makalah neurologi asli11

32
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Migren Menurut international headache society (IHS), migren adalah nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperhebat oleh aktivitas dan dapat di sertai mual/muntah, fotofobia dan fonofobia. 1 2.2 Epidemiologi Migren dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa, biasanya jarang terjadi setelah berumur lebih dari 50 tahun. Angka kejadian migren dalam kepustakaan berbeda-beda pada setiap negara, umumnya berkisar antara 5 – 6 % dari populasi. Migraine timbul pada 11% masyarakat Amerika Serikat yaitu kira-kira 28 juta orang. 2 Di Indonesia belum ada data secara kongkret. Pada wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1. Wanita hamil tidak luput dari serangan migren, pada umumnya serangan muncul pada kehamilan trimester I. Risiko mengalami migraine semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migraine. 3 2.3 Etiologi 4,5 Penyebab nyeri kepala migren tidak diketahui. Faktor keturunan, stres, olahraga, makanan tertentu seperti coklat, kopi berperan sebagai faktor predisposisi migren. Perubahan

Upload: leny-aja-bae

Post on 18-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lapkas 4

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Migren

Menurut international headache society (IHS), migren adalah nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperhebat oleh aktivitas dan dapat di sertai mual/muntah, fotofobia dan fonofobia.12.2 Epidemiologi Migren dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa, biasanya jarang terjadi setelah berumur lebih dari 50 tahun. Angka kejadian migren dalam kepustakaan berbeda-beda pada setiap negara, umumnya berkisar antara 5 6 % dari populasi. Migraine timbul pada 11% masyarakat Amerika Serikat yaitu kira-kira 28 juta orang.2 Di Indonesia belum ada data secara kongkret. Pada wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1. Wanita hamil tidak luput dari serangan migren, pada umumnya serangan muncul pada kehamilan trimester I. Risiko mengalami migraine semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migraine.32.3 Etiologi 4,5Penyebab nyeri kepala migren tidak diketahui. Faktor keturunan, stres, olahraga, makanan tertentu seperti coklat, kopi berperan sebagai faktor predisposisi migren. Perubahan hormonal, alergi makanan, paparan terhadap cahaya silau dan suara yang bising berpengaruh terhadap migren. Peningkatan kadar serotonin di sirkulasi dan substansi P serta polipeptida vasodilator berperan langsung mempengaruhi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial.Faktor genetik yang mempengaruhi migren ditandai dengan adanya suatu pola yang autosomal dominan yaitu suatu faktor intrinsik dari otak. Terdapat dua gen yang berperan dalam autosomal dominan pada migren yaitu FHM1 (kode gen pada lengan pendek kromosom) dan FHM2 (gen pada lengan panjang kromosom).Hormon sangat berpengaruh terhadap patofisiologi migren, terbukti dengan ditemukannya wanita yang lebih banyak menderita migren pada usia pubertas. Rangsang nyeri dari struktur kranial lain, terutama struktur miofasial dapat terintegrasi dengan rangsang nyeri vaskuler dari pembuluh darah kepala. Kedua rangsang nyeri ini berkumpul di inti spinal nervus trigeminus di batang otak, selanjutnya disalurkan ke talamus. Inti batang otak ini mendapat pengaruh fasilitasi dan inhibisi dari supraspinal yang umumnya bergantung pada faktor emosi dan psikososial.Pencetus migren berasal dari beberapa faktor seperti korteks serebri sebagai respon terhadap emosi atau stres, talamus akibat stimulasi aferen yang berlebihan misalnya cahaya yang menyilaukan, suara bising dan makanan. Hipotalamus juga sebagai pencetus akibat perubahan hormonal serta sirkulasi karotis interna dan karotis eksterna sebagai respon terhadap vasodilator. Pencetus yang paling umum pada anak adalah stres, termasuk konflik keluarga, depresi, ansietas, gangguan tidur, masalah di sekolah serta gangguan emosional dan fisik.2.4 Klasiikasi

2.4.1 Migren tanpa aura

Istilah sebelumnya : Common migren, Hemikrania simpleks.

Deskripsi: Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.

Kriteria diagnostik :

a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-Db. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati).c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut: Lokasi unilateral

Kualitas berdenyut

Intensitas nyeri sedang atau berat

Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita

menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik

tangga).

d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:

nausea dan atau muntah

fotofobia dan fonofobia.e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

2.4.2 Migren dengan aura

Istilah Sebelumnya: Migren Klasik, oftalmik, hemiparestetik, hemiplegi atau afasia migren, migren accompagnee, migren komplikasi.

Deskripsi: Suatu serangan nyeri kepala berulang dimana didahului gejala neurologi fokal yang reversible secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit. Gambaran Nyeri kepala yang menyerupai migren tanpa aura biasanya timbul sesudah gejala aura.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B

b. migren dengan aura yang memenuhi kriteria B dan C satu diantara 1.2.1-1.2.6.c. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

1. Migren dengan aura tipikal.

Deskripsi: Aura tipikal terdiri dari gejala visual dan/atau sensoris dan/atau berbahasa. Yang berkembang secara bertahap, durasi tidak lebih dari 1 jam, bercampur gambaran positif dan negatif, kemudian menghilang sempurna yang memenuhi kriteria 1.1 dari migren tanpa aura.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D.b. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik:

Gangguan visual yang reversibel seperti : positif ( cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles), dan atau negatif (hilang rasa/kebas).

Gangguan bicara disfasia yang reversible sempurna.c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:

Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral

Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang lainnya > 5menit.

Masing gejala berlangsung > 5 dan < 60 menit.

d. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D 1.1. Migren tanpa aura

e. dimulai bersamaan dengan aura atau sesudah aura selama 60 menit.

f. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.2. Nyeri kepala non migren dengan aura tipikal.

Deskripsi: Aura berisikan gangguan visual dan atau gangguan sensoris dan atau gangguan bicara. Perkembangan gradual, durasi tidak melebihi 1jam, bercanpur dengan gambaran postif dan negatif dan berisikan komplet dari karakteristik dengan aura yang tidak memenuhi syarat migren tanpa aura.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D.

b. Adanya aura yang berisikan paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik:

Gangguan visual yang berulang seperti : positif ( cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

Gangguan sensoris termasuk positif (pins and needles),dan atau negatif ( hilang rasa).

Gangguan bicara disfasia.

c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:

Gejala visual homonim dan atau gejala sensoris unilateral.

Paling sedikit 1 gejala aura timbal secara gradual > 5 menit dan/ atau gejala aura yang lainnya terdapat > 5menit.

Setiap gejala berlangsung > 5 dan < 60 menit.

d. Nyeri kepala yang tidak memenuhi kriteria B-D pada 1.1. Migren tanpa aura yang dimulai selama aura atau diikuti aura selama 60 menit.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain

3. Aura tipikal tanpa nyeri kepala

Deskripsi: Aura yang tipikal berupa gangguan visual dan /atau sensorik dengan atau tanpa gangguan berbicara. Timbul secara gradual, durasi tidak melebihi dari1 jam, campuran gambaran positif dan negatif dan akan pulih secara reversible sempurna dan tidak berhubungan dengan nyeri kepala.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D.

b. Adanya aura paling sedikit satu dari dibawah ini dan tidak dijumpai kelemahan motorik:

Gangguan visual yang reversible seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan/atau negatif (hilangnya penglihatan).

Gangguan sensoris yang reversible seperti positif (pins and needles), dan /atau negatif ( hilang rasa/kebas)

c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:

Gejala visual homonim dan/ atau gejala unilateral sensoris.

Paling tidak ada satu gejala aura yang timbal secara gradual > 5 menit dan/ atau aura yang lainnya > 5menit.

Tiap gejala berlangsung > 5 dan < 60 menit.

d. Tidak didapati Nyeri kepala selama aura atau sesudah timbulnya aura dalam waktu 60 menit.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

4. Familial hemiplegik migren (FHM)

Deskripsi: Migren dengan aura termasuk kelemahan motorik dan paling tidak ada satu keturunan pertama atau kedua dari keluarga menderita migren dengan aura termasuk kelemahan motorik.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B dan Cb. Adanya aura berupa kelemahan motorik yang reversible disertai paling sedikit satu dari dibawah ini: gejala visual yang reversible sempurna berupa gejala: positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

Gejala sensoris yang reversible sempurna berupa positif (pins and needles), dan atau negatif (hilang rasa/kebas).

Gangguan bicara disfasia yang reversible.

c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:

paling tidak ada satu gejala aura yang timbul secara gradual > 5menit dan /atau aura yang lainnya terjadi > 5menit.

Tiap gejala aura berlangsung > 5 menit dan < 24 jam Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D pada 1.1. migren tanpa aura dimulai selama aura atau sesudah onset aura selama 60 menit.

d. Paling tidak ada satu dari keluarga keturunan pertama atau kedua yang menderita serangan yang memenuhi kriteria A-E.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

5. Sporadik hemiplegik migren

Deskripsi :

Migren dengan aura termasuk kelemahan motorik tetapi tidak terdapat pada keluarga pada keturunan pertama atau kedua yang mempunyai aura termasuk juga kelemahan motorik.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B dan C.

b. Adanya aura yang terdiri atas kelemahan motorik yang reversible sempurna dan disertai paling tidak satu dibawah ini:

Gejala visual yang reversible sempurna seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

Gejala sensoris yang reversible sempurna termasuk positif (pins and needles), dan /atau negatif ( hilang rasa). Gangguan bicara disfasia yang reversible sempurna

c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:

Paling tidak ada satu gejala aura yang timbul secara gradual > 5menit dan/ atau gejala aura lain > 5menit. Tiap gejala aura berlangsung > 5 menit dan < 24 Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D pada 1.1. migren tanpa aura dimulai selama adanya aura atau sesudah onset aura dalam waktu 60 menit.

d. Tidak ada riwayat keluarga keturunan pertama atau kedua mengalami serangan yang memenuhi kriteria A-E.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

6. Migren tipe basiler

Istilah sebelumnya : Migren arteri basiler, basiler migren.

Deskripsi:Migren dengan aura yang berasal dari keterlibatan brain stem dan atau keterlibatan kedua hemisfer secara simultan tetapi tidak dijumpainya kelemahan motorik.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D.

b. Dijumpainya paling tidak 2 serangan aura yang reversible sempurna, tanpa ada kelemahan motorik: Disartria, Vertigo, Tinitus, Hypacusia,Diplopia, gejala visual yang simultan kedua lapang pandang temporal dan nasal dari kedua mata, Ataksia, kesadaran menurun, parestesis bilateral simultan.

c. Paling sedikit satu dari dibawah ini :

Paling tidak satu gejala Aura yang timbul secara gradual > 5menit dan/ atau gejala aura lain yang terjadi lebih dari 5 menit.

Tiap gejala aura berlangsung > 5 menit dan < 60 menit

d. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D pada 1.1. migren tanpa aura timbul pada waktu bersaman dengan aura ataupun sesudah onset aura dalam waktu 60 menit.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lainSindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor

migren

2.4.3 cyclical vomiting

Deskripsi : Cyclic vomiting adalah suatu serangan episodik yang berulang, biasanya stereotipik pada seseorang berupa muntah & mual terus menerus. Serangan tersebut disertai dengan kulit pucat dan lethargi. Di antara dua serangan di dapatkan resolusi komplet dari gejala.

Kriteria Diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B & Cb. Serangan episodik, stereotipik pada seseorang berupa mual terus menerus, muntah yang berlangsung dari 1 jam sampai 5 hari.c. Muntah selama serangan berlangsung sekurang-kurangnya 4x/jam selama 1 jamd. Di antara 2 serangan tidak terdapat gejala.e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

Gejala-gejala yang biasanya menyertai cyclical vomiting: Abdominal pain, Diare, Nyeri kepala, Demam, Social withdrawl, Dehidrasi, Photophobia.

2.4.4 Migren Retinal

Deskripsi: serangan berulang dari gangguan visual monokuler termasuk skintilasi, skotoma atau kebutaan pada serangan migrain.

Kriteria Diagnostik:

a. Sekurang-kurangnya 2 serangan memenuhi kriteria B dan C

b. Phenomena visual positif/negatif monokuler yang reversible penuh (skintilasi, skotoma, kebutaan) yang dibuktikan dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita menggambarkan adanya gambaran defek lapangan pandang monoculer selama seranganc. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B D untuk migrain tanpa aura dimulai selama serangan atau sesudahnya selama kurang dari 60 menit.d. Pemeriksaan oftalmologik di antara serangan adalah Normal.e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain

Trigger factor: stress, kelelahan, mabuk perjalanan.2.4.5 Komplikasi migren

1. Migren kronik

Deskripsi : Sakit kepala yang terjadi 15 hari dalam satu bulan selama lebih dari 3 bulan dan tidak adanya penggunaan obat berlebihan

Kriteria Diagnostik:a. Nyeri kepala yg memenuhi kriteria C & D pada 1.1 Migren tanpaaura yang terjadi 15 hari / bulan selama > 3 bulanb. Tidak berkaitan dengan gangguan lain

2. Status migren

Deskripsi: Suatu serangan migren berat yang berlangsung 72 jam.

Kriteria Diagnostik :

a. Adanya serangan pada pasien 1.1.Migren tanpa Aura yang khas seperti serangan sebelumnya kecuali lama serangannya.b. Gambaran nyeri kepala adalah 2 hal berikut ini : Tidak hilang 72 jam, Intensitas beratc. Tidak berkaitan dengan gangguan lain

2.5 Patofisiologi 3,4Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular). Sekarang diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder. Ini didasarkan atas tiga percobaan binatang2:1. Penekanan aktivitas sel neuron otak yang menjalar dan meluas (spreading depression dari Leao)

Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren klasik. Leao pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang meluas timbul akibat reaksi terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak. Depresi yang meluas ini adalah gelombang yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron otak spontan. Perjalanan dan meluasnya gelombang sama dengan yang terjadi waktu kita melempar batu ke dalam air. Kecepatan perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang berlangsung cepat. Jadi sama dengan perjalanan aura pada migren klasik.

Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981). dengan pengukuran aliran darah otak regional pada penderita-penderita migren klasik. Pada waktu serangan migren klasik, mereka menemukan penurunan aliran darah pada bagian belakang otak yang meluas ke depan dengan kecepatan yang sama seperti pada depresi yang meluas. Mereka mengambil kesimpulan bahwa penurunan aliran darah otak regional yang meluas ke depan adalah akibat dari depresi yang meluas.

Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal, akan tetapi terdapat juga perbedaan yang penting, misalnya tak ada fase vasodilatasi pada pengamatan pada manusia, dan aliran darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala aura. Meskipun demikian, eksperimen perubahan aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak primer di otak dan kelainan vaskular adalah sekunder.

2. Sistem trigemino-vaskular

Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung. substansi P (SP), neurokinin-A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP).

Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA. dan CGRP menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan pelebaran pembuluh darah sesisi.

Seperti diketahui, waktu serangan migren kadar serotonin dalam plasma meningkat. Dulu kita mengira bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada fase aura. Pemikiran sekarang mengatakan bahwa serotonin bekerja melalui sistem trigemino-vaskular yang menyebabkan rasa nyeri kepala dan pelebaran pembuluh darah. Obat-obat anti-serotonin misalnva cyproheptadine (Periactin) dan pizotifen (Sandomigran, Mosegor) bekerja pada sistem ini untuk mencegah migren.3. lnti-inti syaraf di batang otak

Inti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan dengan reseptor-reseptor serotonin dan noradrenalin. Juga dengan pembuluh darah otak yang letaknya lebih tinggi dan sumsum tulang daerah leher yang letaknya lebih rendah. Rangsangan pada inti-inti ini menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak sesisi dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak. Selain itu terdapat penekanan reseptor-reseptor nyeri yang letaknya lebih rendah di sumsum tulang daerah leher. Teori ini menerangkan vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi pembuluh darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut.

Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik, misalnya ketegangan jiwa (stress), baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan, makanan tertentu, misalnya buah jeruk, pisang, coklat, keju, minuman yang mengandung alkohol, sosis yang ada bahan pengawetnya. Lain-lain faktor pencetus seperti hawa terlalu panas, terik matahari, lingkungan kerja yang tak menyenangkan, bau atau suara yang tak menyenangkan. Faktor intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada wanita yang nyeri kepalanya berhubungan dengan hari tertentu siklus haid. Dikatakan bahwa migren menstruasi ini jarang terdapat, hanya didapatkan pada 3 dari 600-700 penderita. Pemberian pil KB dan waktu menopause sering mempengaruhi serangan migren.

Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di batang otak (chemoreseptor trigger zone/ CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan menimbulkan fotofobia. Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan oligemia kortikal dan mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura7.

Pencetus (trigger) migren berasal dari:

a. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress

b. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang menyilaukan, suara bising, makanan

c. Bau-bau yang tajam

d. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan "lingkungan" internal (perubahan hormonal)

e. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator, atau angiografi.

2.6 Gejala dan tanda2,31. Migraine tanpa aura

Serangan dimulai dengan nyeri kepala berdenyut di satu sisi dengan durasi serangan selama 4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas fisik dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.

2. Migraine dengan aura

Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai (suatu periode yang disebut aura), gejala-gejala depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual atau hilangnya nafsu makan muncul pada sekitar 20% penderita. Penderita yang lainnya mengalami hilangnya penglihatan pada daerah tertentu (bintik buta atau skotoma) atau melihat cahaya yang berkelap-kelip. Ada juga penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil atau lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan munculnya sakit kepala.

Nyeri karena migraine bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau di seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan menjadi kebiru-biruan. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi sakit kepalanya pada setiap serangan migran adalah sama. Migraine bisa sering terjadi selama waktu yang panjang tetapi kemudian menghilang selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun.

Migraine dengan aura dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:

a. Fase I Prodromal

Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan, tidak nyaman, bahkan memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.b. Fase II Aura.

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan (silau/fotofobia), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.

Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi lanjut dan kerusakan responsivitas CO2.c. Fase III sakit kepala

Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihubungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.d. Fase IV pemulihan

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.2.7 Pemeriksaan Penunjang61. Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit struktural, metabolik, dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan migraine. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah ada penyakit komorbid yang dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit pengobatannya.

2. Pencitraan

CTscan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti: pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta derajat keparahan sakit kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya pemeriksaan neurologis abnormal, pasien tidak merespon terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurologis kontralateral.

3. Pungsi Lumbal

Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, sakit kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala rekuren, onset cepat, progresif, kronik, dan sulit disembuhkan. Sebelum dilakukan LP seharusnya dilakukan CT scan atau MRI terlebih dulu untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.2.8 Diagnosa7,81. Migraine tanpa aura

a) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.

b) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati).

c) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:

Lokasi unilateral Kualitas berdenyut Intensitas nyeri sedang atau berat Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).

d) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini: Mual dan/atau muntah Fotofobia dan fonofobiae) Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

2. Migraine dengan aura

Aura tipikal terdiri dari gejala visual dan/atau sensoris dan/atau berbahasa. Yang berkembang secara bertahap, durasi tidak lebih dari 1 jam, bercampur gambaran positif dan negatif, kemudian menghilang sempurna yang memenuhi kriteria migraine tanpa aura.

Kriteria diagnostik:

a) Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria B-D.b) Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik:

Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan). Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal). Gangguan bicara disfasia yang reversibel c) Paling sedikit dua dari dibawah ini:

Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral 17

paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.

masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.d) Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.2.9 Penatalaksanaan Pengobatan Migren8,9,10Sasaran Pengobatan Migren

Sasaran pengobatan tergantung lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta, derajat disabilitas serta respon awal dari pengobatan dan mungkin pula ditemukan penyakit lain seperti epilepsi, ansietas, stroke, infark miokard. Karena itu harus hati-hati memberikan obat. Bila ada gejala mual/muntah, obat diberikan rektal, nasal, subkutan atau intra vena. Penatalaksanaan Pengobatan Migren

A. Langkah Umum

Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan, stress dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan cuaca, berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.1.Terapi Abortif Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat yang berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai: analgetik OTCs(Over The Counters), NSAIDs (oral)

Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti: Triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro ergotamin (DHE), Obat kombinasi (misalnya : aspirin dengan asetaminophen dan kafein), Obat golongan ergotamin

Yang tidak respon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan analgetik yang mengandung butalbital.

Terapi abortif migren non spesifik parasetamol Dosis: 500-1000 mg/6-8 jam

Aspirin Dosis: 650-1000 mg /4-6 jam,dosis maksimal 4 gr/hari Ibuprofen Dosis : 400-800 mg/6 jam, dosis maksimal 2.4 gr/hari) Naproxen sodium Dosis: 275-550 mg/2-6 jam/hari, dosis maksimal 1.5 gr/hari Ketorolac Dosis : 60 mg IM/ 15-30 menit/ 15-30 min Dosis maksimal: 120 mg/hr. Tidak lebih dari 5 hari Diclofenac potasium Dosis: 50mg-100 mg/hari dosis tunggal

Metoclopramide Dosis : 10 mg IV atau oral 20-30 min sebelum atau bersamaan dengan pemberian analgetik, NSAID, atau ergotamine derivative menghilangkan nyeri disertai mual, muntah dan memperbaiki motilitas gastrik, mempertinggi absorpsi obat dalam usus dan efektif dikombinasikan dengan dehidroergotamin.

Prochlorperazin Dosis : 25 mg oral atau suppose. Dosis maks 3 dosis per 24/jam Prochlorperazine juga meredakan nyeri. Kombinasi isomethepten, acetaminophen dan dichloralphenazone untuk serangan ringan Steroid merupakan drug of choice untuk status migrainosus seperti dexametasone, methyl prednison.Obat abortif migren spesifik : Sumatriptan dan naproxen: 1 tab PO saat onset migren; jangan melebihi 2 tab/24 h; jika perlu dosis kedua, jangan diberikan sampai sedikitnya 2 jam setelah dosis pertama.

Butalbital: 1-2 tab PO q4h prn; jangan melebihi 6 tabs/hr.

Isometheptene and dichloralphenazone: 2 kaps PO awal kemudian 1 kaps q1h sampai hilang gejala; jangan melebihi 5 kaps dalam 12 jam. Ergotamin dan derivat Merupakan obat yang pemakaiannya dibatasi, karena menimbulkan nyeri over use dan meningkatkan frekuensi serangan serta ber-efek negatif untuk obat-obat preventif Kombinasi ergotamin dan caffein tersedia oral dan supositoria

DHE(dihydroergotamine) alkaloid cocok untuk migren berat, tersedia obat parenteral dan semprot hidung mempunyai efek oxytocic dan vasokonstriksi perifer sehingga tidak diberikan untuk jangka panjang.

Triptans Untuk migren sedang sampai berat atau migren ringan sampai sedang yang tidak respon terhadap analgesik atau NSAIDs.2. Terapi profilaksis

Terapi profilaksis dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Dua atau lebih serangan setiap bulan dengan disabilitas yang signifikan yang berlangsung selama 3 hari atau lebih

b) Kontraindikasi atau tidak efektif dengan obat simtomatik

c) Penggunaan obat yang gagal lebih dari dua kali seminggu

d) Varian migrain seperti migrain hemiplegik atau serangan sakit kepala yang jarang yang menghasilkan gangguan mendalam atau risiko cedera neurologis permanen

Obat-obatan

a) Valproate: 125-250 mg/hari PO; titrasi dosis prn; jangan melebihi 1500 mg/hari; dosis lebih tinggi dari 250 mg/d harus dibagi 2 dosis/hari.b) Gabapentin (neurontin): 300 mg PO titrasi dosis prn; jangan melebihi 2400 mg/hari.

c) Propanolol: mulai dosis rendah, 60 mg qd (sustained release) atau 40 mg dalam dosis terbagi; titrasi prn; maks 320 mg/d.

d) Nadolol: 20 mg/d PO qd di awal; titrasi prn; maks 240 mg/d.

3. Terapi suportif: low level laser therapy4. Tindakan bedah

Perawatan bedah dapat menonaktifkan pemicu migren dan dapat membantu menghilangkan atau secara signifikan mengurangi gejala migren. Reseksi otot Corrugator memiliki manfaat yang lebih baik untuk perbaikan sakit kepala migren yang ringan Toksin botulinum-A (BOTOX) telah digunakan dalam beberapa uji coba untuk profilaksis sakit kepala migren. Beberapa hasil campuran terjadi pada penggunaan toksin botulinum-A untuk sakit kepala migren

a) Pericranial injeksi 50-U botulinum toksin-A telah menunjukkan keberhasilan yang baik dan tolerabilitas sebagai agen profilaksis.

b) Tidak ada bukti untuk efek menguntungkan dari toksin botulinum dan dengan demikian, mereka tidak mendukung penggunaan luas terapi botulinum toksin dalam sakit kepala.

5. Diet

Sebagian kecil dari orang-orang yang mengalami migren memiliki makanan pemicu. Makanan yang sering memicu sakit kepala migren adalah cokelat, keju tua dan daging, anggur dan bir (yaitu, sulfida), dan buah jeruk.

2.8 PrognosisBagi banyak penderita migren,masa penyembuhan sangat penting, terutama menghindari faktor pencetus. Migren pada akhirnya dapat sembuh sempurna. Terutama pada wanita yang sedah memasuki masa menopause, akan lebih aman mengalami serangan, berhubungan dengan produksi serotonin.11BAB IIIPENUTUP

Migren adalah nyeri kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan atau muntah, fotofobia, dan fonofobia.

Migren diklasifikasikan menjadi; migren dengan aura, migren tanpa aura, migren oftalmoplegik, migren retinal, migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial, migren dengan komplikasi, dan gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan. Diagnosis migren dapat ditemukan dengan memperhatikan cirri-ciri khusus dari beberapa klasifikasi migren diatas. Selain itu dibutuhkan pemeriksaan CT scan dan MRI untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Penatalaksaan migrain secara garis besar dapat dilakukan dengan mengurangi faktor resiko, terapi farmakologi dan non farmakologi dan terapi preventif yang disarankan untuk penderita yang tidak mengalami perbaikan dengan obat-obatan serangan akut (terapi abortif).3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams and Victors Neurology.

2. Gilroy, J. Basic neurology. 3rd ed. Michigan: McGraw-Hill. 2000. p 123-126.

3. Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migraine and related headache. [Internet]; 2010 Mar 29 [cited 2010 Sept 15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12344556789/23436/4/Chapter diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014.

5. Kapita selekta kedokteran / editor, mansjoer Arif, suprohaita, wardhani wahyu ika, dkk, ed 3. Jilid 2. Jakarta: media Aesculapius, 2000.6. Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & Workup. [Internet]; 2010 Jun 3 [cited 2010 Sept 15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis7. Mahfoed, H. Konsensus nasional IV diagnostik dan penatalaksanaan nyeri kepala. Surabaya: AUP. 2013: 11-31 8. Katzung, Bertram. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. Boston: McGraw Hill. 2007. p 2899. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Bag 2. Nyeri kepala. Jakarta: EGC. 1999.77-83.10. Dewanto, G. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana saraf. Jakarta: EGC. 2009: 102-105.11. Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat:Jakarta.