makalah pendapatan disposable

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling potensial bagi kelangsungan pembangunan Negara Indonesia karena penerimaan pajak meningkat seiring dengan meningkatnya perkonomian dan taraf hidup suatu bangsa. Peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan Negara dalam rangka kemandirian membiayai pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam bentuk kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Negara Indonesia mengenakan pajak penghasilan atas pendapatan orang pribadi dan badan berdasarkan berbagai ketentuan. Pajak penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 yang dilandasi dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran aktif rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Setiap pembayar pajak tidak langsung menerima kontra prestasi (kecuali pajak yang dipungut oleh

Upload: iwan-susanto

Post on 08-Dec-2015

308 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pendapatan Disposable

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

potensial bagi kelangsungan pembangunan Negara Indonesia karena penerimaan

pajak meningkat seiring dengan meningkatnya perkonomian dan taraf hidup suatu

bangsa. Peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang

penerimaan Negara dalam rangka kemandirian membiayai pelaksanaan

pembangunan nasional. Untuk itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam

bentuk kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah

Pajak Penghasilan (PPh).

Negara Indonesia mengenakan pajak penghasilan atas pendapatan orang

pribadi dan badan berdasarkan berbagai ketentuan. Pajak penghasilan yang

berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 yang

dilandasi dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

didalamnya terdapat ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan

menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan

merupakan sarana peran aktif rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan

nasional.

Setiap pembayar pajak tidak langsung menerima kontra prestasi (kecuali

pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah) dari pemerintah atas pemungutan

pajak tersebut, berupa pelayanan kepada masyarakat, seperti kenikmatan atas rasa

aman yang dirasakan oleh seluruh rakyat, karena adanya alat negara yang

bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban negara dan warganya yang

pembiayaannya sebagian besar bersumber dari pajak yang telah dipungut oleh

negara. Dengan adanya Undang-Undang Pajak Penghasilan, maka wajib pajak

terhadap penghasilan selalu dikenakan pungutan negara berupa pajak. Yang besar

tarifnya sesuai dengan jenis barang yang dihasilkan. Karena pajak penghasilan

termasuk jenis pajak yang dipungut pada tingkat nasional, sehingga dapat

dikategorikan dalam kelompok pajak pusat.

Page 2: Makalah Pendapatan Disposable

Dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut maka pemerintah telah

memberikan banyak kemudahan kepada wajib pajak untuk diberi kepercayaan

dan kebebasan dalam menghitung pajak terutangnya terhadap penerimaan pajak

penghasilan yang didapat. Untuk itu, wajib pajak dapat berimplikasi menurut

kesadarannya dalam mematuhi peraturan perpajakan dan rasa patriotik dalam

berbangsa dan bernegara agar penerimaan pajak yang setiap tahun kian

meningkat. Undang-Undang Pajak Penghasilan masih tetap berpegang pada

prinsip keadilan, kemudahan serta efisiensi administrasi produktivitas penerimaan

negara. Karena itu arah dan tujuan Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah

untuk meningkatkan pendapatan nasional khususnya pendapatan disposable.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan ?

2. Bagaimana pengaruh pajak penghasilan terhadap pendapatan disposable?

Page 3: Makalah Pendapatan Disposable

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan

Berdasarkan Pasal 4 (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 STDD

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan

bahwa: yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan

dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Mengacu pada definisi di atas dengan kata lain penghasilan dapat

diartikan dengan jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang

perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas

ekonomi seperti mengkonsumsi dan/atau menimbun serta menambah kekayaan.

Dari pendefinisian penghasilan menurut Undang-Undang, dikenal dua pendekatan

yaitu pendekatan abstrak (konsepsional) dan pendekatan operasional. Definisi

konsepsional terdapat dalam alinea umum sedangkan definisi operasional terdapat

dalam contoh-contoh. Definisi operasional ini diperlukan untuk dapat

melaksanakan pengertian abstrak penghasilan dalam administrasi pemungutan

pajak sehingga akan nampak jelas wujud dari tambahan kemampuan ekonomis

dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Sesuai dengan konsep penghasilan yang komprehensif, Pajak Penghasilan

dekenakan atas penghasilan baik yang berasal dari kegiatan usaha dan tenaga

(active income, earned income) maupun penghasilan pasif.

Contoh-contoh penghasilan yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a

sampai dengan huruf s pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan dimaksudkan untuk memperjelas pengertian tentang

penghasilan yang luas (broad base) dan lebih bersifat ilustratif. Prinsip pemajakan

dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah unitary (global) taxation,

maksudnya yaitu bahwa semua penghasilan dari berbagai katagori dan sumber

Page 4: Makalah Pendapatan Disposable

dikonsolidasikan menjadi satu kesatuan (unitary) basis pemajakan. Untuk

mencapai keadilan horizontal dan vertikal atas satu kesatuan basis pemajakan

tersebut dikenakan tarif umum.

Penghasilan Kena Pajak adalah merupakan dasar pengenaan pajak (tax

base) dalam pengenaan pajak atas penghasilan (income tax). Secara prinsip,

Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pemajakan dengan basis neto (net

basis of taxation) terhadap Wajib Pajak Dalam Negeri.

Pengenaan pajak dengan basis neto maksudnya adalah bahwa pemajakan

dikenakan atas penghasilan neto (net income), yaitu atas penghasilan bruto (gross

income) dikurangi dengan pengeluaran dan pengurangan lain yang diperbolehkan

Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan Kena Pajak dihitung setelah

mengurangi gross income dengan berbagai pengurangan yang diperbolehkan (tax

reliefs) oleh Undang-Undang. Tax reliefs yang paling banyak dipakai oleh sistem

pajak atas penghasilan di dunia adalah deductible expense & personal

excemption.

Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah merupakan pajak subjektif atau

personal yang pengenaannya harus memperhatikan dan pempertimbangkan

keadaan pribadi subjek pajak. Pertimbangan terhadap subjek pajak tersebut

diperlukan supaya tidak terjadi kemiskinan struktural masyarakat, umpamanya

penduduk tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokoknya hanya karena harus

membayar kewajiban pajaknya.

Untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang

terutang, pertama sekali harus diketahui dulu dasar pengenaan pajaknya (tax

base). Dasar pengenaan pajak untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah

Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghasilan sebagai objek Pajak Penghasilan yang

dikenakan pajak berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan

dikurangi dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang munurut Pasal 6

Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Besarnya Penghasilan Kena Pajak tidak selalu sama dengan penghasilan

neto karena akan tergantung pada jenis objek pajak yang dikenakan Pajak

Page 5: Makalah Pendapatan Disposable

Penghasilan, ada tidaknya kerugian yang dapat dikompensasikan, cara

pengenaannya, dan lainnya.

Ada dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghitungan dengan cara biasa

(akuntansi) dan penghitungan dengan cara menggunakan norma penghitungan

penghasilan neto (estimated income) untuk kemudian dikurangkan lagi dengan

Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Penghitungan besarnya pajak yang terutang bagi semua jenis pajak

meliputi dua unsur penting, yaitu tarif pajak dan Dasar Pengenaan Pajak. Tarif

pajak ini bisa berupa angka ataupun persentase tertentu, sedangkan jenis tarif

pajak itu sendiri dibedakan atas tarif tetap, tarif proporsional, tarif progresif, dan

tarif degresif.

Karakteristik dari tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi yaitu merupakan

tarif progresif, berlaku secara kesatuan (unity basis), dan terdapat lima struktur

tarif dan bersifat progresif bagi yang berpenghasilan di bawah jumlah tertentu dan

proporsional untuk penghasilan di atas jumlah yang terkena tarif tertinggi sebagai

akibat keterbatasan tarif marjinal.

Tarif Pajak Penghasilan dikatakan progresif bila skedul tarif pajak

meningkat, elastisitas pajak sehubungan dengan penghasilan lebih besar dari satu

(unity) pada setiap lapisan penghasilan, dan tarif marjinal pajak lebih besar dari

tarif rata-rata.

Negara kita menganut pengenaan tarif progresif dalam penentuan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi, yaitu berupa persentase tertentu yang semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak. Tarif progresif

ini diharmonisasikan dengan pemberian Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk

melindungi kesejahteraan minimal masyarakat. Penggunaan tarif progresif

didasarkan pada argument teori ability to pay (kemampuan untuk membayar).

Page 6: Makalah Pendapatan Disposable

B. Pengaruh Pajak Penghasilan dan Pendapatan Disposable

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah

pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa

konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan

pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak

dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib

pajak, contohnya pajak pendapatan.

Disposible Income adalah Personal Income setelah dikurangi pajak

langsung (misalnya pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan bermotor dan

sebagainya). Disposible income merupakan pendapatan yang siap digunakan, baik

untuk keperluan konsumsi maupun ditabung.

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption)

sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable

income). Menurut Keynes ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung

tingkat pendapatan. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun

tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi

otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat

maka konsumsi juga akan meningkat, hanya saja peningkatan konsumsi tersebut

tidak sebesar peningkatan pendapatan disposable.

Pada saat tingkat pendapatan disposable sama dengan nol, tingkat

konsumsi adalah 100. Hal ini berarti bahwa konsumsi minimal (autonomous

consumption) sama dengan 100. Ketika pendapatan disposabel meningkat

menjadi 500, 1000, 1500, 2000, dan seterusnya konsumsi juga meningkat menjadi

Page 7: Makalah Pendapatan Disposable

500, 900, 1300, 1700 dan seterusnya. Kenaikan konsumsi tersebut disebabkan

setiap 500 unit kenaikan pendapatan disposabel, sebanyak 400 digunakan untuk

tambahan konsumsi. Terlihat bahwa tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan

pendapatan disposabel. Tingkat pendapatan 500 merupakan tingkat pendapatan

minimal agar rumah tangga mampu membiayai seluruh konsumsinya tanpa harus

mengorek tabungan.

Di dalam penghitungan pendapatan nasional didapati pula satu bentuk lain

dari pembayaran pindahan, dan lebih lazim disebut dengan istilah: subsidi atau

bantuan, yaitu bantuan Pemerintah kepada perusahaan-perusahaan yang penting

artinya dalam perekonomian, dan bantuan kepada para petani. Di banyak negara

maju para petani dibantu oleh Pemerintah dengan cara memberikan pembayaran

tambahan kepada mereka apabila harga penjualan produksi mereka di pasar

sangat rendah sekali. Subsidi atau bantuan adalah juga tergolong sebagai

pembayaran pindahan karena penerima subsidi tidak perlu membayar kembali

bantuan-bantuan Pemerintah yang diberikan kepada mereka. Akan tetapi berbeda

dengan pembayaran pindahan yang disebutkan terdahulu, subsidi adalah termasuk

ke dalam Pendapatan Nasional karena subsidi yang diterima oleh perusahaan-

perusahaan dan para petani dari Pemerintah adalah termasuk ke dalam pendapatan

nasional yang dihitung menurut harga faktor. Apabila sesuatu perusahaan

menerima subsidi. dari Pemerintah maka subsidi ini pada akhirnya akan diterima

oleh faktor-faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan itu. Dengan

demikian pada akhirnya subsidi tersebut akan merupakan pendapatan pada faktor-

faktor produksi, maka subsidi harus merupakan bagian dari Pendapatan Nasional.

Pendapatan masyarakat lain yang tidak tergolong kepada Pendapatan

Nasional tetapi termasuk di dalam pendapatan pribadi adalah pendapatan yang

berupa bunga terhadap hutang negara dan bunga terhadap pinjaman untuk

konsumsi. Sebabnya kedu jenis bunga tersebut tidak termasuk sebagai Pendapatan

Nasional telah diterangkan dalam bagian yang lalu. Karena pendapatan pribadi

meliputi semua pendapatan masyarakat, tanpa menghiraukan apakah pendapatan

itu diperoleh dari menyediakan faktor-faktor produksi atau tidak, maka wajib

kedua jenis bunga di atas dimasukkan ke dalam pendapatan pribadi.

Page 8: Makalah Pendapatan Disposable

Penjelasan yang tersebut diatas adalah menerangkan tentang jenis

pendapatan yang tidak termasuk dalam Pendapatan Nasional tetapi merupakan

bagian dari pendapatan pribadi. Sekarang baiklah dilihat pula keadaan yang

sebaliknya, yaitu melihat pendapatan yang tergolong dalam Pendapatan Nasional

tetapi tidak termasuk sebagai pendapatan pribadi. Pendapatan yang dimaksud

adalah:

a. Laba ditahan

b. Pajak yang dikenakan Pemerintah terhadap keuntungan perusahaan

c. kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan dan para pekerja kepada

Dana Pensiun.

Berdasarkan kepada uraian mengenai jenis-jenis pendapatan yang

termasuk di dalam pendapatan pribadi, ditunjukkan sifat hubungan di antara

Pendapatan Nasional dan pendapatan pribadi. jenis-jenis pendapatan yang

termasuk dalam Pendapatan Nasional dan termasuk pula dalam. Pendapatan

pribadi adalah: pendapatan perusahaan, bunga neto, pendapatan dari sewa, gaji

dan upah para pekerja, dan deviden. Di samping pendapatan-pendapatan ini,

pendapatan pribadi meliputi pula: pembayaran pindahan, kecuali subsidi kepada

perusahaan-perusahaan dan para petani, dan bunga terhadap pinjaman Pemerintah

dan pinjaman konsumen-konsumen. Subsidi tidak ditambahkan di dalam

menghitung pendapatan pribadi karena nilainya sudah termasuk di dalam

Pendapatan Nasional. Maka untuk menghindari penghitungan nilai subsidi

sebanyak dua kali ke dalam pendapatan pribadi, nilai pembayaran pindahan yang

harus ditambahkan kepada pendapatan lain untuk memperoleh pendapatan pribadi

tidak meliputi subsidi yang diberikan Pemerintah kepada perusahaan-perusahaan

dan para petani.

Pendapatan Disposabel. Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak

yang harus dibayar maka nilai yang tersisa dinamakan pendapatan disposabel.

Dengan demikian pendapatan disposabel adalah pendapatan yang bisa dipakai

untuk konsumsi oleh para penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada

dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa. Tetapi

biasanya tidak semua pendapatan disposabel itu digunakan untuk tujuan

Page 9: Makalah Pendapatan Disposable

konsumsi, sebagian ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk membayar

bunga untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli barang-barang secara

mencicil. Seperti telah diterangkan sebelum ini, pembayaran bunga oleh

konsumen-konsumen terhadap pinjaman-pinjaman untuk membeli barang-barang

secara mencicil tidak termasuk ke dalam Pendapatan Nasional karena pinjaman

yang dilakukan oleh konsumen-konsumen itu bukan digunakan untuk

menghasilkan pendapatan nasional.

Hubungan di antara pendapatan pribadi dan pendapatan disposabel dan

bagaimana pendapatan disposabel itu akan digunakan oleh rumah tangga-rumah

tangga. Pajak yang menimbulkan perbedaan di antara pendapatan pribadi dan

pendapatan disposabel dinamakan pajak perseorangan. Pajak ini meliputi pajak

terhadap gaji dan upah para pekerja, pajak terhadap pendapatan yang berupa

bunga dan dividen, pajak terhadap perusahaan perseorangan, dan pajak terhadap

pendapatan dari sewa. Selanjutnya macam konsumsi terhadap pendapatan

disposabel dianggap digunakan untuk dua tujuan: untuk konsumsi dan untuk

disimpan sebagai tabungan.

Page 10: Makalah Pendapatan Disposable

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak penghasilan adalah pajak subjektif atau personal yang pengenaannya harus

memperhatikan dan pempertimbangkan keadaan pribadi subjek pajak.

2. Pengaruh pajak penghasilan dan pendapatan disposable yaitu apabila pendapatan

pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar maka nilai yang tersisa

dinamakan pendapatan disposabel. Biasanya pendapatan disposabel digunakan

untuk tujuan konsumsi, sebagian ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk

membayar bunga untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli barang-barang

secara mencicil.

Page 11: Makalah Pendapatan Disposable

DAFTAR PUSTAKA

Wibowo. Tri. 2000. Dampak Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Nasional”, Jurnal Kipas. Vol. 2, No. 24, pp. 32 – 41.

Sri S, Valentina., dan Aji Suryo. 2003. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/04/pengertian-pendapatan-pribadi.html