makalah pbl 16

14
PENDAHULUAN Seorang ibu berusia 46 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawahnya. Os juga mengeluh mual dan muntah muntah 2x/hari. Pemeriksaan fisik: suhu: 38°C, nadi: 92x/menit, respiratory rate: 24x/menit, tekanan darah: 105/65 mmHg. Pemeriksaan laboratorium : leukosit: 15500/ul. WD (working diagnosis) pada kasus Ibu ini adalah appendicitis. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Apendiks disebut juga umbai cacing. Kita sering salah kaprah dengan mengartikan apendisitis dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Organ ini cukup sering menimbulkan masalah kesehatan dan peradangan akut apendiks yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumya berbahaya. Appendicitis pula boleh dibagikan kepada dua yaitu apendisitis akut dan kronik: Akut: Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

Upload: greentree-mas

Post on 11-Aug-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pbl 16

PENDAHULUAN

Seorang ibu berusia 46 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada

perut bagian kanan bawahnya. Os juga mengeluh mual dan muntah muntah 2x/hari. Pemeriksaan

fisik: suhu: 38°C, nadi: 92x/menit, respiratory rate: 24x/menit, tekanan darah: 105/65 mmHg.

Pemeriksaan laboratorium : leukosit: 15500/ul.

WD (working diagnosis) pada kasus Ibu ini adalah appendicitis. Apendisitis adalah

peradangan pada apendiks. Apendiks disebut juga umbai cacing. Kita sering salah kaprah dengan

mengartikan apendisitis dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ

apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat ini

diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam

sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Organ ini cukup sering menimbulkan masalah

kesehatan dan peradangan akut apendiks yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumya berbahaya. Appendicitis pula boleh dibagikan kepada dua yaitu

apendisitis akut dan kronik:

Akut: Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah,

nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak

semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau

mual-muntah saja.

Kronik: Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana

terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang

timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu

akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis

akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (istilah kesehatannya).

Namun, terdapat enam DD (differential diagnosis) yang memiliki gejala mirip yaitu penyakit

Crohn, salphigitis, kista ovarium, kehamilan ektopik terganggu, kolik ureter dan perintonitis. DD

dibedakan dengan lebih lanjut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan.

Page 2: makalah pbl 16

ISI

PEMERIKSAAN

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan

(swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).

Palpasi : Palpasi dilakukan dengan dimulai pada kuadran kiri bawah dilanjutkan ke kuadran

kiri atas, kuadran kanan atas dan diakhiri di kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada

appendicitis lanjut, teraba suatu massa. Nyeri tekan kuadran kanan bawah dengan spasme otot

merupakan indikasi untuk melakukan operasi kecuali ada indikasi lain yang menunjukkan bahwa

appedisitis bukan WD. Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan

bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci

diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut

kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah

dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg

Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan

letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa

nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini

merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk

mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas

lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha

kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan

tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan

Page 3: makalah pbl 16

endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan

m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan

menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika. Suhu dubur (rectal)

yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel

darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3 (normal adalah

5.00-10.000/mm3). Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan

apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan

ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada

apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang

dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya

pelebaran sekum. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (timbunan tinja

yang keras). Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis

apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis

apendisitis (71-97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan

yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %). Dengan CT scan

dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Sinar X bermanfaat dalam memeriksa

kemungkinan ulkus perforasi, obstruksi usus atau nefrolitiasis. Pielogram intravena bisa

menunjukkan kelainan traktus urinarius seperti kolik ginjal.

WD

WD untuk kasus ini adalah apendisitis.

DD

Page 4: makalah pbl 16

Penyakit Crohn

Kelahiran etopik terganggu

Salphingitis

Kista ovarium

Kolic ureter

Peritonitis

ETIOLOGI

Penyebab apendisitis belum sepenuhnya dimengerti tapi pada kebanyakan kasus,

peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus

buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah. Apendisitis umumnya

terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya

adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena

adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur,

benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan.

Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia

jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang

diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.

Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan :

Page 5: makalah pbl 16

- masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal

- terbentuknya abses

- pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan pada

saluran yang bisa menyebabkan kemandulan

- masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.

EPIDEMIOLOGI

Apendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40 tahun. Penyakit ini jarang

ditemukan pada usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang

berbeda pada usia tersebut. Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan

mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit

apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi

akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan

mempermudah timbulnya apendisitis.2

MANIFESTASI KLINIK

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari mual, muntah dan

nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut

sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual

hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini,

penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah

tajam. Demam bisa dialami oleh pasien dan boleh mencapai 37,8-38,8 Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.

Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya

tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Kadang kala

bisa menyebabkan syok.

Page 6: makalah pbl 16

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar

(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini

biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan

menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik

Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri

somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi

terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap

berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai

dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 Celcius.

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari

apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut

gejala yang timbul tersebut.

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh

sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan

peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan

seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi

m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan

rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum

akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi

peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan

diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru

diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas

dan tidak khas.

Page 7: makalah pbl 16

1. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa

menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anak

menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah

perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru

dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

3. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa

dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul,

atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala

apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa

timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks

terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke

regio lumbal kanan.

PATOFISIOLOGI

Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh

lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap

harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum

menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah

bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,

sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang

meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan

Page 8: makalah pbl 16

timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis

akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding

apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,

sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan

apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark

dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan

apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu

berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan

ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga

terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di

dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun,

jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi

tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan

dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan

terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan

pembuluh darah. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi

akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan

jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan

bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan

mengalami eksaserbasi.

PENATALAKSANAAN

Page 9: makalah pbl 16

Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus

buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa

kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat

kekambuhannya mencapai 35%.

Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah

dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10 hari. Selanjutnya adalah

perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang

terkontaminasi dan lain-lain.

KOMPLIKASI

PROGNOSIS

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: makalah pbl 16

1. Basic pathology. Robbins. 628-629.

2. Radang usus buntu(apendisitis). Diunduh dari http://www.tanyadokter.com/disease.asp?

id=1001133 27 Mei 2010.

3. Apendisitis. Diunduh dari

http://medicastore.com/penyakit/496/Apendisitis_radang_usus_buntu.html 27 Mei 2010

4. Appendicitis. Diunduh dari http://theeqush.wordpress.com/2008/03/10/apendisitis/ 28

Mei 2010.

5. Apendisitis. Diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/9 28 Mei 2010.

6.