makalah klp. 7 bbl bermasalah

98
1 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7 MAKALAH SISTEM REPRODUKSI BAYI BARU LAHIR BERMASALAH (FREMATUR, BBLR, ASFIKSIA NEONATORUM, NECROLIZING ENTEROCOLITIS, SEPSIS) Disusun Oleh Kelompok 7 : Nur Aidal Fitri Jumrawati Rahim Sunyati Arwin Lebrina Rezkywati A.Hilmi PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: rzq-mlyn-rezmul

Post on 12-Aug-2015

780 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

1 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI

BAYI BARU LAHIR BERMASALAH

(FREMATUR, BBLR, ASFIKSIA NEONATORUM, NECROLIZING

ENTEROCOLITIS, SEPSIS)

Disusun Oleh

Kelompok 7 :

Nur Aidal Fitri

Jumrawati Rahim

Sunyati Arwin

Lebrina Rezkywati

A.Hilmi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

2 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-

Nya lah sehingga Makalah Sistem Reproduksi ini yang berisi tentang “Bayi Baru Lahir

Bermasalah” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai

hasil pencarian kami dari beberapa referensi.

Makalah ini didalamnya dipaparkan mengenai Bayi baru lahir bermasalah dengan

serangkaian informasi dari berbagai sumber,serta di sertai dengan asuhan keperawatan.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan keperawatan, baik

mahasiswa maupun perawat.

Kami menyampaikan banyak terima kasih pada ners-ners pembimbing kami dan

semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dengan keterbatasan kami, tentunya makalah ini

tidak mungkin sempurna. Karena itu saran dan kritik dari para pembaca sangat kami perlukan

untuk kedepannya.

Terima kasih

Makassar,18 Februari 2013

Penulis

Page 3: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

3 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan kelahiran bayi ialah lahirnya seorang individu yang sehat dari seorang ibu

yang sehat. Bayi lahir sehat artinya tidak mempunyai gejala sisa atau tidak mempunyai

kemungkinan mendapatkan gejala yang penyebabnya dapat dicegah dengan pengawasan

antenatal dan perinatal yang baik.

Sekarang telah banyak diketahui bahwa penyakit bayi baru lahir merupakan kelanjutan

penyakit ibu atau disebabkan oleh kelainan pada kehamilan dan kelahiran.

Khusus untuk masalah BBLR ,sampai saat ini masih banyak ditemukan bayi lahir

dengan berat badan lahir rendah dengan berbagai penyebab. Dimana bayi BBLR akan

mengalami banyak masalah yang akhirnya meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas

pada bayi.

Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi karena BBLR tersebut

menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat., khususnya perawat

anak dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan .

Page 4: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

4 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Frematur

1. Defenisi

Bayi prematur (preterm) yaitu bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37

minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong, 2008). Dahulu neonate dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature.

Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang dari 2500

gram disebut Low Birth Weight Infant (BBLR) (Sitohang, 2006).

Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat

dibagi menjadi dua golongan (Sitohang, 2006):

1. Prematuritas murni adalah bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut

Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).

2. Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.

Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NKB-

KMK), Neonatus Lebih Bulan – Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).

Bayi premature berisiko karena sistem-sistem organnya tidak matur dan cadangannya

kurang. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi tiga sampai empat kali daripada bayi

yang lebih tua dengan berat yang dapat dibandingkan. Masalah-masalah potensial dan

kebutuhan bayi prematur dengan berat 2000 gram berbeda dari kebutuhan perawatan bayi

aterm, pascaterm, atau bayi pascamatur dengan berat badan yang sama (Bobak, 2005).

Perbedaan antara Bayi Prematur di Garis Batas (Borderline), Bayi

Prematur Sedang dan Sanggat Prematur (Bobak, 2005)

BAYI PREMATUR DI GARIS BATAS

37 minggu gestasi

2500 sampai 3250 gram

16% seluruh kelahiran hidup

Biasanya normal

Page 5: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

5 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Masalah

Ketidakstabilan

Kesulitan menyusu

Ikteris

RDS mungkin muncul

Penampilan

Lipatan pada kaki lebih sedikit

Payudara lebih kecil

Banyak rambut halus

Lanugo

Genitalia kurang berkembang

BAYI PREMATUR SEDANG

31 sampai 36 minggu gestasi

1500 sampai 2500 gram

6% sampai 7% seluruh kelahiran hidup

Masalah

Ketidakstabilan

Pengaturan glukosa

Keseimbangan cairan

RDS

Ikterik

Anemia

Infeksi

Kesulitan menyusui

Penampilan

Seperti pada bayi premature di garis batas, tetapi lebih parah

Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah

BAYI SANGAT PREMATUR

24 sampai 40 minggu gestasi

500 sampai 1400 gram

0,8% seluruh kelahiran hidup, tetapi hamper seluruh kematian neonatal

Page 6: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

6 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

dan deficit neuurologis tidak disebabkan oleh defek atau trauma lahir

Masalah

Semua

Penampilan

Kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis

Kedua mata mungkin berdempetan

Bayi premature mengalami kerugian yang berbeda saat mereka menghadapi

transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Tingkat kerugian

bergantung terutama kepada tingkat maturitasnya. Gangguan fisiologis dan kelainan

malformasi juga mempengaruhi respons mereka terhadap pengobatan. Pada umumnya,

makin medndekati nilai normal aterm, baik usia gestasi maupun berat lahirnya, bayi

makin mudah melakukan penyesuaian terhadap lingkungan eksternal (Bobak, 2005).

2. Etiologi

1) Faktor Ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan

antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum,

dan nefritis akut (Sitohang, 2006)..

b. Usia ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia > 20 tahun, dan multi

gravid yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara

26-35 tahun (Sitohang, 2006)..

c. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi

terdapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan

gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula

kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah

ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah

(Sitohang, 2006).

d. Sebab lain: ibu perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat narkotik.

2) Faktor janin

Page 7: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

7 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom (Sitohang, 2006).

3) Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat beracun (Sitohang, 2006).

3. Patofisiologi

4.

5.

6.

7.

8.

Manifestasi Klinik

Faktor ibu

Keadaan gizi ibu

Usia ibu

Penyakit ibu

Taksemia gravidarum

Perdarahan antepartum

DM, pre eklamsia

Keadaan lain, perokok,

alcohol, dan narkotik

Social ekonomi rendah

Sindrom aspirasi

Asfiksia intra uterin

janin

Cairan amnion

bercampur dengan

mekonium dan

lengket di paru janin

Faktor janin

Hidrmion

Kehamilan ganda

Kelainan kromosom

Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi

Radiasi

Za-zat beracun

Gangguan

konjugasi hepar

Imaturitas hepar

BBLR

Bayi tampak

kurus

Relatif lebih

panjang

Kulit longgar,

jaringan lemak

Resiko perubahan suhu

Resiko kerusakan integritas kulit

Masalah kolaborasi hipoglikemia

Premature KDG < 20 mg/dl

Matur KGD < 30 mg/dl

Tanda:

Pucat, tidak mau

minum, lemah,

apatis, kejang

Kemikterus

Letargi

Kejang tonus otot

meningkat, leher

kaku, kemampuan

hisap menurun

Defisit

albumin

Hiperbilirubinemia

Bilirubin indirek

> 20 mg/dl

Page 8: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

8 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

4. Manifestasi Klinik

Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah

(Sitohang, 2006):

a. Fisik

bayi kecil

pergrakan kurang dan masih lemah

kepala lebih besar dari pada badan

berat badan < 2500 gram

b. Kulit dan kelamin

kulit tipis dan transparan

lanugo banyak

rambut halus dan tipis

genitalia belum sempurna

c. Sistem syaraf

refleks moro

refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna

d. Sistem muskuloskeletal

axifikasi tengkorak sedikit

ubun-ubun dan satura lebar

tulang rawan elastis kurang

otot-otot masih hipotonik

tungkai abduksi

sendi lutut dan kaki fleksi

kepala menghadap satu jurusan

e. Sistem pernafasan

pernafasan belum teratur sering apnoe

frekwensi nafas bervariasi

5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi prematur sebagai berikut (Sitohang, 2006):

1. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna

2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna

3. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan

anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan

peredaran darah sistemik.

Page 9: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

9 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

6. Penatalaksanaan Bayi Prematur

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu

diperhatikan pengaturan suhu dan lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu

oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Sitohang,

2006).

a. Pengaturan suhu

Bayi prematuritas dengan cepar akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,

karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah

dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di

dalam inkubator sehinggan panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi

dirawata dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan 2000 gram adalah 35

derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2000 sampai 2500 gram adalah 33

sampai 34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada, bayi dapat dibungkus dengan kain

dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat

dipertahankan (Sitohang, 2006).

b. Makanan

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim

pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kb BB dan kalori 110

kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat(Sitohang, 2006).

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap

cairan lambung. Reflex menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum

sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan

makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila

faktor menghisapnya kurang, maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok

perlahan-lahan atau dengan sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan

sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg

BB/hari (Sitohang, 2006).

c. Menghindari infeksi

Bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuhnya masih

lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentuakn antiboodi belum

Page 10: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

10 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan

antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas. Dengan demikian, perawatan

dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik (Sitohang,

2006).

Asuhan Keperawatan Bayi Praterm

Pengkajian Dasar Data Neonatus

1. Sirkulasi

Nadi apical mungkin cepat dan/atau tidak teratur dalam batas normal (120 – 160 dpm)

Murmur janutng yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus paten (DPA)

2. Makanan/Cairan

Berat badan kurang dari 2500 g

3. Neurosensori

Tubuh panjang, kurus, lemas denga perut agak gendut.

Ukuran kepala besar dalam hubungannnya dengan tubuh, sutura mungkin mudah

digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.

Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar.

Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung pada usia

gestasi)

Refleks tergantung pada usia gestasi; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu

32; koordinasi refles untuk menghisap, menelan, dan bernapas biasanya terbentuk

pada gestasi minggu ke-32; komponen pertama dari refleks Moro (ektensi lateral dari

ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke-28;

komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada

gestasi minggu ke-32.

Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

4. Pernapasan

Skor Apgar mungkin rendah.

Pernapsan mungkin dangkal, tidak teratur; pernapasan diafragmatik intermiten atau

periodik 40-60 x/menit)

Mengorok, pernapasan cuping hidung, retraksi suprastrenal atau substernal, atau

berbagai derajat sianosis mungkin ada.

Page 11: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

11 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan sindrom distress pernapasan

(RDS).

5. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah

Menangis mungkin lemah

Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedaneum

Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda atau kebiruan,

akrosianosis, atau sianosis/pucat.

Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh.

Ekstremitas mungkin tampak edema

Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau sebaian telapak.

Kuku mungkin pendek.

6. Seksualitas

Persalinan atau kelahiran mungkin tergessa-gesa.

Genitalia: labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris

menonjol; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada

skrotum.

Penyuluhan/Pembelajaran

Riwayat ibu dapat menunjukkan faktor-faktor yang memperberrat persalinan praterm,

seperti usia muda; latar belakang social ekonomi rendah; rentang kehamilan dekat, gestasi

multiple; nutrisi buruk, kehamilan praterm sebelumnya; komplikasi obstetric seperti abrupsio

plasentae, ketuban pecah dini (KPD), dilatasi serviks premature, adanya infeksi;

inkompatibilitas darah berhubungan dengan eritroblastosis fetalis; atau penggunaan obat yang

diresepkan, dijual bebas atau obat jalanan.

Pemeriksaan Diagnostik

Pilihan tes dan hasil yang diperkirakan tergantung pada adanya masalah dan

komplikasi sekunder.

1. Studi cairan amniotik: untuk rasio lesitin terhadap sfingomielin (L/S), ;profil paru janin,

dan fosfatidilgliserol/fosfatidilinositol mungkin telah dilakukan selama kehamilan untuk

mengkaji maturitas janin.

Page 12: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

12 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

2. Jumlah darah lengkap (JDL): penurunan pada hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) mungkin

dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah. Sel darah putih (SDP) mungkin

kurang dari 10.000/mm3

dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini dari netrofil dan pita),

yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.

3. Dekstrostik: menyatakan hipoglikemia. Tes glukosa serum mungkin diperlukan bila hasil

Dekstrostik kurang dari 45 mg/ml.

4. Kalsium serum: Mungkin rendah

5. Elektrolit (Na++

, K+, Cl

-) : Biasanya dalam batas normal pada awalnya.

6. Golongan darah: Dapat menyatakan potensial inkompatibiltas ABO.

7. Penetuan Rh dan Coomb langsung (bila ibu Rh-negatif dan ayah Rh-positif):

Menentukan inkompatibilitas.

8. Gas darah arteri (GDA): PO2 munkin rendah; PCO2 mungkin meningkat dan

menunjukkan asidosis ringan/sedang, sepsis, atau kesulitan napas yang lama.

9. Laju sedeimetasi eritrosit (ESR): Meningkat, menunjukkan respons inflamasi akut.

Penurunan ESR menunjukkan resolusi inflamasi.

10. Protein C-reaktif (beta globulin): Ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya

proses radang infeksius atau non-infeksius.

11. Jumlah trombosit: Trambositopienia dapat menyertai sespsis.

12. Kadar fibrinogen: Dapat menurun selama koagulasi intravaskuler diseminata (KID) atau

menjadi meningkat selama cedera atau inflamasi.

13. Produk split fibrin: Ada pada KID.

14. Kultur darah: Mengidentifikasi organisme penyebab yang dihubungakan dengan sepsis.

15. Urinaisis III( pada specimen kedua ynag dikeluarkan): Mendeteksi abnormalitas, cedera

ginjal.

16. Berat jenis urin: rentang antara 1,006 sampai 1,013, meningkat pada dehidrasi.

17. Klinites/Klinistiks: Mengidentifikasi adanya gula dalam darah.

18. Hemates: Memeriksa adanya darah pada feses; hasil positif menunjukkan nekrotisasi

enterokolitis.

19. Tes shake aspirat lambung: Menentukana ada atau tidaknya surfaktan. (Hasil menengah

bila darah atau mekonium ada)

20. Sinar-x dada (PA dan lateral) dengan bronkogram udara: Dapat menunjukkan

penampilan ground-glass (RDS).

Page 13: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

13 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

21. Seri ultrasonografi cranial: Mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intraverikuler (IVH).

22. Punksi lumbal: Dapat dilakukan untuk mengesampingkan meningitis.

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Menignkatkan fungsi pernapasan optimal.

2. Mempertahankan lingkungan termal yang netral.

3. Mencegah atau menurunkan risiko terhadap potensial komplikasi.

4. Mempertahankan homeostasis melalui regulasi nutrisi dan hidrasi.

5. Membantu mengembangkan unti keluarga sehat.

TUJUAN PULANG

1. Mempertahankan homeostasis fisiologis dengan dukungan yang minimal.

2. Berat badan 4½ lb atau lebih besar tepat dengan usia atau kondisi.

3. Komplikasi dicegah/teratasi atau ditangani secara mandiri.

4. Keluarga mengidentifikasi dan menggunakan sumber dengan tepat.

5. Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk mengatur peawatan bayi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

A. KERUSAKAN PERTUKARAN GAS

Dapat berhubungan dengan : ketidakseimbangan perfusi ventilasi, ketidakadekuatan

kadar surfaktan, imaturitas otot arteriol pulmonal, imaturitas sistem saraf pusat (SSP) dan

sistem neuromuscular, ketidakefektifan bersihan jalan napas, anemia, dan stress dingin.

Kemungkinan dibuktikan oleh: hiperkapnia, hipoksia, takpne, sianosis.

Hasil yang diharapkan neonatal akan: Mempertahankan kadar PO2/PCO2 dalam batas

normal (DBN), menderita RDS minimal, dengam penurunan kerja pernapasan dan tidak

ada morbiditas, bebas dari displasia bronkopulmonal.

Intervensi

Mandiri

1. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama

persalinan, tipe kelahiran, agar skor, kebutuhan tindakan resusitas saat kelahiran, dan

obat-obatan ibu yang di gunakan selama ke hamilan / kelahirann, termasuk

betametason.

Rasional : Persalinan yang lama meningkatakn resiko hipoksia, dan depresi

pernapasan dapat terjadi setelah pemberian atau pengunaan obat oleh ibu. Selain itu,

bayi yang memerlukan tindakan resusitatif pada kelahiran , atau yang apgar skornya

Page 14: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

14 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

rendah, mungkin memerlukan intervensi lebih untuk menstabilkan gas darah dan

mungkin dan mungkin menderita cedra SSP dengan kerusakan hipotalamus, yang

mengontrol pernafasan.( catatAn : pemberian kortokosteroid pada ibu dalam minggu

1 kelahiran membantu mengembangkan maturitas bayi dan produksi surfaktan).

2. Perhatian usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.

Rasional: neonatus lahir sebelim gestasi mingu ke-30 dan / atau brat badan kurang

dari 1500 g beresiko tinggi terhadap terjadinya RDS. Selain itu, pria 2 kali rentnnya

dari pada wanita. (catatan : mayoritas kematian berhubungan dengan RDS terjadi

pada bayi dengan berat badan < 1500 g).

3. Kaji status pernafasan, perhatikan tanda-tanda disters pernafasan ( miss ; retraksi,

pernafasan cuping hidung , mengorok, retraksi, ronki, atau krekels).

Rasional: menandakan distres [pernafasan , khususnya bila pernafasan lebih besar sri

60x/mnit setelah 5 jam pertama kehidupan pernafasan mengorok menunjukan upaya

untuk mempertahankan ekspensi alveolar; pernafasan cuping hidung adalah

mekanisme kompensasi untuk menambah diameter hidung dan meningkatakan

masukan oksigen. Krekels/ ronki dapat menandakan fasokontriksi pulmunal yang

berhubungan dengan TDA, hipoksmia asedemia,atau imaturotas otot areterior, yang

gagal untuk kontriksi sebagai respons terhadap peningkatan lkdar oksigen.

4. Gunakan pemantauan oksigen transkuta atau oksimeter nadi . catat kadar tiap jam,

ubah sisi alat setiap 3-4 jam.

Rasional: memberikan pemantaun noninfasiv konstan terhadap kdar oksigen

(Catatatn: insufisiensi pulmonal biasanya memburuk 24-48 jam pertama, kemudian

mencapai plateau.

5. Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan btasi waktu obstruksi

jalan nafas dengan kateter 5-10 detik. Observasi pemantauan oksigen trankutan

oksimeter nadi sebelum dan selam penghisapan berikan “kantung” ventilasi setelah

penghisapan.

Rasional: mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, khususnya

pada bayi yang menerima penytilasi bayi pertem tidak mngembangkan reflek

terkoordinasi untuk menghisap menelan, dan bernafas sampai gestasi [ada minggu

ke-32 sampai ke-34. Silia tidak berkembang dengan penuh atau mungkin rusak dari

penggunaan selam indoktrial fase eksudat berhubngan dengang RDS pada kira-48

Page 15: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

15 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

jam pascapartum dapat meperberat kesulitan bayi dalam mengatasi vagus,

menyebabka bradikardi, hiposemia, bronkospasme. Kantung ventilasi meningkatkan

perbaikan kadar oksigenn yang cepat.

6. Pertahankan keneetrlan suhu denngan suhu tubuh pada 97,7F (dalam 0,5F).Rujuk pada

DK: termoregolasi, tidak efektifresiko tinggi terhadap).

Rasional : Stres dingin menigkatkan konsumsi oksigen bayi , dapat meningkatkan

asidosis, dan selanjutnya kerusakan produksi surfaktan.

7. Pantau masukan haluaran cairan: timbang berat badan sesuai indikasi berdasarkan

protokol.

Rasional : dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan nafas saat

mukus menjadi kental. Hidrasi berlebihan dapat memperberat infiltrat alveolar/

edema pulmonal. Penurunan berat badan dan peningkatan haluran irin daoat

menandakan fase diuretik dari RDS, biasanya mulai pada 72-96 jam dan mendahului

resolusi kondisi.

8. Tingkatan istirahat;minimalkan rangsangan dan pengunaan energi.Posisikan bayi pada

abdomen bila mungkin berikan matras”tidak rata” sesuai indikasi

Rasional: menurunkan laju metabolik dan konsumsi oksigenn. Memungkinkan

ekspansi dada optimal merangsang pernafasan dan pertumbuhan ventrikel.

9. Observasi terhadap tanda-tanda vital dan lokasi sianosis.

Rasional: sianosiss adalah tanda lanjut dari poa2 rendah dan tamapak sampai ada

sedikit lbih dafri 3 g /dl penurunan Hb pada darah erteri sentrl. Atau 4-6 g/dl pada

darah kapiler, atau sampai satursai oksigen haqnya 75-85 % dengan kadar po2 42 -41

mmhg.

10. Selidiki penyimpangan tiba-tba dari kondisi yang di hubungkan dengan sianosis,

penurunan atau tidak adanya bunyi napas, pergeseran btitik tampak maksimal,

penonjolan dndinng dada, hipotensi,atau disritmia jantung.

Rasional :penyimpangan pernapasan yang tiba- tiba atau tidak diperkirakan dapat

menandakn awitan pneomothoraks.

11. Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis ektrokolitis (rujuk pada DK:konstipasi , resiko

tiggi terhadap; diare, resiko tinggi terhadap).

Page 16: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

16 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional ;: hipoksia dapat menyembuhkan pirau darah ke otak sehinga men urunkan

sirkulasi keusus, dengan akibat lanjut dengan kerusakan sel usus damn infasi oleh

bakteri membentuk gas.

Kolaborasi

12. Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan teta; grafik seri GDA.

Rasional : hopoksemia. Hiperkapnia , dan asisdosis menurunkan produksi surfaktan

kadar pao2 harus 50-70 mmhg atau lebih tinngi, kadar paco2 haru 35-45mmhg, dan

saturasi oksigen harus 92%-94%.

13. Hb/Ht.

Rasional : penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan

sampel darah, pertumbuhan cepat, dan episode henoragis meningkatakn

kemungkinan bahwa bayi patrem akan anemik, sehingga menurunakan kapasitas

pembawa oksigen darah.( catatan: pemberian sel mungkin perli untuk menggantikan

darah yang di ambil untuk pemeriksaan laboratorium).

14. Tinjau ulang seri sinar x dada.

Rasional : atelektasis,kongesti, bronkogram udara menujukkan terjadinya RDS.

15. Berikan oksigen sesiuai kebutuhan, dengnanmasker kap, selang endotrakeal atau

fentilasi mekanik dengan menggunakan tekanan jakan napas positif konstan dan

fentilasi mandotari intermiten(IMV), atau pernapasan tekann positif intermiten dan

tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP).

Rasional: hipoksemia asdemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan,

meningkatkan tahanan vaskuler pulmonal dan vasokontriksi, dan menyebabkan

duktus arterious tetap terbuka . imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan

ventilasi untuk mempertahankan pernapasn. Pengunaan PEEP dapat menurunkan

kolaps jalan napas, meningkatkan pertukran gas dan menurunkan kebutuhan oksigen

tingkat tinggi.

16. Pantau pemberian oksigen dan durasi pemberian.

Rasional :kadar oksigen serum tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan

PEEP(barotrauma) dapat memredisposisikan bayi pada displasia bronkopulmunal.

17. Catat fraksi oksigen dalam udra inspirasi (FIO2) setiap jam.

Rasional: jumlah oksigen yang di berikan, diexspresikan sebagai FIO2 ditentukan

secra individu, berdasarkan pada pemantauan transkutan atau sampel darah

Page 17: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

17 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

kapiler.(catatan: kadar ooksigen tinggi lama {toksisitas oksigen }. Dapat

mendisposisikan bayi pada kertusakan retinal trolental fibropasial).

18. Mulai drainase postural. Fisioterapi dada, atau vibrasi lobus setiap 2jam, sesuai

indikasi, perhatikan toleransi bayi terhadap proedur.

Rasional: memudahkan penghilangan sekresi. Lama waktu yang digunakan untuk

setiap lobus dihubu8ngkan dengan toleransi bayi. ( bayi biasanya tidak bisa

mentoleransi regimen tindakan yang penuh setiap waktu).

19. Aspirasi isi lambung untuk tes shake.

Rasional: memberikan informasi yang segera akn ada atau tidak adanya surfaktan.

Surfaktan,, yang perli untuk meningkatakan ekspansi normal dan elastisitas

alveolibiasanya tidak ada dalam kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu ke-32

sampai ke-33.

20. Beri makan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai pengganti penberian

makan dengan ASI, bila tepat.

Rasional: menu runkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat

energi, dan menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan refleks gag buruk.

21. Berikan obat-obatan sesuai indikasi:

a. Natrium bikarbonat.

Rasional: bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki

ventilasi tidak cukup untuk memperbaiki asidosis. Penggunaan natrium

bikarbonat yang hati-hati dapat mengembalikan ph ke dalam rentang normal.

b. Surfaktan(artifisial atau eksogen).

Rasional : Mungkin di berikan pada kelahiran atau setelah diagnosis RDS untuk

menurunkan beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan efek dapat

berakjir sampai 72 jam.

22. Bantu dengan aspirasi jarum toresentesis, atau pemasangan selang dada.

Rasional: mengembankan kembali paru melalui mengeluarkan udara atau cairan

yang terjebak. Membuat kembal tekanan negatif dn meninkatkan pertukaran gas.

B. POLA PENAPASAN, TIDAK EFEKTIF

Dapat berhubungan dengan: imatiritas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan

otot, penurunan energi. Depresi berhubungan dengan obat dan ketidak seimbangan

metabolik.

Page 18: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

18 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Kemungkinan di buktikan oleh: dispnea, takipneaa, periode aonea, pernafasan cuping

hidung, penggunaan bantuan otot, sianosis , GDA abnormal, takikardia.

Hasil yang di harapkan neonatal akan: Mempertahankan pola pernafasan periodik (

periode apenik berakhir 5-10 dtk diikuti dengan periode pendek ventilasi cepat). Dengan

membran mukosa merah muda dan frekuensi jantung DBN.

Intervensi

Mandiri

1. Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan

perubahan frekuensi jantung , tonus jantung, tonus otot, dan warna kulit berkenaan

dengan prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan pernafasan yang

kontinu.

Rasional : membantu dalam memberikan periode perpytaran pernfasan normal dari

serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi seblum gestasi mingu ke-30.

2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.

Rasional : Menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.

3. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi

pernapasan pada bayi.

Rasional : madnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernafasan aktifitas SSP.

Ikan

4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan pokok di bawah

bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi.

Rasional: posisi ini dapat memoermudah pernafasan dan menurunkan episode apneik,

khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnia.

5. Pertahankan suhu tubuh optimal.(rujuk pada DK: termoregulasi , tidak efektif, resiko

tinggi terhadap).

Rasional: bahkan adanya sedikit peningkatan atau penurunn suhu lingkungan dapat

menimbulkan apnea.

6. Berikan rangsangan taktil yang segera.( mis, gosokan punggung bayi) bila terjadi

apnea. Pergatikan adanya sianosis, bradikardi, atau hipotonia. Anjurakan kontak orang

tua.

Page 19: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

19 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya

pernafasan spontan. Kadang-kadang, bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau

tidak ada , atau bradikardia bila orangtua menyentuh dan bicara pada mereka.

7. Tempatkan bayi pada matras bergelombang.

Rasional: gerakan memberikann rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian

apneik.

Kolaborasi

8. Pantau pemeriksaan laboratorium (Mis,. GDA, glikosa serum, elekrolit, kultur,mdan

kadar obat) sesuai indikasi.

Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglekimia, hipokalsemia,dan

sepsis dapat memperberat serangan apneik. Toksisitas obat, yang menekan fungsi

pernafasan dapat terjadi karena pernafasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi

dan waktu paruh obat yang lama.

9. Berikan oksigen sesuai indikasi.(rujukan pada DK: pertukaran gas, kerusakan).

Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatka n

pernfasan.

10. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:

a. Natrium bikarbonat.

Rasional : memperbaiki asidosis.

b. Antibiotik.

Rasional; mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.

c. Kalsium glukonat.

Rasional: hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea.

d. Aminoflin.

Rasional: dapat meningkat aktifitas pusat pernafasan dan menurunkan sensitifitas

terhadap karbondiosida, menurunkan frekuensi apnea.

e. Pankuronium bromida (pavulon).

Rasional: mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi scra

mekanis terventilasi.

f. Larutan glukosa.

Rasional: mencegah hipoglikemia. (Rujuk pada DK: nutrisi, perubahan, kurang

dari kebutuhan tubuh, resikotinggi terhadap).

Page 20: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

20 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

C. TERMOLEGULASI, TIDAK EFEKTIF, RESIKO TINGGI TERHADAP.

Faktor resiko dapat meliputi: perkembangan SSP imatur( pusat regulasi suhu), penurunan

rasio masa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan . keterbtasan

simpanan lemak coklat , ketidak mampuan merasakan dingin atau berkeringat. Cadangan

metabolik buruk, respons mati terhadap hipotermia. Danmanipulasi dan intervensi

medis/ keperawatan yang sering.

Kemungkinan di buktikan oleh: {tidak dapat di terapkan: adanyha tanda/gejala untuk

mendiagnosa aktual}

Hasil yang di harapkan neonatal akan: Mempertahankan suhu kilt /aksila dalam 95,9-

99,1 F(35,5-37,3F) bebas dari tanda-tanda stres dingin.

Intervensi

Mandiri

1. Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu rektal pada awalnya; selanjutnya, periksa suhu

aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat. Ulangi

setiap 15 mnt selama penghangatan ulang.

Rasional: hipotermia mebuat bayi cendrung pada stres dingin, penggunaan simpanan

lemak coklat yang tidak dapat diperbarui bila ada, dan menurunkan sensitifitas untuk

meningkatkan kadar karbon dioksida ( hiperkapnia) atau penurunan kadat oksigen(

hipoksia). (catatan: penghangatan ulang terlalu cepat berkenaan dengan kondisi

apneik, ini dapat menyebabkan depessi pernafasan lanjut sebagai pengganti

pernapasan. Mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan oksigen.)

2. Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan

penyebar hangat , atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang

lebih besar atau lebih tua. Gunakan bantalan pemanas di bawah bayi bila perlu, dalam

hubunganya dengan tempat tidur isolette atau tebuka.

Rasional ; mempertahankan lngkungan termonal membantu mencegah stres dingin.

3. Gunakan lampu pemanas selam prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan

penutup plastik atau kertas alumunium bil tepat. Objek pans dengan tubuh bayi,

seperti stetosko, linen, dan pakaian.

Rasional; menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yanng lebih dingin dari

ruangan.

Page 21: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

21 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

4. Kurangi pemajanan pada aliran udara: hindari pembukaan pagar isolette yang tidak

semestinya.

Rasional: menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi. Membatasi

kehilangan panas melalui radiasi.

5. Ganti pakaian atau linen tempat bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.

Rasional: menurunkan kehilangan melalui evaporasi.

6. Pantau system pengatur suhu, penyebar hangat, atau incubator. (pertahankan batas atas

pada bayi 98,6oF, tergantung pada ukuran atau usia bayi).

Rasional : hipertemie akibat pening katan pada laju metabolisme, kebutuhan oksigen

dan glukosa dan kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu lingkungan

yang dapat dikontrol, terlalu tinggi.

7. Pertahankan kelembapan relatif 50-80%. Oksigen lembap hangat 88-93 F(31-34C)

Rasional; mencegah evaporasi berlebihan , menurunkan kehilngan cairan tidak kasat

mata.

8. Perhatikan adanya takipnea atau apnea: sianosis umum, akrosianosis , atau kulit

belang: bradikardia , menangis buruk, atu latergi . evaluasi derajat dan lokasi ikterik.

(Rujuk pada MK: Bayi baru lahir:hiperbilirubinemia).

Rasional: tanda-tanda ini menandakan stres dingin, yang meninkatkan konsumsi

oksigen dan kalori serta mebuat bayi cendrung pada asidosis berkenaan dengan

metabolisme anerobik. Hipoytmia meningkatkan reiko kernikterus, saat asam lemak

dilepasakan pada metabolisme lemak coklat bersaing dengan bilirubin untuk bagian

pada albumin. (catatan: warna kulit mungkin merah terang pada perifer, dengan

sianosis terlihat pada bagian tengah sebagai akibat darike gagalan disoiasi

oksihemoglobin .)

9. Berikan penghangatan bertahap untuk bayi yang stres dingin.

Rasional: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen

berlebihan dan apnea.

10. Kaji haluaran dan berat jenis urin.

Rasional: peningkatan haluaran dan peningkatan berat jenis urin di hubungkan dengan

penurunan perfusi ginjal selama periode stres dingin.

11. Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan tidak

adekuat, tingkatkan suhu lingkingan sesuai indikasi.

Page 22: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

22 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: ketidak adekuatan penambahan berat badan mesipunmasukan kalori tidak

adekuat dapat menandakan bahwa kalori di gunakan untuk mempertahankan suhu

tubuh , memerlukan peningkatan suhu lingkungan.

12. Perhatikan frekuensi dan jumlah masukan. Pantau dextrosix. Kaji bayi terhadp

muntah, distensi abdomen, atau apatis.

Rasional: pemberian makan buruk ketidak stabilan biasa terjadi pada bayi dengan

ketidak stabilan suhu kadar dextrosik kurang dari 45 mg/dl menadakan hipoglekimia

yang memrluksn intervensi segera.

13. Kaji kemjuan kemampuan bayi untuk berdaptasi tergadap suhu rendah di dalam

inkubator, atau pada suhu ruangan, saat mendemonstrasikan penambahan berat badan

yang tepat

Rasional: .alat buaian dapat di gunakan bila bayi dapat mempertahankan suhu tubuh

stabil 97,70F dalam udra ruangan dan dapat meningkatkan berat badan.

14. Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangtat. Berikan informasi termoregulasi

kepada orangtua.

Rasional: kontak di luar tempat tidur, khusunya dengan orangtua, mungkin singkat

saja bila dimungkinkan untuk mencegah stres dingin. (catatan: hipertermia dapat

terjadi bila bayi di gendong oleh orang tua.)

15. Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan , diaforesis, letarge,apnea,

koma atau aktifitas kejang .

Rasional: tanda-tanda hipertermia (suhu tubuh lebih besar dari 990F ( 37,2

0C). Dapat

berkanjut pada kerusakan otak bil tidak teratasi.

16. Evaluiasi sumber eksternal ( mis., foto terapi, lampu pemanas, atau sinar matahari).

Batasi pakaian dan mandi di seka dengan spon menggunakan air hangat. Pastikan

posisi yang tepat dari alat pengukur suhu bila digunakan.

Rasional: tindakan ini secra umum berhasil dalam memperbaiki hipertermia. (catatan:

bila hipertermia menetap setelah menetukan posisi yang tepat dan memfungsikan alat

pengukur suhu, kemungkinan status hipermetabolik seperti sepsis atau gejala putus

zat narkotik harus dipertimbangkan).

Kolaborasi

17. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi( mis., GDA, Glukosa, serum,

elektrolit, dan kadar bilirubin). (rujuk pada DK: kerusakan pertukaran gas .)

Page 23: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

23 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: stres dingin meningkatkan kebutuhann terhadap glukosa dan oksigen serta

dapat menyebabkan masalah asam –basa bila bayi mengalami metabolisme anerobik

bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia peningkatan kadar bilirubin inderek

dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari metabolisme lemak coklat, dengan

asam lemak bersaig dengan bilirubin pada bagian ikatan di alabumin. Asidosis

metabolok dapat juga terjadi pada hipertermia.

18. Berikan D10 W dan ekspander volume secara intravena, bila diperlukan.

Rasional: pemberian dekstrosa mungkin perlu untuk meperbaiki hipoglikemia.

Hipotensi karena vasodilatasi perifer mungkin memerlukan tindakan pada bayi yang

mengalami stress panas. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan dehidrasi tiga

sampai empat kali lipat.

19. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi

Rasional : Bila oksigen tidak siap tersedia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan

metabolik berkenaan dengan upaya untuk meningkatkan suhu tubuh, bayi akan

menggunakan metabolisme anaerobik, mengakibatkan asidosis karena pembentukan

asam laktat. Hipotermia menurunkan respons bayi praterm terhadap hipoksia dan

hiperkapnia, yang menyebabkan depresi pernapasan lanjut sebagai ganti dari

peningkatan frekuensi pernapasan, mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan

oksigen. Hipertermia karena penghangatan terlalu cepat dihubungkan dengan keadaan

apnea, peningkatan kehilangan air yang tidak kasatmata dan peningkatan frekuensi

metabolik dengan peningkatan kebutuhan terhadap oksigen dan glukosa.

20. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :

a. Fenobarbital.

Rasional: Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP

yang disebabkan oleh hipertermia.

b. Natrium bikarbonat

Rasional: Memperbaiki asidosis, yang dapat terjadi pada hipotermia dan

hipertermia.

D. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP

Faktor resiko dapat meliputi : Usia dan berat badan ekstrem (prematur, dibawah 2500 g),

kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis, kurang lapisan lemak, peningkatan suhu

lingkungan, ginjal imatur / kegagalan untuk mengkonsentrasikan urin).

Page 24: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

24 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnosa aktual].

Hasil yang diharapkan neonatal akan : Bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau glikosuria

dengan masukan cairan sama dengan haluaran dan pH, Ht, dan berat jenis urin DBN.

Menunjukkan penambahan berat badan 20-30g/hari.

Intervensi

Mandiri

1. Dapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama dan pada

waktu yang sama.

Rasional; Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan.

Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 15% dari berat badan total atau 1%-2%

dari berat badan total perhari. Ketidakadekuatan penambahan berat badan dapat

dihubungkan dengan ketidakseimbangan air atau ketidakadekuatan masukan kalori.

2. Bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift dan keseimbangan kumulatif

setiap periode 24 jam. Pertahankan catatan setiap jam dari penginfusan cairan

intravena. Kaji haluaran melalui pengukuran urin dari kantung penampung atau

melalui penimbangan / penghitungan popok. Pertahankan catatan akurat mengenai

jumlah darah yang diambil untuk tes laboratorium.

Rasional: Haluran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira

80-100 ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120-140

ml/kg/hari pada hari ke-3 pasca kelahiran. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan

penurunan kadar Hb/Ht.

3. Pantau berat jenis urin setiap selesai berkemih, atau setiap 2-4 jam, dengan

megaspirasi urin dari popok bila bayi tidak tahan dengan kantung penampung urin

atau yang kantung penampung yang direkatkan.

Rasional; Meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk

mengkonsentrasikan urin biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi

praterm (rentang normal 1,006 – 1,013), berat jenis urin bervariasi, memberikan tanda

tingkat dehidrasi individu. Kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan;

kadar lebih besar dar 1,013 menandakan ketidakcukupan masukan cairan dan

dehidrasi.

Page 25: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

25 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

4. Tes urin dengan Dextrotix per protokol.

Rasional: Bahkan pada kasus hipoglikemia, glikosuria terjadi saat ginjal yang imatur

mulai mengekskresikan glukosa, yang dapat menimbulkan diuresis osmotik,

meningkatkan resiko dehidrasi.

5. Minimalkan kehilangan cairan yang tidak kasatmata melalui penggunaan pakaian,

suhu termonetral, dan menghangatkan atau melembabkan oksigen.

Rasional: Bayi praterm kehilangan air dalam jumlah besar melalui kulit, karena

pembuluh darah dekat dengan permukaan dan kadar lapisan lemak berkurang atau

tidak ada. Fototerapi atau penggunaan penyebar hangat dapat meningkatkan

kehilangan tidak kasatmata sampai 50% atau sebanyak 200 ml/kg/hari. (catatan : BB

bayi < 1500g (3 lb 5 oz) paling rentan terhadap kehilangan cairan tidak kasatmata).

6. Pantau tekanan darah (TD), nadi, dan tekanan arterial rerata (TAR)

Rasional: Kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok dengan TAR <25

mmHg menandakan hipotensi (Catatan: TD dihubungkan dengan BB; mis, bayi lebih

kecil, TAR lebih rendah).

7. Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, keadaan fontanel anterior.

Rasional: Cadangan cairan dibatasi pada bayi praterm. Kehilangan/perpindahan

cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor

kulit yang buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.

8. Perhatikan letargi, menangis dengan nada tinggi, distensi abdomen, peningkatan

apnea, kedutan, hipotonia, atau aktivitas kejang.

Rasional: Tanda-tanda ini menunjukkan hipokalsemia, yang paling mungkin terjadi

selama 10 hari pertama kehidupan.

9. Kaji lokasi tempat masuknya cairan intravena setiap jam. Perhatikan edema atau

kegagalan masuknya cairan. Jangan memeriksa posisi jarum dengan menurunkan

cairan dibawah tingkat jarum.

Rasional: Pembengkakan dapat menandakan terjadi infiltrasi cairan atau plester

terlalu ketat. Aliran balik darah disebabkan oleh penurunan cairan mungkin

menyumbat jarum.

10. Berikan kalium klorida, kalsium glukonat 10%, dan magnesium sulfat 50%, sesuai

indikasi. Pantau bradikardia yang potensial terjadi pada bayi melalui pemantau

Page 26: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

26 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

jantung; observasi lokasi tempat masuknya infus terhadap adanya tanda-tanda iritasi

atau edema.

Rasional: Perbaikan ketidakseimbangan elektrolit perlu untuk mempertahankan atau

mencapai homeostasis. Pemberian kalsium melalui kateter vena umbilikal dapat

menyebabkan nekrosis hepar, bila diberikan melalui arteri umbilikal, ini dapat

memperberat entrokolitits nekrotisan. Pengenalan dini dan intervensi segera dapat

membatasi efek-efek tidak baik dari infiltrasi obat; sperti kerapuhan, kalsifikasi, dan

nekrosis. (Catatan: Penggantian kalsium tidak efektif pada adanya defisit

magnesium).

11. Berikan transfusi darah.

Rasional: Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan

menggantikan kehilangan darah.

12. Berikan dopamin hidroklorida, sesuai indikasi.

Rasional: Dapat digunakan untuk mengatasi penurunan tekanan darah, khususnya

bila berhubungan dengan pemberian Pavulon.

Kolaborasi

13. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :

a. Ht

Rasional: Dehidrasi meningkatkan kadar Ht di atas nilai normal 45% - 53%.

b. Kalsium serum dan magnesium serum.

Rasional: Bayi praterm rentan pada hipokalsemia (kadar kalsium < 7 mg/dl)

karena simpanan rendah, depresi rangsang paratiroid, dan stress karena hipoksia,

sepsis, atau hipoglikemia. Hipomagnesemia sering disertai hipokalsemia.

c. Kalsium serum.

Rasional: Hipokalsemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang

nasogastrik, diare, ata muntah. Kadar kalium berlebihan (hiperkalemia) dapat

diakibatkan dari kesalahan penggantian, perpindahan kalium dari ruangan

intraselular ke ekstraselular, asidosis, atau gagal ginjal.

14. Berikan infus parenteral: dalam jumlah > 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia

bronkopulmonal (BPD), atau enterokolitis nekrotisan (NEC).

Rasional: Penggantian cairan menambah volume darah, membantu mengembalikan

vasokonstriksi berkenaan dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan kekiri melalui

Page 27: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

27 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

PDA, dan telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan

displasia bronkopulmonal.

E. CEDERA, RISIKO TINGGI TERHADAP, KERUSAKAN SSP

Faktor resiko dapat meliputi : Hipoksia jaringan, perubahan faktor pembekuan,

ketidakseimbangan metabolik (hipoglikemia, perpindahan elektrolit, peningkatan

bilirubin).

Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnosa aktual].

Hasil yang diharapkan neonatal akan : Bebas dari kejang dan tanda-tanda kerusakan

SSP. Mempertahankan homeostasis dibuktikan oleh GDA, glukosa serum, kadar

elektrolit dan bilirubin DBN.

Intervensi

Mandiri

1. Kaji upaya pernapasan. Perhatikan adanya pucat atau sianosis.

Rasional: Distress pernapasan dan hipoksia mempengaruhi fungsi serebral dan dapat

merusak atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral, meningkatkan resiko

ruptur. Bila tidak teratasi, hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan permanen. (Rujuk

DK: pertukaran gas, kerusakan).

2. Pantau kadar Dextrostix, dan observasi adanya perilaku yang menandakan

hipokalsemia atau hipokalsemia pada bayi (mis, kacau mental, kedutan, kejang

mioklonik, atau mata terbalik). (Rujuk DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari

kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap).

Rasional: Karena kebutuhannya terhadap glukosa, otak dapat menderita kerusakan

yang tidak dapat pulih bila kadar glukosa serum lebih rendah dari 30-40 mg/dl.

Hipokalsemia (kadar kalsium serum <7 mg/dl) sering menyertai hipokalsemia dan

dapat mengakibatkan apnea dan kejang.

3. Observasi bayi terhadap perubahan fungsi SSP dimanifestasikan oleh perubahan

perilaku, letargi, hipotonia, penonjolan atau ketegangan fontanel, mata terbalik, atau

aktifitas kejang. Selidiki penyimpangan keadaan yang ditandai oleh menangis nada

tinggi, pernapasan yang sulit, dan sianosis, yang diikuti dengan apnea, flaksid

kuadriparese, tidak berespons, hipotensi, postur tonik, dan arefleksia.

Page 28: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

28 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: Trauma kelahiran, kapiler rapuh, dan kerusakan proses koagulasi membuat

bayi beresiko terhadap IVH, khususnya bayi yang BB nya < 1500g atau gestasi

dibawah 34 minggu. Penegangan atau penonjolan fontanel anterior mungkin

merupakan tanda pertama dari IVH, syok hemoragi, atau peningkatan tekanan

intrakranial (PTIK), yang dengan mudah membawa pada kematian akibat sirkulasi

yang kolaps. Bayi gestasi < 32 minggu dapat menjadi letargik atau hipotonik serta

dapat memanifestasikan gerakan “mata menjelajahi” yang tidak terkontrol dan kurang

jalur penglihatan. (Catatan: tanda-tanda klinis dan perkembangan IVH mungkin tidak

ada, sangat samar, atau tiba-tiba serta mengancam kehidupan).

4. Ukur lingkar kepala, sesuai indikasi.

Rasional: Membantu mendeteksi kemungkinan PTIK atau hidrosefalus, yang

mungkin merupakan akibat dari hemoragi subdural. Hanya 35%-50% bayi dengan

hidrosefalus berkembang secara normal.

5. Kaji warna kulit, perhatikan bukti peningkatan ikterik berkenaan dengan perubahan

perilaku seperti letargi, hiperrefleksia, kacau mental, dan opistotonus. (Rujuk pada

MK: Bayi baru lahir: Hiperbilirubinemia).

Rasional: Bayi praterm lebih rentan pada kernikterus pada kadar bilirubin lebih

rendah dari bayi cukup bulan karena peningkatan kadar bilirubin sirkulasi tidak

terkonjugasi melewati barier darah otak.

Kolaborasi

6. Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi :

a. Ht / Hb; GDA

Rasional: Penurunan kadar Hb atau anemia menurunkan kapasitas pembawa

oksigen, meningkatkan resiko kerusakan SSP yang peramnen berkenaan dengan

hipoksemia. Penurunan Ht yang tiba-tiba dapat menjadi indikator pertama dari

IVH.

b. Kadar bilirubin

Rasional: Peningkatan kadar bilirubin dengan cepat dapat mengakibatkan

kernikterus bila tidak diatasi.

c. Berikan suplemen oksigen

Rasional: Hipokalsemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan SSP

yang permanen.

Page 29: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

29 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

7. a. Bantu dengan prosedur diagnostik atau terapeutik, sesuai indikasi :

Skaning tomografi komputer, ultrasonografi kranial.

Rasional: Mengidentifikasi adanya/luasnya hemoragi, yang bermanfaat dalam

memprediksi kemungkinan komplikasi jangka panjang dan dalam pemilihan

tindakan.

b. Punksi lumbal

Rasional:Spesimen cairan serebrospinal (CSS) berdarah memastikan IVH.

Beberapa rumah sakit melakukan punksi leumbal berturut-turut setiap hari untuk

menurunkan TIK dan mencegah efek-efek berbahaya dari hidrosefalus.

c. Transfusi tukar

Rasional: Naik atau meningkatnya kadar bilirubin dengan cepat menandakan

kebutuhan terhadap transfusi tukar volume ganda dengan darah O negatif untuk

mengeluarkan bilirubin dan mencegah hemolisis lanjut dari sel darah merah

(SDM).

d. Ventrikulopunksi atau tap.

Rasional: Mungkin digunakan untuk mengeluarkan kelebihan darah dari

ventrikel, meskipun pemeriksaan tidak menandakan adanya perubahan dalam

hasil.

e. Penempatan pirau ventrikuloperitoneal.

Rasional: Dilatasi ventrikel progresif tidak responsif pada tindakan lain dapat

memrlukan intervensi pembedahan untuk memperbaiki atau mencegah

hidrosefalus.

8. a. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:

Kalsium, magnesium, natrium bikarbonat, dan atau glukosa.

Rasional: Perbaikan ketidakseimbangan membantu mencegah aktivitas kejang

neonatus, yang dapat terjadi pada respons terhadap keadaan metabolik sementara.

b. Fenobarbital

Rasional: Membantu untuk mengontrol kejang akut serta status epileptikus pada

bayi baru lahir.

Page 30: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

30 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

c. Fenitoin atau diazepam

Rasional: Mungkin digunakan bila obat antiepileptik lain tidak berhasil dalam

mengontrol aktifitas kejang. (Catatan : Dosis harus berdasarkan pada pembuluh

darah).

d. Furosemid, asetazolamid, atau steroid.

Rasional: Membantu menurunkan tekanan intrakranial, dan mengatasi efek-efek

sekunder dari perdarahan.

e. Vitamin E

Rasional: Sifat antioksidan melindungi membran SDM terhadap hemolisis.

f. Indometasin

Rasional: Pemberian IV dapat memperbaiki ketidakseimbangan hemodinamik

melalui penutupan duktus arteriosus paten.

9. Bantu dengan penggantian cairan atau pembatasan

Rasional: Perfusi serebral tergantung pada volume sirkulasi adekuat. (Catatan: cairan

mungkin tidak dibatasi pada kasus hipertonisitas, kerusakan SSP dengan perdarahan,

atau palsi serebral).

F. NUTRISI, PERUBAHAN, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH, RISIKO

TINGGI TERHADAP

Faktor resiko dapat meliputi: Imaturitas produksi enzim, penurunan produksi asam

hidroklorik (menurunkan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak), imaturitas

sfingter kardia, otot abdominal lemah, kapasitas lambung kecil, refleks lemah, tidak ada,

atau tidak sinkron berkenaan dengan pemberian makan, ketidakadekuatan kadar nutrisi

simpanan.

Kemungkinan dibuktikan oleh: [tidak dapat diterapkan adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnose actual]

Hasil yang diharapkan neonatal akan: Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan

BB dalam kurva normal, dengan penambahan BB tetap sedikitnya 20-30 g/hari.

Mempertahankan glukosa serum DBN dan keseimbangan nitrogen positif.

Intervensi

Mandiri

1. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (mis, menghisap, menelan,

gag, dan batuk).

Page 31: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

31 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.

2. Auskultasi terhadap adanya bising usus. Kaji status fisik dan status pernapasan.

Rasioanal: Pemberian makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat

dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distress pernapasan ada, cairan perenteral

diindikasikan, dan cairan peroral harus ditunda.

3. Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai indikasi.

Rasional: Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi yang

adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk dan refleks

menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.

4. Kaji pernapasan yang tepat dari selang pemberian makan pada bayi, gunakn prosedur

pengkleman yang tepat untuk mencegah masuknya udara kedalam lambung.

Rasional: Pemasangan selang pada trakea yang tidak tepat dapat menurunkan fungsi

pernapasan. Bila 1 ml atau kurang aspirasi dari lambung, penjumlahan ini harus

dikurangi dari makanan yang akan diberi dan dimasukan kembali kedalam selang. Bila

> 2 ml diaspirasi, jadwal pemberian makan perlu diubah.

5. Masukan ASI/formula dengan perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml/menit.

Rasional: Pemasukan makanan kedalam lambung yang terlalu cepat dapat

menyebabkan respons balik cepat regurgitasi, peningkatan resiko aspirasi, dan distensi

abdomen, semua ini menurunkan status pernapasan.

6. Kaji tingkat energi dan penggunaannya, derajat kelelahan, frekuensi pernapasan, dan

lama waktu yang diperlukan untuk makan.

Rasional: Penggunaan energi berlebihan selama makan menurunkan ketersediaan

kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Pengguanaan selang secara total

atau sementara mungkin perlu untuk menurunkan kelelahan. Pemberian makan peroral

tidak tepat bila frekuensi pernapasan > 60/menit.

7. Penuhi kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama pemberian

makan perselang. Bila bayi menjadi kadang-kadang menyusu ASI, ibu dapat

menggosok dot pada payudara, melembabkannya dengan sedikit ASI untuk memberi

bau padanya. Ia dapat juga menggendong bayi selama pemberian makan.

Rasional: Memberikan kepuasaan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasaan diri

dalam menghisap dengan kenyamanan dari pengisian lambung.

8. Tunda drainase postural selama sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan.

Page 32: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

32 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: Memungkinkan pencernaan optimal dan absorpsi dan pemberian makan,

membantu mencegah regurgitasi berkenaan dengan peningkatan penanganan.

9. Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residu lambung berlebihan, atau hasil

positif dari tes guaiak. (Rujuk pada DK: konstipasi, resiko tinggi terhadap).

Rasional: Menandakan kerusakan fungsi lambung. Residu lambung > 2 ml (diaspirasi

melalui selang nasogastrik[NG] sebelum pemberian makan) menunjukkan kebutuhan

untuk menurunkan jumlah pemberian makan dan dapat menandakan absorpsi buruk

atau enterokolitis nekrotisan.

10. Pantau kadar Dextrosix dan Clinitest perprotokol.

Rasional: Karena hepar imatur tidak menyimpan atau melepaskan glikogen dengan

baik, resiko hipoglikemia meningkat. Hipoglikemia dapat di diagnosa dengan kadar

Dextrostix < 45 mg/dl. (Catatan: Bayi mungkin asimtomatik bahkan bila hasil

Dextrostix serendah 20 mg/dl).

11. Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan yang tepat. Gangguan

pada bayi harus seminimal mungkin.

Rasional: Stress dingin, hipoksia, dan penanganan yang berlebihan meningkatkan laju

metabolisme dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan mengorbankan pertumbuhan

dan peningkatan BB.

12. Pantau bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk pemberian makan parenteral

(mis, peningkatan suhu, trombosis pembuluh darah, dispnea, muntah, atau sianosis).

Rasional: Kira-kira 50% komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi parenteral total

(NPT) adalah karena sepsis, biasanya septikemia Candida. Komplikasi lain meliputi

kelebihan beban cairan dan obstruksi atau perubahan posisi kateter.

13. Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap minggu

dari panjang badan dan lingkar kepala.

Rasional: Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah criteria untuk penentuan

kebutuhan kalori, untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi

pemberian makan. Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan

kebutuhan protein.

Kolaborasi

14. Mulai pemberian makan dengan air steril, glukosa, dan ASI atau formula, dengan

tepat.

Page 33: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

33 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional: Pemberian makan dini mencegah penurunan cadangan.

15. Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan perkiraan

kapasitas lambung.

Rasional: Bayi < 1250g (2 lb 12 oz) diberi makan setiap 2 jam, bayi antara 1500 dan

1800 d (3 bl 8 oz – 4 lb) diberi makan setipa 3 jam.

16. Gunakan formula pekat untuk memberikan 120-150 kal/kg/hari atau lebih, dengan

protein 3-4 g/kg/hari. Tambahkan suplemen ke ASI untuk pemberian makan melalui

selang sesuai kebutuhan.

Rasional: Masukan kalori harus cukup untuk mencegah katabolisme. Formula yang

pekat memberikan lebih banyak kalori dalam volume yang lebih sedikit, yang perlu

karena penurunan kapasitas dan pengosongan lambung, serta bahaya menekan ginjal

imatur. (Catatan : bayi yang sakit merupakan formula pembandingan setengah diawal

dengan volume/konsentrasi ditambahkan > 1-10 hari sesuai toleransi bayi).

17. Berikan vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, C, D, dan E, dan zat besi, sesuai

indikasi.

Rasional: Menggantikan simpanan nutrien rendah untuk meningkatkan keadekuatan

nutrisi dan menurunkan resiko infeksi. Vitamin C dapat menurunkan kerentanan pada

anemia hemolitik dan menghilangkan displasia bronkopulmonal dan fibroplasia

retrolental. Vitamin E membantu mencegah hemolisis SDM.

18. Pertahankan kepatenan, bantu dengan menggunakan selang makan indwelling (selang

transpilorik, nasojejunal, nasoduodenal).

Rasional: Memberikan kontinuitas penginfusan formula pada bayi praterm yang

sangat kecil yang memenuhi kriteria khusus: mis, takipnea, penyakit paru kronis,

ketergantungan respirator, aspirasi berulang dengan pendekatan cara pemberian makan

lain. (Catatan: potensial resiko menyertai penggunaan selang indwelling ini harus

dipertimbangkan terhadap keuntungannya).

19. Berikan makan NPT melalui pompa infus dengan menggunakan kateter indwelling

kedalam vena kava atau jalur perifer. Infus emulsi lemak (intralipid) melalui jalur

perifer.

Rasional: Infus NPT dari protein hidrolisat, glukosa, elektrolit, mineral, dan vitamin

mungkin perlu untuk bayi dengan diare kronis; sindrom malabsorpsi, perbaikan

pembedahan dari anomali gastrointestinal (GI), obstruksi, atau enterokolitis

Page 34: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

34 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

nekrotisan, prematuritas yang ekstrem. Infus intralipid memberikan asam lemak

esensial kepada anak yang memrlukan NPT. (Catatan: keuntungan dari pengguanaan

intralipid harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan resiko akumulasi lemak

dalam paru).

20. Pantau pemeriksaan laboratorium; mis, glukosa serum, elektrolit, protein total.

Rasional: Mengukur ketepatan NPT

G. INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP KONSTIPASI, RISIKO TINGGI

TERHADAP

Faktor resiko dapat meliputi: Respon imun imatur, kulit rapuh, jaringan trauma, prosedur

invasif, pemajangan lingkungan (KPD, pemajangan transplasental).

Kemungkinan dibuktikan oleh: [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnosa aktual]

Hasil yang diharapkan neonatal akan: Mempertahankan serum negatif, CSS, urin, dan

kultur nasofaringeal dengan hitung darah lengkap, trombosit, kadar pH, dan tanda vital

DBN.

Intervensi

Mandiri

1. Tinjau ulang catatan kelahiran. Perhatikan apakah tindakan resusitasi diperlukan, lama

pecah ketuban, dan adanya korioamnionitis.

Rasional: Faktor-faktor maternal seperti KPD dengan persalinan dan kelahiran

praterm kemungkinan disebabkan oleh proses infeksi asenden. Infeksi transplasental

didapat (yang mempengaruhi dua sepertiga dari semua bayi terinfeksi) juga

merupakan ancaman. Bayi yang telah diresusitasi dan yang telah mendapat intervensi

invasif lebih cenderung kemasukan patogen dan infeksi. Sepsis awiatan-awal (terjadi

dalam 2 hari pertama kehidupan) dipengaruhi oleh pertahanan hospes dan durasi pecah

ketuban antepartum.

2. Tentukan usia gestasi janin dengan menggunakan kriteria Dubowitz.

Rasional: Kelahiran sebelum gestasi minggu ke-28 – 30 meningkatkan kerentanan

abyi terhadap infeksi, karena penurunan kemampuan SDP untuk menyerang bakteri,

penurunan pemindahan imunoglobulin G (IgG ditransportasikan melewati plasenta

terutama pada trimester ke-3), kurang imunogloblin A (IgA) bila bayi tidak menerima

Page 35: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

35 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

ASI, dan keratin kulit buruk dengan ketidakefektifan kualitas barier. (Catatan : Bayi

yang menderita retardasi pertumbuhan intrauterus beresiko tinggi terhadap infeksi).

3. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orangtua, dan pekerja lain

perprotokol. Gunakana antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan atau

prosedur invasif.

Rasional: Mencuci tangan adalah prktik yang paling penting untuk mencegah

kontaminasi silang serta mengontrol infeksi dakam ruang perawatan.

4. Pantau staf dan pengunjung akan adanya lesi kulit, luka basah, infeksi pernapasan

akut, demam, gastroenteritis, herpes simpleks aktif (oral, genital, atau paronisial), dan

herpes zoster.

Rasional: Penularan penyakit pada neonatus dari pekerja atau pengunjung dapat

terjadi secara langsung atau tidak langsung.

5. Berikan jarak yang adekuat antara bayi atau antara unit isolette atau unit individu.

Gunakan ruangan isolasi terpisah dan teknik isolasi sesuai indikasi.

Rasional: Memberikan jarak 4-6 kaki dengan bayi membantu mencegah penyebaran

droplet atau infeksi melalui udara.

6. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, seperti ketidakstabilan suhu (hipotermia atau

hipertermia), letargi atau perubahan perilaku, distres pernapasan (apnea, sianosis, atau

takipnea), ikterik, petekie, kongesti nasal, atau drainase dari mata atau umbilikus.

Rasional: Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi, suhu tubuh sendiri merupakan

adalah cara yang tidak dpata dipercaya dalam mengkaji infeksi pada bayi praterm

dengan kerusakan respons inflamasi dan mobilisasi SDP.

7. Buat kelompok bayi, bila mungkin, dan jamin bahwa perawat yang sama merawat

bayi-bayi yang dikelompokkan bersama.

Rasional: Bayi-bayi yang lahir dalam kerangka waktu yang sama (biasanya 24-48

jam), atau terkolonisasi/terinfeksi dengan patogen yang sama, mungkin

dikelompokkan bersama sampai pulang. Pengelompokkan ini merupakan tindakan

yang penting dalam mengkontrol infeksi dengan embatasi jumlah dari kontak satu bayi

dengan bayi yang rentan atau petugas lainnya.

8. Lakukan perwatan tali pusat sesuai protokol rumah sakit.

Rasional: Penggunaan alkohol lokal, triplet dye, dan berbagai antimikroba yang

membantu mencegah kolonisasi.

Page 36: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

36 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

9. Siapkan lokasi tempat prosedur invasif dengan alkohol (70%), iodin tingtur, atau

iodofor. Pantau lokasi infus intravena dan lokasi jalur pemantauan invasif perprotokol.

Rasional: Menurunkan insiden kemungkinan flebitis atau bakteremia.

10. Gunakan teknik aseptik selama penghisapan. Bubuhi tanggal pada larutan yang

terbuka untuk pelembaban, irigasi, atau nebulasi, dan buang setelah 24 jam. Jamin

pembersihan rutin atau penggantian peralatan pernapasan.

Rasional: Menurunkan kesempatan untuk masuknya bakteri yang dapat

mengakibatkan infeksi pernapasan.

11. Perlakuan jalur arteri, stopkok, dan kateter sebagai daerah steril, ambil spesimen darah

pada waktu yang sama.

Rasional: Membantu mencegah bakteremia berkenaan dengan jalur arteri dan

aksesnya yang langsung pada darah dan jaringan dalam.

12. Pantau bayi terhadap tanda-tanda awitan lanjut penyakit atau infeksi.

Rasional: Awitan lanjut penyakit dapat terjadi dapat terjadi secepat-cepatnya pada

hari kelima, tetapi ini biasanya terjadi setelah minggu pertama kehidupan. Tanda-

tanda awitan lanjut infeksi kemungkinan disebabkan oelh bakteri yang didapat

13. Observasi terhadap tanda – tanda syok atau koagulasi intravascular diseminata (KID),

seperti bradikardia, penurunan TD, ketidakstabilan suhu, malas, edema, atau eritema

pada dinding abdomen.

Rasional : KID dapat terjadi dengan septicemia gram negatif.

14. Berikan ASI untuk pemberian makan, bila tersedia.

Rasional: ASI mengandung IgA, makrofag, limfosit, dan netrofil, yang memberikan

beberapa perlindungan dari infeksi.

Kolaborasi

15. Dapatkan specimen, sesuai indikasi (mis: urin melalui aspirasi suprapubis, darah, CSS,

lesi kulit terlihat, nasofaring, atau sputum bila bayi diintubasi.)

Rasional : tes kultur/ sensitivitas perlu untuk mendiagnosa pathogen dan

mengindentifikasi terapi yang tepat.

16. Pantau pemeriksaan laboratorium sesui indikasi :

a. Seri jumlah SDM dan diferensia.

Rasional : prematuria menurunkan respon imun pada infeksi. Jumlah SDP pada

bayi praterm bervariasi dari 6.000 sampai 225.000/mm3 dan dapat berubah dari

Page 37: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

37 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

hari ke hari, membatasi reabilitas diagnostic. Peningkatan nyata atau tiba-tiba atau

penurunan SDP atau sel pita menandakan infeksi.

b. Jumlah trombosit

Rasional : sepsis menyebabkan jumlah trombosit menurun, tetapi pada bayi

praterm, rentang trombosit normal mungkin hanya 60.000 (pada 3 hari pertama)

sampai 100.000/mm3

c. Glukosa dan kadar PH serum

Rasional ; hipoglikemi, hiperglikemi atau asodisis metabolic ( dengan kadar

bikarbonat kurang dari 21 mEq/L ) menandakan infeksi.

17. Berikan antibiotic secara intravena berdasarkan laporan sensitivitas.

Rasional : antibiotic spectrum luas meliputi ampisilin dan aminoglikosida biasanya

diindikasikan, menunggu hasil tes kultur dan sensitivitas. Penggunaan antibiotic

sistemik dengan sembarangan atau tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang

tidak diharpkan, membantu mengembangkan resitensi strain bakteri, dan mengubah

flora normal bayi baru lahir.

18. Bantu dengan pungsi lumbal, sesuai kebutuhan.

Rasional : membantu mengidentifikasi organisme dan lokasi infeksi bila meningitis

dicurigai.

19. Bantu dengan tindakan untuk kemungkinan kondisi yang berhubungan dengan infeksi

: hipoksemia, abnormalitas sushu, ketidakseimbangan elektrolit dan asam-basa,

anemia, atau syok.

Rasional : kejadian fisiologis yang berhubungan dan gejala sisa mungkin mengancam

hidup bayi karena infeksi itu sendiri.

20. Berikan immunoglobulin intrvena dengan tepat.

Rasional : penelitian menunjukkan Ig IV dapat meningkatkan laju kehidupan pada

bayi septic, selain itu, terapi profilaktik untuk bayi dengan berat badan kurang dari

1500 g dapat menurunkan insiden awitan lanjut infeksi nosokomial.

H. KELEBIHAN CAIRAN, RESIKO TINGGI TERHADAP

Faktor resiko dapat meliputi: sistem ginjal imatur dan penurunan laju filtrasi glomelurus

Kemungkinan dibuktikan: tidak dapat diterapkan : adanya tanda dan gejala untuk

menegakkan diagnose aktual.

Hasil yang diharapkan : mempertahankan berat jenis urin, haluaran, dan PH DBN.

Page 38: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

38 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Intervensi

Mandiri

1. Pantau haluaran, lebih disukai dengan menimbang popok, atau dengan mengkaji

satirasi popok dan jumlah popok yang digunakan perhari. Ukur berat jenis urun.

Rasional : haluaran harus 1 – 3 ml/kg/jam dan berat jenis urin harus 1,006 sampai

1,013. Hipovolemia atau anuria atau oliguria dapat menyertai hipoksia berat.

2. Hitung keseimbangan cairan ( masukan total minus haluaran total) setiap 8 jam, dan

timbang bayi per protocol.

Rasional : keseimbangan cairan yang positif dan hubungan penambahan berat badan

dengan kelebihan 20-30 g/hari menunjukkan kelebihan cairan.

3. Evaluasi hidrasi, perhatikan adanya krekels, ronki, dispnea atau takipnea.

Rasional : keterbatasan kemempuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan

meningkatkan risiko hidrasi berlebihan dengan gangguan jantung atau pernapasan.

4. Perhatikan adanya lokasi dan derajat edema

Rasional : edema berlebihan menurunkan sirkulasi dan volume ginjal saat

perpindahan cairan dari plasma ke jaringan.

5. Lakukan pengukuran untuk mencegah infeksi ( rujuk pada DK: infeksi, resiko tinggi

terhadap.)

Rasional : infeksi menggantikan peningkatan kebutuhan pada sistem ginjal yang telah

menurun.

Kolaborasi

6. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:

a. Kadar elektrolit dan PH.

Rasional : asidosis dan perubahan kadar elektrolit menunjukkan

ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis.

b. Nitrogen urea darah, kreatinin, kadar asam urat.

Rasional : mengkaji beratnya keterlibatan ginjal.

7. Berikan makan dengan menggunakan ASI bila mungkin ; jamin jumlah kosentrasi

yang tepat dari formula suplemen.

Rasional : ASI mengandung sedikit larutan ginjal daripada susu sapi. Ginjal mungkin

tidak dapat mengatasi formula dengan konsentrasi larutan berlebihan.

Page 39: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

39 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

8. Perbaiki cairan, elektrolit, dan gangguan asam basa; perbaiki keadaan hipoksik.

Rasional : tindakan mungkin perlu untuk memperbaiki laju filtrasi glomelurus dan

aliran darah ginjal setelah periode hipoksia dengan akumulasi asam laktat. Pemberian

natrium bikarbonat mungkin perlu, karena menghalangi kapasitas ginjal

mempredisposisikan bayi praterm pada asidosis metabolic.

9. Pantau bayi terhadap toksisitas obat, khususnya bayi menerima gentamisin atau

nafsilin.

Rasional : imaturitas ginjal menghambat atau memundurkan ekskresi obat sehingga

pada bayi praterm, toksisitas dapat terjadi lebih cepat dengan kadar yang lebih rendah

daripada bayi cukup bulan.

I. KONSTIPASI, RESIKO TINGGI TERHADAP : DIARE, RESIKO TINGGI

TERHADAP

Faktor fisiko dapat meliputi: masukan diet/cairan, ketidakaktivan fisik, otot – otot

abdomen, perubahan motalitas gastric.

Kemungkinan dibuktikan oleh: ( tidak dapat diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnose actual. )

Hasil yang diharapkan neonatal akan: membantu kebiasaan defekasi tergantung pada

tipe pemberian makan, dengan abdomen lunak dan tidak distensi bebas dari tanda – tanda

enterokolitis nekrotisan.

Intervensi

Mandiri

1. Pertimbangan frekuensi dan karakteristik feses delam hubungannya dengan usia bayi

dan tipe pemberian makan. Auskultasi bising usus. Ukur lingkar abdomen,

melaporkan peningkatan ukuran 1 cm atau lebih dari pengukuran sebelumnya.

Rasional : penurunan fungsi usus dan motilitas GI mengakibatkan defekasi tidak

sering dan distensi abdomen.

2. Perhatikan adanya faktor – faktor resiko seperti hipoksia, sepsis atau maslah sirkulasi

berkenaan dengan PDA

Rasional : kondisi ini dapat memperberat perkembangan enterokolitis nekrotisan.

Temuan terbaru menunjukkan bahwa perkembangan enterokolitis nekrotisan

dihubungkan dengan perkembangan dan usia gestasi.

Page 40: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

40 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

3. Kaji status hidrasi dan masukan cairan dan haluaran ( rujuk pada DK ; kekurangan

volume cairan , risiko tinggi terhadap : nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan

tubuh, risiko tinggi terhadap.)

Rasional : ketidakadekuatan hidrasi dapat memperberat kurangnya air atau konstipasi

feses.

4. Pantau terhadap tanda – tanda enterokilitis nekrotisan, seperti distensi abdomen,

kekakuan, nyeri tekan; kulit abdomen berkilau atau tegang; lengkung usus dapat

dilihat, meludah berlebihan, muntahan berwarna empedu: kegagalan pemberian

makanan per selang untuk diabsorsi atau residu lambung berlebihan; dan tiodak

adanya bising usus; tes feses ( kecuali ada diare yang mengandung darah) dengan

mengandung hematest atau guaiak. Tes residu gaster.

Rasional : enterokolitis nekrotisan merupakan komplikasi yang potensial mengancam

kehidupan yang mempengaruhi 3% - 8% bayi praterm, biasanya ada dalam 2 minggu

kehidupan pertama.

5. Minimalkan penanganan bayi ; berikan gosokan pada wajah, tangan, dan kaki. Bicara

pada bayi.

Rasional : hindari trauma abdominal lanjut. Kebutuhan emosional dan sentuhan dapat

dipenuhi dengan sentuhan ekstermitas dan kepala dan melalui percakapan.

6. Hindari penggunaan popok dan thermometer rectal

Rasional : popok meningkatkan tekanan abdomen bawah dan mencegah atau

membatasi observasi terhadap abdomen. Thermometer rectal dapat menyebabkan

trauma pada mukosa rectal.

7. Pantau bayi terhadap tanda – tanda sepsis, syok, atau KID

Rasional : enterokolitis nekrotisan dapat berlanjut pada perforasi usus dengan

peritonitis, mengakibatkan sepsis, syok dan KID

8. Pertahankan untuk tetap mencuci tangan setelah memegang setiap bayi.

Rasional : membantu mencegah terjadinya epidemic enterokolitis nekrotisan dalam

ruang perawatan.

Kolaborasi

9. Gunakan ASI untuk pemberian makan bilamana mungkin

Rasional : ASI mudah dicerna menghasilkan feses yang lebih lunak, dan dapat

menurunkan risiko infeksi enteric atau terjadinya enterokolitis nekrotisan.

Page 41: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

41 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

10. Tingkatkan pengenceran formula supleman sesuai indikasi

Rasional : diare dapat menandakan intoleransi terhadap konsentrasi formula.

11. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : jumlah SDP dan deferensial, jumlah

trombosit, masa protrombin, dan masa tromboplastin

Rasional : peningkatan atau penurunan jumlah SDP atau pergeseran ke kiri

menunjukkan sepsis. Trombositopeni atau masa pembekuan memanjang menunjukkan

terjadinya KID

12. Tinjau sinar X abdomen

Rasional : adanya distensi lengkung usus, penebalan dinding, dan asites menunjukkan

enterokolitis nekrotisan.

13. Kirimkan feses darah awal atau hematest positif pada laboratorium

Rasional : tawas yang ditimbulkan pada tes toksoid diperlukan untuk membedakan

darah bayi dari darah ibu.

14. Hentikan pemberian makan oral atau NG selama 7 sampai 10 hari, sesuai indikasi.

Berikan makanan NPT

Rasional : memungkinkan tes usus, meningkatkan penyembuhan jaringan sambil

memenuhi kebutuhan cairan dan kebutuhan nutrisi.

15. Pasang selang orogastrik atau NG, dan sambungkan ke penghisap rendah kontinu,

sesuai kebutuhan.

Rasional : mungkin perlu untuk dekompresi lambung pada kasus kecurigaan

enterokolitis nekrotisan atau setelah intervensi pembedahan.

16. Berikan antibiotic sesuai indikasi

Rasional : melawan infeksi enteric; dapat meningkatkan pemulihan usus.

17. Siapkan untuk pembedahan, bila diperlukan.

Rasional : prosedur pembedahan mungkin perlu untuk menghilangkan segmen usus

yang terinflamasi.

J. INTEGRITAS KULIT, KERUSAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP

Faktor risiko yang meliputi: kulit tipis, kapiler rapuh dekan permukaan kulit, tidak ada

lemak subkutan di atas penonjolan tulang, ketidakmampuan untuk mengubah posisi untuk

menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrain, perubahan status nutrisi.

Kemungkinan dibuktikan oleh: (tidak dapat diterapkan; adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnose actual.)

Page 42: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

42 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Hasil yang diharapkan neonatal akan: mempertahankan kulit utuh. Bebas dari cedera

dermal.

Intervensi

Mandiri

1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan

Rasional : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, dapat mengakibatkan

sepsis.

2. Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin swab. Berikan jeli

petroleum untuk bibir.

Rasional : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir berkenaan dengan

tidak adanya masukan oral atau efek kering dari terapi oksigen.

3. Hindari penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati – hati larutan povidon-iodin

setelah prosedur

Rasional : membantu mencegah kerusakan kulit dan menghilangkan barier pelindung

epidermal.

4. Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal bulu domba atau

terbuat dari bahan yang lembut.

Rasional : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan dengan edema

dermis atau kurangnya lemak subkutan diatas tonjolan tulang.

5. Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang, elektroda, dan kantung

urin, jalur I,V,dan sebagainya.

Rasional : melepaskan plester dapat juga melapas lapisan epidermal, karena kohesi

antara plester dan korneum sternum lebih kuat daripada antara dermis dan epidermis.

6. Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dengan sabun ringan. Cuci hanya pada

bagian tubuh yang benar benar kotor. Minimalkan manipulasi kulit bayi.

Rasional : setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bacterisidal karena PH

asam. Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau pelembab dapat meningkatkan

PH kulit, menurunkan flora normal dan mekanisme pertahanan alamiah yang

,melindungi pathogen invasive.

7. Ganti elektroda hanya bila perlu

Rasional : penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.

Kolaborasi:

Page 43: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

43 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

8. Berikan saleb antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah atau teriritasi

Rasional: meningkatkan pemulihan pecah – pecah dan iritasi berkenaan dengan

pemberian oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.

K. PERUBAHAN SENSORI – PERSEPTUAL

Dapat dihubungkan dengan: imaturitas sistem neurosensori, perubahan rangsangan

lingkungan, efek – efek terapi.

Kemungkinan dibuktikan oleh: perubahan pada respon terhadap rangsangan, apatis,

iritabilitas, perubahan tengangan otot, ukuran berubah pada ketajaman sensorium.

Hasil yang diharapkan neonatal akan: berespon dengan tepat pada rangsangan khusus

usia. Bebas dari tanda kelebihan sensori. Mendemonstrasikan respon yang diharapkan

pada rangsangan visual, bebas dari tanda – tanda retinopati prematuritas (ROP)

Intervensi

Mandiri

1. Berikan perawat primer untuk setiap shift. ( tugas perawat primer per bayi untuk

memberikan informasi pada orang tua)

Rasional : meningkatkan kontinuitas perawatan dan mengikuti program

perkembangan. Meningkatkan pengenalan perubahan perilaku dan kondisi bayi yang

tidak kentara. Adanya seorang perawat yang bertanggung jawab untuk memberikan

informasi membantu untuk menurunkan kejadian informasi dan kesalahan

pemahaman orang tua.

2. Sering ganti popok bayi ( khususnya bila bayi mendapat SPAP nasal atau selang

endotrakeal)

Rasional : memberikan rangsangan kinesthesia. Bayi imatur secara neuromuscular

tidak mampu mengubah posisi sendiri atau bergerak dalam isolette.

3. Berikan sentuhan lembut dan perhatian, khususnya pada waktu pemberian maka,

kenalkan tekstur (spatel lidah, waslap) bila tepat.

Rasional : memberikan rangsangan taktil, yang berkenaan dengan penambahan berat

badan dan khususnya penting bila bayi 40 minggu pascakonsepsi atau lebih.

4. Bicara atau bernyanyi pada bayi, panggil nam, mainkan music lembut dalam ruang

perawatan, atau mainan suara orang tua yang direkam tipe.

Rasional : memberikan rangsangan auditorius, permainan, tape suara orang tua dapat

meningkatkan pengenalan bayi terhadap mereka.

Page 44: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

44 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

5. Gendong bayi setinggi wajah, memungkinkan kontak mata. Memberikan linea

berwarna, dan mengganti desain atau gambar pada sisi incubator, dan manganjurkan

orang tua untuk membuat bentuk dari kertas dan talai yang bergerak segera setelah

bayi mencapai usia pasca konsepsi 40 tahun.

Rasional : rangsangan visual paling baik diberikan dengan objek yang ditempatkan

pada 7-9 inci dari wajah. Wajah hitam dan putih dan desain checkerboard

meningkatkan perhatian visual, bayi menjadi terbiasa pada rangsangan yang tidak

berubah. Melibatkan orang tua dalam kreasi rangsangan bayi membantu menjamin

bahwa proses berlanjut setelah pulang.

6. Gendong bayi pada posisi ventral

Rasional : merangsang orientasi visual.

7. Kaji bayi terhadap tanda – tanda fisiologis dari kelebihan beban sensori

Rasional : rangsangan berlebihan dapt mengakibatkan perubahan fisiologis.

8. Minimalkan rangsangan interaksi social selain dari yang secara langsung berhubungan

dengan pemberian makan bila bayi menunjukkan tanda – tanda kelebihan beban

sensori. Kurangi rangsangan sebelum pemberian makan.

Rasional : rangsangan berlebihan dapat mengganggu pemberian makanan, sehingga

rangsangan yang diperlukan harus doberikan antara pemberian makan. Rangsangan

berlebihan sebelum pemberian makan dapat mempengaruhi penghisapan dan

motilitas GI secara negative dan dapat menyebabkan muntah.

9. Rencanakan aktivitas untuk memungkinkan periode tidur. Cegah perubahan posisi tiba

– tiba atau kebisingan, dan menurunkan sinar secara intermiten dengan menutup

incubator dengan handuk atau dengan menurunkan lampu ruangan.

Rasional : membantu melindungi bayi dari rangsangan berlebihan yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan keadaan fisiologis secara negative; meningkatkan

rasa terhadaap siklus siang – malam pada bayi.

10. Buka penutup mata secara berkala bila bayi menerima fototerapi.

Rasional : tameng pelindung mata diperlukan pada fototerapi yang dengan berat

menurunkan kesempatan rangsangan visual.

11. Kaji respon bayi terhadap rangsangan. Buat pola individual dari intervensi yang

berdasarkan pada usia perkembangan dan kebutuhan bayi.

Page 45: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

45 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional : masing – masing bayi berespon secara unik pada pola intervensi

berdasarkan pada kebutuhan individual.

12. Timbang berat badab bayinsetiap hari. Perhatikan frekuansi pemberian makan dan

masukan serta frekuensi defekasi.

Rasional : rangsangan vagal yang dihasilakan oleh rangsangan taktil dan kinestasis

yang tepat menaikkan penambahan berat badan, meningkatkan persiktaktil dan

pengeluaran produk sisa, menurunkan retensi lambung, dan meningkatkan aktivitas

pemberian makan.

13. Ukur lingkar kepala.

Rasional : korteks serebral dianggap meningkat pada berat badab dalam berespon

terhadap rangsangan pada lingkungan, dan peningkatan ini, yang berlanjut pada

periode pascanatal lanjut, dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan intelektual.

14. Perhatikan faktor – faktor fisiko berat badan lahir, kondisi yang menyrtai, dan terapi

yang berhubungan

Rasional : retinopati prematuria tidak lagi diyakini merupakan akibat tersendiri dari

terapi oksigen tingkat lama. Imaturitas, adanya beberapa anomaly congenital, dan

berbagai terapi membuat bayi beresiko.

15. Berikan informasi pada orangtua mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan /respon

individu bayi.

Rasional : menurunkan ansietas berkenanan dengan ketidaktahuan, meningkatkan

koping dan kemempuan pemecahan masalah. Menyadari bahwa bayi yang mengalami

kerusakan visual mungkin tidak mengenal atau menunjukkan perasaan dengan

perubahan ekspresi wajah mendorong orang tua untuk mengamati bahasa tubuh yang

menunjukkan ekspresi diri yang dengan cara demikian menguatkan ikatan kedekatan.

16. Berikan peningkatan penggunaan rangsngan auditorius dan taktil.

Rasional : memperttahankan rangsangan dini adekuat dan tepat dapat membatasi

masalah kongnitif dan emosional masa datang berhubungan dengan isu – isu

lingkungan temasuk kekurangan rangsangan dan respon orang tua terlalu melindungi.

17. Berikan tempat tidur yang tidak rata / air bila diindikasikan

Rasional : bayi praterm yang kurangdari gestasi 34 minggu telah menunjukkan

peningkatan ukuran kepala dan diameter bipariental dengan rangsangan bentuk ini.

Page 46: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

46 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

18. Pantau terapi oksigen dengan ketat,sesuai kadar dan pembatasan durasi dengan tepat

Rasional : membantu mencegah atau membatasi perkembangan retinopati

prematuria.

19. Periksakan fundus oftalmoskopik indirek

Rasional : menganjurkan untuk senua bayi yang kurang dari gestasi minggu ke 36

atau dibawah 2000g dan menerima terapi oksigen. Biasanya dilakukan antara usia

minggu ke 4 dan minggu ke-8 dan diulang sesuai indikasi untuk diagnosis/memantau

kemajuan retinopati prematuria dan menentukan kebutuhan terapi.

20. Terapi laser atau krioterapi

Rasional : mungkin bermanfaat dalam membatsi efek – efek merugikan berkanaan

dalam tahap akut dari retinopati prematurias dengan obliterasi pembentukan

pembuluh baru, penurunan traksi pada retina dan pelepasan selanjutnya.

L. KOPING, INDIVIDUAL, TIDAK EFEKTIF

Dapat dihubungkan dengan : imaturitas dan kerusakan SSP ( ambang rendah untuk

rangsangan dan stress nyeri), kemampuan organisasi yang buruk, keterbatasan

kemampuan untuk menguntrol lingkungan.

Kemungkinan dibuktikan : diisorganisasi aktivitas motorik dan siklus bangun – tibur,

iritabilitas, ketidakmampuan menyampaikan isyarat tapat pada pemberian perawatan

sehingga stressor dapat dikurangi atau dihilangkan.

Hasil yang diharapkan neonatal akan : meminimalkan/ menurunkan isyarat perilaku yang

menandakan stress. Mkemajuan dengan tepat, sesui pola individu dalam pertumbuhan

dan perkembangan.

Intervensi

Mandiri:

1. Berikan perawatn primer kapan pun mungkin.

Rasional : perawatn yang konsisten dan dapat diperkirakan memungkinkan bayi

mengembangkan ras percaya pada pemberi perawatan, lingkunagan, dan diri sendiri

serta memudahkankoping. Pemberian perawatan yang banyak membinggungkan bayi,

meningkatkan distress selama makan, menyebabkan irribilitas dan mengganggu

perhatian visual.

2. Kaji bayi terhadap isyarat perilaku yang menandakan stress, perhatikan faktor – faktor

penyebab dan hilangkan atau kurangi stressor bila mungkin.

Page 47: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

47 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Rasional : pengenalan dengan perilaku respon lazim dan sifat kepribadian bayi perlu

untuk mengidentifikasi perubahan yang tidak nyata yang menandakan stress dan

perlunya intervensi untuk menurunkan sters ini.

3. Buat suasana seperti didalam uterus bilamana mungkin menutupi isolette untuk

periode lama dan menghidupkan bunyi – bunyian rekaman plasenta atau bunyi

jantung maternal. Memberikan lingkungan gelap, tenag, menurunkan stress,

meningkatkan adaptasi, dan didapati berhubungan secara positif dengan penambahan

berat badan, penyapihan dini dari oksigen atau ventilator dan pulang lebih dini.

Rasional : rekaman bunyi ibu cenderung menurunkan atau menghilangkan persepsi

bayi tentang kebisingan dari isolette.

4. Ubah posisi bayi dengan menggunakan gulungan popok yanh ditempatkan pada

punggung dan bagian depan bila bayi pada posisi miring atau pada sisinya bayi dapat

mentoleransi posisi tengkurap.

Rasional : imaturitas neuromuscular dapat merusak kemampuan bayi untuk mencari

posisi yang nyaman atau menghilangkan stress dari perubahan posisi. Sulungan

popok di sekitar bayi memberikan rasa aman dan mempunyai efek menenangkan.

Posisi telungkup meningkatkan tidur dan relaksasi optimal.

5. Tutup bagian atas penyebar hangat dengan penutup plastic, bila dibutuhkan.

Rasional : menurunkan stress lingkungan aliran dari udara, yang mengejutkan bayi

saat petugas bergerak melewati penghangat.

6. Berikan orang tua informasi tentang isyarat perilaku bayi dan respon terhadap stressor.

Rasional : orang tua harus meningkatkan keterampilan dalam pengenalan isyarat bayi

yang tidak nyata menandakan stress sehingga mereka dapat secara efektif

memberikan intervensi untuk meminimalkan stress dan memudahkan adaptasi positif

bayi terhadap kehidupan akstrauterus.

2. Berat Berat Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram

(WHO, 1961 dalam Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).

Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi

Page 48: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

48 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

1. Preterm infant atau bayi premature, yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan tidak

mencapai 37 minggu.

2. Term infant atau bayi cukup bulan (mature/aterm), yaitu bayi yang lahir pada umur

kehamilan lebih daripada 37-42 minggu.

3. Post term infant atau bayi lebih bulan (posterm/postmature), yaitu bayi yang lahir pada

umur kehamilan sesudah 42 minggu.

Klasifikasi BBLR :

1) Prematuritis murni

Prematuritis murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan, berat badan terletak

antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90 pada intrauterine growth curve

Lubchenko (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).

Bayi prematuritas murni digolongkan dalam tiga kelompok (Rahayu D P,

2010), yaitu:

a. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu. Bayi dengan

masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang

belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih

mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif.

Page 49: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

49 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

b. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) : 31-36 minggu.

Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari pada golongan

pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal

saja pengelolaan terhadap bayi ini benar-benar intensif.

c. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat

prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi

matur, akan tetapi sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur,

misalnya sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang lemah

dan sebagainya, sehingga bayi harus diawasi dengan seksama.

Faktor-faktor yang merupakan prodisposisi terjadinya kelahiran premature

(Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003), yaitu faktor ibu, faktor janin, faktor

plasenta, tidakdiketahui :

1. Faktor ibu

Toksemia gravidarum, yaitu preeclampsia dan eklampsi.

Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks)

Tumor (misalnya mioma uteri, sistoma

Ibu yang menderita penyakit antara lain :

Akut dengan gejala panas tinggi (misal tifus abdominal, malaria)

Kronis (misalnya TBC, penyakit jantung, glomerulonefritis kronis)

Trauma pada masa kehamilan antar lain :

Fisik (misal jatuh)

Psikologis (misal stress)

Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta

2. Faktor janin

Kehamilan ganda

Hidramnion

Ketuban pecah dini

Cacat bawaan

Infeksi (misalnya rubella, sifilis, toksoplasmosis)

Insufisiensi plasenta

Page 50: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

50 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Inkompatibilitas darah ibu dan janin (factor Rhesus, golongan darah ABO)

3. Faktor plasenta

Plasenta previa

Solusio plasenta

Tanda dan gejala bayi premature (Rahayu D P, 2010. Surasmi, Handayani, &

Kusuma, 2003), yaitu :

1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

4) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.

5) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

6) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

7) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

8) Rambut lanugo masih banyak

9) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

11) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

12) Alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.

Testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol,

labia minora belum tertutup oleh labia mayora.

13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

14) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek hisap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.

15) Jaringan kelenjar mamae kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak

masih kurang.

16) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

Komplikasi bayi premature (Rahayu D P, 2010) :

1) Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh

yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan lemak

di bawah kulit; permukaan tubuh yang relative lebih luas dibandingkan dengan

Page 51: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

51 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang karena lemak

coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusar pengaturan suhu yang berfungsi

sebagaimana mestinya.

2) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal

ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin atau sfingomielin kurang

dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot

pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable

thorax). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah

pernapasan periodik (periodic breathing) dan apnea disebabkan oleh pusat

pernapasan di medulla belum matur.

3) Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia defisiensi vitamin K.

4) Ginjal yang immature baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang

sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh

dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis

metabolik.

5) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile),

kekurangan faktor pembeku seperti protombin, faktor VII dan factor Christmas.

6) Gangguan imunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relative belum sanggup

membentuk antibodi dan daya fagositosis serta belum sanggup membentuk

antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.

7) Peradangan intraventrikuler : lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan

intraventrikuler. Hal ini desebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita

apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya bayi menjadi

hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke

otak akan lebih banyak karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi

prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang

rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis

antara nucleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini

dapat didiagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan.

8) Retrolental fibroplasias : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi

(PaO2 lebih dari 115 mmHg = 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi pembuluh

Page 52: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

52 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru ke daerah yang

iskemia sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina menjadi

buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasias maka oksigen yang diberikan

pada bayi prematur tidak lebih dari 40%. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan

oksigen dengan kecepatan dua liter per menit.

2) Dismaturitis

Dismaturitis yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang

seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterine (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).

Bayi dismatur atau bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) Banyak istilah

yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan

pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine growth retardation = IUGR) seperti

pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition. Setiap bayi yang

berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10th persentil untuk masa

kehamilan pada Denver Intrauterine Growth Curve adalah bayi SGA. Kurva ini dapat

pula dipakai untuk Standart Intrauterine Growth Chart of Low Birth Weight

Indonesian Infants. Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan postmatur) mungkin

saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya

tergantung dari pada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang

mempengaruhi bayi tersebut

Ada dua bentuk IUGR, yaitu:

1) Proportionate IUGR: janin yang menderita distres yang lama di mana gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulanbulan sebelum bayi lahir

sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan

tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini

tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini sebelum

terbentuknya adipose tissue.

2) Disproportionate IUGR : terjadi akibat distres subakut. Gangguan terjadi beberapa

minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan

lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi

tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit

kering keriput dan mudah diangkat, bayi keliatan kurus dan lebih panjang. Pada

Page 53: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

53 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran

kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan juga mengalami perubahan

misalnya, berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thymus berkurang dibandingkan

bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru

sesuai dengan masa gestasinya (Rahayu D P, 2010)

Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terhadap terjadinya bayi dismatur

(Rahayu D P, 2010), yaitu :

1) Faktor ibu

2) Faktor uterus dan plasenta

3) Faktor janin

4) Keadaan ekonomi yang rendah

5) Tidak diketahui

Berbagai masalah yang sering terjadi pada bayi dismatur, yaitu:

1) Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks. Ini disebabkan distres yang

sering dialami bayi dalam persalinan. Insiden idiopathic respiratory distress

syndrome berkurang oleh karena IUGR mempercepat maturnya jaringan paru.

2) Bayi dismatur (KMK) mempunyai hemoglobin yang tinggi yang mungkin

desebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.

3) Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat. Agaknya hipoglikemia

ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya

metabolisme bayi.

4) Keadaan lain yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang massif,

hipotermia cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom Down’s Turner dan

lain-lain), cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterin dan sebagainya.

Stadium pada bayi dismatur (Rahayu D P, 2010)., yaitu:

1) Stadium pertama : bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang.

2) Stadium kedua : terdapat tanda stadium pertama ditambah warna kehijauan pada

kulit plasenta dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur

dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta

sebagai akibat anoksia intrauterin.

Page 54: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

54 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

3) Stadium ketiga : terdapat tanda stadium kedua ditambah kulit yang berwarna

kuning, begitu pula dengan kuku dan tali pusat, ditemukan juga tanda anoksia

intrauterin yang lama.

Perawatan di Rumah Sakit

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan lebih intensif,

karena sebenarnya bayi masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh berbeda dari

lingkungannya selama dalam kandungan. Maka dengan demikian, di rumah sakit bayi

dengan BBLR biasanya akan mendapatkan perawatan sebagai berikut:

1) Dimasukkan dalam inkubator

Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat system

pengaturan suhu dalm tubuh bayi belum sempurna, maka suhunya bisa naik atau

turun secara drastis. Hal ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Otot-

ototnya juga relatif lebih lemah, sementara cadangan lemaknya juga lebih sedikit

dibandingkan bayi yang lahir normal.

2) Pencegahan infeksi

Mudahnya bayi BBLR terinfeksi menjadikan hal ini salah satu focus perawatan

salama di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan sampai

terjadi infeksi karena bisa berdampak fatal.

3) Minum cukup

Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah selama dirawat,

pihak RS harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya.

Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu digunakan menggunakan

pipet.

4) Memberikan sentuhan

Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan orang

tua terputus. Orang tua terutama ibu sangat disarankan untuk terus memberikan

sentuhan pada bayinya. Bayi BBLR yang mendapat sentuhan ibu menurut

penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika bayi

jarang disentuh.

5) Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi

beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan

Page 55: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

55 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

tidak ada infeksi, bayi biasanya boleh dibawa pulang. Namun, ada juga sejumlah

RS yang menggunakan standar berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang

kalau beratnya mencapai 2 kg.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat kehamilan

Mulai HPHT – umur kehamilan < 37 minggu

Ibu menderita : hipertensi( toksemia gravidarum ), kelainan jantung, DM, penyakit

menular

Riwayat obstetric kurang baik

Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun

Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun

Nutrisi ibu kurang

Pemeriksaan/ pengawasan antenatal tidak teratur

b. Penentuan usia kehamilan

1) Usia kehamilan < 37 minggu , dengan pemeriksaan

Kepala relative lebih besar dari pada badan

Kulit tipis transparan,lanugo dan verniks caseosa banyak,lemak subkutan kurang

Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun – ubun dan sututra lebar

Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastic

Gusi : makroglosia

Jaringan mamae belum sempurna,demikian pula putting susu belum terbentuk

dengan baik

Posisi masih posisi fetal ( dekubitus lateral )

Lipatanbawah kaki lebih sedikit.

Pergerakan kurang dan masih lemah ( tonus otot kurang )

Bayi laki-laki Desensus testikulorum

Bayi perempuan klitoris dan labia minora belum tertutup labia mayora.

Page 56: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

56 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

2. Pemeriksaan fisik

Antropometri: Berat badan < 2500 gr,panjang badan < 45 cm,lingkar dada < 30

cm,lingkar kepala < 33 cm.

3. Neurosensori Pemeriksaan Refleks

Tubuh panjang,kurus,lemah dengan perut agak gendur

Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh,sutura mungkin mudah

digerakkan,fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.

Edema kelopak mata umum terjadi ,mungkin merapat ( tergantung usis gestasi )

Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari ekstremitas

atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke – 28,komponen kedua

fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar yang tampak pada usia gestasi

minggu ke 32.

Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 – 37 minggu.

Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu,koordinasi refleks untuk

mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32

Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputer

4. Sistem pernafasan

Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari – hari

pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 – 60x/m)

Sering terjadi apnue

Refleks batuk lemah

Mengorok ,pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atausubsternal atau

berbagai derajat sianosis mungkin ada

Adanya bunyi “ampeles” pada auskultasi , menandakan Respirasi Distress Syndrome

5. Sirkulasi

Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai perubahan

posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 – 48 jam

Kulit tampak mengkilat dan licin

Pembuluh darah kulit banyak terlihat

7. Makanan / cairan

Refleks menelan masih lemah (kurang )

Page 57: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

57 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Refleks mengisap masih lemah

Kesulitan menyusui

8. Eliminasi

Urine Pada bayi 24 jam I < 15 – 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi pemekatan urine

lemah)

Mekonium ( + )

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan (Deonges dalam Sitohang, 2004)

1. Diagnose Keperawatan

a. Tidak efektifnya pola pernafasan

Tujuan : RR normal 40-60x/menit, jalan nafas paten, irama regular

Intervensi

1) Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan

perubahan frekuensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan

prosedur atau perawatan, lakukan pemantauan jantung dan pernafasan kontinu.

Rasional : membantu dalam membedakan periode perputaran pernafasan yang

normal dari serangan apnea, yaitu terutama sering terjadi sebelum gestasi

minggu ke-30

2) Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.

Rasional : menghilangkan mucus yang menyumbat jalan nafas.

3) Pertahankan suhu tubuh optimal

Rasional : hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu lingkungan dapat

menimbulkan apnea.

4) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di

bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.

Rasional : posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan menurunkan episode

apnea, khususnya adanya hipoksia, asidosis metabolic atau hiperkapnea.

Kolaborasi:

5) Pantau pemeriksaan laboratorium (GDA, glukosa serum, elektrolit)

Rasional : hipoksia, asidosis metabolic, hiperkapnea, hipoglikemia,

hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnea.

Page 58: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

58 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

6) Berikan oksigen sesuai indikasi

Rasional : perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan

fungsi pernafasan.

b. Risiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan

perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio masa tubuh

terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan.

Tujuan : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,4-37,4)

Intervensi :

1) Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rectal pada awalnya, selanjutnya periksa

suhu aksila atau gunakan alat thermostat dengan dasar terbuka dan penyebab

hangat. Ulangi setiap 15 menit selama penghangatan ulang.

Rasional : hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan

simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui bila ada dan penurunan

sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 (hiperkapnea) atau penurunan kadar

O2 (hipoksia)

2) Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka

dengan penyebar hangat, atau tempat tidur terbuka dengan pakaian tepat untuk

bayi yang lebih besar atau lebih tua gunakan bantalan pemanas pemanas di

bawah bayi bila perlu dalam hubungannya dengan tempat tidur isolette atau

terbuka.

Rasional : mempertahankan lingkungan termo netral membantu mencegah

stress dingin

3) Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan kepala tetap

tertutup.

Mencegah kehilangan cairan melalui evaporasi

Kolaborasi :

4) Kolaborasi pemberian D-10 W dan ekspander volume secara intra vena bila

diperlukan.

Rasional : pemberian dekstrose mungkin perlu untuk memperbaiki

hipoglikemia, hipotensi karena vasolidilatasi perifer mungkin memerlukan

tindakan pada bayi yang mengalami stress panas, hipetermi dapat

menyebabkan peningkatan dehidrasi 3-4 kai lipat.

Page 59: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

59 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

5) Berikan obat-obatan sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat.

Rasional : membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan SSP yang

disebabkan oleh hipertermia, memperbaiki asidosis yang yang dapat terjadi

pada hipotermia dan hipertermia.

c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan immaturitas organ tubuh.

Tujuan : - Peningkatan berat badan 20-30 gr/hr

- Mempertahankan berat badan

Intervensi

1) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah itu

setiap hari.

Rasional : menetapkan kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan BB dasar

yang sesuai yang sesuai/normal turun sebanyak 5%-10% dalam 3-4 hari dari

kehidupan karena keterbatasan masukan oral.

2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen, adanya tangisan

lemah yang diam bila dirangsang oral diberikan dan perilaku menghisap.

Rasional : Indicator yang menunjukkan neonates lapar.

3) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 50-15 ml air steril, kemudian

dextrose dan air sesuai protoko rumah sakit, berlanjut pada formula untuk bayi

yang makan melalui botol.

Rasional : pemberian makanan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori

dan cairan khususnya pada bayi yang laju metabolisme menggunakan 100-120

kal/kg BB setiap 24 jam

Kolaborasi :

4) Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dekstrosik

kurang dari 45 mg/dl.

Rasional : bayi mungkin memerlukan suplemen glukosa untuk meningkatkan

kadar serum.

d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler

rapuh dekat permukaan kulit.

Tujuan : mempertahankan kulit utuh bebas dari cedera dermal

Page 60: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

60 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Intervensi

1) Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan

Rasional : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, yang dapat

mengakibatkan sepsis.

2) Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin scrub

Rasional : Membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir.

3) Berikan latihan gerak, perubahan posisi rutin dan bantal bulu domba atau terbuat

dari bahan yang lembut.

Rasional : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan dengan

edema dermis di atas penonjolan tulang.

4) Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun meminimalkan

manipulasi kulit bayi

Rasional : setelah beberapa (empat) hari, kulit mengalami beberapa bakterisidal

karena pH asam.

kolaborasi

5) Berikan saleb antibiotic

Rasional : meningkatkan pemulihan pecah-pecah dari iritasi berkenaan dengan

pemberian oksigen, dapat membantu mencegah infeksi.

6) Hindari penggunaan agen topical keras, cuci tangan dengan hati-hati dengan

pofidon setelah prosedur.

Rasional : membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan barier

perlindungan epidural.

e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur

Tujuan : tidak terjadi infeksi,

Criteria : leukosit normal, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi :

1) Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan pekerja lain

Rasional : mencuci tangan adalah praktik yang penting untuk mencegah

kontaminasi

2) Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit

Rasional : penularan penyakit pada neonatus dari pengunjung dapat terjadi

secara langsung.

Page 61: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

61 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

3) Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi tau perubahan

perilaku.

Rasional : bermanfaat dalam mendiagnosa pasien

4) Lakukan perawatan tali pusat sesuai local rumah sakit

Rasional : penggunaan local triple dye dapat membantu mencegah kolonisasi.

ASI mengandung Ig A, makrofag, limfosit dan netrofil yang memberikan beberapa

perlindungan dari infeksi. Mengatasi infeksi pernafasan atau sepsis.

3. Asfiksia Neonatrum

1. Definisi

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera

bernapas secara spontan dan terartu setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989).

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan

teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan yang lebih lanjut.

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas

secara spontan dan teratur setelah satu menit kelahiran.

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses

ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak dan kematian. Asfiksia

juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001).

2. Jenis Asfiksia

Ada dua jenis dari asfiksia, yaitu :

1. Asfiksia Livida (biru)

2. Asfiksia pallida (putih)

Perbedaan Asfiksia Livida dan Pallida :

Perbedaan Asiksia Livida Asfiksia Pallida

Warna kulit Kebiru-biruan Pucat

Tonus otot Masih baik Sudah kurang

Page 62: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

62 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Reaksi rangsangan Positif Negatif

Bunyi jantung Masih teratur Tak teratur

Prognosis Lebih baik Jelek

3. Klasifikasi Asfiksia

Asfiksia diklasifikasikan berdasarkan nilai APGAR, yaitu:

a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

b. Asfiksia ringan dengan nilaiAPGAR 4-6

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

4. Etiologi

Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989):

a. Asfiksia dalam kehamilan

1) Penyakit infeksi akut

2) Penyakit infeksi kronik

3) Keracunan oleh obat-obat bius

4) Anemia berat

5) Cacat bawaan

6) Trauma

b. Asfiksia dalam persalinan

1) Kekurangan O2

Partus lama (rigid serviks dan atonia uteri)

Ruptur uteri yang memberat

Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta

Pemberian obat bius terlalu banyak

Perdarahan: plasenta previa dan solution plasenta

2) Paralisis pusat pernapasan

Trauma dari luar seperti tindakan forsep

Trauma dari dalam seperti obat bius

Page 63: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

63 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Penyebab asfiksia menurut Stright (2004):

1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi yang diinduksikan oleh

kehamilan, obat-obatan.

2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama

3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta

4. Faktor umbilical, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat

5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan congenital, kesulitan

kelahiran

5. Patofisiologi

Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil

dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat

sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan

untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi

pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan

bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi

denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak

lemas (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak

menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran

gas/transport O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya menimbulkan asidosis

respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolisme anaerob dalam

tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan

kardiovaskuler.Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk

terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian

atau gejala sisa (squele).

6. Tanda Dan Gejala 1. Hipoksia

2. RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt 3. Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas

4. Bradikardia 5. tonus otot berkurang

6. Warna kulit sianotik/pucat 7. Manifestasi Klinik

a. Pada kehamilan

Page 64: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

64 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit , halus

dan ireguler serta adanya pengeluara mekonium.

Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

Jika DJJ 160x/menit ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

Jika DJJ 100x/menit ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

b. Pada bayi setelah lahir

1) Bayi pucat dan kebiru-biruan

2) Usaha bernapas dan tidak ada

3) Hipoksia

4) Asidosis metabolic atau respiratori

5) Perubahan fungsi jantung

6) Kegagalan system multi organ

7) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologic :

kejang, nistagmus

8. Komplikasi

Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatorum:

a. Edema otak dan perdarahan otak

Pada penderita asfiksia neonatorum dengan gangguan fungsi jantung yang telah

berlarut sehingga terjadi renjatan neonates, sehingga aliran darah ke otak pun akan

menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat

terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.

b. Anuria atau Oligouria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada asfiksia, keadaan ini dikenal

dengan istilah disfungsi miokardium yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada

keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium

dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah

mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

c. Kejang

Pada bayi yang mengalami asiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan

transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran

CO2 yang dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan yang

tidak efektif.

Page 65: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

65 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

d. Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat tidak segera ditangani akan menyebabkan koma

karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

9. Pemeriksaan diagnostik

pH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis; tingkat

rendah menunjukkan asfiksia bermakna

Hemoglobin/hematokrit; kadar Hb 15-20g dan Ht 43%-61%

Tes Coombs langsung pada darah tali pusat:menentukan adanya kompleks antigen-

antibodi pada membrane sel darah merah, menunjukkan hemolitik

10. Manajemen Terapi Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir

yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi

gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti

tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastika saluran nafas terbuka :

Meletakan bayi dalam posisi yang benar

Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea

Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

Lakukan rangsangan taktil

Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila

perlu menggunakan obat-obatan

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

a. Tindakan umum

1) Pengawasan suhu

2) Pembersihan jalan nafas

b. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

1) Tindakan khusus

Page 66: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

66 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

1. Asphyksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki

ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik

dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.

Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas

natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-

4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena

umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak

telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan

positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan

pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan

dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam

perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali

kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai

kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang

belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis

jalan nafas.

2. Asphyksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-

60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,

ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi

diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan

membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah

dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan

abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan

mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2

menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera

dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke

mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,

sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan

frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang

mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan

Page 67: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

67 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot,

intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa

dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan

pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

11. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1. Sirkulasi

Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 samapi 180x/menit. Tekanan darah dari

60-80mmHg (sistolik), 40-45mmHg (diastolic).

Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat

di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/IV

Murmur biasa terjadi selama beberapa jam kehidupan

Tali pusat putih dan bergelatin, menagndung 2 arteri dan 1 vena

2. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir.

3. Makanan/Cairan

Berat badan dari 2500-4000 gram

Panjang badan 44-55 cm

Turgor kulit elastik

4. Neurosensori

Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas

Sadar dan aktif, mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit

pertama setelah kelahian (periode pertama reaktivitas).

Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma)

Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menagis tinggi menunjukkan

abnormalitas genetic, hipoglikemia, atau efek narkotik yang memanjang.

5. Pernapasan

Skor APGAR : 1 menit…….5 menit…..skor optimal harus 7-10

Rentang dari 30-60x/menit

Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya

Silindrik torak;kartilagixifoid menonjol

Page 68: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

68 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

6. Keamanan

Suhu terentang dari 36,50C sampai 370C

Ada verniks

Kulit:lembut, fleksibel; pengelupasan kulit tangan/kaki dapat terlihat; warna

merah muda atau kemerahan; mungkin belang-belang menunjukkan memar

minor (misalnya kelahiran dengan forsep), atau perubahan warna harlequin;

ptekie pada kepala/wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan

dengan kelahiran atau korda nukhal); bercak port-wine, nevi telengiektatis

(kelopak mata, antara alis mata, atau pada oksipital), atau bercak Mongolia

(terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.

Abrasi kulit kepala mungkin ada

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. produksi mucus berlebihan

2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d. kurangnya suplai O2 dalam darah

3. Resiko cedera b.d. anomaly congenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi, pemajanan

pada agen-agen infeksius

4. Perubahan proses keluarag b.d. transisi perkembangan dan/atau penambahan anggota

keluarga

C. Intervensi Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. produksi mucus yang berlebihan.

Kriteria hasil :

Mempertahankan jalan napas patendengan frekuensi pernapasan dan jantung

dalam batas normal; secara umum tidakada sianosis.

Bebas tanda distress pernapasan.

Intervensi :

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri

Ukur skor APGAR pada menit ke-1 dan

ke-5 setelah kelahiran.

Membantu menentukan kebutuhan

terhadap intervensi segera (missal

penghisapan, oksigen). Skor total dari 0-

Page 69: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

69 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Perhatikan komplikasi prenatal yang

mempengaruhi status plasenta dan/atau

janin )missal kelainan jantung atau ginjal,

hipertensi karena kehamilan, atau

diabetes).

Tinjau ulang status janin intrapartum,

termasuk denyut jantung janin (DJJ),

perubahan periodic pada DJJ, variabilitas

denyut per denyut, kadar pH kulit kepala,

dan warna serta jumlah cairan amniotic.

3 menunjukkan asfiksia berat atau

kemungkinan disfungsi pada control

neurologis dan kimia terhadap

pernapasan. Skor 4-6 memperberat

kesulitan beradaptasi terhadap kehidupan

ekstrauterus. Skor 7-10 menandakan

tidak ada kesulitan beradaptasi terhadap

kehidupan ekstrauterus.

Komplikasi ini dapat mengakibatkan

hipoksia kronis danasidosis,

meningkatkan resiko kerusakan system

saraf pusat dan memerlukan perbaikan

setelah kelahiran.

Seperti komplikasi prenatal, kejadian

pada intrapartum dapat membuat distress

janin dan hipoksia yang menetap sampai

pada periode segera dari pascapartum,

mengakibatkan upaya pernapasan

tertekan atau tidak efektif. Janin dengan

kadar pH kulit kepala kurang dari 7,20;

variable yang memanjang, atau

deselerasi lambat, dan penurunan

variabilitas DJJ; oligohidramnion; atau

cairan amniotic mengandung mekonium

akan memerlukan upaya-upaya lebih

besar untuk mencapai stabilisasi setelah

kelahiran daripada janin tanpa hipoksia

Page 70: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

70 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Perhatian durasi persalinan dan tipe

kelahiran.

Perhatikan waktu dimana obat-obatan

9misal magnesium sulfat atau meperidin

hidroklorida (Demerol)) diberikan pada

ibu.

Kaji frekuensi dan upaya pernapasan awal.

atau distress.

Kompresi torakal selama lewatnya janin

melalui jalan lahir membantu dalam

membersihkan paru-paru kira-kira 80-

110ml cairan. Bayi yang lahir melalui

persalinan yang cepat (kurang dari 3 jam)

atau kelahiran seksio sesaria mempunyai

mucus berlebihan karena

ketidakadekuatan kompresi torakal.

Obat-obatan dapat menekan upaya

pernapasan bayi dan mengurangi

kemampuan bayi baru lahir untuk

memberikan oksigen ke jaringan.

Pernapasan pertama, merupakan yang

paling sulit, menetapkan kapasitas residu

fungsional (KRF), sehingga 30%-40%

jaringan paru tetap mengembang penuh

asalkan ada kadar surfaktan yang

adekuat. Kegagalan untuk mencapai

KRF membuat tiap pernapasan

selanjutnya selelah dan sesulit

pernapasan awal. Takipnea (frekuensi

pernapasan lebih besar dari 60x/menit)

biasanya berhubungan dengan perubahan

normal yang diantisipasi pada periode

reaktivitas pertama (30 menit setelah

Page 71: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

71 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Perhatikan adanya pernapasan cuping

hidung, retraksi dada, pernapasan

mendengkur, krekels, atau ronki.

Bersihan jalan napas; hisap nasofaring

dengan perlahan, sesuai kebutuhan,

dengan menggunakan spuit balon atau

kateter penghisap DeLee. Pantau nadi

apical selama penghisapan.

Keringkan bayi dengan selimut hangat,

tempatkan stoking penutup kepala, dan

tempatkan di lengan orang tua atau unit

pemanas.

Tempatkan bayi pada posisi

Trendenlenburg yang dimodifikasi pada

sudut 10 derajat.

Perhatikan nada dan intensitas menangis.

kelahiran), tetapi dapat juga ada pada

upaya menghilangkan karbon dioksida.

Tanda-tanda ini normal dan sementara

pada periode reaktivitas pertama, tetapi

dapat menandakan distress pernapasan

bila ini menetap. Krekels dapat terdengar

sampai cairan direabsorpsi dari paru-

paru. Ronki menandakan aspirasi sekresi

oral.

Membantu menghilangkan akumulasi

cairan, memudahkan upaya pernapasan,

dan membantu mencegah aspirasi.

Penghisapan orofaring menyebabkan

rangsangan vagal yang menimbulkan

bradikardia.

Menurunkan efek-efek stress dingin

(missal peningkatan kebutuhan oksigen)

dan berhubungan dengan hipoksia, yang

selanjutnya dapat menekan upaya

pernapasan dan mengakibatkan asidosis

saat bayi memaksa metabolism anaerobic

dengan produk akhir asam laktat.

Memudahkan drainase mucus dari

nasofaring dan trakea dengan gravitasi.

Pada awalnya sehat, menangis kuat

meningkatkan PO2 alvolar dan

Page 72: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

72 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Perhatikan nadi apical.

Berikan rangsangan taktil dan sensori

yang tepat.

Perhatikan adanya pandangan mata lebar.

Observasi warna kulit terhadap lokasi dan

luasnya sianosis. Kaji tonus otot.

Hisap isis lambung bila cairan amniotic

mengandung mekonium.

menghasilkan perubahan kimia yang

diperlukanuntuk mengubah sirkulasi

janin menjadi sirkulasi bayi, sehingga

frekuensi jantung meningkat 175-180

dpm dan kemudian biasanya kembali ke

normal dalam 4-6 jam berikutnya.

Frekuensi jantung kurang dari 100 dpm

menandakan asfiksia berat dan

kebutuhan terhadap resusitasi segera.

Takikardia (frekuensi jantung lebih besar

dari 160 dpm) dapat menandakan

asfiksia baru atau respons normal

berkenaan dengan periode pertama

reaktivitas.

Merangsang upaya pernapasan dan dapat

meningkatkan inspirasi oksigen.

Menandakan hipoksia intrauterus kronis,

yang kemungkinan dihubungkan dengan

asidosis dan memerlukan tindakan

resusitatif.

Akrosianosis, menunjukkan lambatnya

sirkulasi perifer, terjadi normalnya pada

85% bayi baru lahir selama jam pertama;

namun, sianosis umum dan flaksiditas

menunjukkan ketidakadekuatan

oksigenasi jaringan.

Membantu mengurangi insiden

pneumonia aspirasi pada periode awal

neonates.

Page 73: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

73 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Kolaborasi

Berikan oksigen hangat melalui masker

pada 4-7 L/mnt bila diindikasikan.

Bantu dalam mengambil darah tali pusat.

Lakukan penghisapan dalam bila bayi

menunjukkkan bukti depresi pernapasan

yang tidak berespons terhadap pengisapan

perlahan atau rangsangan taktil perlahan.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi

(missal Naloxone (Narcan)), diberikan

secara intravena atau melalui kateter

pembuluh umbilicus.

Berikan tindakan resusitatif, dan siapkan

untuk pemindahan bayi ke unti

perawatanintensif neonates (NICU) atau

Memberikan oksigen tambahan dan

mendukung upaya bila pucat dan

sianosis. Pada kasus hipoksia yang lama,

sirkulasi janin mungkin bertahan karena

peningkatan PO2 perlu untuk

mengurangi tahanan vascular pulmoner,

meningkatkan aliran darah ke paru-paru,

dan meningkatkan tekanan pada sisi kiri

jantung, yang menutup duktus artriosus

dan foramen ovale.

Bila terdapat indikasi distress pernapasan

pada bayi baru lahir, kadar pH tali pusat

mungkin diambil untuk memastikan

adanya dan durasi asfiksia prenatal.

Meningkatkan jalan napas paten. Bila

bercak mekonium ada, penghisapan

dalam, dalam hubungannya dengan

penghisapan saat kepala bayi di

perineum, perlu untuk mencegah aspirasi

mekonium.

Narcan adalah anatagonis narkotik kerja

cepat mengatasi depresi pernapasan yang

disebabkan pemajanan ibu pada anestetik

atau narkotik.

Bayi yang memerlukan upaya-upaya

resusitatis luas harus diobservasi dan

dirawat oleh petugas yang secara khusus

terlatih untuk merawat bayi baru lahir

Page 74: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

74 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

fasilitas tingkat III/IV, sesuai indikasi. yang sakit.

2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d. kurangnya suplai O2 dalam darah

Kriteria hasil:

Mempertahankan suhu inti, kulit, dan aksila dan tanda-tanda vital DBN.

Bebas dari tanda distress pernapasan dan stress dingin.

Intervensi ;

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri

Pastikan obat-obatan yang diterima ibu

selama periode prenatal dan intrapartum.

Perhatikan adanya distress atau hipoksia

pada janin.

Keringkan kepala dan tubuh bayi baru

lahir, pakaikan stoking penutup kepala

dan bungkus dalam selimut hangat.

Tempatkan bayi baru lahir dalam

lingkungan hangat atau pada lengan

orangtuanya.

Hipoksia janin atau penggunaan Demerol

oleh ibu mengubah metabolism janin

terhadap lemak coklat, sering

menyebabkan penurunan suhu bayi yang

berarti. Magnesium sulfat dapat

menyebabkan vasodilatasi dan

mempengaruhi kemampuan bayi untuk

menyerap panas.

Mengurangi kehilangan panas akibat

evaporasi dan konduksi, melindungi

kelembapan bayi dari aliran udara atau

pendingin undar, dan membatasi stress

akibat perpindahan lingkungan dari

uterus yang hangat ke lingkungan yang

lebih dingin.

Mencegah kehilangan panas melalui

konduksi, dimana panas dipindahkan dari

bayi baru lahir ke objek atau permukaan

yang lebih dingin daripada bayi.

Digendong erat dekat tubuh orangtua dan

kontak kulit dengan kulit menurunkan

Page 75: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

75 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Perhatiakn suhu lingkungan. Hilangkan

aliran udara dan minimalkan penggunaan

pendingin udara; hangatkan oksigen bila

diberikan melalui masker.

Kaji suhu inti neonates; pantau suhu kulit

secara kontinu dengan alat pemerisa kulit

dengan tepat.

Berikan penghangatan bertahap pada bayi

yang mengalami stress dingin,

pertahankan suhu udara 1,50C lebih

hangat dari suhu tubuh.

Observasi bayi terhadap tanda-tanda stress

dingin (missal penurunan suhu inti,

peningkatan aktivitas, ekstremitas fleksi,

kehilangan panas pad bayi baru lahir.

Penurunan dalam suhu lingkungan cukup

untuk menggandakan konsumsi oksigen

neonatal cukup bulan. Kehilangan panas

melalui konveksi terjadi bila bayi

kehilangan panas ke aliran udara yang

lebih dingin. Kehilangan melalui radiasi

terjadi bila panas dipindahkan dari bayi

baru lahir ke objek atau permukaan yang

tidak berhubungan langsung denga bayi

baru lahir (missal sisi atau dinding

incubator).

Suhu kulit dipertahankan mendekati

36,50C. Suhu inti (rectal) biasanya 0,50C

lebih tinggi dari suhu kulit, namun

perpindahan kontinu dari inti ke kulit

terjadi sehingga perbedaan suhu inti dan

kulit lebih besar, makin cepat

pemindahan makin cepat suhu ini

menjadi dingin.

Peningkatan suhu yang terlalu cepat

dapat mengakibatkan apnea pada bayi

yang mengalami stress dingin.

Bila suhu lingkungan turun di bawah

zona termonetral, bayi meningkatkan

tingkat aktivitas (meningkatkan laju

metabolism dan konsumsi oksigen),

Page 76: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

76 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

belang-belang atau pucat, kulit tangan dan

kaki dingin.

Perhatikan tanda-tanda distress pernapasn

(missal apnea, sianosis umum,

bradikardia, mendengkur berat, retraksi

otot pernapasan, dan pernapasan uping

hidung).

ekstremitas fleksi menurunkan besar

permukaan tubuh yang terpajan, dan

melepaskan katekolamin adrenal, yang

meningkatkan pelepasan panas dari

simpanan lemak coklat dan menyebabkan

vasokontriksi selanjutnya mendinginkan

kulit.

Tanda-tanda ini menandakan efek

negative stress dingin yang lama dan

memerlukan pemantauan ketat.

Vasokontriksi perifer menimbulkan

asidosis metabolic; vasokontriksi

pulmoner mengakibatkan penurunan

pernapasan dan sirkulasi janin menetap

dengan kegagalan penutupan duktus

arteriosus dan foramen ovale.

Kolaborasi

Berikan dukungan metabolic (glukosa

atau buffer), sesuai indikasi.

Efek samping dari hipotermia lama dapat

meliputi peningkatan konsumsi oksigen

yang menimbulkan hipoksia, asidosis,

dan penurunan pernapasan; peningkatan

laju metabolic dan konsumsi glukosa

mengakibatkan hipoglikemia; serta

pelepasan asam lemak bebas dalam aliran

darah yang bersaing ddengan sisi ikatan

bilirubin pada albumin, karenanya

Page 77: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

77 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

meningkatkan resiko ikterik dan

kernikterus. Pemberian glukosa atau

bikarbonat dapat memperbaiki

hipoglikemia, asidosis dan asfiksia.

3. Resiko cedera b.d. anomaly congenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi, pemajanan

pada agen-agen infeksius

Kriteria hasil : bebas dari cedera/komplikasi.

Intervensi :

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri

Lakukan pengkajian fisik rutin terhadap

bayi baru lahir, perhatikan jumlah

pembuluh darah tali pusat dan adanya

nomali.

Mandikan bayi baru lahir segera setelah

kelahiran bila terpajan pada agen-agen

infeksius telah terjadi.

Membantu mendeteksi abnormalitas dan

efek neurologis, menentukan usia gestasi,

dan mengidentifikasi kebutuhan terhadap

pemantauan ketat dan perawatan lebih

intensif. Tali pusat mengandung tiga

pembuluh darah. Hanya ada satu

pembuluh darah arteri dihubungkan

dengan abnormalitas genitourinarius.

Mencegah bayi baru lahir terkena virus

hepatitis B atau dari menjadi karier kronis

bila terpajan pada produk darah serum ibu

saat melahirkan.

Kolaborasi

Klem tali pusat umbilicus bayi baru lahir

kira-kira ½ sampai 1 inci dari abdomen

dalam 30 detik setelah kelahiran,

sementara bayi berada sejajar dengan

Menggendong bayi di bawah introitus

atau keterlambatan mengklem tali pusat

yang mengandung 50-100ml darah dari

plasenta, kemungkinan memperberat

Page 78: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

78 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

introitus ibu.

Berikan profilaksis mata dalam bentuk

salep eritromisin (Ilotycin) kira-kira 1 jam

setelah kelahiran.

polisitemia dan hiperbilirubinemia pada

masa neonatus.

Membantu mencegah oftalmia

neonatorum yang disebabkan oleh

Neisseria gonorrhoeae, yang mungkin ada

pada janin lahir ibu. Eritromisin secara

efektif menghilangkan baik organism

gonorrhoeae dan klamidia. Profilaksis

mata mengeruhkan pandangan bayi,

menurunkan kemampuan bayi untuk

berinteraksi dengan orangtua.

4. Perubahan proses keluarag b.d. transisi perkembangan dan/atau penambahan anggota

keluarga

Kriteria hasil :

Memulai proses kedekatan dengan cara yang bermakna untuk anggota keluarga

Dengan tepat mengidentifikasi bayi untuk meyakinkan hubungan keluarga

yang benar

Intervensi :

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri

Informasikan kepada orang tua tentang

kebutuhan-kebutuhan neonates segera dan

perawatan yang diberikan.

Tempatkan bayi dalam lengan

ibu/ayahnya segera setelah kondisi

Menghilangkan ansietas orangtua

berkenaan dengan kondisi bayi mereka.

Membantu orangtua untuk memahami

rasional intervensi pada periode awal

bayi baru lahir.

Jam pertama dari kehidupan bayi adalah

masa yang paling khusu bermakna untuk

interaksi keluarga dimana ini dapat

Page 79: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

79 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

neonates memungkinkan.

Anjurkan orangtua untuk mengelus dan

bicara pada bayi baru lahir; anjurkan

ibunya untuk menyusui bayi bila

diinginkan.

Bagi informasi tambahan dari pengkajian

fisik awal bayi baru lahir.

Diskusikan kemapuan bayi untuk

berinteraksi.

Berikan informasi yang tepat dalam

kejadian komplikasi yang tidak

diperkirakan atau kebutuhan terhadap

pemindahan ke NICU

meningkatkan awal kedekatan antara

orangtua dan bayi serta penerimaan bayi

baru lahir sebagai anggota keluarga baru.

Memberikan kesempatan untuk orangtua

dan bayi baru lahir memulai pengenalan

dan proses kedekatan.

Membantu orangtua memandang bayi

sebagai individu terpisah dengan

karakteristik fisik yang unik.

Membantu memudahkan interaksi orang

tua-bayi.

Mempertahankan orangtua tetap

mendapat informasi tentang status

perubahan bayi, dan tindakan actual atau

potensial untuk dilakukan, membantu

menjamin bahwa segala sesuatu yang

mungkin dilakukan untuk perawatan

bayii dan meningkatkan kerjasama

orangtua dengan tindakan

kegawtdaruratan.

4. Necrolizing Enterocolitis (Nec)

1. Definisi

Necrolizing Enterocolitis (NEC) adalah kondisi medis terutama terlihat pada

bayi yang premature, dimana bagian dari ususnya mengalami kronis (kematian

jaringan). Necrolizing Enterocolitis (NEC) merupakan gangguan multifocal

melibatkan nekrosis iskemik pada traktus alimenter tanpa predisposisi kelainan

anatomi dan fungsi. Kondisi ini kemungkinan merupakan satu dari respons akhir

Page 80: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

80 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

potensial dalam jumlah terbatas yang muncul pada saluran cerna satelah satu atau

lebih stress.

2. Insiden

Necrolizing Enterocolitis (NEC) paling umum terjadi di ileum terminal dan

kolom proksimal. Jumlah seluruh insiden NEC adalah antara 1% dari 5% seluruh bayi

yang masuk ke unit perawatan intensif neonates. NEC terutama menyerang bayi

prematur, meskipun sekitar 10% diantaranya merupakan neonates aterm. Insiden ini

meningkat pada usia gestasi yang lebih kecil.

Insiden NEC sangat bervariasi dari tempat perawatan yangs satu ke tempat

perawatan lainnya, keduanya diambil dari satu daerah geografis dan dari satu daerah

ke daerah lain. Perkiraan ini tidak dapat secara akurat mencerminkan insiden yang

sebenarnya karena inkonsistensi akurat mencerminkan insidens yang sebenarnya

karena inkonsistensi dalam definisi dan dalam melaporkan kasus yang diperumit

dengan variabel pengacau lain, seperti prematuritas.

a. NEC terjadi pada 2% - 7% dari semua bayi yang diamasukkan ke unit perwatan

intensif neonatal

b. NEC terjadi pada sekitar 12% neonates dengan berat badan lahir kurang dari 1500 g

c. 62% - 94% bayi yang terkena adalah bayi premature

d. 7% - 13% bayi yang terkena NEC adalah bayi cukup bulan

Banyak dari bayi tersebut yang mendapatkan penanganan penyakit jantung

kongenital, malformasi gastrointestinal anatomik, polisitemia, atau masalah-

masalah medis yang lain

e. Angka mortalitas NEC secara berlawanan proporsional dengan berat badan pada

saat lahir dan lebih dari 50% pada bayi yang memiliki berat badan kurang dari 1000

g saat lahir.

f. NEC merupakan penyebab kematian neonatal ketiga terbesar, dengan angka

mortalitas keseluruhan sebanyak 10%-15%.

3. Etiologi

Penyebab utama NEC adalah iskemi pada saluran intestinal, kolonisasi bakteri pada

intestine, dan pemberian susu formula, dan gangguan pertahanan pada host. Iskemia dan

agen infeksi merupakan faktor predisposisi awal terjadinya NEC, faktor lainnya seperti

Page 81: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

81 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

mediator inflamasi (sitokin), radikal bebas, produk fermentasi bakteri dan toksin, diduga

memperparah proses penyakit.

a. Imunitas bayi

Bayi yang memiliki imunitas rendah dan saluran GI yang belum matur, memiliki

kemungkinan untuk terserang NEC. Pada saat lahir, mukosa usus bayi belum memiliki

antibodi imunoprotektif utama di gastrointestinal, IgA. Karena ASI memiliki faktor

protektif nonspesifik dan spesifik seperti sel imunokompeten, IgA, laktoferin, lisozim,

dan lactobacillus bifidus growth factor, ASI dapat mengurangi insiden dan keparahan

NEC. Pada saluran gastrointestinal yang belum matur, usus belum mampu mencerna

makanan dengan baik, terutama makanan-makanan formula. Ditambah lagi, barrier

mukosa belum berkembang dengan baik, sehingga dapat terjadi translokasi bakteri dan

antigen makanan yang tidak tercerna ke lamina propia sehingga mengaktivasi sel

peradangan.

b. Iskemia dan kolonisasi bakteri

Saat mengalami keterbatasan perfusi, terjadi mekanisme pertahanan ubuh yang

melindungi otak dan jantung dari kerusakan akibat iskemik, yaitu aliran darah di tubuh

diprioritaskan untuk dialirkan ke dua organ tubuh tersebut dengan memindahkan aliran

darah dari mesentrika dan renal. Aliran darah mesentrika berada pada prioritas yang

sangat rendah saat terjadi hipoksia, sehingga pada neonatus yang mengalami asfiksia,

aliran darah ke abdomen, ileum, dan koon menurun drastis selama episode tersebut.

Apabila terjadi gangguan regulasi di mesentrika menuju intestin, maka akan terjadi

hipoksia pada area organ tubuh yang mendapatkan aliran darah dari mesentrika yang

mencetuskan terjadinya injuri dan disrupsi pada mukosa epitel intestinal. Saat hal

tersebut terjadi, bakteri dapat dengan mudah masuk pada area injuri dan

mengakibatkan kerusakan jaringan, termasuk nekrosis dan ulserasi.

Skema:

Gangguan regulasi di mesentrika → bowel ischemia → injuri dan disrupsi mukosa

epitel intestinal → bakteri masuk ke area injuri → kerusakan jaringan → nekrosis,

ulserasi.

c. Feeding process

Pada neonatus, terjadi malabsorpsi parsial terhadap konstituen lemak dan karbohidrat

pada susu akibat organ tubuh yang belum matur, bakteri-bakteri fermentasi

Page 82: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

82 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

membentuk asam organik, karbon dioksida, dan gas hidrogen hasil nutrient yang

tersisa. Saat NEC berkembang, neonatus mengalami kehilangan karbohidrat yang

besar pada intestine, mengakibatkan penurunan substansi pada feses dan hydrogen-

filled cysts diantara mukosa usus.

Skema:

Feeding process → Terbentuk gas hydrogen → gas hydrogen terpenetrasi, terjadi

perforasi dinding usus → gas masuk ke jaringan submukosa (pneumatosis instinalis)

& dapat robek ke dalam bantalan vaskular mesentrika.

4. Patofisiologi

Patogenesis NEC sulit untuk dipahami dan kontroversial, meskipun demikian,

patogenesis NEC adalah multifaktor. Ada tiga mekanisme patologis utama dalam proses

terjadinya NEC: cedera iskemik pada usus, kolonisasi bakteri usus, dan adanya suatu

substrat seperti formula.

Cedera hipoksik/iskemik menyebabkan aliran darah ke usus menurun. Hipoperfusi

usus ini selanjutnya merusak mukosa usus, dan sel mukosa yang melapisi usus

menghentikan sekresi enzim protektif. Bakteri yang berproliferasi dibantu oleh makanan

enteral (substrat), menginvasi mukosa usus yang rusak sehingga terjadi kerusakan usus

lebih lanjut karena pelepasan bakteri dan gas hidrogen. Gas mulanya membelah lapisan

serosa dan submukosa usus (pneumatosis intestinalis). Gas tersebut juga dapat robek ke

dalam bantalan vaskular mesentrika, yang akan didistribusikan ke dalam sistem vena

hepar. Tiksin bakterial yang berkombinasi dengan iskemia mengakibatkan nekrosis.

Nekrosis usus yang sangat tebal mengakibatkan perforasi dengan pelepasan udara bebas

ke dalam ronga peritoneal (pneumoperitoneum) dan peritonitis.

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala NEC sangat bervariasi, berkisar dari intoleransi terhadap

pemberian makanan sampai kerusakan intraabdomen yang tiba-tiba disertai sepsis, syok,

perotinotis, dan kematian. Kondisi ini biasanya muncul dalam bentuk distensi abdomen,

aspirasi gaster, muntah empedu, dan feses yang mengandung darah. Gambaran yang

nyata meliputi letargi, apnea, dan hipoperfusi. Temuan fisik yang tercatat pada

serangkaian pemeriksaan meliputi nyeri tekan progresif pada abdomen, gangguan otot

(muscular guarding), dan eritema pada dinding abdomen.

Page 83: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

83 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Awitan NEC paling sering terjadi antara hari ke-3 dan hari ke-12 kehidupa, tetapi

dapat terjadi seawal mungkin pada 24 jam keidupan atau sekitar mungkin pada usia 90

hari. Penyakit dicirikan oleh suatu rentang tanda dan gejala luas yang menerminkan

perbedaan keparahan, komplikasi, dan mortalitas penyakit. Secara khas, NEC yang

dicurigai (derajat I) terdiri ats temuan klinis tidak spesifik yang menggambarkan

ketidakstabilan psikologis dan dapat menyerupai kondisi yang biasa lainnya pada bayi

premature. Temuan klinis tersebut antara lain:

1) Ketidakstabilan suhu

2) Letargi

3) Kekambuhan apnea dan bradikardi

4) Hipoglikemia

5) Perfusi perifer buruk

6) Peningkatan residu gaster sebelum pemberian makanan melalui selang lambung

7) Intoleransi makan

8) Emesis

9) Distensi abdomen ringan

10) Hasil hematest positif

NEC pasti (derajat II) terdiri atas temuan klinis non-spesifik yang telah disebutkan diatas

ditambah:

1) Distensi abdomen berat

2) Nyeri tekan abdomen

3) Feses berdarah nyata

4) Lengkung usus teraba

5) Edema dinding abdomen

6) Bunyi usus yang mungkin tidak ada

NEC lanjut (derajat III) terjadi bila bayi menjadi sakit akut. Tanda-tanda dan gejala yang

berkaitan meliputi:

1) Kemunduran tanda-tanda vital

2) Adanya bukti syok septik

3) Edema dan eritema dinding abdomen

4) Massa dikuadran kanan bawah

5) Asidosis

Page 84: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

84 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

6) Koagulasi intravaskular diseminata

6. Komplikasi

a. Komplikasi segera meliputi:

1) Sepsis (9%-23%)

2) Gagal napas (91%)

3) Gagal ginjal (85%)

4) Syok

5) Paten duktus arterious

6) Anemia

7) Koagulasi intravaskular diseminata

8) Trombositopenia

9) Perforasi

b. Komplikasi jangka panjang, meliputi:

1) Striktur (25%-35%)

2) Sindrom usus pendek (9%-23)

3) NEC kambuhan (4%-6%)

4) Malabsorbsi

5) Kebocoran anastomosis

6) Kolestasis

7) Fistula enterokolitis (2%)

8) Atresia

9) Gagal tumbuh kembang

7. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

a. Hasil laboratorium yang menggambar tanda-tanda sepsis meliputi:

1) Lukopenia (hitung sel darah putih total dibawah 6000/mm3) atau peningkatan sel

darah putih dengan peningkatan hitung berkas

2) Trombositopenia (hitung trombosit dibawah 50.000/mm3 sebelum pembedahan)

3) Ketidakseimbangan elektrolit

4) Asidosis (metabolik dan/atau respiratorik

5) Hipoksia

6) Hiperkapnea

7) Hasil kultur darah, feses atau urine positif

Page 85: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

85 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

b. Temuan radiologis merupakan dasar untuk mengonfirmasi diagnosis NEC. Radiografi

standar anteroposterior dan dekubitus lateral kiri (atau lateral melintang meja) dapat

menunjukkan beberapa atau semua tanda berikut:

1) Distensi fokal atau gas nonspesifik pada lengkung usus

2) Penebalan dinding usus dari adanya edema

3) Pneumatosis intestinalis (gelembung udara subserosa pada dinding usus)

4) Lengkung usus yang berdilatasi secara persisten

5) Udara vena porta

6) Pneumoperitoneum (udara abdomen bebas)

c. Studi diagnostik lain muncul yang dapat menjadi keuntungan diagnostik, khusunya

pada NEC derajat awal, yang meliputi:

1) Ultrasonografi vena porta, mendeteksi gelembung mikro pada vena porta sebelum

dapat diidentifikasi pada radiograf polos

2) Uji kadar hydrogen dalam udara yang dikeluarkan, kadar hydrogen dapat

meningkat, yang mengindikasikan adanya fermentasi bakteri

3) Seri gastrointestinal (GI) bagian atas dengan kontras metrizamid, mendeteksi

pneumatosis sebelum diidentifikasi dengan radiograf polos.

8. Penatalaksanaan

a. Terapi medis siportif: pendekatan yang mungkin bila tidak ada nekrosis dan perforasi

usus.

1) NPO, istirahat dan dekompresi usus

2) Pantau pemeriksaan laboratorium (hitung sel darah lengkap, hitung platelet,

analisis gas adarh, elektrolitserum, dan kultur darah)

3) Penggenatian cairan dan elektrolit agresif, transfusi produk darah sesuai

keperluan, antibiotik spektrum luas

4) Pemeriksaan fisik yang sering, radiografi abdominal serial setiap 6 sampai 8 jam

b. Intervensi bedah untuk indikasi berikut: pneumoperitoneum, penurunan klinis

meskipun penanganan telah agresif, teraba massa abdomen, lengkung usus dilatasi

menetap pada radiografi, adanya udara vena porta pada radiografi (kontroversial), dan

parasentesis yang positif lebih dari 0,5 mL cairan kuning-coklat yang mengandung

bakteri pada pewarnaan gram.

Page 86: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

86 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

c. Intervensi bedah meliputi laparatomi dengan reaksi usus nekrosis dan kemungkinan

pembuatan ostomi. Usaha dilakukan untuk mereseksi hanya usus yang jelas nekrosis

atau perforasi dan mempertahankan katup ileosekal.

d. Drainase peritoneal untuk pengobatan perforasi: pemasangan drain penrose di

abdomen bawah (prosedur di tempat tidur) untuk mendekompresi udara, cairan, dan

material tinja.

e. Terapi pascaoperasi

1) Dukungan pernapasan

2) Resusitasi cairan mungkin diperlukan sekunder akibat kehilangan dan sepsis

3) Observasi dinding abdomen dan stoma terhadap perubahan warna dan

pembengkakan. Pantau platelet, elektrolit, dan status asam-basa. Asidosis

persisten menunjukkan adanya usus nekrotik

f. Penutupan stoma: bila bayi telah menoleransi makanan sampai 4 bulan atau lebih,

haluaran berlebih dari stoma mengharuskan penutupan stoma yang lebih dini.

9. Pertimbangan keperawatan

a. Dimulai dengan pengenalan awal

b. Bila dicurigai perawat membantu prosedur diagnostik & implementasi program

terapeutik

c. Pantau tanda vital perforasi usus, septikemia, syok kardiovaskular,

d. Upaya pencegahan penularan ke bayi lain

e. Hindari pengukuran suhu rektal perforasi

f. Bayi dibiarkan tanpa popok & ditelentangkan atau miring hindari tek. Abdomen yg

distensi

g. Pemenuhan kebutuhan nutrisi makanan oral diberikan 7 s.d 10 hr stlh diagnosis dan

penanganan, diberikan scr bertahap

h. Mengontrol infeksi

5. Sepsis Neonatrum

1. Definisi

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama

empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500

atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

Page 87: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

87 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik

terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang

dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang

dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak

dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu

orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan

pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine

sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B),

dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. Sepsis dapat dibagi menjadi

dua yaitu,

1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme

pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka

mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan

didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung

atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat

perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

2. Epidemiologi

Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab

daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada

bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering

menyerang bayi laki-laki.

3. Etiologi

Bakteria seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis,

Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, Salmonella, dan

Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi

berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis

paling sering pada neonatus.

Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui

ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang

dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:

Page 88: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

88 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

a. Perdarahan

b. Demam yang terjadi pada ibu

c. Infeksi pada uterus atau plasenta

d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan)

f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.

g. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling

tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita

hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang

menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka

yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur

invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas

melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya

hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran

darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.

Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar,

yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis.

Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi

tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia

tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia

ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian

menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial

di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar

85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3

tahun.

4. Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan

endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan

ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan

metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade

Page 89: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

89 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan

perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated

intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir

mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti

pada infeksi konginetal virus rubella, protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria

monocytogenesis. Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari

ibu selam proses persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman

gram negatif ) atau secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah

persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif).

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal

dari tiga kelompok, yaitu :

a. Faktor Maternal

1) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui

sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya

buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih

banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

2) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu

(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e.Prosedurselamapersalinan.

b. Faktor Neonatatal

1) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor

resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan

lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui

plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,

konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan

kulit.

2) Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,

khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA

Page 90: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

90 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3

serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,

bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar

penurunan aktivitas opsonisasi.

3) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat

kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

c. Faktor Lingkungan

1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering

memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah

sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi

parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang

luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

2) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko

pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,

sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan

resisten berlipat ganda.

3) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling

sering akibat kontak tangan.

4) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan

dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi

oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui

beberapa cara, yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu

setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui

sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat

menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,

hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain

malaria, sipilis, dan toksoplasma.

Page 91: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

91 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena

yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,

terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk

dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah

terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus

dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.

Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau

port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.

Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida

albican,dan N.gonorrea.

3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal

melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang

nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut

menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga

dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,

bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala

lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut

kembung

Page 92: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

92 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan

atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

berdarah.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat yang

optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih

dari 85%, Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative Probable Value

(NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis

dari pertanda diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan

virus, petunjuk untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk

menentukan prognosis.

Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung

neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T), mikro

Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang

dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk

deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.

Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai

berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8,

G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF dan

hematological indices pada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk

memonitor respons terhadap terapi. Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari

berbagai uji laboratorium.

7. Penatalaksanaan

Page 93: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

93 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v

(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino

glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan

Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan

waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,

lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas

indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,

pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa

gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan

darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada

hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP

tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau

Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15

mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian

antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21

hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,

terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi

darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat penyakit

Keluhan utama

Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap,

lemah.

Riwayat penyakit sekarang

Page 94: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

94 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua, tapi kejadian ikterik

ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya refleks rooting,

kekakuan pada leher, tonus otot mneningkat.

Riwayat penyakit dahulu

Ibu klien mempunyai penyakit hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi

Riwayat penyakit keluarga

Orangtua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan

hepar atau dengan darah.

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau

inflamasi

Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37

o C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,

frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan semakin

memperburuk kondisi pasien serta dapat

menyebabkan pasien kehilangan banyak

cairan secara evaporasi yang tidak

diketahui jumlahnya dan dapat

menyebabkan pasien masuk ke dalam

kondisi dehidrasi.

3. Berikan kompres denga air hangat pada

aksila, leher dan lipatan paha, hindari

penggunaan alcohol untuk kompres.

Kompres pada aksila, leher dan lipatan

paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar

besar yang akan membantu menurunkan

demam. Penggunaan alcohol tidak

Page 95: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

95 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

dilakukan karena akan menyebabkan

penurunan dan peningkatan panas secara

drastis.

Kolaborasi

4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan

jika panas tidak turun.

Pemberian antipiretik juga diperlukan

untuk menurunkan panas dengan segera.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37

o C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,

frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

2. Observasi adanya hipertermi, kejang

dan dehidrasi.

Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan semakin

memperburuk kondisi pasien serta dapat

menyebabkan pasien kehilangan banyak

cairan secara evaporasi yang tidak

diketahui jumlahnya dan dapat

menyebabkan pasien masuk ke dalam

kondisi dehidrasi.

3. Berikan kompres hangat jika terjadi

hipertermi, dan pertimbangkan untuk

langkah kolaborasi dengan memberikan

antipiretik.

Kompres air hangat lebih cocok digunakan

pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk

menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi

secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu

lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh

karena itu pemberian antipiretik

Page 96: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

96 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

diperlukan untuk segera menurunkan

panas, misal dengan asetaminofen.

4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan

jumlah pemberian yang telah

ditentukan

Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal

diperlukan untuk mencegah bayi dari

kondisi lapar dan haus yang berlebih.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume

bersirkulasi akibat dehidrasi

Kriteria Hasil

1. Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan ekstraselular

2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi

jaringan

INTERVENSI RASIONAL

1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa

nadi perifer,edema, pengisian perifer,

warna, dan suhu ekstremitas)

1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena

2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan

panas/dingin

2. mengetahui sensasi perifer,

kemungkinan parestesia

3. pantau status cairan 3. mengetahui keseimbangan antara

asupan dan haluaran

4. PK: Trombositopenia

a. Tujuan

Perawat akan menangani dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit.

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi

dan jumlah trombosit

Nilai ini membantu mengevaluasi respon

klien terhadap pengobatan dan resiko

terhadap pendarahan akibat dari sepsis.

2. Pantau tanda tau gejala pendarahan

spontan atau perdarahan hebat : ptekie,

Pemantauan secara konstan sangat

dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini

Page 97: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

97 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

ekimosis, hematoma spontan,

perubahan tanda-tanda vital.

adanya episode perdarahan

3. Pantau tanda perdarahan sisemik atau

hipovolemia, seperti peningkatan

frekuensi nadi, napas dan tekanan

darah, perubahan status neurologis

Perubahan pada oksigen sirkulasi akan

mempengaruhi fungsi jantung, vascular

dan fungsi neurologis

Page 98: Makalah Klp. 7 BBL Bermasalah

98 BBL BERMASALAH | KELOMPOK 7

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. 2009. Buku saku keperawatan pediatric, Ed.5. Jakarta:

EGC.

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum, diakses pada tanggal 18

februari 2013 <http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum>

Bobak & Lowdermik. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. Jakarta: EGC.

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta :

EGC.

Doengoes, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi:Pedoman Untuk

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hawa, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC.

Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsi obstetric. Jakarta : EGC.

Rahayu D P, E. (2010). Koping Ibu Terhadap Bayi Bayi BBLR yang Menjalani Perawatan

Intensif Di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Semarang: Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran universitas Diponegoro.

Saifuddin AB, Adriaansz G, et al. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Sitohang, N. A. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Medan:

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N. (2003). Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta:

EGC.