makalah korosi
TRANSCRIPT
5/16/2018 Makalah Korosi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-korosi-55ab4f5b337f5 1/7
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.41. Agustus 2011
STUDI KAJIAN UJI PENETRASI ION KLORIDA BETON
BERTULANG
Andi Alifuddin Dosen Teknik Sipil Universitas Muslim Indoensia, Makassar
Jln. Urip Sumiharjo Km. 05 Makassar, (0411) 443685
Abstrak
Fenomena korosi pada suatu struktur, umumnya diawali oleh rusaknya lapisan film
( passive film) baja tulangan akibat kabornasi atau aksi ion klorida . Selanjutnya
dengan adanya pengaruh luar yang membawa unsur oksigen (02) dan air (H2O), maka
proses korosi segera berlangsung. Penelitian ini difokuskan pada studi parameter yang
mempengaruhi penetrasi ion klorida pada selimut beton dengan berbagai metode uji
dalam hal metode Nordtest NT Build 443 ( Bulk Diffusion Test ), metode Andrade-1
(60Volt), metode Andrade-2 (12 Volt), serta Metode ASTM C1202-94 ( Rapid
Chloride Permeability Test) dengan mutu beton K-300.K-400, dan K-500. Paramateryang dimaksud adalah nilai koefisien difusi (D) dengan menggunkan konsep Hukum
Fick untuk pergerakan non-ionik dan persamaan Nernst-Plank . Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari empat metode uji yang digunakan dalam penelitian ini,
metode ASTM C1202-94 ( Rapid Cholride Permeability Test ) merupakan metode
tercepat memberikan informasi yakni untuk mutu beton K-300; D = 5.7 x 10-8
cm2 /detik, K-400; D = 5.2 x 10
-8cm
2 /detik, dan untuk mutu beton k-500; D = 4.9 x
10-8
cm2 /detik. Adanya perbedaan hasil perhitungan nilai koefisien difusi yang
diterapkan dari ketiga metode uji yang diterapkan dalam penelitian ini dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain : larutan yang digunakan, lamanya pengujian, dan
pendekatan persamaan yang digunakan.
Kata kunci : Korosi, ion klorida, dan kofisien difusi
1. Pendahuluan Korosi baja tulangan pada sistim strukturbeton bertulang akibat unsur klorida ,
dapat terjadi karena faktor dari dalam
dan factor dari luar beton. Faktor dari
dalam beton dapat bersumber dari
unsure klorida yang tercampur ke dalam
adukan beton sedemikian sehinggamenjadi ion klorida bebas. Sumber unsur
klorida tersebut, biasanya terdapat pada
bahan tambahan akselarsi (acceleration
admixture) berupa kalsium klorida.
Sedangkan faktor dari luar, umumnya
terdapat di lingkungan laut yang
mengandung garam (NaCl(ag)). Pada
prinsipnya korosi akibat klorida padastruktur beton bertulang akan
mengakibatkan banyak masalah terhadap
kinerja bangunan yang sudah didesainsecara keseluruhan. Dalam kaitan
tersebut, hingga saat ini belum ada
standarisasi metode test penetrasi ion
klorida ke dalam material beton. Namun
demikian konsep pendekatan yang
digunakan dengan menggunakan konsep
persamaan umum transfer massa.
Konsep ini lebih dikenal sebagai hukum
Fick untuk pergerakan non-ionik danpersamaan Nernst-Plank untuk
pergerakan ionic.
2. Mekanisme Korosi Pada Beton
Bertulang
Beton adalah suatu material yangterbentuk dari campuran pasta semen
(adukan semen dan air) dengan agregat
(pasir dan kerikil), yang bisa
ditambahkan dengan suatu bahan
additive dan admixture tertentu sesuaikebutuhan untuk mencapai kenerja
5/16/2018 Makalah Korosi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-korosi-55ab4f5b337f5 2/7
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.41. Agustus 2011
( performance) yang dinginkan. Semen
Portland yang ,mengandung trikalsium-silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S)
jika bereaksi dengan, akan menghasilkan
kalsium silikat hidrat (CSH) dan kalsiumhidrosida (Ca(OH)2). Adanya kalsium
hidrosida (Ca(OH)2) dapat menimbulkan
kelemahan pada beton karena sifatnya
yang mudah larut. Disisi lain denganadanya kalsium hidrosida tersebut, pasta
semen menjadi bersifat alkali (bas)dengan pH antara 12,5-13,8. Baja
tulangan yang dipasang di dalam betonakan terlindung terhadap korosi karena
adanya oksida mikroskopik yang
terbentuk pada permukaan baja tulangan.
Lapisan tipis yang terbentuk ini seringdisebut sebagai passive layer atau Fe2O3
dengan ketebalan ±10 nm. Lapisan dapat
terbentuk karena tingginya alkalinitas
beton dengan pH antara 12,5-13,8.Lapisan pasif tersebut dapat rusak secara
lokal atau menyeluruh pada permukaanbaja tulangan karena karbonasi atau
penetrasi ion klorida. Proses karbonasiterjadi karena beton merupakan material
terpenetrasi oleh karbon dioksida. Secara
sederhana proses korosi dapatdipisahkan menjadi dua proses yaituproses anodik dan katodik.
Proses anodic adalah pelarutan dari besi,
dimana ion Fe yang bermuatan positif
terlepas ke dalam larutan. Selanjutnya
kelebihan elektron besi akan terikat oleh
air dan oksigen pada katoda, sehingga
membentuk ion hirdoksil.
Gambar 1 Korosi pada baja tulangan
3. Mekanisme Transportasi Ion
Klorida
Proses pengkorosian baja tulangan
terdiri dari dua tahap, yaitu :
a. Tahap inisasi yaitu awal proses
masuknya klorida dari luar ke dalam
tulangan.
b. Tahap propagasi yaitu tahap
pengkorosian baja tulangan karena
klorida sudah dapat mencapai baja
tulangan yang pada akhirnya
menimbulkan pengrusakan baja
tulangan tersebut.
Waktu inisasi klorida tergantung dariketebalan selimut beton, karena ion
klorida membutuhkan waktu tertentu
untuk menembus selimut beton.
Semakin tebal selimut beton maka
semakin sulit (lama) klorida untuk mencapai baja tulangan. Faktor yang
menentukan dalam penetrasi klorida
adalah waktu yang dibutuhkan oleh ion
korida untuk bisa menembus selimut
beton dan kemudian mengkorosi baja,
dalam hal ini adalah nilai difusi (D) atau
tingkat permeabilitas beton (m2 /detik).
Mekanisme transportasi ion klorida
secara difusi tidak dipengaruhi oleh air,
dalam arti air sebagai pengalir ion
klorida ke dalam beton. Dalam prosespenetrasi ion klorida dikenal nilai D atau
koefisien difusi yaitu koefisien yang
menimbulkan kemampuan mentransfer
suatu zat kimia dalam satuan meter
persegi per detik (cm2 /detik). Nilai
koefisien ini menjadi penting karena
pada intinya penelitian tentang penetrasi
klorida ditujukan untuk mengetahui
realibiltas beton (umur/kekuatan) pada
kondisi terekspos klorida (air laut).
4. Hukum Fick
Nilai flux (F) sebanding dengan
perkalian gradient nilai dc/dx difusi Deff
(m2 /detik). Hubungan nilai tersebut
dikemukakan dalam Hukum Fick.ke1
dan ke-2
x
C (x,t) = C1 + (Cs - Ct) erfc (1) √4tD
5/16/2018 Makalah Korosi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-korosi-55ab4f5b337f5 3/7
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.41. Agustus 2011
Dimana C(x,t) merupakan nilai klorida
pada beton yang merupakan fungsi dari
kedalaman/jarak (x) dari permukaan
beton yang terekspos klorida dan t
adalah waktu/durasi terekspos klorida
dalam detik, C1 merupakan nilai awal
klorida pada material beton dan Cs
adalah nilai kadar konsentrasi klorida
diluar/permukaan beton.
Nilai-nilai tersebut diatas dapat dicari
dengan prosedur standar uji NT BUILD
443. Sebagai gambaran, pengujian ini
menggunakan beton yang dicelup pada
larutan 165 gram NaCl per liter selama
jangka waktu 35 hari. Dssd merupakan
koefisien difusi klorida (nssd = non-steady state diffusion) dan erf
merupakan error function
complementary.
5. Konsep Nernst-Plank
Meskipun dengan menggunakan
persamaan Nernst-Plank tetapi
dipndang belum bisa dengan baik
mewakili berbagai hubungan kondisi
beton secara fisik dan kimiawi terhadap
waktu.
6. Metode Uji Penetrasi Ion Klorida
a. Bulk Diffusion Test (Nordtest NT
Build 443)
Bulk diffusion test diperuntukkan untuk
mangatasi beberapa kekurangan yang
terjadi pada salt ponding test. Nordtest
adalah model tes yang pertama yangmerupakan versi standarisasi dari tes
bulk diffusion. Konsep Dasar analisa
hasil pengujian metode ini adalah hokum
Fick ke-2 yaitu:
Secara teoritis pengunaan Fick ’s Law
pada perhitungan predeksi penetrasi ion
korida adalah tidak tepat. Alasannya
adalah Fick ’s Law hanya dapat
digunakan untuk non-ionic diffusant melalui medium homogen.
Sesungguhnya, penetrasi klorida pada
beton merupakan proses transportasi
ionik (yang melibatkan ion klorida CI-).
Dengan demikian analisa terhadap
ekspermental yang dikondisikan pada
keadaan laut yang sebenarnya, nilai-nilai
konsentrasi klorida (C3) dan difusi (D)
tidak dapat dianggap konstan terhadap
waktu. Harus diakui bahwa baik secara
teoritis maupun praktis persamaan yangditurunkan dari hokum Fikc di dalam
memperkirakan penetrasi ion klorida ke
dalam pori-pori beton, tidak dapat
digunjan begitu saja. Persamaan
Nornst/Nernst-Plank lebih bisa
mewakili pergerakan ion.
z.F.Deff .Cct.∆E
J = (2)
R.T.L
∂C ∂2C
= Dnssd (3)
∂t ∂x2
Dimana c adalah kandungan klorida total
di dalam benda uji beton, Dnssd adalahkoefisien difusi non-steady state
diffusion, x adalah kedalaman, dan t
adalah waktu. Dalam prakteknya, Dnssd
ditetapkan berdasarkan curve fitting
profil ion klorida yang terukur pada
kurva fungsi error ( error function curve)
. x
Cx=Cs – (Cs- Ct) erf (4)
2√Dnssd.t
Dimana Cs dan Ci adalah berturut-turu
ion klorida dipermukaan dan ion klorida
awal.
Jika diasumsikan ion klorida awal
(Ci = 0), maka persamaan (4) dapat
dituliskan dalam bentuk :
5/16/2018 Makalah Korosi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-korosi-55ab4f5b337f5 4/7
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.41. Agustus 2011
x
Cx=Cserf (5)
2√Dnssd.t
b. Metode Andrade-1 dan Andrade-2(60 Volt dan 12 Volt)
Metode Andrade merupakan metode
pengujian penetrasi ion klorida yang
didasarkan persamaan Nernst-Plank
dengan bentuk persamaan :
x
Cx=Cserf (5)
2√ M.Ddtf.t
Prosedur penentuan nilai difusi untuk
metode ini sama dengan metode yang
digunakan pada metode Nordtest NT
Build 443 (Bulk Diffusion Test).
c. Metode ASTM C1202-94 ( Rapid
Chloride Permeability Test ).
Nilai coulumbs dapat dihitung
berdasarkan aturan trapezium denganrentang waktu 30 menit. Bentuk
persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Q = 900 (I0 + 2I30 + 2I60 + ...,…,…2I330
+ I360) (6)
Dimana :
Q = Nilai coulombs
Io = Arus listrik awal saat hubungan
lisrik dialirkan (ampere)
It = Arus listrik pada saat t setealh
hubungan listrik dialirkan
Selanjutnya untuk menghitung nilai
koefisien difusi (D), pendekatan empiricyang digunaka yaitu :
Dapprox = 0.0103 x 10-8
, Q0,84
(7)
Ada beberapa kekurangan yang diajukan
pada metode ini meskipun metodenya
telah diadopsi sebagi sebagai sebuah tes
acuan/standar yang telah secara luasdigunakan dalam leteratur dan telah
digunakan untuk memberikan batasan
permeabilitas sesuai standarisasi
CSA/S413-94. Semakin rendah mutu
beton, semakin besar arus listrik yang
diberikan sehingga semakin tinggi pula
energi panas yang dihasilkan. Akibatnya
cenderung berpengaruh pada ketepatan
perhitungan jumlah ion klorida yang
terpenetrasi ke dalam material beton.
Metode ini memiliki akurasi pengukuran
yang kurang memuaskan, meskipun
mengacu pada “ Rapid Chloride
Permeability Test “ . Hal ini disebabkan
karena yang diukur bukan permeabilitas
( permeability) tetapi pergerakan ionnya,
dimana ion-ion yang diukur tersebut
bukan hanya ion-ion klorida saja tetapiada juga ion-ion lainnya.
7. Hasil Pengujian
Data hasil pengujian ketiga metode
tersebut dapat dilihat gambar dibawah
ini,
Gambar 2. Hubungan klorida dengan
kedalaman beton K-300
Gambar 3. Hubungan klorida dengan
kedalaman beton K-400
5/16/2018 Makalah Korosi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-korosi-55ab4f5b337f5 5/7
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.41. Agustus 2011
Hasil analisis dengan metode pengujian
Nordtest NT Build 443 (Bulk Diffusion
Test) untuk ketiga mutu beton masing-
masing K-300, K-400, dan K-500,menunjukkan bahwa nilai koefesien
difusi non-steady state duffision (Dnssd )
yang diperoleh untuk ketiga mutu betonberturut-turut adalah sebesar 0,98
cm2 /detik, 0,87 cm
2 /detik, dan 0,81
cm2 /detik.
Gambar 4. Hubungan klorida dengan
kedalaman beton K-500
Dari ketiga grafik tersebut diatas
menunjukkan pola konsentrasi ion
klorida pada setiap kedalaman
cenderung mengikuti fungsieksponensial. Metode Nordtes
memberikan pola distribusi ion klorida
yang relative lebih tajam dibandingkan
dengan metode Andrade-1 dan Andrade-
2. Terlihat pula dari ketiga grafik
tersebut bahwa semakin tinggi mutubeton, semakin rendah konsentrasi ion
klorida yang terpenetrasi ke dalam pori-pori beton. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai koefisien difusi (Ddif ) yang
diperoleh pada metode Andrade-1 (60
Volt) untuk beton mutu K-300, K-400,
dan K-500, berturut-turut adalah sebesar
0,85 cm2 /detik, 0,82 cm
2 /detik, dan 0,76
cm2 /detik. Sedangkan metode Andrade
(12 Volt) berturut-turut adalah sebesar
0,82 cm2 /detik, 0,73 cm
2 /detik, dan 0,65
cm2 /detik. Secara keseluruhan hasil
analisis menunjukkan bahwa semakin
tinggi mutu beton semakin rendah
koefisien difusinya.
Gambar 5. Hubungan arus listrik dengan
waktu menurut metode
ASTM C1202-94
Hasil analisis menunjukan nilai
coulombs (Q) bagi ketiga mutu benda uji
beton masing-masing k-300, K-400, danK-500 berturut-turut sebesar 1407
coulombs, 1266 coulombs, dan 1179
coulombs. Selanjutnya dengan
menggunakan persamaan (7), diperoleh
nilai difusi masing-masing sebesar 5,7 x
10-8
cm2 /detik untuk mutu beton K-300,
5,2 x 10-8
cm2 /detik untuk mutu beton K-
400, dan 4,9 x 10-8
cm2 /detik untuk mutu
beton K-500.
8. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang
dikemukana sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Diantara ketiga metode uji yang
diterapkan di dalam penelitian ini,
metode uji ASTM C1202-94 ( Rapid
Chloride Permeability Test )
merupakan tercepat memberikan
informasi untuk masing-masing
ketiga mutu beton sebesar 5,7 x 10-8
cm2 /detik untuk K-300, 5,2 x 10
-8
cm2 /detik untuk K-400, dan dan 4,9
x 10-8
cm2 /detik untukl K-500
b. Mekanisme yang sangat
bertpengaruh pada proses penetrasi
ion klorida ke dalam pori-pori beton
adalah difusi. Sedangkan absorpsi
dan permeasi hanya turut membantu
proses masuknya ion klorida tersebut
di sekitar permukaan benda ujibeton.
5/16/2018 Makalah Korosi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-korosi-55ab4f5b337f5 6/7
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.41. Agustus 2011
c. Perbedaan hasil perhitungan nilai
koefsien difusi yang diperlihatkan
dari ketiga metode uji yang
diterapkan dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain : larutan
yang digunakan, lamanya pengujian,
dan pendekatan persamaan yang
digunakan.
9. Daftar Pustaka
1. ACI Committee 211,4R-95 (1995), ;
Guide For Selection Proportional for
High-Strength Concrete with
Portland an Fly Ash (ACI-211),
ACI, Journal Detroit, Michigan,
19932. ASTM, 1993, Cement Lime ;
Gypsum, Vol.04.01, Easton, MID.
3. ASTM, Concrete and Aggregates,
Vol.04.02, Easton , MID, U.S.A
4. Metha, P.K, 1986, Concrete
Structure, Properties, and Material,
Printice-Hall, New Jesdey.
5. Taylor,H.F.W, 1997, Cement
Chemistry, 2nd
Edition, Thomas
Telford, London.