makalah lansia_hiperttensi 2

Upload: puri-kresnawati

Post on 07-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lansia hipertensi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan suatu bangsa dapat dilihat dari adanya peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH). Peningkatan UHH dapat meningkatkan pula jumlah angka kesakitan karena penyakit degenerative. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 200-2005 UHH ada pada usia 66,4 tahun dengan persentase lansia tahun 2000 adalah 7,74%. Peningkatan akan terjadi pada tahun 2045-2050 diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tejadi peningkatan UHH di Indonesia. Pada tahun 2010 UHH menjadi 69,43 tahun dengan persentasi populasi lansia 7,56%. Tahun 2011 menjadi 69,65 tahun dengan persentase populasi lansia 7,58%. Peningkatan jumlah lansia di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa factor seperti adanya perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat yang terus meningkat. Jumlah lansia berdasarkan tipe daerah, lebih banyak tinggal di pedesaan daripada di perkotaan. Berdasarkan sebaran penduduk menurut provinsi, persentase lansia di atas 10% dan merupakan angka tertinggi berada pada provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), dan Jawa Tengah (10,34%).Semakin bertambahnya umur, fungsi fisiologis pada lansia mengalami penurunan akibat proses degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Penyakit degenerative yang muncul pada lansia diantaranya adalah hipertensi, stroke, diabetes mellitus, dan radang sendi atau rematik.Berdasarkan data WHO dalam Non-Communicable Dissease Country Profiles (2011), prevalensi hipertensi di dunia mencapai 40% pada usia lebih dari 25 tahun. Wilayah Asia diperkirakan terdapat 30% penderita hipertensi. Berdasarkan data WHO, Indonesia adalah negara dengan penderita hipertensi yang besar dibandingkan dengan Bangladesh,Korea, Nepal, dan Thailand. Prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah di Indonesia pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun 2007 (dari 31,7% menjadi 25,8%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat dari kuesioner adalah 9,4% yang terdiagnosis tenaga kesehatan, yang didiagnosi tenaga kesehatan atau yang sedang minum obat sebesar 9,5%, dan yang minum obat sendiri tanpa diagnosis tenaga kesehatan adalah 0,1%. Pada tahun 2015 menurut WHO kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa. Jumlah tersebut akan meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang menyebabkan jumlah kematian terbanyak di Indonesia yaitu, menempati urutan ke-5 di Rumah Sakit Indonesia. 1.2 Tujuan 1.2.1 Mengetahui definisi penyakit hipertensi

1.2.2 Mengetahui prevalensi penyakit hipertensi pada lansia

1.2.3 Mengetahui etiologi penyakit hipertensi lansia

1.2.4 Mengetahui patofisiologi pada lansia

1.2.5 Mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada lansia1.2.6 Mengerahui Faktor Resiko Hipertensi1.2.7 Mengetahui cara mendiagnosis hipertensi pada lansia

1.2.8 Mengetahui terapy hipertensi pada lansia

1.2.9 Mengetahui aspek kesmas penyakit hipertensi

1.2.10 Mengetahui hasil penelitian melalui telaah jurnal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensia dalah salah satu jenis penyakit pembuluh darah paling terbesar di dunia saat ini, dan usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi karena banyaknya penderita penyakit ini ditemui pada usia senja.Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat /tenang.

Klasisifikasi Hipertensi Menurut JNC II, 2003

Klasifikasi Tekanan DarahTekanan Darah Sistol (mmHg)Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal< 120< 80

Prehipertensi120-13980-89

Hipertensi Stage 1140 15990 99

Hipertensi Stage 2160 atau > 160100 atau > 100

Sumber : JNC (Joint National Committee on The Prevention, Evaluation, and Tretment of High Blood Pressure)Isolated Systolic Hypertension (ISH) termasuk salah satu dari tipe sub hipertensi. Hipertensi sistolik terisolasi (ISH) adalah seseorang yang memiliki tekanan darah sistolik (140 mmHg digabung dengan darah diastolik (90 mmHg. Kasus ISH ini lebih banyak terjadi pada lansia karena disebabkan oleh berkurangnya elastisitas arteri dari athersklorosis. Pengontrolan ISH dapat menurunkan kejadian stroke dan gagal jantung. (Lewis et al, 2007)2.2 Prevalensi Hipertensi

Data dari AHA (American Heart Association) penduduk Amerika berusia diatas 20 tahun yang menderita hipertensi adalah 74,5 juta jiwa, dan 90-95% tidak diketahui penyebabnya. Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun ke atas pada tahun 2007 di Indonesia sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Prevalensi hipertensi mengalami menurunan pada tahun 2013 menjadi 25,8%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,9%) dan terendah Papua (16,8%). Hasil Riskesdas tahun 2013 mengenai prevalensi hipertensi di Indonesia adalah :NoProvinsiJumlah Penduduk% HipertensiAbsolut Hipertensi (jiwa)

1.Bangka Belitung1.380.76230,9426.655

2.Kalimantan Selatan3.913.90830,81.205.483

3.Kalimantan Timur4.115.74129,61.218.259

4.Jawa Barat46.300.54329,413.612.359

5.Gorontalo1.134.49829,433.542

6.Papua3.486.43216,8585.720

7.Bali 4.225.38419,9840.851

8.DKI Jakarta10.135.03020,02.027.006

9.Papua Barat877.43720,5179.874

10.Riau6.358.63620,91.328.954

Sumber : Riskesdas tahun 2013. Berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, Pusdatin.2.3 Etiologi Penyakit HipertensiHipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Dosch, 2001 dalam DEPKES, 2006). Klasifikasi Etiologi HipertensiKlasifikasi EtiologiPenyebab

Hipertensi esensial (primer)Tidak diketahui, tetapi mungkin multifaktor yang meliputi :

Kerentanan genetik

Aktivitas berlebihan sistem saraf simpatik

Membran transport Na/K yang abnormal

Penggunaan garam yang berlebihan

Sistem renin-angiotensin aldosteron yang abnormal

Hipertensi sekunderPenyakit ginjal

Gagal ginjal kronis, Stenosis arteri renalis

Glomerulonefritis akut

Penyebab endokrin

Tumor adrenal (korteks atau medula)

Sindroma Cushing

Koarkasio aorta

Obat-obatan, misalnya kortikosteroid steroid dan pil kontrasepsi

2.4 Patofisiologi HipertensiMeningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi melalui beberapa cara, yaitu :

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Hal ini yang biasa terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosclerosis.

2. Tekanan darah juga dapat meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf dan hormone di dalam darah. Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian diubah menjadi angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana hormone aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi.

2.5 Tanda dan Gejala Hipertensi pada LansiaGejala hipertensi biasanya dimulai dari tanpa adanya keluhan atau gejala sama sekali yang dirasakan oleh pasien maupun yang tampak oleh orang lain (dokter) sampai dengan adanya gejala yang berat. Contohnya adalah tekanan darah yang sangat tinggi (ekstremnya, tekanan darah dapat mencapai 240/130 mmHg tetapi tanpa ada keluhan). Sebaliknya ada individu yang tekanan darah sistoliknya baru mencapai 140 mmHg atau diastoliknya mencapai 90 mmHg seudah merasakan keluhan seperti pusing/berputar/melayang dan lainnya yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.Secara umum gejala yang dapat timbul dari hipertensi yaitu :

a. Mulai dari tidak ada gejala sampai muncul gejala ringan seperti pusing, melayang, berputar, vertigo, berdenyut/seperti ditusuk-tusuk/rasa sakit yang hebat pada sebagian kepala ataupun seluruh kepala

b. Mual sampai muntah

c. Pelupa

d. Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan sampai buta

e. Kaki bengkak

f. Mimisan

g. Terjadi komplikasi berat seperti sesak nafas hebat (akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (stroke).

2.6 Komplikasi HipertensiHipertensi adalah penyebab utama terjadinyapenyakit kardiovaskuler. Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak terkendali adalah :1. Penyakit Jantung: Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung.

Penyakit Jantung Koroner disebabkan karena timbul plak pada pembuluh darah koroner (atherosklerosis). Bila terjadi gangguan pada plak (pecah), maka dapat terjadi sumbatan pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan serangan jantung dan kematian mendadak. Penderita penyakit jantung koroner biasanya mengeluhkan nyeri dada seperti tertimpa benda berat pada bagian tengah dada dan dapat menjalar ke lengan kiri. Gagal Jantung terjadi karena otot jantung mengalami beban yang berat sehingga otot jantung menjadi hipertrofi, yang dikenal sebagai Penyakit Jantung Hipertensi. Bila proses terus berlanjut dan otot jantung sudah kelelahan, terjadilah gagal jantung.

2. StrokeHipertensi dapat menyebabkan atherosklerosis pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak bila tekanan darah naik secara tiba-tiba. Bila pembuluh darah otak tersumbat terjadi stroke iskemik. Sedangkan bila pembuluh darah otak pecah, terjadi stroke perdarahan. Gejala stroke bervariasi mulai dari berbicara pelo secara tiba-tiba, kelumpuhan satu sisi tubuh mendadak, bahkan kematian. Penderita stroke pada umumnya membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan fungsi otot yang lumpuh, sebagian lagi kelumpuhan otot bersifat permanen.

3. Gagal ginjal kronikTekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan tanpa disertai keluhan. Bila sudah sampai ke tahap akhir penyakit, barulah keluhan muncul. Setelah keluhan muncul, maka fungsi ginjal yang rusak sudah tidak dapat kembali ke normal. Orang yang mengalami gagal ginjal membutuhkan cuci darah (hemodialisis) secara teratur 2-3 kali seminggu atau transplantasi ginjal yang memerlukan biaya yang sangat besar.

4. Kebutaan karena retinopati hipertensiHipertensi pun dapat menyebabkan kebutaan. Pembuluh darah pada retina terganggu dan pada akhirnya menyebabkan kebutaan.

5. Penyakit Arteri PeriferHipertensi juga dapat menyebabkan gangguan pada arteri besar di ekstremitas tubuh, yang biasanya terjadi pada tungkai. Proses yang mendasarinya sama dengan yang terjadi pada penyakit jantung koroner. Keluhan yang terjadi adalah nyeri tungkai bila beraktivitas.2.7 Faktor Resiko HipertensiFaktor resiko hipertensi terbagi atas dua yaitu resiko yang dapat diubah atau dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikendalikan. Faktor resiko tersebut dijelaskan sebagai berikut :a. UsiaTingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku. Dengan bertambahnya usia, prevelensi hipertensi semakin tinggi. Di kalangan usia lanjut usia prevalensinya sekitar 50% dengan kematian sekitar 50% di atas usia 65 tahun.

Level hipertensi berubah berdasarkan umur. Tekanan darah sesuai dengan kelompok umur dapat dilihat pada tabel ini.

Hipertensi berdasarkan perbedaan kelompok umurKelompok UmurNormalHipertensi

Bayi80/4090/60

Anak-anak (7-11 tahun)100/60120/80

Remaja (12-17 tahun)115/70130/80

Dewasa

20 45 tahun120-125/75-80135/90

45 65 tahun135-140/85140/90 160/95

>65 tahun150/85160/90

Sumber : Bullock (1996)

b. Jenis kelamin

Berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2013, prevalensi terjadinya hipertensi terbanyak terjadi pada wanita. Faktor hormonal yang terjadi pada wanita adalah estrogen yang menjadi system imun pada wanita usia premenopause. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh adanya hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoproteint (HDL). Diketahui bahwa kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya atherosclerosis. Ketika memasuki masa premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh pembuluh darah dari kerusakan. Seiring dengan pertambahan usia, hormone estrogen berubah kualitasnya secara alami. Proses ini akan terus berlanjut sehingga kadar HDL menurun kemungkinan terjadi atherosclerosis semakin besar. Hal ini terjadi pada wanita 45 tahun ke atas.

c. Rasa atau suku bangsa

Banya penelitian menunjukan bahwa tekanan darah berbeda pada tiap-tiap rasa tau suku bangsa. Kaum negro di Amerika Serikat mempunyai prevelensi hipertensi 2 kali lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi ini 3 kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam.

d. PendidikanPendidikan yang rendah diketahui sebagai penyebab lebih besar terhadap kejadian hipertensi jika dibandingkan dengan faktor resiko lainnya. Rendahnya pendidikan menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor penyebab hipertensi.

e. Pekerjaan

Pekerjaan berkaitan dengan pendapatan yang juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi. Pendapatan yang rendah memicu terjadinya hipertensi pada masyarakat umumnya. Pendapatan yang rendah diketahui menjadi penyebab yang lebih besar terhadap kejadian hipertensi jika dibandingkan dengan faktor resiko lain.

f. Status Perkawinan

Status perkawinan memiliki hubungan secara tidak langsung dengan status kesehatan termasuk hipertensi melalui faktor resiko perilaku (pola hidup) maupun stress dan berhubungan secara langsung dengan system kardiovaskuler, endokrin, kekebalan tubuh, saraf sensorik, dan mekanisme fisiologik lainnya.

Masyarakat dengan angka perceraian yang tinggi menunjukan tingkat tekanan darah yang lebih tinggi. Penelitian lain menyebutkan bahwa peluang terjadinya hipertensi pada responden yang tidak kawin 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang kawin.g. Riwayat hipertensi pada keluarga

Genetik memegang peranan penting pada terjadinya hipertensi. Jika kedua orang tua menderita hipertensi essensial, peluang anaknya menderita hipertensi adalah satu banding dua. Jika salah satu dari orang tua (ayah saja atau ibu saja) yang menderita hipertensi, peluang anaknya menderita hipertensi adalah satu banding tiga. Sementara itu, jika kedua orang tua tidak menderita hipertensi, peluang anaknya menerita hipertensi adalah 1 banding 20.

h. Konsumsi garam Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meingkatkan volume dan tekanan darah. Kelompok masyarakat yang mengkonsumsi 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah. Sedangkan pada masyarakat yang asupan garamnya sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-ratanya lebih tinggi (Depkes, 2006). Konsumsi garam yang dianjurkan tidak boleh lebih dari 6 gram/hari.Konsumsi natrium berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk mengembalikan konsentrasi menjadi normal, cairan intraseluler ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Volume darah akan menjadi ikut meningkat sehingga meningkatkan juga kerja jantung yang berakibat pada meningkatknya tekanan darah.

Natrium terdapat pada beberapa bahan makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari seperti karbohidrat, sumber lauk hewani (daging kornet, daging bebek, ikan tongkol, ikan sarden, ikan asin, keju, sosis, telur bebek, telur ayam, dan udang), susu (susu penuh bubuk, susu skim bubuk, susu kental manis), dan makanan lain (kecap, margarine, bumbu penyedap).i. Konsumsi lemak

Kadar lemak tinggi pada makanan sehari-hari akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Total konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% dari total kalori. Konsumsi kalori dalam bentuk karbohidrat dan lemak akan meningkatkan aktifitas system saraf simpatik yang akhirnya akan menyebabkan hipertensi.j. Kebiasaan merokok

Zat kimia beracun pada rokok seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses atherosclerosis dan tekanan darah tinggi.

Pada perokok berat, tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulant terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epinepri (adrenalin). Lepasnya adrenaline merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak sehingga kadar gula darah akan meningkat dan tekanan darah juga meningkat, selain itu pernapasan dan detak jantung juga meningkat.

Merokok juga menyebabkan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke jantung meningkat. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.

k. Konsumsi kopi

Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena adanya kandungan kafein didalamnya. Kafein dapat menyebabkan vasokonstriksi sehingga dapat mempengaruhi efek peningkatan tekanan darah. Orang yang biasa minum kopi dengan dosis kecil mempunyai kemampuan adaptasi yang rendah terhadap efek kafein yang terkadung di kopi. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di USA yang telah dilakukan oleh Cuno Uiterwaal pada tahun 2007 menunjukan bahwa subjek yang tidak terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Pria mengkonsumsi kopi >6 cangkir per hari justru memiliki tekanan darah lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari.l. Konsumsi alcohol

Penelitian hubungan antara kebiasaan minum muniman beralkohol pertama kali dipublikasikan oleh Lian pada tahun 1915. Studi cross sectional, prospektif dan studi intervensi telah melaporkan adanya peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolic seiring peningkatan konsumsi minuman beralkohol. Studi di Amerika Serikat menyatakan bahwa orang yang muinum alcohol 3 atau lebih minuman per hari memiliki tekanan sistolik 3-4 mmHg lebih tinggi dari yang bukan peminum alcohol dan tekanan diastolic 1-2 mmHg lebih tinggi. Sedangkan orang yang minum 5 atau lebih minuman per hari tekanan sistoliknya 5-6 mmHg lebih tinggi dari yang bukan peminum dan tekanan diastolic 2-4 mmHg lebih tinngi.m. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik berhubungan dengan terjadinya penyakit hipertensi. Bagi penderita hipertensi ringan, dengan melakukan olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal tersebut terjadi karena aktifitas fisik dapat mengurangi lemak tubuh yang akan berpengaruh pada tekanan darah seseorang. Seseorang dengan hipertensi seharusnya dimulai dengan latihan yang ringan dan berangsur-angsur ke latihan yang berat seperti berjalan cepat, lari, bersepeda selama 30-45 menit sehari dan dilakukan selama tiga sampai empat kali seminggu. Lansia dengan hipertensi direkomendasikan untuk melakukan aktifitas fisik secara teratur tiga sampai lima kali seminggu seperti berjalan cepat 30-45 menit. Bila aktifitas ini dilakukan secara rutin dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi lebih kurang 4 sampai 9 mmHg.Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan bagi keluarga dalam merawat penderita hipertensi di rumah. Keluarga perlu mengingatkan lansia untuk selalu berolahraga atau lebih baik jika ditemani untuk melakukan olahraga ringan secara teratur.n. Indeks masa tubuhIMT berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolok. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan status gizi lebih memiliki penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normal. Lemak tubuh dibagian central merupakan faktor yang penting dalam menentukan peningkatan darah daripada lemak tubuh di bagian perifer, baik itu pria ataupun wanita.Resiko relatif untuk menderita hipertensi adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai berat badan normal. Sedangkan pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).o. Pil KBPada wanita adanya estrogen dalam tubuh dapat mencegah kekentalan darah serta menjaga dinding pembuluh darah agar tetap baik. Apabila ada ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh.Pil KB merpakan faktor risiko terjadinya hipertensi, hal tersebut berkaitan dengan lamanya pemakaian pil KB. Semakin lama pemakaian pil KB semakin besar risiko terjadinya hipertensi. Risiko tersebut akan meninggi 5 kali dibandingkan pemakaian selama 1 tahun. Kebanyakan alat kontrasepsi mengandung kombinasi estrogen dan progesteron dalam proporsi yang bervariasi dan mungkin dapat bertentangan dengan sistem renin-angiotensin, yang menjaga keseimbangan regulasi cairan tubuh. Hal ini menyebabkan sedikit kenaikan pada tekanan darah sampai menghambat garam dan air. Beberapa wanita sensitive terhadap pil KB dan menimbulkan hipertensi. Kontrasepsi oral ini diduga menyebabkan hipertensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penyebab hipertensi.p. StressPada keadaan hipertensi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang sangat tinggi. Salah satu penyebabnya adalah stress emosional. Jika seseorang mengalami gangguan emosional, denyut jantung meningkat sebagai usaha untuk memompa lebih banyak darah ke dalam tubuh. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatik, yang dapat meningkat tekanan darah secara intermiten. Jika stress terjadi secara terus menerus maka akan berdampak pada tekanan darah yang tinggi. Stress merangsang kelenjar anak ginjal untuk melepas hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Stress juga merangsang otak untuk melepaskan sejumlah besar hormon katekolamin. Hormon-hormon ini menyebabkan meningkatnya output kardiak, meningkatkan resistensi perifer, menurunnya pembuangan cairan dan garam melalui ginjal dan menebalkan dinding pembuluh darah.Menurut Bullock (1996) mekanisme hormon stress terhadap meningkatnya tekanan darah pada kardiovaskular yaitu ketika norepinephrine dihasilkan maka terjadi peningkatan hormon tersebut pada jantung yang dapat meningkatkan output jantung sehingga kadar epinephrine juga akan meningkat. Peningkatan yang disebabkan oleh hormon tersebut akan meningkatkan tekanan darah 5 mmHg, oleh sebab itu untuk mengindari hipertensi kejadian stress perlu dikendalikan.2.8 Terapi Hipertensi Pada LansiaTerapi hipertensi pada lansia sama dengan terapi yang diberikan pada orang dewasa. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah :1. Penatalaksanaan farmakologis

Tindakan yang dapat dilakukan pada penatalaksanaan farmakologis adalah dengan mimilih golongan obat hipertensi pada lansia dan harus memperhatikan indikasi, dosis awal, dan urutan pemberian obat golongan antihipertensi. Beberapa obat golongan antihipertensi menurut penelitian JNC-7 disarankan untuk menggunakan diuretic thiazide sebagai pengobatan awal atau dikombinasikan dengan golongan antihipertensi lainnya.

Pengobatan diuretic thiazide memberikan efek reabsorbsi kalsium sehingga dapat mencegah terbentuknya batu ginjal dan memberikan proteksi pada tulang. Namun diuretic thiazide memiliki efek samping dalam metabolisme tubuh. Beberapa penelitian tetap menyarankan pengobatan diuretic thiazide adalah golongan antihipertensi yang paling unggul digunakan dalam mengatasi hipertensi pada lansia

2. Penatalaksanaan non-farmakologis

Penatalaksanaan secara non-farmakologis sering dilakukan pada pasien lansia dengan hipertensi, yaitu dengan merubah gaya hidup, namun hanya untuk mencegah dan mengobati hipertensi yang ringan. Contohnya adalah :a. Menurunkan berat badan jika mengalami kegemukan

b. Mengurangi minum alcohol

c. Meningkatkan aktifitas fisik

d. Mengurangi asupan garam

e. Menghentikan merokok

f. Mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.

2.9 Aspek Kesmas Penyakit Hipertensi

Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus hipertensi pada lansia oleh seorak praktisi kesehatan masyarakat adalah :1. Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk dapat menurunkan faktor resiko

2. Melakukan teknik pencegahan termasuk skrining faktor resiko, memberikan nasihat tentang menurunkan faktor resiko dan manajemen stress

2.10 Hasil Penelitian melalui Telaah Jurnal

Artikel dengan judul Association of Fat Distribution and Obesity with Hypertension in a Bi-ethnic Population pada tahun 2002, menyebutkan bahwa wanita kulit hitam yang obesitas 2,77 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita kulit hitam yang tidak obesitas. Wanita kulit putih yang obesitas beresiko menderita hipertensi 5,40 kali dibandingkan wanita kulit putih yang tidak obesitas. Pria kulit hitam yang obesitas beresiko 3,06 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan pria kulit hitam yang tidak obesitas. Pria kulit putih beresiko menderita hipertensi 4,06 kali dibandingkan pria kulit putih tidak obesitas.DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Shenia (2011). Hipertensi pada Kelompok Pra Lansia dan Lansia (45-74 tahun) Gakin di Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat Tahun 2011. Skripsi, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat FKM UI Depok.

Aziza, Lucky. (2007). Hipertensi the Silent Killer. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia

Bullock Barbara L. et al. 1996. Patophysiology : Adaptions and Alterations in Function-Fourth Edition. United States :Lipicott

Bowman, Barbara A. and Robert Rusell 2000. Present Knowledge in Nutrition. Washington DS : ILSI Press

Corwin, Elisabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Ke-3. Jakarta: Kedokteran EGC

Fauzi, Isma. (2014). Buku Pintar Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes dan Hipertensi. Yogyakarta:Araska Hendraswari, Desyana Endarti (2008). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Jagakarsa tahun 2008. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok.

Ignatavicius D.D., & Workman, (2006). Medical surgical nursing: Critical thinking for collaborative care. Fifth edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders

Kementerian Keshatan Republik Indonesia. 2014. Info DATIN Pusat data dan informasi Kemenkes RI tentang hipertensi.

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil penduduk Lanjut Usia. JakartaMartuti, A. (2009). Merawat & menyebutkan hipertensi: Penyakit tekanan darah tinggi. Bantul: Kreasi Wacana.Penduduk Lanjut Usia Menurut Tipe Daerah. Sumber : Susenas Tahun 2012, Badan Pusat Statistik RIPickering, Thoma. 1997. Good News About High Blood Pressure : Everything You Need to Know to take Control of Hypertension and You Life. New York : Fireside.

Ramaiah, Savitri (2007). Hipertensi. Jakarta : PT. Bhuanna Ilmu Komputer

World Health Organization Sounth East Asia Region 2011. Non-Cummunicable Dissease Country Profiles. 20 November 2015. www.who.int/nmh/publications_profiles_report.pdf