untuk bergaul lebih akrab.

c) Kumau: juga merupakan suatu upacara yang berkaitan dengan bidang pertanian. Upacara ini diselenggarakan saat penduduk hendak memulai kegiatan bersawah dan biasanya diselenggarakan setahun sekali pada musim hujan. Adapun tahap-tahap dalam upacara ini adalah: Ngapak Jambe (membuka lahan), nyiram, beneih padei, (menyiram benih padi yang akan ditanam dengan air bermantra), ngambau beneih (menabur benih padi di sawah) dan mamasang pupuh (memasang daun-daunan di tengah lading persemaian).

d) Ngayun luci: merupakan upacara yang juga berkaitan dengan pertanian. Tujuannya adalah untuk memohon keberhasilan panen.

Page 18: makalah pengemas

Page 18 of 22

2. Sumatera Selatan

a. Tradisi Pernikahan

1) Penyelidikan terhadap seorang gadis

Calon mempelai perempuan masih harus "diselidiki" oleh utusan pihak keluarga calon laki-laki. Arti kata "selidik" bukan melambangkan kecurigaan, melainkan pendekatan yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai laki-laki dan memastikan bahwa calon mempelai perempuan belum ada yang meminang. Prosesi ini dikenal dengan nama Madik, berasal dari bahasa Jawa Kawi yang berarti mendekat atau pendekatan.

2) Memagari sang gadis

Setelah proses Madik berhasil, maka calon mempelai perempuan "dipagari". Proses adat ini bernama Menyenggung atau Senggung yang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya "pagar". Prosesi ini bertujuan agar si gadis tidak diganggu lagi oleh senggung (sebangsa musang) sebagai kiasan tidak diganggu oleh laki-laki lain. Keluarga besar laki-laki mengirimkan utusan resmi kepada pihak keluarga si gadis dengan membawa tenong (keranjang antaran) atau sangkek terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat atau segi sempat berbungkus kain batik bersulam emas berisi makanan, bisa juga berupa telur, terigu, atau mentega sesuai keadaan keluarga si gadis.

3) Mengikat sang gadis

Bila proses senggung telah mencapai sasaran, pihak keluarga laki-laki masih harus kembali lagi membawa tenong sebanyak 3 buah, masing-masing berisi terigu, gula pasir, dan telur itik. Dengan adanya proses adat Ngebet ini, berarti kedua belah keluarga telah Nemuke Kato atau sepakat bahwa si gadis telah "diikat" oleh pihak laki-laki. Sebagai tanda ikatan di antara keduanya, pihak laki-laki memberikan bingkisan lagi berupa kain, bahan busana, atau benda berharga seperti cincin, kalung, ataupun gelang.

4) Musyawarah di antara keluarga besar

Proses yang dinamakan Berasan ini berasal dari kata Melayu yang berarti musyawarah. Kedua keluarga besar menentukan apa yang akan diminta pihak perempuan dan apa yang akan diberikan oleh pihak laki-laki. Inilah kesempatan pihak perempuan diperkenalkan kepada pihak keluarga laki-laki. Suasana Berasan diramaikan dengan pantun dan berbasa-basi. Setelah jamuan makan, kedua pihak keluarga menentukan segala persyaratan perkawinan, baik tata cara adat maupun agama. Saat inilah ditetapkan hari berlangsungnya Mutuske Kato.

Page 19: makalah pengemas

Page 19 of 22

5) Menentukan persyaratan dan tata cara pelaksanaan perkawinan

Jika menyepakatinya berdasarkan syariat agama, berarti kedua pihak bersepakat tentang mahar atau mas kawin. Sedangkan menurut adat istiadat, kedua pihak akan menyepakati adat apa yang akan dilaksanakan, karena masing-masing memiliki perlengkapan dan persyaratan sendiri.

6) Menentukan hari pernikahan dan munggah

Yaitu tepat pada saat cahaya bulan sedang cantik menyinari bumi, agar cahayanya menjadi penerang kehidupan kedua mempelai. Proses adat inilah yang dinamakan Mutuske Kato, yaitu saat keluarga memutuskan Hari Nganterke Belanjo, Hari Pernikahan, Munggah, Nyemputi dan Nganter Pengantin, Ngalie Turon, Bercacap atau Mandi Simburan atau Beratib. Saat proses adat ini, keluarga laki-laki mendatangi pihak perempuan dengan membawa 7 tenong yang berisi gula pasir, terigu, telur itik, pisang, dan buah-buahan lain. Selain membuat beberapa keputusan, pihak laki-laki juga memberikan persyaratan adat yang telah disepakati pada acara Berasan. Mutuske Kato ditutup dengan doa keselamatan dan permohonan kepada Tuhan agar pelaksanaan perkawinan berjalan lancar. Dilanjutkan dengan acara sujud calon pengantin perempuan kepada calon mertua, yang dibalas dengan pemberian emas sebagai tanda cinta. Ketika utusan dari pihak pria ingin pulang, 7 tenong pihak laki-laki ditukar oleh pihak perempuan dengan isian aneka jajanan khas Palembang untuk dibawa pulang.

7) Serah-serahan

Tradisi yang mirip tradisi Jawa ini, disebut Nganterke Belanjo. Prosesi ini banyak dilakukan oleh kaum perempuan, sedangkan kaum laki-laki hanya mengiringi saja. Bentuk gegawaan yang disebut Masyarakat Palembang sebagai "adat ngelamar" , dibawa oleh pihak laki-laki (sesuai kesepakatan) untuk pihak perempuan antara lain berupa sebuah ponjen warna kuning berisi duit belanjo (uang belanja) yang diletakkan dalam nampan, sebuah ponjen warna kuning berukuran lebih kecil berisi uang pengiring duit belanjo, 24 ponjen yang leberukuran lebih kecil dan berwarna kuning berisi koin-koin logam sebagai pengiring pengantin duit belanjo, selembar selendang songket, baju kurung songket, sebuah ponjen warna kuning berisi uang "timbang pengantin" , 12 nampan berisi aneka macam barang keperluan pesta, serta kembang setandan yang ditutup kain sulam berenda. Selain itu, diantarkan pula enjukan atau permintaan yang telah ditetapkan saat Mutuske Kato, yaitu berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai kesepakatan.

Page 20: makalah pengemas

Page 20 of 22

8) Melakukan ritual

Calon pengantin biasanya melakukan beberapa ritual yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan, dan juga lambang magis yang dipengaruhi kepercayaan tradisional. Rangkaian ritual tersebut dimulai dari betanggas yaitu mandi uap, lalu ada bebedak, kemudian berpacar, yaitu diberikan pacar(sejenis kutek) pada seluruh kuku tangan dan kaki, juga telapak tangan dan telapak kaki yang disebut pelipit. Kesan merah pada pacar berguna untuk mengusir segala jenis makhluk halus, dan pacar sendiri dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk memberi kesuburan bagi pengantin perempuan.

9) Menyatukan sepasang kekasih menjadi suami-istri

Upacara ini dimaksudkan sebagai tanda memasuki kehidupan berumah tangga. Menurut aturan adat, memang sebaiknya dilaksanakan di rumah calon pengantin laki-laki. Tapi sesuai dengan perkembangan masa, upacara yang umum disebut sebagai upacara akad nikah ini bisa dilakukan di rumah calon mempelai perempuan dan dikatakan sebagai "kawin numpang" . Syaratnya, jika akad nikah berlangsung sebelum acara Munggah, maka utusan pihak perempuan terlebih dahulu nganterke keris ke kediaman pihak laki-laki.

10) Menyeimbangkan dan menyerasikan kedua pengantin

Upacara yang merupakan puncak rangkaian acara perkawinan Adat Palembang ini  melibatkan banyak pihak keluarga kedua mempelai, dihadiri para tamu undangan dan dilaksanakan di rumah kediaman keluarga pengantin perempuan. Inilah yang disebut sebaga Munggah, yang bermakna agar kedua pengantin menjalani hidup berumah tangga selalu seimbang atau timbang rasa, serasi, dan damai.

Page 21: makalah pengemas

Page 21 of 22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada masyarakat di provinsi Sumatera Selatan dan Jambi, dapat diperoleh beragai macam karakteristik yang ada, seperti jenis interaksi, jenis wilayah, jenis saling ketergantungan, jenis adat istiadat, dan jenis identitas/jatidiri. Masing-masing provinsi di Indonesia pun memiliki karakteristiknya sendiri. Oleh karen itu, diperlukan pengembangan masyarakat uintuk mengemangkan potensi wilayah dan masyarakat berdasarkan karakteristik daerah tersebut.

B. Saran

Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar. Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting.Untuk menyikapi keberagaman yang ada kita harus saling menghormati antara satu denan yang lain agar tercipta kedamaian, tidak ada perpecahan di antara kita semua.

Page 22: makalah pengemas

Page 22 of 22

DAFTAR PUSTAKA

Redaksi ensiklopedi Indonesia.1990.”Ensiklopedi Indonesia”. Jakarta: PT Intermasa

Latief(2012).Suku - Suku di Sumatera Selatan . Fromhttp://kapanpulang.blogspot.com/2012/02/suku-suku-di-sumatera-selatan.html, 29 September 2014