makalah pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan

16
PENDIDIKAN SEBAGAI PEWARISAN KEBUDAYAAN D I S U S U N OLEH KELOMPOK 4 NAMA NPM DETIRA PUTRI 1006010020 M. MUCHTAR NASUTION 1006010016 NUR AINUN 1006010031 SITI AISYAH 1006010003 WINDA SARI 1006010005 DOSEN PENGAMPUH: SAMIO,M.S,S.P SEMESTER III PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS !AKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNI"ERSITAS AL#WASHLIYAH MEDAN 2012 KATA PENGANTAR 

Upload: ira-ajha

Post on 16-Oct-2015

253 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Pendidikan Sebagai Warisan Budaya

TRANSCRIPT

PENDIDIKAN SEBAGAI PEWARISAN KEBUDAYAAN

PENDIDIKAN SEBAGAI PEWARISAN KEBUDAYAAND

I

S

U

S

U

NOLEHKELOMPOK 4

NAMANPM

DETIRA PUTRI1006010020

M. MUCHTAR NASUTION1006010016

NUR AINUN1006010031

SITI AISYAH1006010003

WINDA SARI1006010005

DOSEN PENGAMPUH:SAMIO,M.S,S.Pd

SEMESTER III

PENDIDIKAN BAHASA INGGRISFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS AL-WASHLIYAH

MEDAN2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT . Karena atas rahmat dan nikmat Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul Pendidikan Sebagai Pewarisan Kebudayaan. Makalah ini disusun untuk memperoleh nilai tugas kelompok mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya kepada manusia untuk membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan judul makalah. Penulis berharap semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan mudah-mudahan pembahasan ini dapat menjadi bahan acuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi para mahasiswa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, masih banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan dikarenakan kurang luasnya wawasan penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharap kritik dan saran ataupun sanggahan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempunaan makalah ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga segala bantuannya mendapat balasan dari Allah SWT dan memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 02 Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISIKata Pengantar...ii

Daftar Isi.iii

BAB IPendahuluan.1

A. Latar Belakang Masalah.1

B. Perumusan Masalah.1

C. Tujuan Penulisan.....2

BAB IIPembahasan..3

A. Pengertian Kebudayaan..3

B. Definisi Kebudayaan...3

C. Manusia Makhluk Berbudaya.....5

D. Pewarisan Kebudayaan...6

E. Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan9

BAB IIIPenutup11

A. Kesimpulan.11

B. Saran12

Daftar Pustaka.iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Hal itu dikarenakan keduanya merupakan entitas yang saling mencakupi satu sama lain. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan kebudayaan, karena pendidikan adalah kerjanya manusia. Kegiatan pendidikan merupakan proses pembudayaan, artinya pendidikan membuat manusia menjadi berbudaya. Kebudayaan merupakan salah satu landasan bagi pendidikan, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai kehidupan dan menjadi pedoman hidup masyarakat dimana pendidikan itu berlangsung.

Pendidikan memegang peranan yang sangat besar dalam perkembangan kebudayaan, bahkan dalam hidup matinya suatu kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Melalui pendidikan, kepribadian seseorang itu dibentuk dan dikembangkan. Individu yang dididik melalui pendidikan merupakan kreator dan sekaligus sebagai manipulator dari kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian kepribadian.Sebaliknya kebudayaan akan sangat diperlukan upaya pembentukan kepribdian. Kesenian misalnya, sebagai aspek kebudayaan, sangat besar peranannya dalam pengembangan kepribadian seseorang, dan karena itu sangat penting bagi pendidikan. Mengartikan kebudayaan dalam arti sempit, yaitu terbatas pada kesenian dan kepurbakalaan telah mereduksi kebudayaan hanya pada nilai-nilai estetika. Dan ini berarti telah memperjarak hubungan atau telah cenderung. memisahkan antara pendidikan dengan kebudayaan. Gejala pemisahan kedua hal itu juga disebabkan karena nilai-nilai kebudayaan dalam pendidikan terlalu dibatasi pada nilai nilai intelektual saja.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat tema kebudayaan dan pendidikan dengan judul makalah Pendidikan Sebagai Pewarisan Kebudayaan.

B. Rumusan Masalah

Agar masalah yang akan dibahas tidak terlalu luas, maka penulis membatasi permasalahan sepanjang hal-hal yang berkaitan dengan:

1. Pengertian Kebudayaan

2. Definisi Kebudayaan

3. Manusia Makhluk Berbudaya

4. Pewarisan Kebudayaan

5. Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sosiologi Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Alwashliyah tahun 2012.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan

b. Untuk mengetahui definisi kebudayaan

c. Untuk mengetahui makna dari manusia makhluk berbudaya

d. Untuk mengetahui pewarisan kebudayaan

e. Untuk mengetahui makna sekolah sebagai pusat kebudayaan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan secara epistemology (bahasa) berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, kata buddhayah merupakan jamak dari kata buddhi yang artinya akal atau budi. Secara etimologis, budaya yaitu segala hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris dikenal istilah culture, yang berarti budaya. Istilah culture ini secara epistemology (bahasa) berasal dari bahasa Latin yaitu colere, artinya mengolah atau mengerjakan tanah (bertani). Dari kata colere berkembang istilah culture yang berarti segala tindakan manusia dalam mengolah alam.

B. Definisi Kebudayaan

Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik.

Adapun definisi kebudayan menurut para ahli yaitu:

1. Menurut Andreas Eppink: Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

2. Menurut Edward Burnett Taylor: Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

3. Menurut Ki Hajar Dewantara: Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat atau semua hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia.

4. Menurut Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia dalam bukunya, Pengantar Antropologi : Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.

5. Menurut Kroeber: Kebudayaan adalah keseluruhan gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan serta perilaku yang ditimbulkannya.

6. Menurut Kluckhohn: Kebudayaan adalah pola perilaku eksplisit dan implisit yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol yang merupakan prestasi manusia, termasuk perwujudannya dalam bentuk benda budaya. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

C. Manusia Makhluk Berbudaya

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah: 30

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.

Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey katakan:

Artinya: Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu.

Akhlak dalam syair di atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa, dikarenakan jika akhlak suatu bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan budaya bangsa tersebut akan hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya)sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.

Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.

Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.

Manusia Sebagai mahluk budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.D. Pewarisan KebudayaanProses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya, dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi, sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi. Kedua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas.

Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua, atau orang yang dianggap senior terhadap anak-anak, atau terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.

Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal atau proses akulturasi. Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya, tetapi juga perubahan budaya. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut. Misalnya, seseorang yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru tersebut, lalu orang itu akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di tempat itu.Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan dalam pendidikan. Pendidikan sebenarnya adalah hasil dari sebuah kebudayaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Daoed Joesoef memandang pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah kelseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita lakukansebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai makhluk bio-sosial.

Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan keterampilan pada anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai dengan kedudukan dan peran sosial masing-masing dalam masyarakat. Secara tidak langsung, pola ini menjadi proses melestarikan suatu kebudayaan. Sejalan dengan ini, Bertrand Russel mengatakan pendidikan sebagai tatanan sosial kehidupan bermasyarakat yang berbudaya. Melalui pendidikan kita bisa membentuk suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang maju, modern, tentram dan damai berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya.

Pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan atau transformasi kebudayaan, diartikan bahwa pendidikan sebagai kegiatan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada dalam suatu lingkungan budaya tertentu Di dalam lingkungan masyarakat di mana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, bercocok tanam, dan seterusnya.

Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu :

1. Nilai-nilai yang masih cocok diteruskan, misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

2. Nilai-nilai yang kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan.

3. Niali-nilai yang tidak cocok diganti, misalnya pendidikan seks yang didahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.

Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet Pendidikan justru mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok Suatu masa dengan pendidikan yang menuntut banyak persyaratan baru yang tidak pernah diduga sebelumnya, dan malah sebagian besar masih berupa teka-teki. Dengan menyadari bahwa system itu merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional maka misi pendidikan sebagai transformasi budaya harus sinkron dengan beberapa pernyataan GBHN yang memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan, yaitu sebagai berikut:

1) Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia.

2) Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus terpelihara, dibina, dan dikembangkan sehigga mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa di masa depan.

3) Perlu ditumbuhkan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam proses pembangunan.

4) Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan disegala bidang kehidupan, bidang ekonomi, dan sosial budaya.

E. Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan

Pendidikan adalah suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Hasil budaya yang berupa tulisan dapat dijadikan sebagai sumber balajar. Dalam masyarakat berbudaya tulis sumber belajar selain tatap muka dalam pergaulan juga lewat tulisan dan lembaga pendidikan yang diusahakan seacara formal. Proses belajar dapat terjadi di mana saja sepanjang hayat. Sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar terjadi. Sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.

Sekolah sebagai pusat kebudayaan ialah sekolah yang merupakan pusat nilai-nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna, serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga masyarakat, bangsa, dan negara, dan karenanya dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik untuk sedini mungkin menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati, dan belajar mengamalkan melalui proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai pusat kebudayaan sekolah adalah tempat atau sumber bagi pengembangan kebudayaan.

Ciri sekolah sebagai pusat kebudayaan ialah :

1. Terdapatnya guru mengajar dan murid belajar dengan baik.

2. Terjadinya proses belajar mengajar yang baik

3. Terciptanya masyarakat belajar

4. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya

5. Terpilihnya manjadi teladan di masyarakat sekitar

Pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka membangun manusia Indonesia. Secara terperinci tujuan pengambangan sekolah sebagai pusat kebudayaan ialah:

1. Meningkatkan mutu pendidikan

2. Menciprakan masyarakat belajar

3. Membentuk manusia Indonesia seutuhnya

4. Menjadi sekolah sebagai teladan, bermanfaat bagi masyarakat sekitar.,

Kegiatan-kegiatan yang perlu mendapat perhatian dalam mengambangkan sekolah sebagai pusat kebudayaan, pada pokoknya adalah :

1. Pengembangan Logika

1. Gemar, biasa, lalu butuh membaca

2. Rajin dan tekun belajar

3. Suka meneliti

4. Gairah menulis analitik

2. Pengambangan Etika

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Bermoral Pancasila

3. Bersikap dengan tingkah laku yang baik

4. Berdisiplin

3. Pengembangan Estetika

1. Apresiasi seni

2. Persepsi seni

3. Kreasi seni

4. Pengembangan Praktika

1. Menghargai pekerjaan fisik disamping pekerjaan intelektual

2. Terampil dan cekatan

3. Penerapan teknologi

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan pada hakikatnya mengambagkan logika siswa, yaitu berhubungan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengambangkan etika siswa, yaitu berhubungan dengan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral pancasila, bersikap dengan tingkah laku yang baik, dan berdisiplin.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusiaPendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitas hidup manusia. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman.

Kebudayaan merupakan isi bagi pendidikan dimana melalui pendidikan nilai nilai kebudayaan itu diajarkan atau ditransformasikan kepada peserta didik. Karena itu pendidikan sering dipandang sebagai proses pewarisan nilai - nilai budaya atau proses enculturasi dari satu generasi ke generasi yang lain.

Lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain.

Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Melalui pendidikan, kepribadian seseorang itu dibentuk dan dikembangkan. Individu yang dididik melalui pendidikan merupakan kreator dan sekaligus sebagai manipulator dari kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian kepribadian. Sebaliknya kebudayaan akan sangat diperlukan upaya pembentukan kepribdian. Kesenian misalnya, sebagai aspek kebudayaan, sangat besar peranannya dalam pengembangan kepribadian seseorang, dan karena itu sangat penting bagi pendidikan.

B. Saran

Sebagai bangsa yang berbudaya, maka hendaknya kita harus menjaga kebudayan yang telah ada dari masa lalu. Dengan melakukan proses pendidikan baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah kita dapat menanamkan nilai-nilai budaya yang mengandung nilai-nilai yang bermacam-macam maknanya.

DAFTAR PUSTAKAArnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan.Third edition, 1882, available online. Retrieved: 2006-06-28.

Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Saifullah, Ali. 1982. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan. Surabaya: Usaha Nasional.Tirtarahaja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

ii

iii

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

iv

iv