makalah lkpp
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROBLEMATIKA KESENJANGAN PENDIDIKAN
AKIBAT
DAMPAK GLOBALISASI
RAHMAWATI INDAH LESTARI SANTOSO
06122502010
(REGULER PAGI)
DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. H. M. Djahir Basir, M.Pd.
Dr. H. Rusdy A. Siroj, M.Pd
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012 / 2013
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar
berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan
pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian
tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Pendidikan menjadi hal yang paling sering menjadi sorotan, karena lewat
pendidikanlah sesuatu perubahan dimulai. Penciptaan generasi muda yang memiliki
kemampuan ilmu pengetahuan yang dengan ilmu pengetahuan itu dapat melakukan
pembangunan di segala bidang merupakan alasan umum mengapa pendidikan
menjadi begitu penting. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai
dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi
dunia pendidikan dikarenakan pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tidak
terlepas dari pengaruh globalisasi.
Seorang pemerhati pendidikan Prof. Eko Budihardjo, ironi yang justru terjadi
dengan pendidikan di negara yang begitu luas ini adalah pendidikan yang tidak
meluas merata ke seluruh penjuru nusantara. Di era pembangunan yang sedang
gencar-gencarnya ini, kesenjangan masih dirasakan oleh wilayah-wilayah Indonesia
yang berada jauh dari jangkauan pemerintah pusat. Bukan hanya antar daerah, tetapi
antar kota pun terdapat kesenjangan pendidikan yang sebenarnya juga terlihat
timpang, (dalam www.mediaindonesia.com)
B RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengaruh globalisasi dalam dunia pendidikan di Indonesia?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesenjangan pendidikan di
Indonesia?
3. Bagaimana solusi untuk kesenjangan dalam dunia pendidikan?
2
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Globalisasi Dalam Dunia Pendidikan
Arus globalisasi yang sudah terjadi sejak abad ke 20, memaksa setiap negara
khususnya Indonesia untuk menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap
berbagai aspek kehidupan bangsa. Menurut Princenton N. Lyman, Globalisasi adalah
pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara
negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan. Berdasarkan
sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elekrronik dan disintegrasi
negara-negara komunis. Kata “globalisasi” dari kata global yang berarti universal
atau ruang lingkupnya mendunia. Globalisasi pada dasarnya merupakan proses yang
ditimbulkan dari suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas
kebangsaan dan kenegaraan. (Anggaradian,2011)
Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tentunya sangat berdampak bagi keberadaan aspek
kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, baik itu berupa dampak positif atau
negatif yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya, kepribadian serta
kualitas pendidikan.
Banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai
melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada
sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya
bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib
sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan taman kanak-
kanak hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program
kelas internasional (Hanakristina,2010).
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan
tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan
diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan
akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara
ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan
yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri (Hanakristina,2010).
3
Pendidikan model ini juga membuat siswa memperoleh keterampilan teknis
yang komplit dan detil, mulai dari bahasa asing, computer, internet sampai tata
pergaulan dengan orang asing dan lain-lain. sisi positif lain dari liberalisasi
pendidikan yaitu adanya kompetisi. Sekolah-sekolah saling berkompetisi
meningkatkan kualitas pendidikannya untuk mencari peserta didik.
Selain itu peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak
masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk
dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan
biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi
pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dalam UUD 1945 jelas disebutkan
bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Karena itu, mutu
pendidikan harusnya bukan untuk sekelompok orang, tetapi untuk
semua anak bangsa.
B. Kesenjangan Pendidikan
Perkembangan pendidikan di Indonesia memang masih pada level stagnan atau
jalan ditempat. Sistem pendidikan yang selalu berubah-rubah, kurikulum yang selalu
berubah, dan kebijakan-kebijakan yang membingungkan membuat status pendidikan
Indonesia belum juga meningkat (Nur Rois, 2012)
Pemerintah memang tak henti-hentinya memberikan kebijakan demi kemajuan
pendidikan, namun kebijakan demi kebijakan seakan hanya menjadi oase di tengah
padang pasir yang kesejukannya hanya sesaat saja. Dalam praktiknya, pendidikan
tetap menjadi masalah yang krusial bagi bangsa ini.
Hingga saat ini memang belum terjadi pemerataan pendidikan, baik dari segi
tenaga pengajar, fasilitas sarana prasarana, sampai siswa-siwanya yag kelak menjadi
generasi penerus bangsa. Sekolah yang kualitasnya bagus karena memiliki pengajar
yang kompeten, fasilitas lengkap, dan siswa-siswanya cerdas akan semakin bagus.
Sedangkan sekolah yang kualitasnya sedang justru sebaliknya. Sekolah yang
kualitasnya sedang atau kurang bagus akan menjadi bertambah buruk. Sudah tenaga
4
pengajarnya kurang kompeten, fasilitasnya kurang, siswa-siswanya juga kurang
secara akademis menurut Prof. Eko Budihardjo (dalam www.mediaindonesia.com).
Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas bertaraf Internasional
diperlukan dana kurang lebih dari puluhan juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat
dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin
maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam
dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam
jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah –
sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah
bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Maka,
ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial.
Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial
dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak
diredam (Hanakristina,2010).
Bukan hanya kualitas pendidikan, fasilitas dan kemampuan siswa secara
akademis yang menjadi ketimpangan kesenjangan pendidikan, tetapi juga secara
psikologis yaitu perkembangan siswa. Anak-anak dapat berkembang lebih baik bila
ada interaksi dengan siswa dan guru yang berbeda-beda. Manfaatnya, siswa-siswa
pintar bisa berbagi, sedangkan siswa yang kurang pandai bisa belajar untuk
meningkatkan diri. Bila anak-anak sudah dikotak-kotakkan berdasarkan kecerdasan
atau taraf ekonomi melalui sistem pendidikan, generasi muda Indonesia akan
menganggap bahwa ketidakadilan merupakan hal biasa. Kebijakan pemerintahlah
yang seHarusnya meminimalisir jumlah anak-anak bangsa yang tertinggal.
Selain itu, juga akan mempengaruhi budaya bangsa. Misalnya, untuk sekolah
yang bertaraf internasional, mata ajar wajib bukan hanya pelajaran bahasa Indonesia,
tetapi juga bahasa-bahasa asing lainnya. Serta untuk bahasa pengantar dalam
pembelajaran tidak sepenuhnya lagi menggunakan Bahasa Indonesia dikarenakan
guru-gurunya pun dikonsepkan untuk bisa fasih dalam bahasa asing lainnya terutama
bahasa inggris. Selain bahasa pengantar dalam pembelajaran, bahasa Indonesia
ataupun bahasa daerah bukan lagi menjadi bahasa pergaulan siswa untuk siswa-siswa
yang bersekolah di sekolah yang bertaraf internasional.
5
Padahal masih banyak guru-guru di daerah atau guru-guru di perkotaan yang
belum mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih dalam mengajar.
Dikarenakan sebagian dari guru kita di tanah air ini masih menggunakan bahasa
daerahnya dalam mengajar meski tinggal dan hidup di lingkungan yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Begitupun juga dengan
siswa-siswanya. Sehingga diharapkan walaupun kita bisa bahasa asing, kita tidak
melupakan bahasa ibu.
Sehingga, dapat dikatakan banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia
2. Infrastruktur
3. Proses pembelajaran yang konvensional
4. Lemahnya sistem pendidikan nasional
C. Solusi Menghadapi Kesenjangan Dunia Pendidikan
Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat, dapat bergerak cepat
menemukan dan memperbaiki celah – celah yang dapat menyulut kesenjangan dalam
dunia pendidikan. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia
semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan tanpa
kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang
menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut
baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah
pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional. Untuk dapat mewujudkan
hal tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama dalam bidang
birokrasi.
Ide Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh. Nuh yang mengingatkan,
bahwa dalam dunia pendidikan tak boleh ada sikap diskriminatif yang disebabkan
adanya perbedaan kaya dengan miskin akibat faktor wilayah kota dan desa sehingga
seseorang kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan. Perlu diimplentasikan dan
dilaksanakan dengan segera, agar hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan yang layak dapat segera terwujud, dan dapat mendorong lembaga
6
pendidikan untuk mempertimbangkan kurikulum maupun metodologi yang tidak
banyak mengeluarkan biaya (di dalam Hanakristina,2010).
Selain itu membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja
menyentuh kemampuan dan kreativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah.
Kriteria yang mempersyaratkan kemampuan menampung siswa tidak mampu
sekaligus kemampuan untuk mensejahterakan guru. Sekolah tidak lagi diukur dari
kemampuannya mencetak siswa yang pintar melainkan bagaimana mengajarkan
siswa untuk saling bertanggung jawab dan mempunyai solidaritas tinggi. Standar
internasional tentang kemampuan intelektual tidak akan bisa diraih dengan kondisi
struktural yang masih mengalami persoalan ketimpangan dan kesenjangan sosial.
Selain dari pada itu ada beberapa solusi yang daapat dilaksanakan, yaitu :
Meningkatkan mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa Inggris
dan Bahasa Asing lainnya
Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Peningkatan Mutu Manajemen sekolah dan Manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan mutu sarana dan prasarana
Penanaman nilai-nilai keteladanan
Pengembangan budaya baca dan pembinaa perpustakaan
Penelitian dan pengembangan pendidikan
7
KESIMPULAN
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang didalamnya terdapat
proses yang mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan,
yang berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya, dan kepribadian yang dapat
berdampak positif dan negatif. Berdampak positif jika membuat perubahan yang
membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju, dan berdampak negatif jika
menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri.
Globalisasi pendidikan di Indonesia ditandai dengan ambivalensi yang apabila
kita mengikuti arus globalisasi tersebut dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia setingkat dengan kualitas pendidikan Internasional, tetapi pada
kenyataannya Indonesia belum siap untuk mengikuti arus tersebut sehingga kualitas
pendidikan di Indonesia masih tertinggal, sehingga terjadinya tidak pemerataan yang
mengakibatkan kesenjangan pendidikan.
Untuk menghadapi pengaruh kuat globalisasi diperlukan kerja sama yang padu
antar semua komponen pendidikan seperti pendidik, peserta didik, keluarga, dan
lingkungan. Selain itu pemerintah juga berperan sebagai penjamin penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas dan merata di Indonesia seharusnya memberikan
pendidikan yang murah. Sehingga tidak ada alasan lagi anak tidak dapt sekolah
karena alasan biaya mahal.
Terlepas dari semua keuntungan yang didapat melalui era globalisasi ini.
Pemerintah selayaknya tetap waspada serta memberikan perhatian khusus terhadap
dunia pendidikan agar komersialisasi dalam dunia pendidikan tidak marak terjadi,
selain itu penerapan UU serta hukum yang jelas akan sangat membantu dalam
mencipatakan sistem pendidikan yang lebih baik dan sesuai dengan norma serta
nilai-nilai luhur bangsa, sehingga dengan adanya globalisasi dampak baik dalam
sistem pendidikan Indonesia dapat dioptimalkan demi kemajuan bangsa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Fikri. 2012. Globalisasi Pendidikan. [Online]. http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/08/globalisasi-pendidikan-371426.html diakses tanggal 2 Desember 2012
Dian, Anggara. 2011. Makalah Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan. [Online]. http://anggaradian.wordpress.com/2011/12/30/pengaruh-globalisasi-
terhadap-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 2 Desember 2012
Kristina, Hana. 2010. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pendidikan. [Online]. http://hanakristina.wordpress.com/2010/03/29/dampak-globalisasi-dalam-dunia-pendidikan/ diakses tanggal 2 Desember 2012
Prasetyo, Eko. 2005. Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta : Resist Book.
Rois, Nur. 2012. Kesenjangan Sosial Di Dunia Pendidikan. [Online]. http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/11/kesenjangan-sosial-di-dunia-
pendidikan/ diakses tanggal 6 Desember 2012
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/04/239032/293/14/Kesenjangan- Pendidikan-Masalah-Serius-di-Indonesia diakses tanggal 6 Desember 2012.
9