makalah patologi

20
MAKALAH PATOLOGI “HIV DAN AIDS” Disusun oleh : Panji Putro Pamungkas P27820714033 D4 KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Upload: panjidammen

Post on 07-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

patologi

TRANSCRIPT

MAKALAH PATOLOGIHIV DAN AIDS

Disusun oleh :

Panji Putro Pamungkas P27820714033D4 KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYAJl. Mayjend Prof.Dr. Moestopo No.8 C SurabayaTelp. (031) 5030379/ Fax (031) 5030379Tahun Akademik 2014/ 2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan HidayahNya, sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini dengan tidak ada halangan dan tepat pada waktunya . Dalam makalah ini kami membahas tentang PENYAKIT AIDS DAN HIV.Makalah ini dibuat melalui bantuan beberapa pihak untuk menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah yaitu, PATOLOGI . Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Dalam penyusunan makalah ini , kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca dan Bapak pengajar yang bersangkutan, agar makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi seluruh pihak pembaca.Akhir kata kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Surabaya, 10 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI ...iiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ... 1B. Rumusan Masalah .. 2C. Tujuan. 2BAB II PEMBAHASANA. Pengertian HIV/AIDS.... 3B. Etiologi penyakit HIV/AIDS................................................................. 3C. Patogenesis penyakit HIV/AIDS .......................................................... 4D. Patofisiologi penyakit HIV/AIDS......................................................... 6E. Sign dan Syntom........... 7BAB III PENUTUPa. Kesimpulan 10b. Saran . 10DAFTAR PUSTAKA ..

BAB I

A.Latar BelakangAcquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV-1). AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi diddapat dari hasil penularan. penyakit ini merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat internasional dengan angka moralitas yang peresentasenya di atas 80 pada penderita 3 tahun setelah timbulnya manifestasi klinik AIDS. Pada tahun 1985 Cherman dan Barre-Sinoussi melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia mencapai angka lebih dari 12.000 orang dengan perincian, lebih dari 10.000 kasus di Amerika Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika Latin dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak lebih dari 60.000 kasus yang ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika Serikat telah dilaporkan padaCommunicable Disease Centre (CDC)dan lebih dari setengahnya meninggal. Kasus-kasus AIDS baru terus-menerus di monitor untuk ditetapkan secara pasti diagnosisnya. Ramalan baru-baru ini dari United States Public Health Service menyatakan, bahwa pada akhir tahun 1991, banyaknya kasus AIDS secara keseluruhan di Amerika Serikat doperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 270.000 dengan 179.000 kematian. Juga telah diperkirakan, bahwa 74.000 kasus baru dapat di diagnosis dan 54.000 kematian yang berhubungan dengan AIDS dapat terjadi selama tahun 1991 saja. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan, kematian pasukan Amerika selama masa perang di Vietnam berjumlah 47.000 korban.Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada periode Juli-September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah air telah mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Menderita HIV/AIDS di Indonesia dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan disekeliling penderita.Secara fisiologis HIV menyerang sisitem kekebalan tubuh penderitanya. Jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan(exhausted stage), maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi system imun yang memperparah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS. Modulasi respon imun penderita HIV/AIDS akan menurun secara signifikan, seperti aktivitas APC (makrofag); Thl (CD4); IFN; IL-2; Imunoglobulin A, G, E dan anti-HIV. Penurunan tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah CD4 hingga mencapai 180 sel/l per tahun.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan penyakit AIDS ?2. Apa yang dimaksud dengan HIV ?3. Apa penyebab / etiologi dari penyakit AIDS ?4. Bagaimana patogenesis penyakit AIDS ?5. Bagaimana patofisiologi penyakit AIDS ?6. Apa saja sign dan symptom dari penyakit AIDS ?C. Tujuan1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS serta memahami bahayanya.2. Mengetahui dan memahami penyebab penyakit HIV/AIDS.3. Mengetahui patogenesis penyakit AIDS.4. Mengetahui patofisiologi penyakit AIDS.5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit AIDS

BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian HIV/AIDSAIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut menghancurkan CD4+dan limfosit.

B. EtiologiHIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe DI (HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HTV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2 yang pertama kali diketahuin dalam serum dari para perempuan Afrika Barat(warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Marlink, 1994)C. PatogenesisPenularan dan Masuknya VirusHIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis; semen, air mata, sekresi vagina atau serviks, urine, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling efisien melalui- darah dan semen. HIV juga dapat ditularkan melalui air susu dan sekresi vagina atau serviks. Tiga cara utama penularan adalah kontak dengan darah dan kontak seksual dan kontak ibu-bayi. Setelah virus ditularkan akan terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.Perlekatan VirusVirion HTV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis-ganda yang mengandung banyak tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari dua glikoprotein: gpl20 dan gp41. Gp mengacu kepada glikoprotein, dan angka mengacu kepada massa protein dalam ribuan dalton. Gpl20 adalah selubung permukaan eksternal dun, dan gp41 adalah bagian transmembran.Terdapat suatu protein matriks yang disebut pl7 yang mengelingi segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut p24. Di dalam kapsid, p24, terdapat dua untai RNA identik dan molekul pre- formed reverse transcriptase, integrase, dan protease yang sudah terbentuk. HIV adalah suatu retrovirus, sehingga materi genetik berada dalam bentuk RNA bukan DNA. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran. Enzim-enzim lain yang menyertai RNA adalah integrase dan protease. -HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki molekul reseptor membran CD4. Sejauh ini, sasaran yang disukai oleh HIV adalah limfosit T penolong positif-CD4, atau sel T4 (limfosit CD4+). gpl20 HIV berikatan dengan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga gp41 dapat memeran- tarai fusi membran virus ke membran sel. Baru-baru ini ditemukan bahwa dua koreseptor permukaan sel, CCR5 atau CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gpl20 dan ep41 dapat berikatan dengan reseptor CD4+ (Doms, Peiper, 1997). Koreseptor ini menyebabkan perubahan-perubahan konformasi sehingga gp41dapat masuk ke membran sel sasaran. Individu yang mewarisi dua salinan defektif gen reseptor CCR5 (homozigot) resisten terhadap timbulnya AIDS, walaupun berulang kali terpajan HIV (sekitar 1% orang Amerika keturunan Caucasian). Individu yang heterozigot untuk gen defektif ini (18 sampai 20%) tidak terlindung dari AIDS, tetapi awitan penyakit agak melambat. Belum pernah ditemukan homozigot pada populasi Asia atau Afrika, yang membantu menerangkan mengapa mereka lebih rentan terhadap infeksi HIV (O'Brien, Dean, I997).Sel-sel lain yang mungkin rentan terhadap HIV mencakup monosit dan makrofag. Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoar untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politrofik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia (Levy, 1994), seperti sel natural Iler (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel Langerhans, sel dendritik (yang terdapat di permukaan mukosa tubuh), sel mikroglia, dan berbagai jaringan tubuh.Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+, maka berlangsung serangkaian proses kompleks yang, apabila berjalan lancar, menyebabkan terbentuknya partikel-partikel virus baru dari sel yang terinfeksi. Limfosit CD4+ yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasilkan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4+ juga dapat menimbulkan sipatogenisititas melalui beragam mekanisme, termasuk appoptosis (kematian sel terprogram), anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).Replikasi VirusSetelah terjadi fusi sel-virus, RNA virus masuk ke bagian tengah sitoplasma limfosit CD4+. Setelah nukleokapsid dilepas, maka teijadi transkripsi terbalik (reverse transcription) dari satu untai-tunggal RNA menjadi DNA salinan (cDNA) untai-ganda virus. Integrase HIV membantu insersi cDNA virus ke dalam inti sel pejamu. Apabila sudah terintegrasi ke dalam kromosom sel pejamu, maka dua untai DNA sekarang menjadi provirus (Greene, 1993). Provinis menghasilkan RNA messenger (mRNA), yang meninggalkan inti sel dan masuk ke dalam sitoplasma. Protein-protein virus dihasilkan dari mRNA yang lengkap dan yang telah mengalami splicing (penggabungan) setelah RNA genom dibebaskan ke dalam sitoplasma. Tahap akhir produksi virus membutuhkan suatu enzim virus yang disebut HIV protease, yang memotong dan menata protein virus menjadi segmen-segmen kedi yang mengelilingi RNA virus, membentuk partikel virus menular yang menonjol dari sel yang terinfeksi. Sewaktu menonjol dari sel pejamu, partikel-partikel virus tersebut akan terbungkus oleh sebagian dari membran sel yang terinfeksi. HTV yang baru terbentuk sekarang dapat menyerang sel-sel rentan lainnya di seluruh tubuh.Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode latensi klinis, bahkan saat hanya teijadi aktivitas virus yang minimal di dalam darah (Embretson et al., 1993; Pantaleo et al., 1993). HIV ditemukan dalam jumlah besar di dalam limfosit CD4+ dan makrofag di seluruh sistem limfoid pada semua tahap infeksi. Partikel- partikel virus juga telah dihubungkan dengan sel-sel dendritik folikular, yang mungkin memindahkan infeksi ke sel-sel selama migrasi melalui folikel-folikel limfoid.Walaupun selama masa latensi klinis tingkat viremia dan replikasi virus di sel-sel mononukleus darah perifer rendah, namun pada infeksi ini tidal ada latensi yang sejati. HIV secara terus menerus terakumulasi dan bereplikasi di organ-organ limfoid.Aktivitas ini menunjukan bahwa terjadi pertempuran terus menerus antara virus dan sistem imun pasien.D. Patofisiologi Virus HIV/AIDS1.Mekanisme system imun yang normalSistem imun melindungi tubuh dengan caramengenali bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. Ketika system imun melemah atau rusak oleh virus seperti virus HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. System imun terdiri atas organ dan jaringan limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus limfa, limfa, tonsil, adenoid, appendix, darah, dan limfa.

oSel BFungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masing-masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibodispesifik. Antibody bekerja dengan cara membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis (proses penelanan dan pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag. Atau dengan membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang berhubungan dengan respon inflamasi).oLimfosit TLimfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :a.Regulasi sitem imunb.Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus.Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+, dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+adalah sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel CD8+membunuh sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri seperti sel kanker.

E. SyntomGejala infeksi tahap awalSebagian besar orang yang terkena infeksi HIV tidak menyadari adanya gejala infeksi HIV tahap awal. Karena, tidak ada gejala mencolok yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal, bahkan mungkin sampai bertahun-tahun kemudian. Meskipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa virus HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi tersebut akan sangat mudah menularkan virus HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah penderita tersebut kemudian terkena AIDS atau tidak . Untuk menentukan apakah virus HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah dengan tes HIV.Gejala infeksi tahap menengahGejala infeksi HIV pada tahap menengah sudah lebih jelas, misalnya flu yang berulang-ulang : lesu, demam, berkeringat, otot sakit, pembesaran kelenjar limfe, batuk.Gejala infeksi HIV lainnya yaitu infeksi mulut dan kulit yang berulang-ulang, seperti sariawan, atau gejala-gejala dari infeksi umum lain yang selalu kambuh karena penurunan kekebalan tubuh.Gejala infeksi tahap akhirGejala infeksi HIV tahap akhir disebut juga gejala AIDS, yaitu berat badan menurun dengan cepat, diare kronis, batuk, sesak nafas (infeksi paru-paru, tuberculosis yang telah meluas), bintik-bintik atau bisul berwarna merah muda atau ungu (kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi), pusing-pusing, bingung, infeksi otak.

D. Sign1. DemamSalah satu tanda pertama ARS adalah demam ringan disertai gejala lain seperti kelelahan, bengkak kelenjar getah bening dan sakit tenggorokan. Pada kondisi ini, virus telah masuk ke aliran darah dalam jumlah berlipat ganda, sehingga tubuh mengalami demam sebagai reaksi inflamasi oleh sistem kekebalan tubuh.

2. KelelahanRespon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh juga dapat membuat orang merasa lelah dan lesu. Aktivitas tubuh yang ringan telah dapat menyebabkan kelelahan ekstrim.

3. Nyeri otot dan sendi, serta pembengkakan kelenjar getah beningOrang kurang waspa gejala HIV karena mirip dengan infeksi virus lain, seperti sifilis atau hepatitis. Gejala mirip dengan penyakit lain, termasuk nyeri pada persendian dan otot-otot serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan cenderung menyebabkan peradangan ketika ada infeksi. Pembangkakan kelenjar getah bening biasanya terjadi pada pangkal paha, leher, dan ketiak.

4. Sakit tenggorokan dan sakit kepalaHIV juga dapat menyebabkan gejala seperti sakit tenggorokan dan sakit kepala.

5. RuamMuncul ruam pada kulit dapat terjadi ketika tahap awal HIV atau mungkin muncul ketika telah parah. Ruam merah muda dapat muncul pada batang tubuh dan menyerupai bisul. Jika muncul ruam sulit diobati, Anda perlu melakukan tes HIV.

6. Mual, muntah, diareSekitar 30 sampai 60 persen pengidap HIV menderita mual, muntah, atau diare jangka pendek. Gejala ini juga bisa muncul sebagai akibat dari terapi pengobatan.

7. Penurunan berat badan drastisPenurunan berat badan adalah tanda bahwa penyakit telah berkembang ke tahap sedikit lebih parah dan bisa sebagian disebabkan karena diare berat. Jika sudah kehilangan berat badan, itu berarti sistem kekebalan tubuh hampir habis.

8. Batuk keringBatuk kering adalah tanda pertama bahwa infeksi telah memburuk. Tapi batuk kering berlangsung setelah satu tahun terjangkit virus HIV dan akan semakin parah. Penggunaan obat seperti Benadryl, antibiotik, dan inhaler tidak dapat menyembuhkan batuk ini.

9. Berkeringat di malam hariSekitar setengah dari orang terinfeksi virus HIV berkeringat di malam hari. Keringat ini dipengaruhi oleh infeksi dan tidak berhubungan dengan olahraga atau suhu ruangan.

10. Perubahan kukuTanda lain dari infeksi HIV pada tahap akhir adalah perubahan kuku, seperti penebalan kuku, kuku melengkung, terpisah dari kulit, atau perubahan warna kuku menjadi hitam atau garis-garis kecoklatan.

Perubahan warna kuku ini seringkali disebabkan oleh infeksi jamur, seperti kandida yang dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda menurun.

11. Infeksi jamur pada mulutInfeksi jamur juga dapat berkembang pada mulut atau kerongkongan pengidap HIV, menyebabkan sulit menelan

BAB IIIPenutup

Kesimpulan1. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunisik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV2. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis retrovirus RNA dan merupakan partikel inert, dimana ia tidak dapat melakukan aktivitas sama sekali kecuali berada dalam sel target utama, yaitu sel Lymfosit T, karena sel ini memiliki CD-4, yaitu sejenis reseptor virus HIV. Setelah berada dalam sel target, HIV akan berkembang dang bersifat infectious, dimana ia dapat ditularkan dan dapat aktif setiap saat.

Kritik dan Saran1. Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami

DAFTAR PUSTAKA

Tjokronegoro. 1994. AIDS:Seluk beluk yang perlu anda ketahui. Jakarta: Balai Penerbit

Fahmi. 1999. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUISylviaa. 2006. PATOFISIOLOGI: Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: PT. Citra Aditya Baktiii