makalah negara bangsa inggris

Upload: putri-ayu-asmaningtyas-lintangsari

Post on 14-Jul-2015

6.122 views

Category:

Documents


129 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Inggris adalah negara bagian terbesar dan terpadat penduduknya dari negaranegara bagian yang membentuk Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland). Negara-negara lainnya adalah Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara. Seringkali nama Inggris dipakai untuk menyebut keseluruhan negara ini. Inggris yang wilayahnya meliputi 2/3 pulau Britania, berbatasan dengan Skotlandia di sebelah utara dan dengan Wales di sebelah barat. Inggis pada perkembangannya menjadi negara yang besar dan maju hal tersebut tidak lepas dari sejarah panjang yang di alami Inggris. Inggris dalam sejarahnya mengalami zaman kegelapan karena dominasi doktrin Greja yang sangat ketat dalam membatasi kemajuan ilmu pengetahuan, serta menimbulkan perang dengan berbagai pihak. Ada hal penting yang dimiliki oleh Inggris dalam membangun negara dan bangsanya. Masyarakat inggris mempunyai semangat untuk maju dan keluar dari belenggu permasalahan keagamaan dan berusaha menata kehidupannya melalui pengembangan Ekonomi, Pendidikan, sosial dan budaya. Nilai-nilai tersebut perlu kita pelajari untuk dapat kita aplikasikan dalam membangun bangsa indonesia agar lebih maju lagi.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana terbentuknya Bangsa inggris ? 2. Bagaimana Kehidupan Politik dan keagamaan negara Inggris ? 3. Bagaimana Proses Revolusi Inggris dan Liberalisme negara inggris ? 4. Bagaimana spirit Sejarah terbentuknya negara inggris ? C. TUJUAN 1. Mengetahui terbentuknya Bangsa inggris. 2. Mengetahui Kehidupan Politik dan keagamaan negara Inggris. 3. Mengetahui Proses Revolusi Inggris dan Liberalisme negara Inggris. 4. Mengatahui spirit bangsa inggris dalam membangun bangsanya.1

BAB II PEMBAHASAN

A. TERBENTUKNYA BANGSA INGGRIS (ZAMAN KELT DAN ZAMAN ANGLO-SAXON DAN ANGLO PERANCIS) 1. Zaman Anglo Saxon a. Suku-Suku Iberia dan Suku-Suku Kelt Kepulauan Britania sudah dihuni manusia ribuan tahun sebelum tarikh Masehi. Penduduk yang dominan pada zaman purba ini ialah mereka yang berambut kehitam-hitaman sehingga untuk mudahnya mereka sering disebut orang-orang Iberia. Di kepulauan Britanian itu orang-orang Iberia melalui berbagai tingkat peradaban dari zaman batu sampai ke zaman logam. Dari abad ke-7 SM sampai abad ke-3 SM, suku-suku bangsa Kelt yang mulamula mendiami Jerman barat-laut dan negeri Belanda bergerak melintasi benua Eropa ke segala penjuru. Sebagian dari suku ini menyebrabgi lautan dan menyerbu kepulauan Britania secara bergelombang. Orang-orang Iberia yang mendiami kepulauan itu sebagian ditundukkan atau dimusnahkan dan sebagian melarikan diri ke daerah-daerah pegununga di sebelah barat dan utara. Hubungan antara orang-orang Kelt dan orang-orang Iberia di Kepulauan Britania mula-mula aialah hubungan antara yang menaklukan dan yang ditaklukan, tetapi keduanya lama kelamaan bercampur. Dareah-daerah Inggris selatan dan tenggara merupakan tempat-tempat dimana orang-orang Kelt mencapai tingkat kehidupan ekonomi dan kebudayaan yang tertinggi. Hal ini tidak mengherankan karena daerah-daerah itu sangat baik untuk pertanian dan peternakan. b. Inggris dibawah Kekuasaan Roma Tahun 55 dan 54 SM balatentara Roma menyerbu Inggris. Tetapi penyerbuan itu belum berakibat dikuasainya Inggris oleh Roma, karena balatentara itu segera ditarik kembali. Kemudian tahun 43 M Roma melakukan penyerbuan lagi dan mengalami kemenangan. Cara tentara Roma untuk menjaga dan tetap menguasai wilayah-wilayah yang telah ditaklukannya ialah dengan membangun jaringan jalan raya yang mrnghubungkan sistem perbentangan yang masing-masing dijaga tentara reguler.2

Salah satu pengaruh Roma yang terpenting terhadap orang-orang Kelt ialah agama Kristen yang masuk ke Inggris pada abad ke-4. Ketika seratus tahun kemudian balatentara serta pejabat-pejabat Roma ditarik kembali ke Roma dan peradaban Roma di Inggris dilanda kemusnahan, maka yang tetap tegak antara sisa-sisa peninggalan Roma ialah agama Kristen diantara suku-suku Kelt. c. Serbuan Suku-Suku Germanik Menjelang akhir abad ke-4 pusat pemerintahan Roma mulai goyah karena sebab-sebab ekonomi dan politik, dan juga karena serangan-serangan suku-suku Germanik yang semakin meningkat. Di Inggris, mulai surutnya kekaisaran Roma tampak dalam semakin mengganasnya serangan-serangan suku-suku Kelt primitif dari utara dan dari Irlandia terhadap daerah-daerah yang dikuasai pemerintah Roma. Kesulitan-kesulitan yang dialami pusat pemerintahan Roma mengakibatkan semakin sedikitnya tentara dan orang-orang sipil yang dikirim ke Inggris. Pada saat tentara Roma ditarik seluruhnya oleh Inggris pada permulaan abad ke-5, suku-suku Germanik dari daratan Eropa mulai berdatangan dalam jumlah besar dan memusnahkan sisa-sisa kebudayaan Roma. Orang-orang Germanik yang menyerbu Inggris itu ialah dari suku-suku Jute, Angle, dan Saxon, atau sering disebut suku-suku Anglo-Saxon. Dalam abad ke-16 kekacauan yang ditimbulkan oleh penyerbuan suku-suku Angle, Saxon, dan Jute sudah mereda. Hubungan antara orang-orang Anglo-Saxon dan orang-orang Kelt, yang sebagian besar mendiami bagian barat Inggris, Wales, dan Skotlandia, tidak pernah akrab sehingga tidak banyak terjadi saling mempengaruhi. d. Penyebaran Agama Kristen di Inggris Agama Kristen masuk di kalangan orang-orang Anglo-Saxon menjelang akhir abad ke-6 dari dua jurusan, yaitu dari selatan dan utara. Penyebaran agama Kristen dari selatan mulai dengan mendaratnya Agustinus dari Roma dengan 40 pengikutnya di daerah Kent. Orang-orang Wales membantu mengkristenkan orang-orang AgloSaxon melalui seorang rohaniawan yang bernama Patricius. Pada abad ke-5 ia mnegkristenkan Irlandia bernama Columba menyebarkan agama di Skotlandia barat, dan di daerah ini agama Kristen masuk ke Northumbria melalui seorang misionaris bernama Aidan. Agama Kristen yang disebarkan oleh Aidan itu dalam beberapa hal berbeda dari agama Kristen yang dibawa oleh Agustinus. Keunggulan Gereja Roma di seluruh Inggris ini memungkinkan sentralisasi dan kesatuan dalam sistem serta tujuan dalam urusan kegerejaan Inggris. Pengaruh3

baik yang disebarkan oleh Gereja tidak saja terasa dalam urusan kenegaraan tetapi juga dalam bidang kebudayaan pada umumnya. Penegetahuan dan kesennian berkembang berkat pengaruh Gereja, terutama kesusasteraan, musik dan arsitektur. Kesusasteraan Anglo-Saxon yang sebelumnya hanya berbentuk lisan, mulai dituliskan oleh para rokhaniwan sehingga sebagian masih dapat tersimapan sampai sekarang. e. Serbuan Orang-orang Skandinavia Menjelang akhir abad ke-8, Inggris mendapat serangan-serangan pertama dari orang-orang Viking. Pada pertengahan abad ke-9, Inggris bagian utara dan timur hampir seluruhnya sudah dikuasai oleh orang-orang Skandinavia. Mereka kemudian mulai mengarahkan serangan-serangan mereka ke Wessex. Tetapi untunglah Wessex waktu itu memiliki seorang tokoh besar yangmampu menghadapi serangan-serangan Viking, ialah raja Alfred (871-899). Setelah tujuh tahun berperang, ia berhasil mengalahkan bangsa Viking dan memaksa mereka menerima perjanjian Wedmore pada tahun 878. Berkat usaha-usaha Alfred, maka putranya yang kemudian menggantikannya, yaitu Edward the Elder, sudah merasa cukup kuat untuk berusaha merebut kembali daerah-daerah Danelaw. Dengan demikian maka persatuan bangsa Inggris merupakan hasil positif yang tumbuh dari kesengsaraan yang ditimbulkan oleh peperangan melawan orang-orang Viking. f. Feodalisme Tumbuh di Inggris Sistem ini mulai tampak bentuknya kira-kira dalam abad ke-10 dan mencapai kejayaanya dua abad berikutnya. Feodalisme bukanlah hasil perancanaan, melainkan tumbuh dari keadaan setempat. Inggris diperintah oleh seorang raja dan penyatuan seluruh Inggris terlaksana dibawah raja Edgar (959-975). Kata feodalisme sesungguhnya berdasarkan kata feudum atau tanah titipan. Dan memang sebagian besar negara waktu itu diatur menurut azas feodalisme. Pun dalam tata mayarakat, prinsip yang mennjadi lazim ialah bahwa setiap orang memiliki seorang tuan (lord) yang wajib ia layani dan dari siapa ia memperoleh perlindungan, peradilan, dan jaminan penghidupan. Hubungan pribadi antara bawahan dan atasan merupakan tali pengikat yang mempersatukan seluruh masyarakat, bahkan seluruh negara.

4

2. Zaman Anglo -Perancis a. Pemerintahan Edward The Confessor dan Penaklukan oleh Normadia Di atas telah dikemukaan bahwa para pengganti Canute tidak mampu mempertahankan konfederasi Anglo-Denmark, sehingga Inggris berdiri sendiri lagi di bawah seorang raja keturunan Alfred the Wessex, yaitu Edward the Confessor. Juga telah dikatakan bahwa hubungan Inggris dengan Denmark semakin jauh karena raja baru itu telah berorientasi kepada Prancis. Maka tatkala Edward menduduki tahta Inggris, ia mengangkat orang-orang Normandia dalam kedudukan-kedudukan tinggi baik di lingkungan Gereja maupun dalam pemerintahan. Pada tahun 1066 raja yang saleh dan lemah itu meninggal dengan mewariskan tahta yang menjadi bahan sengketa karena konsep kesucian yang ia pegang teguh tidak memungkinkan untuk memiliki keturunan. Maka sesudah Edward meningga tanpa mempunyai keturunan yang dipilih oleh Witan sebagai penggantinya ialah Harold, putra Godwin, Earl of Wessex. Namun pengangkatan Harold ini ditentang oleh Harald Hadrada, raja Norwegia dan William, Duke of Normandy, yang masingmasing seperti juga Harold masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Edward teh Confessor, dan karenanya merasa berhak juga atas tahta Inggris. Menjelang akhir bulan September 1066 pasukan Norwegia mendarat dibagian utara Inggris, namu dapat dikalahkan oleh Harold. Beberapa minggu sesudah Harold berhasil mengalahkan pasukan-pasukan Norwegia, ia sendiri dikalahkan dan terbunuh oleh pasukan Willian dari Normandia di suatu tempat di Inggris selatan yang bernama Hastings. b. Akibat Penaklukan oleh Normandia Sesuai dengan namanya, maka daerah Prancis yang disebut Normandia sesungguhnya dikuasai oleh keturunan orang-orang Skandinavia. Orang-orang Normandia itu tidak berusaha mempertahankan kebudayaan asli mereka, tetapi bahkan menanggalkannya dan mengadopsi kebudayaan Prancis. Dalam segi politik, feodalisme Normandia lebih ketat daripada feodalisme Anglo-Saxon. William menjadi Raja Inggris setelah kemenangannya di Hastings. Dengan pemerintahannya, William telah mencergah timbulnya anarki yang merupakan bahaya yang selalu mengancam dalam sistem feodal, dan memulai pertumbuhan birokrasi kerajaan yang efektif. William tidak saja mengadakan perubahan-perubahan dalam sistem

pemerintahan, tetapi juga di bidang keagamaan, salah satunya yaitu pemisahan antara5

peradilan Gereja dan peradilan sekuler. Salah satu akibat penaklukan oleh Normandia yang tidak kalah pentingnya ialah yang mnyangkut bahasa Inggris. c. Raja-Raja Anglo-Norman Sesudah William I William I atau William the Conqueror (si Penakluk) yang meninggal tahun 1087 telah mewariskan suatu monarki serta suatu kerajaan yang cukup mantap berkat perpaduan tiga cara pengendalian, aialah melalui sistem feodal, administrasi pusat, dan pemerintahan daerah. Garis Normandia dilanjutkan oleh William Rufus atau William II (1087-1100), putera tertua William I. Di bawah pemerintahan William II terjadi sengketa antara raja dan Gereja. Penyebab pokok berkisar sekitar kekkuasaan dan kekayaan duniawai yang dimiliki gereja dan cenderung menimbulkan rasa cemas dan iri di kalangan sekuler, dan konflik tersebut masih berlanjut tatkala William Rufus meninggal dan digantika oleh adiknya, yaitu Henry (1100-1135). Pada masa pemerintahan Henry suasana semakin membaik. Namun setelah kematian Henry I dan digantikan oleh Stephen of Blois suasana menjadi semakin memburuk dan terjadi anarki dan kesewenang-wenangan dan berlangsung teus sampai meninggalnya Stephen tahun 1154 yang kemudian digantikan oleh Henry II. d. Pertumbuhan Kota-Kota Tatkala perdagangan di Eropa Barat mengalami kemunduran sesudah runtuhnya kekaisaran Roma, ikut mundur pulalah kota-kota yang ada di bagian benua itu. Keadaan di Eropa barat sesudah runtuhnya kekaisaran Roma itu tidak memungkinkan bagi kegiatan perdagangan. Keadaan tersebut berubah berangsurangsur dalam abad ke-11 dan 12 tatkala keamanan di Eropa barat mulai membaik. Dengan hidupnya kembali perdangan itu, bangkit pulalah pusat-pusat kegiatan usaha dan perdaganganyang dinamakan kota. Lambat laun kota-kota itu menginginkan kebebasan yang lebih besar dengan hak-hak sendiri. Keinginan tersebut kemudian dapat terkabul sesudah kota-kota itu memperoleh piagam (charter) dari raja dengan cara membeli. Hidupnya kembali perdagangan yang mengakibatkan tumbuhnya kota-kota, berakibat pula pada peranan uang dalam masyarakat. Selain itu, pertumbuhan kota-kota meningkatkan dinamika masyarakat, karena penghunu-penghuni kota lebih bersifat terbuka terhadap hal-hal baru.

6

e. Pemerintahan Henry II (1154-1189) Pada waktu Henry II dinobatkan sebagai raja, ia sebagai Count of Anjou telah menguasai daerah-daerah luas di Prancis yang meliputi lebih dari separuh negeri itu. Henry II memiliki sifat-sifat kepemimpinan dan dinamika yang memadai. Syarat lain yang harus dipenuhi untuk dapat menguasai daerah-daerah seluas itu ialah suatu aparat permanen yang benar-benar efektif. Suatu paradox dalam sejarah bangsa Inggris, yaitu bahwa kebijaksanaankebijaksanaan yang menumbuhkan kelembagaan yang khas Inggris justru diciptakan oleh tokoh-tokoh yang sesungguhnya termasuk orang asing di Inggris. Melalui hukum, Henry II telah berhasil memperkuat pemerintahan kerajaan, suatu hal yang sangat diinginkan golongan-golongan menengah dan bawahan waktu itu. Henry II berhasil mencegah anarki dalam kerajaannya, namun sebaliknya ia gagal mencegah dalam keluarganya sendiri. Kedua puteranya memberontak terhadapnya pada tahun 1188 dengan bantuan raja Prancis. f. Perang Salib Perang Salib dimulai tahun 1096 dan secara terputus-putus berlangsung selama dua abad. Perang ini mula-mula bertujuan utama merebut kembali Jerusalem dari tangan pemeluk-pemeluk agama Islam yang dikabarkan telah memberikan perlakuan kurang baik kepada peziarah-peziarah Kristen ke Tanah Suci itu. Selain motif agama, terdapat juga motif-motif lain yang mendorong sebagian peserta expedisi-expedisi Perang Salib itu. Diantara expedisi-expedisi yang terpenting yaitu: Perang Salib I (1096-1099), Perang Salib II (1147-1150), dan Perang Salib III(1189-1192). Perang Salib tidak berhasil mencapai tujuan utamanya yaitu menguasai kembali Jerusalem. g. Pemerintahan Richard I (1189-1199) Richard si Hati Singa lebih terkenal sebagai pahlawan Perang Salib III, dan sebagai jago perang ia tentunya kuran tertarik kepada soal-soal rutin administrasi pemerintahan. Hak-hak khususnya sebagai raja ia gadaikan kepada adiknya John, dan bangsawan-bangsawan kaya. John pada waktu itu sudah terkenal sebagai orang yang tidak bijaksana dan sukar dipercaya. Selama masa pemerintahan Richard, sesungguhnya pimpinan pemerintahan dipegang oleh para justiciar, yaitu hakim agung dan pejabat kerajaan tertinggi, mula-mula William Longchamps dan kemudian Hubert Walter. Hubert Walter7

berhasil dalam menjaga ketertiban dan keamanan, dan selain itu ia menempuh suatu kebijaksanann baru dengan memberikan kepercayaan dan tanggungjawab lebih besar kepada golongan menengah di kota-kota. Pemerintahan yang dijalankan Hubert Walter hanya 4 tahun dan berakhir ketika Richard I yang diwakilinya terbunuh di Prancis. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh John. h. Magna Charta Raja John (1199-1216) sering dianggap sebagai raja terburuk yang pernah memerintah di Inggris. Pemerintahan John bahkan dapat dianggap sebagai rahmat terselubung karena tindakan-tindakan negatif yang dilaksanakannya justru

menghasilkan akibat-akibat positif bagi bangsa Inggris. Pertama, orientasi golongan tasan Inggris, baik kultur ekonomis maupun politis semakin jauh dari Prancis dan lebih tertuju kepada Inggris. Kedua, lahirnya Magna Charta yang merupakan dasar kongkrit bagi konstitusi Inggris. Magna Charta (Piagam Agung) ditandangani oleh John untuk memenuhi tuntutan para bangsawan pada pertengahan tahun 1215. Magna Charta atau The Great Charter berisi masalah-masalah khusus, dan yang terpenting ialah bahwa tidak boleh lagi dipungut pajak-pajak tambahan tanpa persetujuan Great Council (Majelis Agung), dan menangkap orang bebas (freeman) adalah tindakan melawan hukum kecuali jika sesuai dengan penilaian sah para atasan orang tersebut atau sesuai dengan hukum yang berlaku. Magna Charta sepanjang sejarah bangsa Inggris menjadi pegangan pokok bangsa itu dalam mempertahankan hak-hak serta kebebasannya terhadap kesewenang-wenangan para penguasa. Raja John menghianati piagam itu sendiri segera setelah ia

menandatanganinya. John meninggal tahunn 1216 dan tahta kerajaan diserahkan kepada puteranya yang berumur 9 tahun yang memerintah sebagai Henry III.

B. KEHIDUPAN POLITIK DAN KEAGAMAAN INGGRIS 1. Kehidupan Politik ( Zaman pertengahan) a. Pemerintahan Henry III (1216-1272) Henry III dinobatkan menjadi raja pada saat berusia 9 tahun. Henry adalah pemimpin yang cenderung lemah dan kurang negarawan. Dalam pemerintahanya ia dibantu oleh dewan dan beberapa uskup. Keelmahan henry dimanfaatkan oleh beberapa pihak terutama pimpinan gereja dari roma dan bebebrapa kerabat dari prancis. Tindakan kurang menyenangkan dari roma tersebut membuat masyarakat8

inggris Antipati denagn Roma. Ketidak senangan masyarakat terhadap pemerintahan Henrry juga dipicu dengan leluasanaya pemerintah pada saat itu memberikan jabatanjabatan penting dalam pemerintahan kepada teman dan kerabat dekatnya, selain itu adanya kegagalan politik luar Negeri yang mahal. Hal itu kemudian mendorong adanya pemberontakan dari masyarakat. Kemudian mereka menuntut henry menyerahkan pemerintahanya kepada !15 dewan yang di sebut Barons. Para barons tersebut juga menghendaki orang- orang asing yang mnenduduki jabatan dalam pemerintahan untuk dipecat. Namun kemudian Barons tersebut mengalami perpecahan. Akhirnya terjadi peperangan yang kemnudian mengakhiri pemerintahan Henry III. b. Pemerintahan Edward I dan Lahirnya Parlemen Inggiris Istilah parlement yang berarti musyawarah atau diskusi pertama kali dipergunakan pada masa pemerintahan Henry III sejak adanya great Council atau majelis agung yan g merupaka majlis para barons. Badan ini bukanlah dewan

perwakilan, tidak diserahi tugas- tugas yang digariskan secara tegas. Majelis ini membicarakan permasalahan kerajaan, politik, keuangan, peperangan, dll. Henry biasanya meminta pendapat dari knights yang merupakan wakil dari masingmasing kota yamgh biasanya menghadap raja untuk membicaraka permasalahanpermasalahan setempat. Dengan demikian kemudian terwujudlah suatu dewan

perwakilan sebagai konsekwensi wajar suatu proses yang sudah berjalan. Di bawah pemerintahan Edward I badan ini kemudian dikenal dengan sebutan parliement ( parlement) yang kemudian semakin nyata bentuk dan fungsinya, raja Edward mengambil pelajaran dari pemerintahan ayahnya bahwa pemerintahan kerajaan akan berjalan lancar apabila raja dan penerintahanya berhubungan erat dengan rakyatnya. sistem parlement ini semua element pemerintahan raja, Majelis Agung, gerejawan, knighth dapat berkumpul untuk memusyawarahkan permasalahan- permasalahan yang terjadi. Edwar menyadari bahwa dengan cara seperti itu dapat memperlancar urusan pajak. Selain itu perwakilan dari County dapat menyampaikan usul dan keluhan dari masyarakat dari lapisan bawah, sehingga dapat mencegah adanya tindakan

penyelewengan. Dan dengan adanya County tersebut menimbulkan kesadaran bagi masyarakat dari daerah bahwa dirinya adalah bagian dari pemerintahan yang kemudian memupuk kesadaran Kenegarawanan Iggris. Parlemen masih berbentuk satu majelis dan belum dibagi House Of commons majelis rendah. Dalam9

pemerintahan Edward parlemen masih taraf permulaan, namun dasar- dasar bagi perkembangan selanjutnya sudah diletakan. Kebijaksanaan pada masa pemerintahan Edward dalam bidang politik adalah pemantapan parlemen, pembaharuan Hukum, salah satunya adalah hukum pertanahan. Mengatur adanya pajak pada Gereja. Dan tidak terpengaruh dengan Roma walaupun dia adalah seorang yang taat beragama, selain itu pada masa pemerintahan Edward diterapkan Bea masuk sebagai sarana pembangunan keadaan ekonomi Inggris pada waktu itu. c. Edward II dan Edward III Edward II adalah pemimpin yang mempunyai tipikal lemah dan mudah dipengaruhi oleh para penasehat- penasehat ambisius. Dalam keadaan seperti itu kemudian dimanfaatkanm oleh para pemimpin agung untuk merebut kekuasaan lagi. Kemudian timbul konflik antara raja dan para bangsawan. Namun konflik- konflik tersebut tidak mempengaruhi jalannya keadaan masyarakat, rakyat cenderung hidup tenang dan damai. Hal itu merupakan suatu bukti kemantapan lembaga- lembaga pemerintah yang berangsur0n angsur tumbuh. Demikian pula parlemen tidak terpengaruh denagn adayan konflik-konflik tersebut, justru terkadang parlemen dijadikan sebagai penengah dalam konflik yang terjadi. Pada pemerintahan Edward III , ia berhasil memulihkan kewibawaan seorang raja. Pertama ia melakukan penyempurnaan dalam aparatur pemerintah denagn diangkatnay justices of the peacedi setiap county yang bertugas membatu pemerintah dalam melaksanakan premasalahan di masing- masing daerah. Dalam pemerintahan Edward III lebih terbuka dengan bangsa asing, sehingga hal itu

mempermudah pihak asing memberikan bantuanya dala berperang. Skotlandia akhirnya dapat ditkhlukan pada tahun 1333 namun kemudian setelah 8 tahun melepaskan diri lagi. d. Perang Seratus Tahun Perang seratus adalah perang antara monarki inggris dan perancis. Salah satu penyebab perselisihan ini adalah bahwa monarki inggris masih menguasai daerah selatan perancis yaitu Gascony. Perselisiahn ini semakin diperburuj dengan adanya perseklutuan prancis dengan Skotlandia yang mempersulit inggris untuk menguasai skotlandia. Di bidang ekonomi terdapat persaingan dalam masalah angkatan laut sehingga sering terjadi bajak membajak. Sealin itu peperangan dipicu denga kenyataan bahwa pada zaman Pertengahan Inggis merupakan negara eropa yang terkuat walaupun relatif kecil. Hal itu dikarenakan pemerintahan serta lembaganya10

yang berhasil menjaga keamanan dan ketertiban dalam negeri. Di sisi lai Prancis mempunyai daya tarik yang besar bagi orang-orang inggris karena negara itu lebih luas, besar, beradap dan kaya. Namun masih lemah karena tidak mempunyai pemerintahan yang baik. Peperangan ini berlasung lama yang kemudian menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri ke dua negara. Dalam perang tersebut pasukan prancis terdiri dari kalangan bangsawan dan para vasalnya sesuai dengan kebiasaan bangsa feodal. Sementara itu pasukan inggris terdiri dari prajurit- prajurit wajib militer yang berasal dari bangsawan maupun orang bebas yang dipilih dari etiap County.selain itu pasukan terdiri dari para sukarelawan dan beberapa yang dibayar oleh para bangsawan yang bmempunyai ambisi dalam perang tersebut. Dalam perang tersebut kemenangan berhasil diraih oleh prancis yang semangat nasionalismenya mulai meluap- luap. Perang tersebut banyak menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi inggris. Dalam bidang politik , inggris menjadi negara yang tidak lagi mudah terlibat dengan permasalahan- permasalahan di dataran eropa. Denagn kehilangan daerahdaerah di prancis maka pemnerintah dapat lebih berkonsentrasi terhadap

permasalahan- permasalahan dalam negri. e. Kemajuan Ekonomi dan pendidikan Walaupun sempat terjadi kekacauan pada saat adanya peperangan seratus hari, dalam bidang- bidang lain seperti Ekonomi dan pendidikan Inggris mengalami kemajuan. Dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari meningkatnya produksi dan eksport Wol yang mendorong para pedagang mencari eksport baru. Secara ptomatis hal itu mendorong kemaajuan pelayaran dan perniagaan. Kehidupan golongan menengah meningkat dan hal itu berpengaruh pula terhadap kemajuan negara secara umum. Dalam bidang pendidikan adalah banyak didirikanya sekolah- sekolah, para pengusaha dan bangsawan turut berperan dalam memberikan sumbangan bagi kemajuan pendidikan di inggris. Nama nama sekolah yang didiriakn pada saat itu adalah public Schools ( orang awam), kings college( Henry VI), queens schools, Grammars Schools, universitas Cambridge. Bnayaknya sekolah yang didirikan tersebut semakin menumbuhkan minat masyarakat untuk sadar pendidikan mulai dari kalangan bawah sampai atas. Sejak saat itu masyarakat lebih tertarik mempelajari ilmu pengetahuan.11

2.

Reformasi keagamaan ( zaman Tudor ) a. Surutnya zaman Peretngahan Sebagaimana halnya setiap perubahan masyarakat pasti ada faktor- faktor penyebabnya. Faktor- faktor ini bersifat Ekonomi, sosial, politis dab kultural. Pulihnya kembali keamanan yang memungkinkan tumbuhnya kota- kota beserta golongan menengah yang merupakan saingan bagi golonagn bangsawan. Makin besarnya peranan uang dalam tata kehidupan masyarakat mendesak tata- ekonomi feodal berdsarkan pada pertukarang barng dan jasa. Pada zaman ini kembaga negara seperti comon law memperkecil adanya monopoli dari gonagn bangsawan. Terbitnya zaman Moderen di inggris ditandai di bidang politik dengan semakin menonjolnya peranan dan kekuasaan negara nasional denagn raja sebagai pucuk pimpinanya. Konsolidasi negara nasional serta penyesuaian lembagalembaga dengansituasi baru ini berlangsung selama pemerintahan Raja- raja dari zaman Tudor, b. Henry VII dan konsolidasi Negara Nasional Dalam menghadapi permasalahan dan pemulihan keamanan Henry VII bertindak bijaksana dan mantap dengan tujuan yang ingin dicapainya. Henry tidak mempunyai birokrasi yang dibayar. Untuk melaksanakan tugasnya ia

menggunakan lembaga- lembaga yang sudah ada. Yaitu dewan raja, parlemen common law. Justices of the peace, dll. Dewan raja yang berada di bawah dinasti tudor ini tidak berasal dari kalangan bangsawan, namun berasal dari orang- oramg yang cakap dan mampu menjalankan tugas dengan baik. Dewan Raja tidak hanya bertugas di bidang eksekutif namun juga di bidang legislatif dan yudikatif. Di tingkat daerah, dewan raja diwakili oleh para gentry . Di zaman Dinasti tudor sebagian kekayaan berasal dari golongan menengah yang melakukan produksi misalnya Produksi Wol yang cenderung tidak

terpengaruh dengan adanya permasalahan- permasalahan keagamaan maupun permasalahan pemerintahan.selain itu pada masa pemerintahan Henry VII ini, kebijaksanaanya berhasil membawa kemantapan Nasionalisme dan

meniongkatkan kemakmuran masyarakat inggris , Ia tidak menghendaki adanya peperangan yang ahanya akan menghambur- hamburkan harta dan jiwa masyarakat inggris.

12

c. Reformasi dan Permasalahan Keagamaan Reformasi negara Inggris pada tahun 1509- 1547 terjadi pada masa raja Henry VIII, yang di dampingi oleh penasehatnay Thomas Wolsey yang mempunyai kelebihan dalam membangun politik luar negri baik, dikenal dengan politik berimbang kekuasaan yaitu politik yang dimiliki inggris dengan cara memihak negara- negara besar eropa yang terbukti efektif untuk menjaga ketertiban di daerah eropa seperti Peraancis dan Spanyol, sebagai cara untuk menghilangkan dominasi dari kedua negara itu. Reformasi dalam hal ini dilatarbelakangi oleh rakyat Inggris sudah tidak tahan lagi dengan doktrin- doktrin keagamaan yang dibuat oleg Gereja katolik Roma. Banyak kemudian muncul gerakan- gerakan Rokhaniawan untuk melakukan pembaharuan gereja yang

dipimpin oleh john Wycliffe yang dilakukan secara sembunyi- sembunyi. Gerakan itu lebih cenderung mengarah pada ajaran Protestan. Dan gerakan tersebut disambut baik oleh rakyat inggris. Menjelang akhir abad ke 15 terdapat peningkatan dalam bidan ilmu pengetahuan, akibat dari membaiknya keamanan dan peningkatan sebagai usaha Henry VIII dan masuknya pahan Renaissance. Para sarjana inggris yang pulang dari Italia membawa minat baru dalam bidang kedokteran, sastra, Tata bahasa.hal itu sangat berbeda apabila dibandingkan pada zaman pertengahan yang dikenal sebagai zaman gelap karena dibatasi oleh ketentuan- ketentuan gereja. Selain adanya revolusi keagamaan tersebut masih terdapat unsur- unsur

lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu Anti- Klerisme dan Nasionalisme. Sebagai akibat dari kelemahan Rokhaniawan sendiri, gereja telah kehilangan pemimpin intelektuil dan di bidang moril. Hak- hak istimewa yang berupa harta dan kekuasaan membuat ketidaksenangan masyarakat Inggris terhadap kaum rokhaniawan gereja Roma.perasan tidak sengan tersebut juga timbulkan oleh rasa nasionlisme yang semakin kuat. Masyarakat tidak lagi menerima begitu saja campur tangan kekuasaan gereja dalam hal ini adalah paus. Selain itu juga adanya gerakan Protestanisme dari jerman yang berpangaruh terhadap reaksi- reaksi dari masyarakat, ada yang bergabung dalam geraakan tersebut ada pula yang beralih pada Agama Ortodox. Pada dasarnya rja Henry VIII adalah penganut gereja katolik, namun karena adanya permasalahan pribadi akhirnya terjadi perpecahan hubungan antara kerajaan dan Gereja Roma, dan hal itu sebagai penyebab khusus adanya revolusi13

keagamaan di inggris. Pada waktu itu Henry VIII tidak mempunyai keturunan laki- laki, dan paus memberikan pengesahan kepadanya Untuk menikahi janda kakaknya chaterin aragon padahal ia ingin menikahi Ana boyle sebagai keturunan Spanyol. Walaupun itu dilarang namun paus mengesahkanya karena adanya permasalahan pribadi gereja roma dengan negara spanyol. Semenjak peristiwa itu henry VIII menyadari bahwa selama ini inggris mengalami ketimpangan kedaulatan. Sebagai negara yang berdaulat seharusnya inggris harus dapat menentukan sendiri segala urusan yang terjadi di dalam negri tanpa campur tangan dari pihak lain. Keputusan pisah dengan gereja roma tersebut di sambut baik oleh Parlemem, Parlemen kemudian memperoleh posisi yang semakin penting karena semenjak itu parlemen selalu disertakan dala segala pengambilan keputusan pemerintah, hal itu mempertegas fungsi organisasi itu dalam pemerintahan inggris. Undang- undang yang dibuat oleh parlemen salah satunya yang terpenting adalah supermacy act 1534 yang berisi tentang kemerdekaan gereja Inggris dan Raja sebagai pemimpin Tertinggi. Selain itu mengenai UU pembubaran Biarawati yang ada di inggris dan menyita harta dan tanah sebagai fasilitas yang diberikan negara. Pembubaran dan penyitaan itu dilakukan dengan alasan bahwa para Biarawati dan Rokhaniawan gereja roma menjadi sarang takhayul dan menggunakan fasilitas negara untuk hidup bermewah- mewahan dan jauh dari ajaran agama bahkan tidak menjalankan ibadah. Selain itu penyitaan itu sebagai cara untuk kembali mengisi kas negara yang kosong. Kitab injil diterjemahkan dalam bahasa inggris dan bebas untuk di edarkan. Ketidakjelasan dalam permasalahan Keagamaan masih dirasakan sampai Henry VIII meninggal. Namun satu hal dari kenyataan itu adalah Supermacy negara atas Gereja . inilah salah satu pondasi yang diletakan oleh Henry VIII bagi Inggris di zaman moderen. Kepribadian Henry yang luar biasa berhasil meletakan dasar-dasar utama bagi pertumbuhan negaranya. Dengan cara pemulihan ketertiban umum serta kewibawaan pemerinyah, eliminasi kekuatan para bangsawan agung merupakan saingan bagi pemerintah nasional. Pemerintahan Monarki melalui dewan raja dan perlemen berwenang dalam semua segi kehidupan bangsa (Omnicompetent), pengelolaan Ekonomi, pembentukan angkatan laut kerajaan.

14

Setelah Henry VIII digantikan anaknya yaitu Edward VI permasalahan agama di tangani dengan lebih toleran, kebebasab rakyat untuk memilih agama katolik atau protestan sangat dihargai. Kemudian diciptakanya Prayer book yang ternyata sesuai dengan apa yang di inginkan sebagian rakyat inggris, namun kemudian pada pemerintahan Marry permasalahan agama yang bertahun- tahun telah mengalami perbaikan akhirnya kembali pada kondisi lama yaitu pemaksaan keyakinan untuk menaati doktrin doktrin gereja Katolik roma. Mary ingin menghilangkan revolusi keagamaan dan kebanggaan Nasional rakyat inggris

yang telah susah payah dicapai. Dia juga membangun hubungan baik dengan spanyol denagn cara menikah dengan Raja philip. Namun pernikahan tersebut justru membawa kerugian bagi Inggris karena spanyol tidak mau tersaingi oleh inggri dalam perdagangan sehingga terkadang Philip menggunakan cara- cara yang licik untuk menelabuhi perdagangan Inggris. Mary kemudian mengaktifkan kembali Undang- undang kemurtadan dan merubah UU keagamaan yang telah dibuat sebelumnya. Banyak rakyat inggris yang dibakar hidup- hidup karena melanggar doktrin gereja katolik roma peristiwa itu dikenal dengan sebutan Bloody marry. Hal tersebut semakin menguatkan pendapat umum masyarakat untuk antipati mendalam terhadap gereja Katolik roma dan memperkuat semangat protestanisme. d. Penyelesaian Permasalahan Agama ( Elizabeth 1558- 1603) Penyelesaian permasalahan agama merupakan kebijaksanaan pada masa pemerintahan Elizabet 1. Dia berhasil melakukan pendekatan dengan kaum katolisme dan protestanisme. Dalam usahanya dia bersama parlemen membuat undang- undang untuk meniadakan gereja katolik roma dan meniadakan kekuasaan paus. Dan dibuatnya book of common prayer satu- satunya buku kebaktian yang sah dan membentuk gereja Nasional yaitu gereja Anglikan dengan monarki Inggris sebagai pimpinan tertinggi. Pada waktu itu masih banyak perlawanan dari Gereja katolik roma untuk menumbangkan gereka Anglikan bahkan dengan cara membuang ratu dari gereja katolik dan berusaha mempengaruhi masyarakat untuk tidak mematuhi perintah ratunya. Disamping itu juga timbul golongan separatis dari kaum Protestan radikal yang menolak adanya gereka nasional. Namun secara umum usaha pemecahan yang dilakukan oleh ratu elizabeth 1 merupakan kebijakan yang tepat, terbukti gereja Anglikan masih bertahan sampai15

saat

ini.

Disamping

penyelesaian

permasalahan

agama

Elizabet

juga

memprakarsai kebijakan mengenai perdamaian dengan Skotlandia, Pengukuhan negara nasional, memperluas Ekspansi perdagangan internasional, kejayaan armada laut diatas Spanyol. Di bawah pemerintahan raja-raja Tudor tumbuh kesadaran dan kebangsaan nasional yang kuat bersamaan dengan semakin mantapnya keadaan di dalam negeri dan semakin menanjaknya martabat negara dalam percaturan politik di Eropa. Pada masa James 1 (1603-1625) terdapat pertegangan antara kaum High Church (katolik) dengan kaum Puritan (orang protestan extrim). Situasi ini diwariskan kepada pemerintahan Charles 1 (1625-1649). Konflik ini mendorong perang dengan Skotlandia. Perpecahan antara kelompok Puritan (parlemen) dengan Anglikan semakin memanas ketika ada pembunuhan besar-besaran dan terjadilah perang saudara. Setelah kematian Charles, Inggris berubah menjadi negara republik. Calon anggota parlemen adalah nama-nama yang diajukan oleh gereja. Namun pemulihan monarki Inggris dilakukan oleh orang-orang katolik yang mengusung Charles II menjadi raja. Namun usaha itu ditentang oleh Cromwell. Perang laut antara Inggris dan Belanda berlangsung karena adanya kebijakan Inggris yang merugikan Belanda. Perang laut kemudian mengalihkan sasarannya kepada Spanyol yang sejak lama tidak memberi kebebasan kepada para pedagang bukan Spanyol untuk berdagang dengan negeri-negeri jajahannya. Perang tersebut membawa kemenangan bagi Inggris. Kematian Cromwell membawa Inggris ke bentuk semula yaitu monarki dengan dipimpin Charles II. Cara-cara radikal ke arah perubahan menemui jalan buntu, Inggris kembali ke cara-cara yang tidak meninggalkan lembaga-lembaga tradisionil. Antara kekuatan raja dengan parlemen sama besar sehingga ketegangan pun terjadi. Charles II melaksanakan pemerintahan dengan raja absolut dan agama khatoliknya. Dia mencoba meniru model Prancis, dan kerjasama rahasia dengan Prancis pun dilakukan. Namun terjadi kecurigaan oleh Parlemen sehingga Charles mengubah siasat. Charles mencoba mencari dukungan parlemen. Dalam keadaan ini parlemen mengelompok ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang mendukung raja dan Gereja Anglikan dinamakan Tories, sedangkan kelompok yang menghendaki monarki konstitusionil dengan seorang monarki Protestan dan bersikap toleran terhadap kaum dessenters dinamakan whigs. Sementara itu Charles bersekutu16

dengan Belanda untuk melawan Prancis dan Katolisisme. Persekutuan ini dikarenakan Inggris percaya bahwa di bawah monarki Protestanlah kelangsungan hidup sistem parlementer dan Gereja Anglikan dapat dijamin. Charles II diganti James II (1685-1688) yang beragama Katolik. Dalam pergantian ini James mendapat dukungan partai Tory dengan catatan James akan meenuhi janjinya untuk memisahkan urusan agama dengan urusan negara. Namun James menginginkan untuk mengembaikan inggris ke pengakuan Gereja Katolik Roma. Orang-orang Katolik diangkat menjadi pejabat negara, gereja, universitas, bahkan gereja. Tahun 1685 Duke of Monmouth mendarat di Inggris barat daya untuk merebut tahta yang mendapat dukungan dari kaum menengah bawah yaitu kaum Puritan, namun pemberontakan Monmouth berhasil ditumpas dengan tindakan-tindakan kejam. Monmouth dan pengikutnya pun di hukum mati. Hal tersebut menyebabkan kekuatan oposisi terhadap James II semakin kuat, yaitu kaum Tory yang selama ini mendukungnya dan kaum Whig. Keduanya bersatu dan mengusung William of Orange. Bangsa Inggris khawatir akan terjadi kekejaman jika kaum Katolik menang. Kemelut terjadi ketika James mengeluarkan Declaration of Indulgence yang membatasi kaum Katolik dan dissentres karena pada dasarnya pengangkatan tersebut menyalahi undang-undang. Harapan kebebasan rakyat Inggris musnah ketika lahir anak James II yang tentunya akan menjadi pimpinan dengan didikan Katolik. James II diturunkan dari tahta kerajaan oleh parlemen. Disusunlah Declaration of Rights yang menyerahkan mahkota Inggris kepada William dan Mary. Sejak saat itu tidak ada lagi seorang monarki Inggris yang dapat memerintah atas dasar hak ketuhanan/ divine right, dalam hal ini raja harus melaksanakan tugas sesuai dengan kehendak Parlemen. Parlemen mengubah Declaration of Right menjadi Bill of Right yang menandai berakhirnya kemelut antara Parlemen dan Monarkhi yang berlangsung seabad. Secara garis besar ketentuanketentuan dalam Bil of Right adalah: (1) Raja tidak dapat memungut pajak tanpa persetujuan Parlemen; (2) Raja tidak boleh mempunyai pasukan tetap selama masa damai tanpa persetujuan Parlemen; (3) Seorang Katolik tidak boleh menjadi Raja atau Ratu Inggris; (4) Raja tidak boleh menangguhkan berlakunya undang-undang; (5) Parlemen harus sering bersidang dan dalam sidang para anggota dapat melakukan debat secara bebas; (6) Hamba-hamba kerajaan hendak mengajukan17

petisi pada Raja tanpa rasa takut dan dituntut; (7) Orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan tidak boleh diadili tanpa juri dan tidak boleh dihukum secara berlebihan. Peritiwa-peristiwa yang berlangsung ini disebut Glorious Revolution atau Revolusi Gemilang C. REVOLUSI INDUSTRI DAN LIBERALISME 1. Revolusi Industri

Masalah pertama yang dihadapi William adalah membereskan keadaan dalam negeri sehingga kepercayaan yang telah diberikan bangsa Inggris kepadanya tidak sia-sia. Dalam pemerintahannya permasalahan perselisihan politik dan agama terselesaikan. Perlawanan terjadi oleh Skotlandia dan Irlandia. Pemberontakan yang terbesar adalah di Irlandia namun pada akhirnya Irlandia pun kalah. Sesudah menyelesaikan masalah dalam negeri, William fokus pada perlawanan terhadap Perancis. Inggris mengalami revolusi diplomatik sebagai strategi melawan Prancis. Inggris pun menang, dan kemenangan itu berarti lenyapnya persaingan Prancis dalam usaha di tanah jajahan. Pada akhir masa dinasti Stuart, Ratu Anne disibukan dengan perang Inggris dan Prancis. Pada waktu perang berlangsung, terjadi penyatuan antara Inggris dan Skotlandia. Mahkota dua negara disatukan, namun lembaga negaranya masih berdiri sendiri-sendiri. Ekspansi jajahan dan laut dimanfaatkan oleh Stuart untuk memperluas perdagangan. Inggris membuka perkebunan dan daerah pertanian. Yang menetap di New England awalnya adalah kaum Puritan yang pindah karena merasa tidak bebas dalam melaksanakan agamanya. Motif agama dan ekonomi ini mendorong kaum Katolik Inggris untuk menetap di wilayah Amerika Utara. Wilayah Inggris pun semakin meluas. Revolusi Gemilang mampu menggeser titik berat kekuasaan politik dari monarki ke parlemen, namun William tidak rela jika parlen menjadi satu-satunya kekuatan penggerak di bidang politik. William memperlakukan parlemen sebagai sekutunya dalam melaksanakan pemerintahan. Ratu Anne, George I dan II yang memerintah setelah William tidak mempunyai kekuatan dalam permainan politik dan bahasa Inggis sehingga tidak dapat mengikuti sidang-sidang Dewan Raja. Dibentuklah dewan menteri atau kabinet dengan perdana menteri sebagai ketuanya. Menteri adalah perwakilan dari parlemen yang partainya merupakan partai mayoritas. Setiap menteri bertanggungjawab terhadap departemen secara18

keseluruhan. Perdana menteri melakukan pengawasan, koordinasi, dan penyatuan terhadap kabinet secara keseluruhan. Robert Walpole adalah penyumbang terbesar bagi pertumbehan sistem ini. Inggis menjadi negara pertama yang mengalami revolusi industri. Fakor pendorangnya adalah peningkatan produksi yang didesak oleh pertumbuhan penduduk. Peningkatan prokuksi ini diatasi dengan penemuan alat-alat baru yang digerakan tenaga mesin atau uap. Angkatan laut Inggris menjamin distribusi lancar dan aman. Namun revolusi agraria meninggalkan korban, yaitu petani-petani kecil yang terpaksa meninggalkan kampungnya demi menjadi buruh guna

mengoperasionalkan mesin-mesin. Revolusi industri, menimbulkan dampak mendalam bagi kehidupan sosial. Runtuhnya kerajaan-kerajaan kuat seperti Northumberia dan Mercia dikarenakan perpindahan penduduk dari desa ke daerah tersebut yang dijadikan daerah industri baru. Korban lain adalah pekerja kecil yang gulung tikar karena tidak dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. Kegiatan memintal dan menenun yang biasanya menjadi pekerjaan sambilan bagi para pekerja dan keluarganya untuk mencari tambahan nafkah tidak dapat lagi dilakukan karena terdesak oleh mesin. Karena pada saat itu tujuan revolusi industri adalah mencari dan menumpuk kekayaan maka perusahaan tidak memperhatikan kesejahteraan buruh. Buruh tidak hanya mendapat penyiksaan fisik, namun juga psikologis. Majikan menentang ikut campur pemerintah dalam urusan ekonomi. Revolusi industri memunculkan golongan baru yatu kaum teknisi. Kaum teknisi sangat memegang kuci dalam nerjalan tidaknya kegiatan ekonomi. Revolusi industri tidak mungkin terjadi tanpa revolusi di bidang lain, yaitu bidang transportasi. Kaum industrialis mendesak pemerintah agar jalan-jalan diperbaiki, dan parlemen memberikan respon positif dengan mengesahkan undangundang yang memberi kuasa kepada para tuan tanah dan usahawan yang berminat untuk membangun dan memelihara jalan-jalan dan memungut bayaran dari orangorang yang menggunakan jalan itu. Dengan adanya undang-undang ini dalam jangka waktu yang tidak lama jaringan jalan-jalan yang agak bermutu telah dibangun. Baru awal abad 19 dibangun jalan-jalan yang tahan segala cuaca. Penemuan mesin uap digunakan pula untuk alat transportasi baik darat maupun air sehingga pengangkutan menjadi lebih efisien, cepat, dan murah.

19

Di Inggris, tekanan pada akal-fikiran atau ratio tampak dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang agama, dapat terlihat semakin kuatnya latitudinarianism yaitu paham yang menghendaki pandangan luas dan liberal dalam Gereja Anglikan. Di kalangan terdidik tersebar pula faham Deisme yang memandang Tuhan sebagai sebab pertama yang menciptakan segala hukum alam yang tetep dan abadi, maksudnya setelah Tuhan menciptakan hukum alam maka dia tidak akan mengubahnya jadi percuma berdoa dan beribadah. Di bidang sosial dan politik, tampak dalam keyakinan akan kebaikan hak-hak hakiki manusia, dan adanya tata alamiah yang mendasari masyarakat dan perlu dibebaskan dari belenggu lembaga-lembaga usang agar dapat mewujudkan diri. Di bidang kasusteraan,pengaruh rasionalisme terasa dalam karya yang intelek baik dalam bentukmaupun isinya. Reaksi terhadap rasionalisme pun muncul. Reaksi ini berawal dari bidang agama. Munculah gerakan methodisme yang membangkitkan kembali khotbahkhotbah. Di bidang politik, reaksi ditunjukan oleh Edmund Burke dalam karyanya Reflection on the Revolution France. Inti dari gagasan ini ingin menyadarkan apakah akal pikiran saja cukup untuk dijadikan panutan yang baik?. Dibidang kasusteraan dan kesenian, reksi terwujud dalam Gerakan Romantik. Rakyat pedesaan yang bersahaja, kebudayaan, dan sejarah pribumi, dan alam liar menjadi sumber inspirasi. 2. Liberalisme

Kebijakan Robert Peel sebagai menteri dalam negeri mencerminkan perikemanusiaan yang sejak lama mengikat di Inggris berkat usaha yang dilakukan oleh kaum Methodiss dan kaum Filantrop seperti Wilberforce dan berkat pengaruh rasionalisme dan romantisme. Hukum yang begitu keras pun menjadi lebih berperikemanusiaan. Dalam politik terhadap keagamaan di luar gereja ressmi terdapat kecenderungan ke arah liberalisasi. Kaum katolik diberikan hak yang sama dengan kaum protestan. Undang-undang Perobahan Parlemen tahun 1832 membuka lembaran baru dan dapat disejajarkan dengan Refolusi Gemilang. Dengan pengesahan undang-undang ini kelemahan-kelemahan menyolok dari sistem perwwakilan sihapuskan sehingga lebih masuk akal. Memang perubahan ini tidak terlalu radikal, tetapi yang paling penting kaum industrialis berhasil

20

menyamakan kedudukan politiknya dengan kaum aristokrat tuan tanah yang merupakan kaum penguasa tradisionil. Kaum buuruh yang mengadakan gerakan-gerakan untuk memperoleh hakhaknya dengan People Charter yang berisi: hak suara bagi laki-laki dewasa, pemilihan bebas dan rahasia, distrik-distrik pemilihan yang sama, dihapuskannya kriterium kakayaan bagi semua anggota parlemen, dan gaji bagi anggota parlemen. Manisfestasi supremasi golongan menengah nyata sekali dalam pencabutan Undang-undang Gandum yang disertai gerakan mendukung perdagangan bebas sebagai kekuatan ekonomi dan politik bagi kaum industrialis dan menjaga harga gandum. Abad pertengahan merupakan puncak kemakmuran dan kemegahan bagi Inggris. Sebagai negara industri dan penjajah terbesar di dunia yang memiliki Angkatan Laut yang merajahi samudera, inggis menduduki posisi istimewa dalam percaturan politik dan ekonomi internasional. Suasana puas dan percaya diri serta angkuh berjaya. Dalam pembaharuan di bidang politik kaum libaral memberikan amandemen terhadap peraturan yang ada sehingga menghasilkan undang-undang perubahan parlemen yang raddikal. Kaum menengah bawah diberi hak untuk memilih. Geraakan ke arah demokrasi ini membuat perlunya penyelarasaan dalam monarki inggis. Masalah kerajaan dipercayakan kepada perdana menteri, dengan demikian kekuatan eksekutif terletak di pedana mentri dan anggotaanya. Monarki inggris menjadi lambang kesatuan dan titik pusat loyalitas yang mengikat seluruh Britania beserta dominion-dominionnya. Pada saat perang dunia I bangsa inggris melupakan segala pertentangan politik dalam negeri dapat memusatkan semua daya fikiran, dan dana bagi kemenangan dalam perang beasar itu. akibat perang dunia I inggris kehilangan 760.000 prajurit dan 1.700.000 lika-luka, kehilangan materiil terbesar dirasakan dalam armada niaga yang kehilanga 40% dari jumlah tonesenya, bergsernya pusat perbankan dan keuangan dari London ke New York, kehilangan pasaran dunia, dll. Akibat PD I dalam hal yang positif adalah pembagian kekuasaan yang merata, campur tangan pemerintah lebih intensif, wanita mempunyai hak pilih, dll. Setelah PD I pengangguran menjadi masalah utama. Inggris mengatasinya dengan mengeluarkan poundesterling senilai 2 milyaar dolar. Menurunya sektor agraris menyebabkan inggris mengimport barang-barang.

21

Perang dunia II adalah perang total dimana seluruh ddaya dan potensi negara-negara yang terlibat ditumpahkan, dan dimana tidak satu pun aspek kehidupan negara luput darinya. Belum pulihnya luka akibat PD I inggris harus siap menghaddapi PD II. Tergesernya inggris dari kedudukan teratass di dunia ini merupakan penyesuaian-penyesuaian terutama dalam bidang politik, ekonomi, dan mental. Kondisi perekonomian yang kacau menuntut inggris melaksanakan peningkatan produksi, memberikan surplus untuk eksport, memperkuat mata uang, dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Keadaan ekonomi pun berangsur angsur membaik bhakan inggris dapat menikmati kemakmuran. Pembagian rezeki yang lebih merata dan keadilan sosial yang lebih mantap di dalam negara sejahtera telah mengurangi perbedaan dan ketegangan antar golongan dalam masyarakat inggris. Dari sejarah inggris terkenal sebagai negara yang kuat dalam bidang pragmatis, common sence, dan inventiveness yang terlihat dalam inggris memecahkan berbagai masalah. D. SPIRIT BANGSA INGGRIS DALAM MEMBANGUN NEGARANYA Inggris merupakan salah satu negara di benua eropa yang dapat dikatakan kuat dari segi ekonomi, angkatan militer, pemerinyahan dll. Kekuatan yang dimilki negara Inggris sampai saai ini diperoleh dengan masa dan proses yang sangat panjang. Berulang kali inggris mengalami kegagalan dalam proses pembentukan negara dengan permasalahan-permasalahan keagamaan ( doltrin gereja Roma ) yang selalu mengiringi perjalanan kenegaraan inggris tidak membuat masyarakat inggris menyerah dan justru menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi masyarakat inggris. Spirit kebangsaan inggris tidak hanya ditunjukan oleh para penguasa pemerintahan namun dari mulai masyarakat golongan Bawah, dalam berbagai konflik keagamaan dan politik yang dialami inggris, tidak berpengaruh untuk menyurutkan semangat masyarakat untuk mengembangkan IPTEK dan perekonomian negara. Hal itu dapat ditunjukan dengan banyaknya masyarakat golongan bawahan yang berhasil menaikan status sosialnya dengan bekerja keras membangun usaha serta meningkatkan kualitas pendidikan. Hal itu sangat membantu keuangan negara Inggris yang pada masa itu sedang mengalami krisis untuk kebutuhan perang. Rakyat Inggris juga dikenal taat terhadap negaranya, dalam mematuhi peraturan- peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Kepercayaan rakyat itulah sebagai kekuatan besar pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan kerajaan.22

Spirit kebangsaan yang paling menonjol dari negara inggris adalah negara inggris selalu belajar dari kegagalan dan pengalaman. Pada zaman pertengahan armada militer inggris belum dapat dikatakan sebagus negara perancis maupun sepanyol, inggris selalu mengalami kekalahan dalam melawan kedua negara itu saat melakukan ekspansi ke benua atau negara lain. Namun kekaalahan itu dijadikan inggris sebagai guru. Inggris kemudian belajar dari armada ,iliter perancis sehingga kemudian Inggris menjadi salah satu negaar yang kuat dari segi armada militernya.

23

BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Bangsa asli inggris adalah suku Iberia dan penduduk pendatang yaitu suku kelt dan germanik. Inggris menjadi negara agama karena pengaruh kekuasaan Roma. Persebaran agama kristen dilakukan oleh bangsa Anglo- Saxon. Tudor -> tumbuh kesadaran dan kebangsaan nasional yang kuat bersamaan dengan semakin mantapnya keadaan di dalam negeri dan semakin menanjaknya martabat negara dalam percaturan politik di Eropa. Pada pemerintahan James terdapat pertegangan antara kaum High Church (katolik) dengan kaum Puritan (orang protestan extrim). Pada pemerintahan Charles 1 Konflik diatas mendorong perang dengan Skotlandia. Setelah kematian Charles, Inggris berubah menjadi negara republik. Calon anggota parlemen adalah nama-nama yang diajukan oleh gereja. Pemulihan monarki Inggris dilakukan oleh orang-orang katolik yang mengusung Charles II menjadi raja. Bil of Right : Raja tidak dapat memungut pajak tanpa persetujuan Parlemen; Raja tidak boleh mempunyai pasukan tetap selama masa damai tanpa persetujuan Parlemen; Seorang Katolik tidak boleh menjadi Raja atau Ratu Inggris; Raja tidak boleh menangguhkan berlakunya undang-undang; Parlemen harus sering bersidang dan dalam sidang para anggota dapat melakukan debat secara bebas; Hamba-hamba kerajaan hendak mengajukan petisi pada Raja tanpa rasa takut dan dituntut; Orangorang yang dituduh melakukan kejahatan tidak boleh diadili tanpa juri dan tidak boleh dihukum secara berlebihan.Inggris menjadi negara pertama yang mengalami revolusi industri yang disusul revolusi transportasi. Rasionelisme tumbuh di inggris dalam berbagai bidang. Inggris ikut dalam perang dunia I dan II. B. SARAN Kita harus bisa mengadopsi hal-hal positif yang ada pada bangsa dan negara Inggris untuk diterapkan di Indonesia agar Indonesia menjadi negara maju.

24

DAFTAR PUSTAKA S, Winston Churchill. The Spirit Of English History. Samekto. Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris. 1982. Jakarta: PT Sastra Budaya

25