makalah mengapa manusia berfilsafat

Upload: erwinestri-hanidar-nur-afifi

Post on 06-Jul-2015

1.265 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Untuk apa manusia berIilsaIat? Untuk apa memikirkan hal yang menguii nalar kita? Atau bahkan menggoyahkan iman kita? ada satu iawaban, yaitu untuk mempertahankan alasan keberadaan kita sebagai makhluk berakal.Perenungan IilsaIat lahir dari akal. Tentunya akal yang terus menguras Iungsinya untuk berpikir. Dan itulah salah satu alasan keberadaan manusia di dunia. Jika manusia sudah tidak menggunakan akalnya lagi, maka dia tidak punya alasan untuk mempertahankan keberadannya di dunia. Dan di sinilah letak keunikan melakukan perenungan IilsaIat. Banyak orang mengatakan, untuk apa? Hanya akan membuat hidup tambah rumit saia. Hanya menciptakan keragu-raguan baru saia. Jawaban tersebut hanya bagi mereka yang melakukan perenungan IilsaIat setengah ialan. Jika IilsaIat adalah sebuah gunung, maka dakilah hingga ke puncaknya. Dan di sanalah kita akan menemukan keindahannya. Tapi iika kita mendakinya hanya di belantara hutannya saia, benar kita iadi santapan empuk binatang buas.Demikianlah IilsaIat dalam hidup kita. Kita perlu berIilsaIat bukan untuk menciptakan keraguan. Tetapi iustru untuk meniawab keraguan itu melalui diri kita sendiri. Namun bukan berarti IilsaIat adalah iawaban atas semua permasalahan. Tapi IilsaIat ibarat sebuah teropong yang akan mengantar mata kita untuk melihat bintang yang berpiiar. Lalu kita akan tahu bintang mana yang berpiiar lebih terang dan berpendar pada diri kita. Maka, masihkah kita mengatakan IilsaIat hanya menambah masalah? Ada beberapa Iaktor yang mendorong manusia untuk berIilsaIat, diantaranya kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian, dan 2 kesadaran akan keterbatasan merupakan 3 hal yang mendorong manusia utuk berIilsaIat. Plato (IilsuI Yunani, guru dari Aristoteles ) menyatakan bahwa : Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk meyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal IilsaIat. Berbeda dengan Plato; Agustinus dan Rene Descartes beranggapan lain. Menurut mereka, berIilsaIat itu bukan dimulai dari kekaguman atau keheranan, tetapi sumber utama mereka berIilsaIat dimulai dari keraguan atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia akan ragu-ragu dan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut dengan berIilsaIat. Bagi manusia, berIilsaIat dapat iuga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada dirinya. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berIilsaIat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang diiadikan bahan kemaiuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki. 1. 2 Maksud dan TujuanDalam rangka penulisan makalah ini, maka penulis berharap dengan melakukan penelitiandan pengolahan inIormasi teori mengapa manusia berIilsaIat dapat memberikan suatu pemahaman dan pengertian yang lebih mendalam terhadap para pembaca. Melihat besarnya kecenderungan teori terhadap mengapa manusia berIilsaIat, penulis ingin menielaskan teori IilsaIat berikut pemahaman-pemahaman konsep yang dapat menielaskan mengapa manusia berIilsaIat.3 Penelitian ini bertuiuan mengungkapkan dan memberi pemahaman terhadap teori IilsaIat dan mengapa manusia berIilsaIat. Diaharapkan melalui makalah ini, pembaca dapat memahami dan mengerti tentang pengertian yang sesungguhnya dalam berIilsaIat. 1. 3 Metode dan Teknik Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode dan teknik yang dianggap dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian. Pada dasarnya metode dan teknik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.3.1 Metode yang digunakan 1.3.1.1 Metode Komparatif (Comvarative method Dalam menggunakan metode komparatiI ini, penulis berusaha membandingkan teori-teori IilsaIat antar para ilmuan. 1.3.1.2 $tudi Pustaka (ibrarv Reserch Metode ini digunakan untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dasar tentang topik yang dipermasalahkan. Dalam pelaksanaannya penulis membaca buku, maialah, ensiklopedia, ilmu pengetahuan populer dan media yang lain yang ada pada perpustakaandan hasil pencarian data di media internet.Dari bahan-bahan tersebut, data relevan dan membantu untuk untuk makalah ini lalu dicatat pada buku khusus yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama untuk mencatat kesimpulan-kesimpulan isi yang diperoleh setelah membacanya, sedang bagian kedua kedua untuk mencatat isi buku yang dikutip.4 1.3.2 Teknik Pengumpulan Data 1.3.2.1 Observasi (Penagamatan Teknik ini digunakan untuk mengamati keiadian-keiadian yang teriadi secara spontan pada saat penelitian berlangsung. Berbagai hal yang sempat diamati dari keiadian tersebut lalu dicatat. 1.3.2.2 Dokumentasi Teknik ini digunakan dengan bersumber pada dokumen-dokumen, catatan-catatan dan keterangan tertulis dari kumpulan buku-buku beserta sumber reIerensi dari internet yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diselidiki. 1.3.3 Populasi dan $ampel $esuai dengan iudul makalah maka dalam penelitian ini yang diiadikan populasi adalah seluruh teori-teori IilsaIat yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan.Dari keseluruhan tersebut, diambil satu diantaranya teori mengapa manusia berIilsaIat sebagai bahan perdebatan. 5 BAB II PEMBAHA$AN 2.1 Asal Mula Manuasia Berfilsafat Bagaimanakah IilsaIat tercipta ? Apa yang menyebabkan manusia berIilsaIat ? sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk berIilsaIat, yaitu : ketakiuban, ketidakpuasan,hasrat bertanya dan keraguan. 1. Ketakiuban BanyakIilsuImengatakanbahwayangmeniadiawal kelahiranIilsaIatadalahthaumasia(kekaguman,keheran,atau ketakiuban). Dalam karyanya yang beriudul MetaIisika, Aristoteles mengatakanbahwakarenaketakiubanmanusiamulaiberIilsaIat. Padamulanyamanusiatakiub memandangbenda-bendaanehdi sekitarnya,lamakelamaanketakiubannyasemakinterarahpada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang, dan asal mula alam semesta. Obiekketakiubanialahsegalasesuatuyangadadandapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-bintang,matahari,danlangitmerangsangmanusiauntuk melakukanpenelitian.Penelitianterhadapapayangdiamatidemi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan IilsaIat. 2. Ketidakpuasan $ebelumIilsaIatlahir,berbagaimitosdanmitememainkan perananyangamatpentingdalamkehidupanmanusia.Berbagai mitosdanmiteberupayamenielaskanasalmuladanperistiwa-peristiwa yang teriadi di alam semesta serta siIat-siIat peristiwa itu. Akantetapi,ternyatapenielasandanketeranganyangdiberikan olehmitosdanmite-miteitumakinlamamakintidakmemuaskan manusia.Ketidakpuasaninilahyangmembuatmanusiaterus 6 menerusmencaripenielasandanketeranganyanglebihpastidan meyakinkan. Manusiayangterusmenerusmencaripenielasandan keteranganyang lebih pasti danmeyakinkan itu lambat launmulai berpikirsecararasional.Akibatnya,akalbudisemakinberperan. Berbagaimitosdanmiteyangdiwariskanolehtradisiturun temurunsemakintersisihdariperanannyasemulayangbegitu besardanlahirlahIilsaIat,yangpadamasaitumencakupseluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal. 3. Hasrat Bertanya Ketakiuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kuniung habis. Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan, penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah. 4. Keraguan Manusiaselakupenanyamempertanyakan sesuatudengan maksuduntukmemperolehkeielasandanketeranganmengenai sesuatu yang dipertanyakan itu. Manusiabertanyabisakarenaiamasihmeragukankeielasandan kebenarandariapayangtelahdiketahuinya.Jadi,ielasterlihat bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk bertanya danterusbertanya,yangkemudianmenggiringmanusiauntuk berIilsaIat. 2.2 Pemahaman Untuk Apa Berfilsafat $etelah memperoleh sedikit gambaran tentang hakikat permasalahan IilsaIat, kita masih dapat bertanya, mengapa para IilsuI dan iuga orang-orang awam memberikan perhatian kritis terhadap permsalahansemacam itu. Untuk apa berIilsaIat pertanyaan ini dapat diinterpretasikan 7 macam-macam, bergantung pada sudut pandang kita msing-masing. Pertanyaan ini bisa mengungkapkan keingintahuan seseorang mengenai apa tuiuan yang hendak dicapai para IilsuI dalam upaya penyelidikan mereka.Pertanyaan ini iuga bisa menggambarkan keinginan seorang mahasiswa untuk mengetahui manIaat praktis apakah yang ditawarkan IilsaIat. Atau dari sudut pandang seseoarang yang sudah iauh mendalami IilsaIat, pertanyaan itu sendiri mungkin sama sekali tidak penting. Oleh sebab itu, kita akan meniniau persoalan IilsaIat yang selalu meniadi bahan perhatian para IilsuI.1. Persoalan FilsaIat Ada enam persoalan yang selalu meniadi bahan perhatian para IilsuI dan memerlukan iawaban secara radikal, dimana tiap-tipanya meniadi salah satu cabang dari IilsaIat yaitu : ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. 2.2.1.1 Tentang Ada Persoalan tentang da ( being ) menghasilkan cabang IilsaIat metaIisika; dimana sebagai salah satu cabang IilsaIat metaIisika sendiri mencakup persoalan ontologis, kosmologi ( perkembangan alam semesta ) dan antropologis ( perkembangan sosial budaya manusia ). Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kaiian tersendiri. 2.2.1.2 Tentang Pengetahuan (Knowledge)Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang IilsaIat epistemologi ( IilsaIat pengetahuan ). Istilah epistemologi sendiri berasal dari kata episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Jadi, epistemologi merupakan salah satu cabang IilsaIat yang mengkaii secara 8 mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan. 2.2.1.3 Tentang Metode (Method) Persoalan tentang metode ( method ) menghasilkan cabang IilsaIat metologi atau kaiian / telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan azas-azas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kaiian ilmiah atau sebagai penyusun ilmu-ilmu vak. 2.2.1.4 Tentang Penyimpulan (Conclusion) Logika ( logis ) yaitu ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir tepat dan benar. Dimana berpikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Logika sendiri dapat dibagi meniadi 2, yaitu logika ilmiah dan logika kodratiah. Logika bisa meniadi suatu upaya untuk meniawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? FilsaIat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan. 2.2.1.5 Tentang Moralitas (Moralvtv) Moralitas menghasilkan cabang IilsaIat etika ( ethics ). Etika sebagai salah satu cabang IilsaIat menghendaki adanya ukuran yang bersiIat universal. 2.2.1.6 Tentang Keindahan Estetika adalah salah satu cabang IilsaIat yang lahir dari persoalan tentang keindahan. Merupakan kaiian keIilsaIatan mengenai keindahan dan ketidakindahan. Lebih iauhnya lagi, mengenai sesuatu 9 yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa serta norma-norma nilai dalam seni. 2.3 ungsi BerfilsafatPada umumnya dapat dikatakan bahwa studi IilsaIat semakin meniadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu spesial. Jadi berIilsaIat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas (IilsaIat teoretis) dan lingkup tanggung iawabnya (IilsaIat praktis). Kemampuan itu dipelaiarinya dari dua ialur: secara sistematis dan secara historis.Pertama, secara sistematis. Artinya, IilsaIat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung iawab dan keadilan, dan sebagainya. Jalur kedua adalah seiarah IilsaIat. Di situ orang belaiar untuk mendalami, menanggapi, serta belaiar dari iawaban-iawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan IilsuI terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang di iaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat. 1. $uatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelaiari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta mendalami iawaban-iawaban yang diberikan oleh para pemikir terbesar umat manusia, waawasan dan pengertian kita sendiri diperluas. 2. Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan dan legitimasi-legitimasi dari berbagai agama, ideologi dan pandangan dunia. $ecara singkat, IilsaIat selalu iuga merupakan kritik ideologi. 10 Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi religius dan politis yang mau membuiuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekadar menolak ideologi-ideologi itu secara dogmatis dan dari luar, melainkan untuk menanggapinya secara kritis dan argumentatiI. 3. Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam menialani studi-studi di ilmu-ilmu spesial, termasuk teologi. Dengan mempertimbangkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa IilsaIat, demikian kegiatan berIilsaIat, sangat diperlukan oleh proIesi-proIesi seperti pendidik, wartawan, pengarang dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, dan teolog. Di samping itu, IilsaIat iuga mempunyai Iungsi khusus dalam lingkungan sosial budaya Indonesia 1. Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi semakin banyaknya bidang dan hanya untuk sebagiannya dapat dikemudikan melalui kebiiakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma itu, IilsaIat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis. 2. FilsaIat merupakan sarana baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi-tradisi, dan IilsaIat Indonesia untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. 3. FilsaIatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan secara evaluatiI, kritis dan reIleksiI, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat meniadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia. 11 4. $ebagai kritik ideologi, IilsaIat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia yang masih teriadi. Jadi IilsaIat membuat sanggup untuk melihat secara terbuka masalah-masalah sosial serta percaturan kekuasaan yang sedang berlangsung. 5. FilsaIat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas-universitas dan lingkungan akademis. FilsaIat dapat berIungsi sebagai interdisipliner sistem, tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.Di universitas-universitas, Iakultas IilsaIat sering disebut 'Iakultas sentral atau 'inter-Iakultas, karena semua Iakultas lain, yang selalu menyelidiki salah satu segi dari kenyataan, meniumpai pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan reIleksi yang tidak lagi termasuk bidang khusus mereka. Misalnya, pertanyaan tentang batas-batas pengetahuan kita, tentang asal bahasa, tentang hakikat hidup, tentang hubungan badan dan iiwa, tentang hakikat materi, tentang dasar moral. 6. $alah satu Iungsi terpenting IilsaIat adalah bahwa ia menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog di anatara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khsus dalam rangka keria sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur. Jadi IilsaIat adalah dasar bagus bagi dialog antar-agama, karena argumentasinya mengacu pada manusia dan rasionalitas pada umumnya, tidak terbatas pada pendekatan salah satu agama tertentu, itu pun tanpa mengurangi pentingnya sikap beragama. Justru para agamawan memerlukan IilsaIat supaya dapat bicara 12 satu sama lain dan bersama-sama memecahkan masalah-masalah sosial dan masalah-masalah nasional. 2.4 Manfaat Berfilsafat Bagi banyak orang, pertanyaan 'Untuk apa berIilsaIat? menyiratkan suatu kepentingan praktis, yaitu 'Apa manIaat IilsaIat untukku, selain pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri? Ada sebuah iawaban yang iuga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan kita secara kritis dalam IilsaIat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara umum. Perubahan sistem nilai atau pandangan-pandangan dunia kita itu dapat mengubah perspektiI kebahagiaan kita, tuiuan yang hendak kita keiar dalam proIesi kita, atau sekadar gaya hidup kita. Namun, manIaat-manIaat itu lebih merupakan hasil sampingan saia, bukan tuiuan yang spesiIik, dari kaiian IilsaIat. Tidak sulit untuk mencari contoh relevansi praktis yang muncul ketika kita mengambil pandangan IilsaIat tertentu. Misalnya, iika betul tidak ada tindakan yang benar-benar bebas, maka kita harus mempertimbangkan kembali pandangan kita mengenai hukuman mati dan rehabilitasi para narapidana. (Mengapa harus menghukum orang yang tidak mampu mengendalikan perbuatannya?). Contoh lain, pilihan yang kita iatuhkan dalam pemungutan suara berkaitan dengan pro-kontra suatu masalah atas pemilihan seorang kandidat dapat sangat dipengaruhi oleh pandangan IilsaIat politik tertentu yang kita miliki. Contoh lain lagi, iika betul keindahan itu hanya ada di mata pengamat, bagaimana kita dapat menentukan bahwa suatu karya seni layak dianugerahi penghargaan sebagai karya seni 'terbaik? dan konsepsi kita mengenai perilaku mana yang bermoral dan mana yang tidak bermoral niscaya akan berakibat sangat iauh bagi relasi personal kita dengan orang lain. 13 Lebih laniut, seandainya saia kita melihat bahwa diri kita merupakan bagian tak terpisahkan dari alam, barangkali kita tidak akan terlalu bernaIsu menguasai dan menaklukkannya, dan kita pun mungkin tidak akan terlalu menderita akibat tindakan perusakan alam. Contoh lain, iika dalam arti tertentu pandangan dunia Barat dapat 'di-Timur-kan, maka akan lebih mudah bagi orang Barat untuk menielaskan dan menerima Ienomena akupuntur.Itu semua hanya beberapa contoh untuk menuniukkan relevansi kaiian permasalahan IilsaIat dengan kehidupan sehari-hari. Bacalah iuga beberapa iurnal IilsaIat. Di situ kita mungkin akan meniumpai artikel-artikel dengan iudul semacam ini: 'IQ: Keturunan dan Ketidakadilan, 'Eutanasia, 'Perilaku Paternalistik, 'Memaklumi Pemerkosaan, atau 'Rudal dan Moral: Pandangan Utilitarian tentang Perlucutan $eniata Nuklir. $ebelum kita beraniak lebih iauh, ada satu hal yang perlu diingat. Penelusuran sebab-sebab teriadinya perubahan pada keyakinan-keyakinan dasar seseorang seringkali adalah persoalan psikologi, bukan tugas IilsaIat, dan tidak dapat ditangani oleh seorang IilsuI. Memang perubahan semacam itu dapat teriadi karena seseorang mempelaiari IilsaIat, sama seperti karena ia mempelaiari bidang studi lain atau karena ia mendapat tekanan dari teman-teman sebayanya. Namun, dengan berIilsaIat atau melibatkan diri secara kritis dalam persoalan-persoalan IilsaIat, tidak ada iaminan bahwa keyakinan-keyakinan seseorang akan berubah. Juga tidak bisa dikatakan bahwa memang sebaiknya teriadi perubahan. Ada orang yang merasa bahwa dengan mempelaiari IilsaIat keyakinan agamanya semakin diteguhkan, sementara orang lain iustru mengalami guncangan. Para IilsuI tidak pernah berusaha dengan sengaia menimbulkan kedua macam reaksi itu. Kita akan memetik manIaat bukan hanya dari keterlibatan diri kita dalam IilsaIat pada umumnya, melainkan iuga secara khusus dari kegiatan melakukan telaah atau kaiian IilsaIat. Penelaahan IilsaIat yang eIektiI, 14 sekali lagi, bersiIat luas, mendalam, dan kritis. Relevansi kritis dari penelaahan semacam itu tidak dapat dipungkiri. $ingkatnya, dengan melakukan telaah IilsaIat, kita akan semakin mandiri secara intelektual, lebih toleran terhadap perbedan sudut pandang, dan semakin membebaskan diri dari dogmatisme. Pertama, sikap-sikap yang disebutkan di atas dapat berkembang karena luasnya kaiian IilsaIat yang kita lakukan. Perhatikan pertanyaan, 'Apakah yang meniadikan tindakan yang benar itu benar? Banyak iawaban yang secara sepintas nampaknya dapat diterima: besarnya kebahagiaan yang dihasilkan oleh suatu tindakan, kepentingan pribadi, kelangsungan hidup spesies manusia, desakan suara hati, atau apapun yang menurut masyarakat benar.Tidak satupun dari iawaban itu mutlak harus diterima oleh semua IilsuI. Barangkali tidak ada disiplin lain yang sedemikian setia untuk melakukan telaah yang ketat dan tidak berat sebelah terhadap 'sudut pandang orang lain. $udut pandang orang lain itu mungkin nampaknya tidak masuk akal, namun tidak iarang didukung dengan argumen-argumen yang kuat. Menyadari bahwa selain pandangan diri sendiri ternyata ada pandangan-pandangan lain yang argumennnya kokoh, dapat meniadi pengalaman yang membuat Irustrasi atau iustru membebaskan. Apapun hasilnya, kesadaran itu membuka pintu bagi sikap toleran dan bebas dari dogmatisme. Kedua, kebebasan intelektual dan sikap-sikap lainnya yang berkaitan, akan kita peroleh dengan mengkaii persoalan-persoalan IilsaIat secara mendalam. Dalam suatu kuliah IilsaIat, misalnya, kita berkesempatan untuk menyelidiki tema-tema yang dalam kuliah lain hanya dibicarakan sambil lalu. Misalnya, dalam kuliah pengantar ilmu pengetahuan kerap dinyatakan bahwa ilmu pengetahuan didasarkan pada prinsip determinisme, yakni keyakinan bahwa segala persitiwa pasti memiliki sebab. Dalam kuliah sosiologi dan antropologi, tesis bahwa moral berbeda-beda dalam setiap kebudayaan sering dinyatakan sebagai 15 bukti atas klaim kontroversial bahwa benar dan salah semata-mata adalah soal kesukaan dan ketidaksukaan seseorang atau sekelompok orang belaka. Dalam kuliah seni, seorang mahasiswa mungkin akan mengatakan bahwa tidak ada kriteria untuk membedakan seni yang baik dari yang buruk; yang ada hanyalah suka atau tidak suka pada yang kita lihat. Masing-masing pernyataan tesebut, dan masih dapat ditambah dengan banyak contoh lain, mengandung berbagai asumsi, implikasi, dan ambiguitas yang biasanya iarang disentuh. Pernyataan-pernyataan semacam itu kerap diterima begitu saia secara tidak kritis sebagai 'kebenaran. FilsaIat mengaiak kita untuk menguii dan mempersoalkan kembali dogma-dogma yang telah kita anggap benar, mengaiak kita untuk mengambil posisi dan menetapkan pendirian. Yang ketiga adalah penilaian kritis. Tuiuan berIilsaIat bukan sekadar meniniau berbagai macam teori, tetapi iuga menilainya secara kritis. Entah apapun kesimpulan akhir kita mengenai persoalan tertentu, kita tetap dapat mengembangkan sikap yang kritis secara umum. $ikap kritis berarti tidak menerima sesuatu begitu saia hanya berdasarkan autoritas, mencermati asumsi-asumsi dan ambiguitas-ambiguitas dalam setiap pernyataan yang dapat dipersoalkan (termasuk pernyataan kita sendiri), menolak ikut arus pendapat umum, dan mencari penielasan dan alasan-alasan bagi hal-hal yang oleh orang lain dianggap sudah ielas. Inilah unsur-unsur kemandirian intelektual. Inti IilsaIat adalah membentuk pemikiran, bukan sekadar mengisi kepala dengan Iakta-Iakta. Ringkasnya, berIilsaIat mengkaii permasalahan IilsaIat secara serius memberikan manIaat pribadi dalam dua cara. Pertama, pengkaiian IilsaIat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi maupun proIesinya. Kedua, pengkaiian IilsaIat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap pandangan-pandangan yang berbeda, serta kemandirian intelektual.Namun, sudah disinggung sebelumnya, tidak ada iaminan bahwa pengkaiian IilsaIat pasti akan 16 menghasilkan buah-buah itu. Tentu ada hal-hal lain yang iuga dapat mengembangkan toleransi, kemandirian intelektual, ataupun perubahan nilai dan keyakinan dasar seseorang. FilsaIat hanyalah salah satu alternatiI terbaik. Mungkin, beberapa dari kita ada yang mempertanyakan apa sebenarnya manIaat praktis yang 'nyata dari mempelaiari IilsaIat, taruhlah dalam soal mencari pekeriaan? Memang, gelar sariana dalam bidang IilsaIat tidak akan mempersiapkan kita untuk suatu pekeriaan tertentu, selain mempersiapkan kita untuk studi tingkat pasca-sariana atau mengaiar. Lain halnya dengan bidang-bidang studi lain yang lebih teknis siIatnya. Kelebihan IilsaIat adalah bahwa ia memperlengkapi kita untuk berbagai bidang non-akademis, dan dalam banyak hal dapat membantu kita mengembangkan diri dalam karier yang kita pilih. Posisi-posisi kepemimpinan dan yang memikul tanggung iawab dalam berbagai proIesi seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis, dan lain-lain. Menuntut seseorang untuk bergulat dengan permasalahan IilsaIat. $etiap orang bisa menghaIalkan Iakta-Iakta, sebagaimana yang biasa kita lakukan di sekolah dulu. Namun, lapangan keria di dunia nyata menuntut iauh lebih banyak dari sekadar menghaIalkan Iakta-Iakta, iika kita memang ingin berhasil dan unggul. 'Fakta-Iakta masih perlu dipertanyakan, disusun ulang, ditiniau dari berbagai perspektiI, disingkirkan, dipungut lagi, diuii, dan ditimbang-timbang terus secara logis, ielas dan inovatiI. Kemampuan untuk melakukan semua itulah yang hendak diperoleh dari belaiar IilsaIat ataupun berIilsaIat, entah dari bidang mana pun Iakta-Iaktanya berasal. Ringkasnya, mengkaii permasalah IilsaIat secara serius memberikan manIaat pribadi dalam dua cara. Pertama, pengkaiian IilsaIat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-niali dasar seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi maupun proIesinya. Kedua, pengkaiian IilsaIat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap pandangan-pandangan 17 yang berbeda, serta kemandirian intelektual. Namun, sudah disinggung di atas, tidak ada iaminan bahwa pengkaiian IilsaIat pasti akan menghasilkan buah-buah itu. Tentu ada hal-hal lain yang iuga dapat mengembangkan toleransi, kemandiran intelektual ataupun perubahan nilai dan keyakinan dasar seseorang. FilsaIat hanyalah salah satu alternatiI terbaik. 'Fakta-Iakta masih perlu dipertanyakan, disusun ulang, ditiniau dari berbagai perspektiI, disingkirkan, dipungut lagi, diuii dan ditimbang terus secara logis, ielas, dan inovatiI. Kemampuan untuk melakukan semua itulah yang hendak dikembangkan melalui kegiatan berIilsaIat itu sendiri yang pada hakikatnya merupakan sebuah latihan iuga, entah dari bidang manapun Iakta-Iaktanya berasal. 18 BAB III PENUTUP 3.1 $impulan dan $aran 3.1.1 $impulan Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :3.1.1.1 BerIilsaIat bukan sekadar meniniau berbagai macam teori, tetapi iuga menilainya secara kritis. 3.1.1.2 BerIilsaIat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-niali dasar seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan pribadi maupun proIesinya. 3.1.1.3 BerIilsaIat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap pandangan-pandangan yang berbeda, serta kemandirian intelektual. 3.1.2 $aran Dengan melihat kenyataan yang ada sehubungan dengan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :3.1.2.1 Untuk peneliti yang akan datang Agar lebih memperluas ruang lingkup pokok bahasan agar dapat lebih dimengerti oleh semua lapisa masyarakat.3.1.2.2 Untuk para pembaca Agar bisa mengambil inti dari permasalahan ini dan tidak memperdebatkan kebenarannya. Karena kebenaran itu hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa.