makalah manajemen keuangan perbankan

21
MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN KONSEP PEMBIAYAAN ALMUDHARABAH DAN ALMUSYARAKAH DALAM PERBANKAN SYARIAH DENGAN SISTEM BAGI HASIL Oleh Ayank Narita Dyatama 20110430080 Harti Anugrah Milasari 20110430086 EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM FAKULTAS EKONOMI

Upload: ayankz-narita-dyatama

Post on 19-Jan-2016

479 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisis pembiayan bagi hasil di bank syariah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN

KONSEP PEMBIAYAAN ALMUDHARABAH DAN ALMUSYARAKAH DALAM PERBANKAN SYARIAH DENGAN SISTEM BAGI HASIL

Oleh

Ayank Narita Dyatama 20110430080

Harti Anugrah Milasari 20110430086

EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

ABSTRACT

Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong munculnya

berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Sepanjang

tiga dekade terakhir, pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan Syari’ah

mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia internasional maupun di Indonesia.

Perbankan syariah yang menerapkan konsep bagi hasil atau bebas bunga sangat dirindukan

oleh masyarakat. Peran perbankan syariah dalam masyarakat terlihat dari konsep

pembiayaannya yang semakin tahun semakin meningkat. Mudharabah dan musyarakah

merupakan produk asli perbankan syariah yang menerapkan sistem bagi hasil. Mudharabah

dan Musyarakah telah banyak membantu dan memberikan keuntunngan bagi masyarakat

luas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana konsep dan

strategi pembiayaan bank syariah dengan sistem bagi hasil dimana merupakan identitas

perbankan syariah.

PENDAHULUAN

Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima

simpanan uang, meminjamkan uang dan melayani jasa pengiriman uang. Didalam sejarah

perekonomian kaum muslimin, fungsi bank telah dikenal sejak zaman Rasulullah. Di zaman

modern ini, peran bank bagi masyarakat individu, maupun masyarakat bisnis sangat penting

bagi suatu negara, karena bank sebagai lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh

dalam perekonomian suatu negara. (Ismail, 2010)

Mayoritas penduduk Indonesia merupakan pemeluk agama Islam, yang tentunya

berkeinginan untuk menjalankan kegiatan ekonominya sesuai prinsip Islami yang bebas dari

riba. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragama Islam dalam hal transaksi

keuangan seperti menyimpan uang, menyalurkan uang dan mengirimkan uang secara syariah,

maka pemerintah merespons hal tersebut dengan mendirikan lembaga keuangan bank

maupun non-bank dengan prinsip syariah.

Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat dari orang

islam yang ingin terhindar dari transaksi bank yang dipandang mengandung unsur riba.

Adanya pelarangan riba dalam islam merupakan pegangan utama bagi bank syariah dalam

melaksanakan kegiatan usahanya, sehingga kontrak utang piutang antara perbankan syariah

dengan nasabah harus berada dalam koridor bebas bunga.

Page 3: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

Tujuan utama perbankan islam ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi

umat serta membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi. Dalam

melaksanakan tujuannya, perbankan syariah mengeluarkan produk-produk yang dapat

menunjang volume pertumbuhan ekonomi. Bentuk produk dalam perbankan islam adalah

simpanan dan pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah harus

berdasarkan asas syariah dan menggunakan prinsip bagi hasil. Pada saat ini produk

pembiayaan perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah mudharabah dan

musyarakah. konsep mudharabah dan musyarakah telah diterapkan pada zaman Rasulullah

dan mempunyai landasan yang kuat dalam Alquran dan Assunah.

Meski demikian dalam kenyataannya masyarakat banyak yang menggunakan

pembiayaan perbankan dengan prinsip jual beli (murabahah). Hal itu disebabkan skema bagi

hasil yang digunakan oleh perbankan syariah di Indonesia adalah revenue sharing bukan

profit sharing. Penggunaan skema revenue sharing tersebut dilatarbelakangi oleh masih

tingginya permasalahan moral hazzard. Dengan skema bagi hasil berupa revenur sharing,

pihak perbankan syariah menghadapi tingkat resikko yang lebih rendah dibandingkan apabila

menggunakan skema profit sharing. Dan juga masyarakat masih belum memahami

sepenuhnya tentang konsep pembiayaan dengan sistem bagi hasil, dan kebanyakan

masyarakat tidak mau saling berbagi kerugian.

Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana konsep pembiayaan dengan prinsip

bagi hasil yang sebenarnya sangat menguntungkan dan sesuai dengan hakikat perbankan

syariah.

PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

Pengertian pembiayaan pada intinya berarti I Beleive I Trust, “saya percaya” atau “saya

menaruh kepercayaan” . perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan yang berarti bank

menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh

bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil danharus

disertai dengan ikatan dan syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah

pihak. Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang direncanakan. (Veithzal & Arviyan, 2010)

Page 4: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

Pembiyaan menurut UU RI No 21 Thn 2008 tentang bank syariah berdasarkan Pasal 1

butir 25 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi

bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

Secara umum tujuan pembiayaan dalam perbankan syariah yaitu untuk meningkatkan

kesejahteraan umat baik dalam kontek tingkat mikro ataupun makro dan sebagai sumber

pendapatan bagi bank islam itu sendiri .Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting

dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan adalah (Veithzal & Arviyan,

2010) :

Pembiayaan dapat meningkatkan Utility dari modal/uang

Pembiayaan dapat meningkatkan Utility dari Guna Suatu Barang

Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Pembiayaan menimbulakan kegairahan berusaha masyarakat

Pembiayaan sebagai alata stabilitas ekonomi

Pembiayaan sebaggai jembatan utnuk peningkatan pendapatan nasional

Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Menurut sifat penggunaanya pembiayaan dbagi menjadi dua : pertama pembiayaan

produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti

luas, kedua pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi. Sedangkan menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi

menjadi dua, pertama pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan : peningkatan produksi baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil

produksi maupun kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk

keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. (Antonio, 2011).

PRINSIP BAGI HASIL

Fasilitas pembiayaan yang disediakan disini berupa uang tunai atau barang yang dinilai

denngan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, bank syariah dapat menyediakan sampai dengan

100% dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagiann saja berupa patungan

antar bank dengan pengusahaa. Jika dilihat drai sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil

yaitu loss sharing atau profit sharing. Sedangkan dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal

dengan nisbah, yang dapat disepakati antara bank dengan nasabah yang mendapat fasilitas

pembiayaan pada saat akad pembiayaan (Veithzal & Arviyan, 2010)

Page 5: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi yakni yang termasuk kedalam

natural uncertainty cotracts. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sitem bagi hasil sudah

pasti merupakan sistem bagi hasil sudah pasti merupakan salah satu praktis islamic banking.

Mekanisme bagi hasil di islamic banking dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah atau

musyarakah. (Veithzal & Andria 2008)

Dengan skema bagi hasil pemilik dana menangggung sebagian resiko dari usaha, yang

tercermin dari pendapatan bagi hasil yang diterimanya yang sifatnya tidak tetap. Hal ini

tentunya sangat berbeda dibandingkan pembiayaan dengan skema bunga, dimana resiko

berada pada pihak enterpreneur. Meskipun pada skema bagi hasil pemilik dana menangggung

sebagian resiko, bukan berarti bahwa skema bagihasil tersebut tidak layak digunakan oleh

pemilik dana. Disamping resiko tersebut skema bagi hasil juga memberikan hasil yang lebih

baik pada saat kondisi usaha bagus, atau pada entrepreuner yang memiliki kinerja bagus.

Dengan demikian pemilik dana akan memperoleh tingkat hasil yang lebih tinggi. Hal

tersebutlah yang memotivasi pemilik dana untuk menggunakan skema bagi hasil. (Tarsidin

2010)

Besarnya pembiayaan yang dapat disalurkan bank syariah akan ditentukan oleh

besarnya biaya bagi hasil yang harus ditanggung oleh enterpreneur. Dengan demikian

optimalisasi skema bagi hasil yang digunakan bank syariah sangat penting bagi semakin

besarnya volume pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah

Menurut Antonio (2011) perhitungan bagi hasil pada bank syariah berpengaruh oleh

beberapa faktor yaitu :

1) Faktor langsung meliputi :

a. Investment rate merupakan pesentase aktual dana yag diinvestasikan dari total dana.

Jika bank menentukan investment sebesar 80% hal ini berarti 20% total dana

dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai

sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan

menggunakan salah satu metode, yaitu salah satu metode minimum bulanan dan rata-

rata total saldo harian.

c. Nisbah (profit sharing rasio) salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus

ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian, nisbah antara satu bank dan lainnya

berbeda

Page 6: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

2) Faktor tidak Langsung meliputi :

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

b. Kebijakan akunting

Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan islam dapat dilakukan dalam 4 akad

utama yaitu musyarakah, mudharabah, muzaraah dan musaqah (Antonio, 2011). Namun yang

banyak dipakai dalam perbankan adalah musyarakah dan mudharabah.

Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank

syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah

pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan

aspek-aspek berikut ini : data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang dijalankan atau

tingkat return aktual bisnis, tingkat return yang diharapkan, nisbah pembiayaan, distribusi

pembagian hasil. (Muhammad, 2005)

Penentuan besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak

berkontrak, tetapi dalam prakteknya di perbankan modern, tawar menawar nisbah antara

pemilik modal dengan bank syariah hanya terjadi bagi deposan/ investor dengan jumlah

besar, karena memiliki daya tawar yang relatif tinggi. Kondisi seperti ini seperti special

nisbah, sehingga untuk nasabah deposan kecil tawar menawar tidak terjadi. Bank syariah

akan mencantumkan nisbah yang ditawarkan, deposan boleh setuju atau tidak. Bila setuju

maka akan melanjutkan menabung, sebaliknya bila tidak setuju boleh mencari bank syariah

lainnya

Menurut Muhammad (2005), prinsip utama yang harus dikembangkan oleh bank

syariah dalam kaitanya dengan manajemen dana adalah bahwa bank syariah harus mampu

memberikan hasil kepada penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku

bunga yang berlaku di bank konvensional dan mampu menarik bavgi hasil dari debitur lebih

rendah dari pada bunga yang diberlakukan di bank konvensional.

Page 7: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

MUDHARABAH

Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau berjalan yaitu proses

seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis mudharabah

adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lain lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam

kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau

kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

(Antonio, 2001). Dalam pelaksanaannya pemilik modal tidak turut ikut campur dalam

pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan. (Veithzal & Andria

2008)

Menurut penelitian dwi agung (2011) analisis prinsip bagi hasil dan profit sharingnya

pada produk almudharabahini sangat menguntungkan dan tidak membebankan kepada

pihakpeminjam dana, karena al-mudharabah pada hakekatnya akad kerja sama antara

duapihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain

menjadipengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam

kontrak.Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibatdari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si

pengelolalah yang bertanggung jawab. Jika prinsip al-mudharabah ini benar-benar dijalankan

oleh perbankan syariah dan diperuntukkan bagi masyarakat miskin atau pelaku usaha kecil

yang ingin mengembangkan usahanya, maka masyarakat atau pelaku usaha kecil akan merasa

terbantu dalam pembiayaan dan permodalan.

Skema pembiayaan mudharabah

Page 8: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu tonggak ekonomi syariah yang

mewakili prinsip islam untuk mewujudkan keadilan masyarakat melalui sistem bagi hasil.

Landasan hukum dari Al mudharabah ini lebih mencerminkan agar setiap manusia dianjurkan

untuk melaakukan usaha, seperti dalam Al-Quran :

........dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.... (Q.S

Almuzzamil : 20)

Dalam hadist Rasulullah :

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan

dana ke mitra usahanya secara mdharabah ia menyaratkan agar dananya tidak dibawa

mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, membeli ternak. Jika menyalahi

tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atau dana tesebut. Disampaikan syarat-

syarat tersebut kepada Rasuloullah dan Rasullulah pun membolehkannya. (H.R Thabrani)

Ada 2 jenis mudharabah, pertama mudharabah muthlaqah merupakan mudharabah yang

sifatnya mutlak dimana shahibul maal tidak menetapkan retriksi atau syarat-syarat tertentu

kepada mudharib. Kedua, mudharab muqayyadah, yaitu pemilik dana membatasi/ memberi

syarat kepada muudharib dalam pengelolan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan

mudharabah bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja (Karim, 2005)

Pada sisi pembiayaan, almudharabah umumnya diterapkan untuk pembiayaan (1)

pembiayaan modal kerja (2) investasi khusus, yang disebut juga dengan mudharabah

muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-

syarat yang telah diterapkan oleh bank sebagai penyandang dana. (Antonio, 2001)

Kemungkinan resiko dalam al mudharabah antara lain : (1) penyalahgunaan dana yang

diperoleh nasabah untuk ke[erluan/tujuan lain yang menyimpang dari kesepekatan semula (2)

nasabah melakukan kesalahan yang disengaja (3) nasabah tidk jujur menyampaikan

perkembangan bisnis. Adapun keuntungan pembiayaan almudharabah antara lain : (1) bank

akan memperoleh peningkatan bagian hasil tatkala keuntungan usaha nasabah meningkat (2)

pengembalian pokok pinjaman diselaraskan dengan cash flow usaha nasabah sehingga tidak

menggangu bisnis usaha (3) bank lebih selektif dan hati-hati dalam mencari jenis usaha dan

nasabah yang benar-benar halal,aman, menguntungkan, karena hasil keuntungan itulah yang

akan dibagikan. (4) prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga yang diterapkan

dalam bank konvensional, dimana bank akan menagih nasabah untuk suatu jumlah bunga

Page 9: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun nasabah menderita rugi

akibat terjadi krisis ekonomi. (Veithzal & Arviyan, 2010)

Menurut Veithzal & Andria (2008), mudharabah harus memenuhi rukun-rukun yang

sesuai dengan syariat islam. Adapun rukun (unsur) mudharabah adalah (a) Ijab dan Qobul (b)

Adanya dua pihak (pihak penyedia dan pengusaha) (c) Adanya modal. Modal diisyaratkan

harus jelas dan jumlahnya yang diketahui kedua belah pihak dan harus berupa uang, bukan

barang (d) Adanya usaha (a’mal) (e) Adanya keuntungan disesuaikan dengan nisbah.

MUSYARAKAH

Karakteristik dari transaksi ini dilandaskan karena adanya keinginan dari para pihak

(dua atau lebih) melakukan kerjasama untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing

pihak menyertakan dan menyetorkan modalnya dengan pembagian keuntungan di kemudian

hari sesuai kesepakatan. Kesertaan masing-masing pihak yang melakukan kerjasama dapat

berupa dana, keahlian, kepemilikian, peralatan, barang perdagangan, reputasi, kepercayaan,

serta barang yang dapat dinilai dengan uang. Bank syariah menyediakan fasilitas pembiayaan

dengan cara menyuntikkan dana modal berupa dana segar agar usaha nasabah dapat

berkembang ke arah yang lebih baik. (Veithzal & Arviyan, 2010)

Akad musyarakah merupakan akad kerjasama atau perkongsian gabungan modal dari

pemilik-pemilik modal atau pemegang-pemegang saham untuk membiayai suatu proyek

tertentu, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untukikut serta mewakilkan atau

menggugurkan haknya dalam management proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini

dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai

dengan kesepakatan bersama. Jika terjadi kerugian maka pertanggung jawaban kerugian

ditanggung oleh para pihak selaku pemilik modal sesuai dengan batas modal masing-masing.

Bagi bank Islam, musyarakah dapat digunakan untuk tujuan dagang murni yang lazim

bersifat jangka pendek, atau utnuk keikutsertaan dalam investasi proyek-proyek jangka

menengah hingga jangka panjang.

Landasan syariah dari al musyarakah adalah seperti tertera dalam Alquran dan hadis

yaitu :

Page 10: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta

kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari

orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang

lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.....

Menurut H.R Dawud No 2936 dalam kitab al-buyu, dan hakim yang artinya : “Dari Abu

Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku pihak

ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya.”

Ada dua jenis musyarakah yakni musyarakah pemilikan yaitu musyarakah yang tercipta

karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua

orang atau lebih, dan musyarakah akad adalah akad yang tercipta dengan cara kesepakatan

dimana dua orang atau lebih setuju bahwa setiap orang dari mereka memberikan modal

musyarakah. mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi

menjadi :

a. Syirkah Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak emmberikan suatu

porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian

yang dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka.

b. Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak

memberikan dana yang jumlahnya sama dan berpartisipasi dalam kerja, kerugian dan

keuntungan dibagi secara sama besar

c. Syirkah a’mal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi utnuk menerima pekrjaan

secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.

d. Syirkah wujuh adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise

baik dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan

mnejual barang tersebut secara tunai. Keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan

jaminan yang disediakan masing-masing

Dalam bidang perbankan penerapan musyarakah dapat berupa pembiayaan dalam

modal kerja dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi,

Page 11: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

industri, perdagangan dan jasa, juga dapat dilokasikan sebagai pembiayaan investasi

(pembiayaan proyek)

Dalam pelaksanaannya, musyarakah harus melaksanakan sesuai prinsipnya yaitu (1)

Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak bertentangan dengan

syariah, (2) Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana musyarakah dengan

ketentuan : (a) Dapat berupa uang tunai atau assets yang likuid (b) Dana yang terhimpun

bukan lagi milik perorangann, tetapi menjadi dana usaha. (Veithzal & Andria 2008)

Sedangkan menurut Veithzal & Arviyan (2010) hal-hal yang perlu diperhatikan pembiayaan

musyarakah, agar semua bertanggung jawab dengan keputusannya masing-masing antara

lain:

1. Semua modal disatukan sebagai modal usaha dan dikelola bersama. Setiap pemilik

modal mempunyai hak turut serta (sesuai dengan porsinya) dalam menetapkan kebijakan

usaha yang dijalankan oleh pengelola proyek

2. Adanya transparasi dan diketahui para pihak terhadap biaya yang timbul dalam

pelaksanaan proyek serta jangka waktu proyek

3. Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kemungkinan rugi dibagi sesuai

dengan porsi modal masing-masing

4. Setelah pekerjaan selesai modal dikembalikan pada masing-masing pihak berserta

sejumlah bagi hasil

5. Akad hendaknya dibuat selengkap mungkin, sehingga menghindarkan resiko yang tidak

diinginkan di kemudian hari.

Dari sisi pembiayaan secara al musyarakah ini, diperoleh beberapa manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Bank akan memperoleh keuntungan berupa peningkatan dalam jumlah tertentu saat

keuntungan usaha nasabah meningkat

2. Pengembalian pokok pinjaman disesuaikan dengan cashflow usaha nasabah, sehingga

tidak memberatkan nasabah

3. Bank lebih selektif dan hati-hati dalam mencari jenis usaha yang benar-benar halal,

aman, dan menguntungkan, karena hanya keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi

yang akan dibagikan

Page 12: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

4. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana

bank akan menagih penerima pembiayaan ntuk suatu jumlah bunga tetap berapa pun

keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun nasabah menderita rugi akibat

krisis moneter yang dijual kemampuan bank untuk menolaknya.

Menurut penelitian Neni (2013) dalam pembiayaan berdasarkan akad musyarakah,

bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama

menyediakan dana atau barang untuk membiayai kegiatan usaha tersebut. Nasabah bertindak

sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan

usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati. Pembagian hasil usaha dari

pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati. Nisbah bagi hasil yang

disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar

kesepakatan para pihak. Pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam bentuk

uang (harus jelas jumlahnya) atau barang serta bukan dalam bentung piutang atau tagihan.

KESIMPULAN

Praktek perbankan syariah telah dirindukan oleh berbagai kalangan masyarakat karena

perbankan syariah tidak mengenal konsep bunga tetapi menggunakan konsep nisbah atau

Page 13: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

bagi hasil. Salah satu upaya perbankan syariah dalam melayani kebutuhan masyarakat adalah

dengan memberikan pembiayaan. Pembiayaan yang sesuai dengan hakikat bank syariah yaitu

bagi hasil adalah mudharabah dan musyarakah. Penyaluran pembiayaan mudharabah

disalurkan ke segala sektor perekonomian yang dapat memberikan keuntungan dan melarang

penyaluran untuk usaha yang tidak halal. Pembiayaan mudharabah telah terbukti dapat

membantu masyarakat terutama usaha mikro dala meningkatkan usahanya sehingga secara

tidak langsung dapat meningkatakan pertumbuhan ekonomi.

Selain mudharabah, bank syariah juga menawarkan pembiyaan lain dengan sistem

kontrak kerjasama sehingga para pencari dana untuk sebuah proyek tidak susah lagi dalam

melanjutkan usahanya. Penghitungan kerugian dan keuntungan dalam akad musyarakah juga

menggunakan sistem bagi hasil. Investasi musyarakah oleh perbankan yang berkepanjangan

dalam sektor riil dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Makalah Manajemen Keuangan Perbankan

Agung, Dwi. 2011. Peranan Al-Mudharabah Sebagai Salah Satu Produk Perbankan Syariah

Dalamupaya Mengentaskan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan Vol 3.

Antonio, MS. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Peneribit Gema Insani Press.

Jakarta

Erni & Annisa, 2011. Pelaksanaan dan Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Al Mudharabah pada

Bank Syariah. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol 15

Fahmi, Rayantiar. 2013. Peran Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Pengembangan Sektor

Riil (Studi Kasus pada Bank Jatim Syariah Cabang Surabaya). Jurnal Ilmiah Fakultas

Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya

Karim, AA. 2007. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi III. Penerbit Grafindo

Persada. Jakarta

Muhammad. 2005. Manajemen Perbankan Syariah. Edisi Revisi. Penerbit UII Press.

Yogyakarta

Suryani, Neni. 2013. Penerapan Akad Musyarakah dalam Pembiayaan Pada bank

Muammalat cabang Pontianak. Skripsi Universitas Tanjung Pura.

Tarsidin. 2010. Bagi Hasil Konsep dan Analisis. Penerbit FE UI. Jakarta

Veitzhal & Andria. 2008. Islamic Financial Management. Penerbit Grafindo Persada. Jakarta

Veitzhal & Arviyan. 2010. Islamic Banking. Peneribit Bumi Aksara. Jakarta