makalah pancasila sebagai sistem filsafat
TRANSCRIPT
MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Disusun oleh :
1. Ahmad Hudaironi (02)
2. Mujid Wahyu Muhammad Rizal (10)
3. Wahyu Rinandi (15)
4. Wisnu Bagas Wardhana (16)
Kelas: ME 3F
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2014-2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung
ataupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di
dunia.Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi
telah mengancam, bahkan mengasai eksistensi Negara-negara kebangsaan, termasuk
Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai
dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturankepentingan antara
nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di
Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman internasional yang
terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul masalah internal, yaitu maraknya
tunttan rakyat, yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari
kesejahteraan dan keadilan sosial. Paradoks antara kekuasaan global dengan
kekuasaan nasional ditambah komplik internal seperti gambaran di atas,
mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan yang secara langsung mengancam jati
diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun objektif, serta
terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam-
prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah
ditemukan oleh peletak dasar (The founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila. Dengan
pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini
mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai baru dari nuar dan pergeseran
nilai-nilai yang terjadi Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu
bangsa, senantiasan memeliki suatu pandangan hidup atau filsaat hidup masing-
masing, yang berbeda dengan bangsa lain didunia. Inilah yang disebut sebagai local
genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan
local) bangsa.
Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri Negara
Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesia merdeka, mereka sadar
sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “di atas dasar
apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar
ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia.
Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila
sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut
menyangkut aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari kelima sila pancasila.
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan Umum dan Khusus dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai dari tugas Dosen mata kuliah
2. Mengetahui aspek dari isi pencasila sebagai filsafat
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam
makalah ini
b. Mengembangkan agar kami bisa mengetahui tujuan khusus pancasila
c. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang
mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan,
hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-
dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan
universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang
paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan
kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496
SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa
intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya
pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran
para filsuf itu sendiri.
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal
dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan
menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan
titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan
alam sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan
bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses
dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu
dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti
teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat
dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal
itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun
mereka berada.
Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945,
dundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan
UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan filosofis
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-
nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bentuk Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut :
1. Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal
adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran
religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia.
2. Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya tidak sekedar mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil pemikiran yang
berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari
(way of life / weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin
(Pancasilais).
2.1.1. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat
langsung dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia
dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam
mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil
pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud
pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu
masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan
berkembang menjadi suatu tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme)
seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya yang cukup mempengaruhi
kehidupan bangsa dan negara modern. Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia
menyelidik obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau
substansinya dapat dibedakan menjadi :
a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala
sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda,
binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti
nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.
b. obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek
material tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang
filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat
yang pokok adalah :
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis
yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam
(kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses
kenyataan, dan antropologi.
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau
kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara / jalan untuk memperoleh
pengetahuan.
d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat
mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
tentang baik-buruk
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahan
kejelekan.
2.1.2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah
sebagai berikut :
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan,
termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan
oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam,
yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit
manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar
atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani
manusia yang tidak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi
realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi
(ide dan spirit)
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah
bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya,
realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata.
Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia mereka
hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas
demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan
benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan
rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi.
Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah,
materi dan nonmateri.
2.2. Pancasila sebagai sistem filsafat
2.2.1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya,
misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh
kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun
bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi
Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang
merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang
sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat
dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa
materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman
dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini
kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi
motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari
pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan
kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari
sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas dasar
apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk pertama kali di
lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia
harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang
merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini
dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah
perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar
bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata
nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa
yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian
itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama
yaitu:
a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan
Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran agama dalam
kitab suci
b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai
yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar
di seluruh nusantara.
2.2.2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. suatu kesatuan bagian-bagian
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,
fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan
yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
2.2.3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban,
dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk
tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-
sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan.
Kesatuan si;a-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis
bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari
sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur
susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan
kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur
itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.
2.2.4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang
digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-
urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila
menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya
atau diatasnya.
Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang
kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.
Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan,
yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus
selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka,
sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan;
sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga
sifat dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis
dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.2.5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal
juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan
bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam
setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh
rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi
adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.2.6. Pancasila Sebagai Ilmu
Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa
ingin tahu, kepastian pancasila sebagai system filsafat. Pancasila sebagai system
filsafat adalah pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Pancasila
sebagai system filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan
hidup “atau filsafat Negara republic Indonesia yang berdasarkan UUD45 dan
pancasila.
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani
menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya
lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.
Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak
kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan
bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-
hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik
alam semesta maupun pada manusia sendiri.
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bias menjumpai
pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji
kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005). Menurut kamus
Webster New World Dictionary, kata science berasal dari kata latin, scire yang
artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui
dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui
intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini mengalami perkembangan dan perubahan
makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11 observasi,
kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau
prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata
alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan
science yang berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang
berbeda dengan science (sains).
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti
knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori.
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat
dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology, ontology
2.2.7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari
Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila
meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya
menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).
2.3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan,
yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat
berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada
hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun
juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari
sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari
hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna
yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa
Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya.
1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi.
Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan
disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang
menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan
hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis,
oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah
manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama
juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan
pendukung pokok negaraadalah rakyat (manusia).
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil
pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui
bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan
epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai
ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk
semantik, logika, matematika dan teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi
bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.
Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau
keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi
mengandung tiga unsur yaitu :
1. logos (rasionalitas atau penalaran)
2. pathos (penghayatan), dan
3. ethos (kesusilaan).
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai,
berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi
nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah
cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai
dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya
yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah.
Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun alat
pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia
yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.
2.4. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan
Kewajiban
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah
kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat.
Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika ditumbuh-
kembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa
hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar
hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penjelmaan
dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia
memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak yang diterima manusia
adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di
akhirat nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga
masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itumelahirkan hak dan
kewajiban yang seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan,tumbuh-
tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengansegala isinya
adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan karena
alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus bertambah. Oleh karena itu,
memelihara kelestrian alam merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak yang
diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Kesimpulan yang bisa
diperoleh dari filsafat Pancasila adalah Pancasila memberikan jawaban yang mendasar
dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka kami mengambil
beberapa kesimpulan dari atas adalah filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan. Pancasila dapat
digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan
filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
3.2. Saran
Berdasarkan uraian di atas menurut saya Warganegara Indonesia merupakan
sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu
sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai,
menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang
telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah
Pancasila adalah sebagai dasar falsafat negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang
sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
- http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-filsafat-pancasila
3875.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013
- http://bazrinakperblogku.blogspot.com/2012/12/makalah-pancasila-sebagai-
Sistem-filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013
- http://kutukuliah.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html
Diakses pada tanggal 02 juni 2013
- http://cara2rico.wordpress.com/2013/03/10/makalah-kewarganegaraan-pancasila-
sebagai-sistem- filsafat/ Diakses pada tanggal 02 juni 2013