makalah mers
DESCRIPTION
hghyghjTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “Pendidikan Berbasis TIK” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Drs. Asep deni
azis Kepala SMK Ma’arif Cicalengka, yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas
sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dra. Nastiti Tri Utami, Sebagai PKS Kurikulum
SMK Ma’arif Cicalengka yang telah banyak membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat
berjalan lancar. Yudi Imron Habibi,S.Ag. yang telah memberi kesempatan dan memfasilitasi kepada
penulis sehingga makalah ini bisa selesai dengan lancar. Mama dan Bapak dirumah yang telah
memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah
ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARBAB I PENDAHULUANBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISIB. EPIDEMIOLOGIC. ETIOLOGID. PATOFISIOLOGIE. MANIFESTASI KLINISF. DIAGNOSISG. PEMERIKSAAN PENUNJANGH. PENATALAKSANAANI. PENCEGAHANJ. PROGNOSISUPAYA INSTALASI KESEHATAN TERKAIT DENGAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MERS
BAB III KESIMPULANDAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
MERS ( Middel East Respiratory Syndrome ) atau sindrom pernapasan Timur Tengah adalah
suatu sindrom pada pernapasan akibat virus jenis coronaviridae yang pertama kali ditemukan di
negara Timur Tengah tahun 2012.
Analisis genetis yang sudah dilakukan pada penderita MERS di negara Timur Tengah,
menunjukkan bahwa penyakit ini telah beberapa kali berpindah dari hewan ke manusia. Data WHO
bulan September 2013 juga menunjukkan setidaknya 58 pasien dari 132 penderita MERS,
meninggal dunia sepanjang tahun 2012-2013.
MERS mempunyai gejala seperti SARI ( Severe Acute Respiratory Infection ) progresif,
yaitu demam, batuk, sesak napas, gejala pneumonia hingga penurunan kesadaran, hal ini yang
membuat MERS menjadi salah satu penyakit yang seringkali sulit didiagnosis. Penyebaran MERS
itu sendiri melalui hewan- hewan ternak, seperti kambing, domba, unta, dan beberapa hewan
peliharaan seperti kucing dan anjing yang dapat menyebar ke manusia, lalu dari manusia ke
manusia.
Penegakkan diagnosis MERS dapat dilakukan dengan anamnesis yang cermat, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang agar pencegahan penularan dapat segera dilakukan dengan
efektif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang
menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat. Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit respiratori akibat virus (viral respiratory illness)
yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di saudi arabia. Penyakit tersebut disebabkan oleh
coronavirus yang disebut MERS-CoV. Kebanyakan orang yang terinfeksi MERS-CoV berlanjut
menjadi penyakit respiratori akut yang parah(severe acute respiratory illness). Gejalanya berupa
demam, batuk, sesak napas. Lebih dari 30% yang terinfeksi virus tersebut meninggal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sejak bulan maret 2012 hingga maret 2014 telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang
terinfeksi MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal.
Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan orang
yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak menginfeksi orang
yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus sekunder. Kasus sekunder merupakan
orang yang terinfeksi MERS-CoV dari orang lain yang terinfeksi virus tersebut.
4
Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu Jordan, Kuwait, Oman,
Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE).
Selain itu, negara lain yang terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali, United Kingdom,
Tunisia, Afrika Utara yang kebanyakan merupakan kasus sekunder dari transmisi negara timur
tengah.
Penyebaran Mers di Indonesia
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang pulang dari arab Saudi,
namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada para Jemaah haji atau umroh yang pulang
dengan gejala demam dan batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil negative, sepanjag januari –
30 april, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negative setelah dilakukan pemeriksaan
polymerase charin reaction (PCR).
C. ETIOLOGI
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta coronavirus yang disebut
MERS-CoV atau novel coronavirus.
5
D. PATOFISIOLOGI
Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS Coronavirus, menginfeksi
dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta, domba, kambing serta dapat berkembang biak di
tubuh anjing dan kucing.Hal ini dikarenakan hewan-hewan tersebut memiliki RNA yang dapat
memfasilitasi pembentukan virion-virion baru dari virus ini. Analisis peneliti di dunia sampai
dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus corona yang menjadi penyebab MERS memiliki
hubungan spesies dengan coronavirus penyebab SARS. Perbedaannya adalah virus SARS
berkembang biak di dalam kelelawar tanpa menimbulkan antibody di dalam kelelawar, sedangkan
MERS coronavirus mengaktifkan antibody pada hewan reservoirnya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa MERS Coronavirus memiliki jalur transmisi dari animals to animals, man to man,
dan animals to man.
Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan dapat menular antar manusia
secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Jadi dideteksi
kemungkinan penularannya dapat melalui :
1. Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin.
2. Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis
ISPA (Infeski Pernafasan Akut) :
- Demam 38 C, sakit tenggorokan, batuk, sesak nafas/nafas cepat
Pneumonia berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk, frekuensi pernapasan > 30x/menit,
gangguan pernapasan berat
Diare (jarang ditemukan dalam kasus)
F. DIAGNOSIS
- Anamnesis : demam > 38°C, batuk dan sesak, ditanyakan pula riwayat berpergian dari
negara timut tengah 14 hari sebelum onset
6
- Pemeriksaan Fisis: sesuai dengan gambaran Pneumonia
- Radiologi : Foto thoraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi sampai gambaran ARDS
- Laboratorium : ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok dan sputum.
a. Kasus Penyelidikan ( Suspek )
Pasien dengan ISPA, yaitu demam atau riwayat demam, batuk dan pneumonia atau dengan
ARDS atau pada pasien Immunocompromised mempunyai gejala dan tanda yang tidak jelas,
disertai SALAH SATU tanda berikut :
1. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum
mulainya gejala.
DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh infeksi lainnya.
1.a Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari, tanpa memperhatikan
tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.
1.b Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di RS/layanan kesehatan yang merawat
pasien dengan ISPA berat (SARI), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.
2. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau negara terjangkit dalam
waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA ( pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh
kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas )
3. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan ( ringan-berat )
yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus
konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit.
b. Kasus Probable
Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis parenkim paru
( Pneumonia atau ARDS )tetapi tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan konfirmasi secara
laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes yang tidak tersedia untuk
memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya. Disertai riwayat berikut :
1. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik
2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah dilakukannya semua
tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community Acquired Pneumonia)
7
3. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa specimen yang
tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan MERS- CoV tidak meyakinkan.
c. Kasus Konfirmasi
Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah pemeriksaan
laboratorium dengan sediaan :
a. Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan/atau swab tenggorokan )
b. Spesimen saluran napas bagian bawah ( sputum, cairan endotracheal tube, bilasan
bronchoalveolar )
Jenis pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah : - Kultur mikroorganisme
- Pemeriksaan virus Influenza A subtype H1, H3, dan H5, RSV, Parainfluenza, Rhinoviruses,
Adenoviruses, Metapneumoviruses, dan Coronavirus.
Untuk pemeriksaan coronavirus, perlu dilakukan dengan menggunakan Reverse transcriptase
polymerase chain reaction ( RT-PCR )
H. PENATALAKSANAAN
Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI
• Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia ( SpO2
<90%) atau syok.
• Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90% pada orang dewasa
yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.
• Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat yang
merawat pasien ISPA berat/SARI .
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia
Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan 8
antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis, kemudian disesuaikan
berdasarkan hasil uji kepekaan.
Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien ISPA berat/SARI tanpa syok
Pada pasien ISPA berat/SARI harus hati-hati dalam pemberian cairan intravena, karena
resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam situasi terdapat
keterbatasan ventilasi mekanis.
o Jangan memberikan kortikosteroid sistemik dosis tinggi atau terapi tambahan lainnya untuk
pneumonitis virus diluar konteks uji klinis
o Pemantauan secara ketat pasien dengan ISPA berat/SARI bila terdapat tanda-tanda
perburukan klinis, seperti gagal nafas, hipoperfusi jaringan, syok dan memerlukan
perawatan intensif (ICU)
I. PENCEGAHAN
Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat spesifik belum ada, dan
pengobatan yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi pasien. Pasien hanya ditempatkan di
ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, dengan harapan sistem
kekebalan tubuh pasien perlahan lahan akan mengalahkan virus tersebut.
Pencegahan dengan cara "pola hidu bersih dan sehat", menghindari kontak erat dengan penderita,
menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan
sabun dan menerapkan etika batuk (menutup mulut) ketika sakit.
Himbauan Bagi Yang Hendak Berpergian ke Negara Negara Arab
Kita tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara negara Arabia Peninsula dan
sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and
Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning tentang kesehatan
kepada negara negara yang terkait dengan MERS-Cov. Namun, hal yang perlu diantisipasi oleh
masyarakat yang akan berpergian ke negara negara tersebut, yaitu jika terdapat demam dan gejala
sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk atau sesak napas dalam kurun
waktu 14 hari sesudah perjalanan, maka sangat disarankan untuk segera periksa ke dokter.
Untuk melindungi diri dari kejadian penyakit saluran pernapasan, hendaknya lakukan beberapa
langkah pencegahan sebagai berikut:9
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu
tersebut ke tempat sampah
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman
atau penggunaan alat makan dan minum bersama
Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-barang yang sering
disentuh.
J. PROGNOSIS
MERS dikaitkan dengan penyakit pernafasan yang progresif dan angka kematian
dibandingkan dengan wabah SARS-COV tahun 2003 sangat tinggi. Pada saat penulisan ini, total
91 kasus MERS telah diidentifikasi, dengan 46 kematian, dan kematian adalah sekitar 50%
10
UPAYA INSTALASI KESEHATAN TERKAIT DENGAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT MERS
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DJ PP dan PL) telah berupaya untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit MERS dengan secepat dan sebaik mungkin. Usaha-usaha
yang telah dilakukan kemenkes untuk kesiapsiagaan MERS-CoV adalah,
1. Peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk Negara (point of entry).
2. Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia.
3. Pemberitahuan ke seluruh Dinkes Provinsi mengenai kesiapsiagaan menghadapi MERS-
CoV, sudah dilakukan sebanyak tiga kali.
4. Pemberitahuan ke 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang
kesiapsiagaan dan tatalaksana MERS-CoV.
5. Menyiapkan dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan penganggulangan MERS-
CoV, yang terdiri dari :
a. Pedoman umum MERS-CoV
b. Tatalaksana klinis
c. Pencegahan Infeksi
d. Surveilans di masyarakat umum dan di pintu masuk Negara
e. Diagnostic dan laboratorium
6. Semua petugas TKHI sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam penganggulangan MERS-
CoV.
7. Menyiapkan Pelayanan kesehatan hari di 15 embarkasi/debarkasi (KKP).
8. Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat diagnostic.
9. Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah serta
petugas haji Indonesia.
10. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti BNP2TKI, Kemenhub,
Kemenag, Kemenlu dan lain-lain tentang kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV.
11. Melakukan koordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.
12. Meningkatkan hubungan international melalui WHO dll.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Hampir semua kelainan paru (anatomik) dapat menyebabkan batuk darah. Penyebab yang
cukup sering adalah TB paru, bronkiektasis dan karsinoma paru.
2. Penyebab kematian hampir selalu oleh karena asfiksia.
3. Setiap penderita batuk darah sebaiknya dirawat. Penanganannya mulai
4. secara konservatif dan bila tidak berhasil atau terjadi hal – hal yang mengancam
keselamatan penderita, baru dipertimbangkan untuk melakukan operasi segera.
5. Peranan bronkoskopi pada batuk darah ditujukan dalam upaya diagnostik mencari sumber
perdarahan dan menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Alsagaff, Hood dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. GRAMIK FK UNAIR. 2004
2. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed. 29. Jakarta: EGC, 2002
3. E. Jewetz. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16 Jakarta: EGC, 2004
4. Guyton Arthur C, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC
5. Hariadi, Slamet dkk. Dasar-dasar Diagnostik Fisik Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2008
6. Kemenkes RI., 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapai Middle East
Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta.
7. Levitzky, Michael G. 2007. Pulmonary Physiologi 7th Ed. New York : McGraw-Hill
8. Mason. Murray & Nadel's Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed. Saunders: An Imprint
of Elsevier. 2005.
9. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto Huriawati,
dkk. EGC. Jakarta 2006
10. http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/
MERS_CoV_Update_27_March_2014.pdf?ua=1
13