makalah pengaruh konversi minyak tanah ke gas elpiji bagi masyarakat indonesia sosiologi
TRANSCRIPT
PENGARUH KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS ELPIJI BAGI MASYARAKAT INDONESIA
Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas semester ganjil Mata Kuliah Sosiologi
Disusun Oleh
Nama : Verdico Arief
NPM : 170110070078
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2007
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Pengaruh Konversi Minyak Tanah ke
Gas Elpiji terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia” ini, bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konversi gas terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya
dan masyarakat menengah kebawah pada khususnya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari Ibu dosen mata kuliah sosiologi, dan rekan-rekan
dari administrasi negara serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.
Jatinangor, September 2007
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.4. Metode Pengumpulan Data..............................................................3
1.5. Sistematika Penulisan.......................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konversi.........................................................................5
2.2. Penyebab Pemerintah Melakukan Kebijakan Konversi ..................5
2.3. Kinerja Pemerintah Dalam Melakukan Konversi.............................6
2.4. Reaksi Masyarakat Terhadap Kebijakan Konversi..........................8
2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat.............................10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan.....................................................................................12
3.2. Saran ..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
LAMPIRAN .........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan
kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat.
Hal ini berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia.
Beberapa bulan terakhir ini masyarakat kembali harus mengantri minyak
tanah. Meskipun negeri ini adalah penghasil minyak bumi dan sudah merdeka 62
tahun, namun masalah kebutuhan rumah tangga yang sangat vital ini ternyata
belum bisa dipecahkan. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Nyaris setiap tahun
terjadi 'krisis BBM', khususnya minyak tanah. Setiap kali terjadi antrian BBM di
pompa bensin atau di agen/pangkalan minyak tanah, para pejabat terkait selalu
berkelit seraya menjelaskan berbagai alasan. Alasan tersebut mulai dari adanya
perbaikan/kerusakan kilang minyak, kapal tanker yang tidak bisa merapat karena
gelombang laut atau alur laut yang dangkal, terjadinya penyelundupan BBM
keluar, dan pembelokan BBM ke industri.
Kebijakan yang diambil pemerintah salah satunya dengan konversi minyak
tanah ke gas elpiji. Hal ini erat kaitannya dengan naiknya harga minyak dunia
yang mencapai US$82 per barel. Oleh karena itu pemerintah ingin menghemat
anggaran APBN melalui subsidi minyak tanah yang dikonversikan ke gas elpiji.
1.2.Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian konversi ?
2. Apa penyebab pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke gas
elpiji ?
3. Apa dampak konversi minyak tanah ke gas elpiji terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia ?
4. Bagaimana kinerja pemerintah dalam pelaksanaan konversi minyak
tanah ke gas elpiji ?
5. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap konversi minyak tanah ke gas
elpiji ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul “Pengaruh Konversi
Minyak Tanah ke Gas Elpiji Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia”
adalah :
1. Mengetahui pengertian konversi.
2. Mengetahui penyebab pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke
gas elpiji.
3. Mengetahui kinerja pemerintah dalam pelaksanaan konversi minyak tanah
ke gas elpiji.
4. Mengetahui reaksi masyarakat terhadap konversi miyak tanah ke gas
elpiji.
5. Mengetahui bagaimana dampak konversi minyak tanah ke gas elpiji
terhadap masyarakat Indonesia
1.4.Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta
sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yang pertama dengan
membaca buku sumber, kedua browsing di Internet, ketiga dengan membaca
media cetak dan terakhir dengan pengetahuan yang penulis miliki.
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari Pengertian Konversi,
Penyebab Pemerintah melakukan Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji, Kinerja
Pemerintah Dalam Melaksanakan Konversi, Reaksi masyarakat terhadap
Konversi, dan Dampak Sosial Ekonomi Program Konversi Terhadap Masyarakat.
Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang penulis
gunakan untuk pembuatan makalah ini.
Lampiran
Bagian terakhir ini berisi gambar-gambar dari koran yang berkaitan
dengan isi makalah.
BAB II
PENGARUH KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS ELPIJI
BAGI MASYARAKAT INDONESIA
2.1. Pengertian Konversi
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konversi adalah (1) perubahan di satu
sistem pengetahuan ke sistem yang lain; (2) perubahan pemilikan atas suatu
benda, tanah, dan sebagainya; (3) perubahan suatu bentuk (rupa, dsb) kebentuk
(rupa, dsb) yang lain.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa konversi
minyak tanah ke gas elpiji berarti pengalihan pemakaian bahan bakar minyak
tanah ke gas elpiji.
2.2. Penyebab Pemerintah Melakukan Kebijakan Konversi
Sudah hampir enam bulan minyak tanah menjadi barang langka yang
selalu diperebutkan. Kelangkaan ini diakibatkan adanya kebijakan pemerintah
yang akan mengganti minyak tanah dengan gas elpiji yang lebih ekonomis yang
dapat menghemat pengeluaran negara sampai Rp. 30 triliun. Dalam jangka
panjang, program ini lebih menjamin pasokan kebutuhan energi rumah tangga,
jauh lebih terjamin menggunakan gas elpiji daripada menggantungkan pada BBM,
khususnya minyak tanah.
Pasalnya, cadangan gas di perut bumi jauh lebih besar dibandingkan
minyak bumi. Cadangan yang ada terbukti bahwa minyak bumi sekitar 4,5 miliar
barel, sedangkan gas sekitar 188 TCF (trillion cubic feet). Apabila misalnya,
cadangan minyak dan gas bumi tidak ditemukan lagi, dengan tingkat produksi
sekitar 350 juta barel minyak dan 3 TCF gas, diperkirakan minyak akan habis
dalam waktu 13 tahun. Sementara itu, gas baru habis dalam waktu yang jauh lebih
lama, sekitar 60 tahun lagi.
Komposisi konsumsi energi (energy mix) dunia ke depan secara pasti juga
akan mengurangi porsi minyak dan akan meningkatkan porsi gas elpiji. Hal ini
karena gas jauh lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan minyak,
sehingga kebutuhan energi tidak boleh terlalu tergantung pada minyak.
Selain itu, pemakaian elpiji untuk rumah tangga lebih praktis, efisien,
lebih bersih, dan lebih menyenangkan. Upaya mendorong masyarakat, khususnya
lapisan menengah bawah untuk memakai elpiji dapat juga dilihat sebagai upaya
meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Masyarakat yang bisa menikmati jenis
energi yang bersih ini tentu tidak hanya mereka dari kelompok menengah atas,
tetapi juga kelompok menengah ke bawah.
2.3. Kinerja Pemerintah dalam Pelaksanaan Kebijakan Konversi
Pemerintah memutuskan membantu kelompok masyarakat yang secara
ekonomi masih kurang mampu dengan memberikan kompor dan tabung elpiji 3
kg secara gratis.
Di lain pihak, pemerintah mengharapkan akan terjadi penghematan
subsidi BBM akibat proses substitusi massal dari minyak tanah ke elpiji.
Pemerintah juga mengurangi pasokan minyak tanah. Untuk wilayah yang
sudah memperoleh kompor dan botol 3 kg, pasokan minyak tanah dikurangi
hingga 70%.
Pemerintah mengawasi secara ketat produksi tabung dan kompor gas. Hal
ini dilakukan agar tabung gas yang diberikan kepada masyarakat tidak mudah
bocor dan terbakar. Pemerintah juga mengawasi secara ketat pasokan minyak
tanah ke masyarakat agar tidak terjadi penimbunan minyak tanah.
Namun, implementasinya ternyata menimbulkan berbagai dampak negatif
yang sangat merugikan masyarakat. Konversi minyak tanah ke elpiji (liquefied
petroleum gas) ternyata banyak terjadi penyimpangan Daerah-daerah yang
menjadi target konversi mengeluh karena tiba-tiba minyak tanah menghilang.
Jikapun ada, harganya mahal, sekitar Rp 6.000-an, karena tak ada lagi subsidi. Di
berbagai wilayah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, banyak rakyat miskin dan
pedagang kecil kelabakan karena depo minyak menghilang. Padahal minyak tanah
masih sangat dibutuhkan rakyat miskin yang tak mampu membeli gas, meski
tabung gas berisi tiga kilogram elpiji sudah diberikan gratis oleh pemerintah.
Kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji itu memang bertujuan baik,
yaitu mengurangi subsidi minyak tanah untuk keperluan rumah tangga yang
nilainya sekitar Rp 30 triliun.
Tapi sayang, dalam menentukan kebijakan tersebut, pemerintah telah melakukan
beberapa kesalahan mendasar sehingga kebijakan konversi itu akhirnya
menimbulkan problem di masyarakat.
2.4. Reaksi Masyarakat terhadap Kebijakan Konversi
Di daerah-daerah yang konon menurut pemerintah sudah diberi tabung
elpiji gratis, ditemukan berbagai keluhan masyarakat. Sejak adanya kebijakan
konversi itu, minyak tanah menghilang dari pasar. Kalaupun ada, harganya sangat
tinggi, sehingga mereka tak sanggup membelinya. Sementara itu, kalau mau beli
gas, mereka harus membeli 3 kg atau satu tabung yang harganya berkisar Rp 15
ribu.
Kondisi ini tampaknya belum diperhatikan pemerintah. Bagi rakyat kecil,
membeli bahan bakar Rp 15 ribu sangat memberatkan, karena penghasilan mereka
tiap hari hanya cukup untuk makan sehari, bahkan terkadang kurang. Ini berbeda
dengan minyak tanah yang bisa dibeli eceran, satu atau bahkan setengah liter
sekalipun. Dengan demikian, sangat keliru mengasumsikan bahwa warga di
wilayah yang sudah memperoleh kompor dan botol elpiji 3 kg, dengan serta-merta
dan otomatis meninggalkan minyak tanah. Akibatnya, pasokan minyak tanah
langsung dikurangi hingga 70%. Konversi permakaian minyak tanah ke elpiji bagi
masyarakat kecil niscaya akan menimbulkan banyak masalah. Hal ini terjadi
karena beberapa alasan. Pertama, dari aspek fisik. Minyak tanah bersifat cair
sehingga transportasinya mudah, pengemasannya mudah, dan penjualan sistem
eceran pun mudah.
Masyarakat kecil, misalnya, bisa membeli minyak tanah hanya 0,5 liter
(katakanlah Rp 1.500 dengan harga subsidi) dan mereka dapat membawanya
sendiri dengan mudah. Minyak tanah 0,5 liter bisa juga dimasukkan ke plastik.
Kondisi ini tak mungkin bisa dilakukan untuk pembelian elpiji. Ini karena elpiji
dijual per tabung, yang isinya 3 kg, dengan harga Rp 14.500-15.000. Masyarakat
jelas tidak mungkin bisa membeli elpiji hanya 0,5 kg, lalu membawanya dengan
plastik atau kaleng susu bekas. Kedua, dari aspek kimiawi. Elpiji jauh lebih
mudah terbakar (inflammable) dibanding minyak tanah. Melihat perbedaan sifat
fisika dan kimia (minyak tanah dan elpiji) tersebut, kita memang layak
mempertanyakan sejauh mana efektivitas dan keamanan kebijakan konversi
tersebut.
Dari aspek ini, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji akan
menimbulkan berbagai konflik sosial. Konflik merupakan proses sosial yang
dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya
disertai ancaman dan kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik
adalah karena adanya :
1. Perbedaan Antarindividu, yaitu perbedaan pendirian dan perasaan
memungkinkan timbulnya bentrokan-bentrokan antarindividu atau antar
kelompok.
2. Perbedaan Kebudayaan, yaitu perbedaan kepribadian seseorang
bergantung pada pola kehidupan yang menjadi latar belakang pembentukan
dan perkembangan kepribadian.
3. Perkembangan Kepentingan, yaitu perbedaan kepentingan antarindividu
dan kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingan
yang berbeda, misalnya perbedaan kepentingan ekonomi dan politik
4. Perubahan Sosial, yaitu perubahan sosial yang berlangsung cepat untuk
sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pemerintah kurang peka melihat kondisi masyarakat Indonesia yang
sebagian besar penghasilannya pas-pasan. Mestinya, kebijakan konversi minyak
tanah ke elpiji dilakukan secara selektif. Masyarakat kecil tetap dibiarkan memilih
untuk sementara waktu, apakah menggunakan minyak tanah atau elpiji, yang
kedua-duanya disubsidi. Sementara itu, masyarakat yang mampu diharuskan
memakai elpiji. Untuk itu, perlu ada pendataan penduduk miskin yang akurat di
tiap-tiap wilayah agar pemberian subsidi tersebut tepat sasaran.
2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat
Banyak sekali dampak terhadap masyarakat yang disebabkan oleh
konversi minyak tanah ke gas. Salah satunya adalah naiknya harga barang-barang
kebutuhan bahan pokok disebabkan oleh langkanya minyak tanah di pasar.
Naiknya harga barang-barang di pasar menyebabkan masyarakat menengah ke
bawah merasa tercekik oleh kebijakan konversi tersebut.
Banyak warga masyarakat yang kembali memakai kompor minyak tanah
setelah elpiji 3 kg itu habis.
Ada yang bahkan kembali ke minyak tanah, karena takut menggunakan kompor
elpiji. Apalagi sempat diberitakan ada kompor dan botol elpiji 3 kg yang bocor,
sehingga menimbulkan kecelakaan.
Sejumlah warga mengkhawatirkan program konversi minyak tanah ke gas
elpiji tidak akan berjalan dengan baik karena dampak yang ditimbulkan sangatlah
banyak terutama dampak ekonomi yang semakin menyulitkan saja masyarakat
kecil yang nantinya akan berimbas pada kehidupan sosial yang semakin tidak
menentu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah kami membaca, meneliti dan menganalisa, kami menyimpulkan
bahwa kebijakan pemerintah untuk menjalankan program konversi minyak tanah
ke gas elpiji ini belum saatnya untuk dilakukan karena masyarakat kita belum siap
untuk menerima kebijakan ini secara menyeluruh, masyarakat beranggapan bahwa
pengunaan gas elpiji ini tidak memihak masyarakat miskin tetapi hanya
menguntungkan negara saja sedangkan aspek sosial dan ekonomi yang berimbas
pada sebagian masyarakat miskin tidak pemerintah perhatikan sama sekali.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dengan adanya kebijakan ini
seharusnya pemerintah lebih bersikap bijak, jangan hanya ingin menang sendiri.
Proses sosialisasi terhadap penggunaan kompor gas elpiji juga dirasakan sangat
kurang oleh masyarakat., seharusnya apabila pemerintah tetap ingin menjalankan
kebijakan ini proses sosialisasi harus didahulukan pertama kali dengan tahap awal
pembentukan opini publik melalui media massa bahwa menggunakan elpiji lebih
banyak memberikan keuntungan daripada menggunakan minyak tanah setelah itu
barulah mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat secara menyeluruh cara
memakai kompor gas elpiji sehingga masyarakat tidak takut untuk
menyalakannya.
Memang semuanya membutuhkan proses dan bertahap tidak mungkin langsung
secara menyeluruh tetapi kuncinya satu yaitu harus adanya proses sosialisasi yang
mantap dan terarah serta berkesinambungan dalam menjalankan kebijakan
konversi yang menjadi kontroversi ini.
D A F T A R P U S T A K A
Hakim,Lukman. 2001. Sosiologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Departemen Pendidikan Nasional.1998.Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka
Munawir,Wahyudin.2007.Konversi Minyak Tanah ke Elpiji.Available at:
http://www.korantempo.com (diakses tanggal 19 September 2007)
Santoso, Tri Wibowo.2007.Pengurangan Pasokan Minyak Harus
Bertahap.Available at: http://www.beritavhr news.com (diakses tanggal 19
september 2007)
Fauzi, Muhammad.2007.Tender Kompor Gas Diduga Salahi Kepres.Available at:
http://www.mediaindonesia.com