materi advokasi bbl

10
 Setiap hari, lebih dari 400 bayi (0-11 bulan) meninggal di Indonesia  Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita (AKBal) di Indonesia masih cukup tinggi . Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi sebe- sar 68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir , AKB menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah turun dari tahun 1990, penurunan ini ma- sih jauh dari target MDG tahun 2015 dimana AKB diharap- kan turun menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di negara kita jauh lebih tinggi. Penyebab Kematian Bayi dan Balita Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir/ neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi. Diare dan pneumonia merupakan penyebab kema- tian berikutnya pada bayi dan balita, disamping pe- nyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi. Terdapat disparitas angka kematian bayi dan balita yang cukup besar antar provinsi. Provinsi dengan AKB - AKBalita tertinggi (Sulbar: AKB 74/1000 KH dan AKBalita 96/1000KH) memiliki nilai 4 kali lebih besar daripada provinsi dengan AKB dan AKBalita terendah (DIY: AKB 19/1000 KH dan AKBalita 22/1000 KH). KH = Kelahiran Hidup  Angka Kema tian Neonatal , Bayi dan Balita p er Provinsi

Upload: lia-meiliyana

Post on 10-Jul-2015

280 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 1/10

 

Setiap hari, lebih dari 400 bayi (0-11 bulan) meninggal di Indonesia 

Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita

(AKBal) di Indonesia masih cukup tinggi . Berdasarkan

SDKI 2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi sebe-

sar 68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir , AKB

menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun

angka ini telah turun dari tahun 1990, penurunan ini ma-

sih jauh dari target MDG tahun 2015 dimana AKB diharap-

kan turun menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran

hidup. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia

Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan

Filipina AKB dan AKBal di negara kita jauh lebih tinggi.

Penyebab Kematian Bayi dan Balita

Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita

adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir/

neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal inimeliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), BayiBerat Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi.Diare dan pneumonia merupakan penyebab kema-tian berikutnya pada bayi dan balita, disamping pe-nyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi.

Terdapat disparitas angka kematian bayi dan balita yang cukup besar antar provinsi. Provinsi dengan AKB - AKBalita

tertinggi (Sulbar: AKB 74/1000 KH dan AKBalita 96/1000KH) memiliki nilai 4 kali lebih besar daripada provinsi dengan AKBdan AKBalita terendah (DIY: AKB 19/1000 KH dan AKBalita 22/1000 KH).KH = Kelahiran Hidup

Angka Kematian Neonatal, Bayi dan Balita per Provinsi

Page 2: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 2/10

 

Masalah Kesehatan Bayi dan Balita di Indonesia 

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa

neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi penyebabkematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi.Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani. Namun terkendalaoleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaansosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambat-nya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kese-hatan

Masalah pada Neonatus

Gangguan pertumbuhan akibat gizi buruk tidak hanya terjadi di daerah yang kurang

pangan. Tidak hanya juga terjadi pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah.Bahkan di daerah penghasil pangan masih terjadi kasus gizi buruk. Pun di perkotaandan ditengah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah. Penyebab gizikurang dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan perilakuserta kebiasaan makan; penyakit infeksi; ketersediaan pangan.

Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

dari tahun 2007 ke 2010, untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk, dari 5,4menjadi 4,9.

Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Masalah kedua penyebab kematian pada bayi dan terutama balita adalah penyakit in-

feksi, diare dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dantepat dapat menekan kematian yang diakibatkan penyakit ini

Diare erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat, ketersediaan air bersih,

serta sanitasi dasar. Pneumonia terkait erat dengan indoor and outdoor pollution (polusi didalam dan di luar ruangan), ventilasi, kepadatan hunian, jenis bahan bakar yang dipakai,kebiasan merokok, status gizi, status imunisasi dan lama pemberian ASI . Sosialisasi yangterkait dengan upaya pencegahan dan deteksi dini serta mengurangi faktor resiko menjadihal penting.

Penyakit Infeksi

Beberapa faktor menjadi penyebab tidak langsung kematian bayi dan balita.

Dari sisi kebutuhan (demand), antara lain adalah sosial ekonomi yang ren-dah, pendidikan ibu, kondisi sosial budaya yang tidak mendukung, kedudu-kan dan peran perempuan yang tidak mendukung, akses sulit, serta perilakuperawatan bayi dan balita yang tidak sehat. Sementara ketersediaan saranadan prasarana kesehatan yang belum merata, kesinambungan pelayananKIA yang belum memadai, pembiayaan pelayanan KIA yang belum me-madai, menyumbangkan masalah dari sisi supply

Penyebab Kematian Bayi dan Balita Tak Langsung

Page 3: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 3/10

 

 

Kurangnya ketersediaan dan penyebaran tenaga kesehatan 

masih menjadi masalah dalam penurunan kematian bayi dan balita 

Bila dilihat ketersediaan bidan di desa, masih banyak desa yang tidak memiliki bidan. Hanya provinsi di pulau Jawa dan

sebagian kecil Sumatera yang melebihi 80% desa yang memiliki bidan. Papua dan Papua Barat barkisar antara 20-40%,sebagian besar provinsi di pulau Kalimantan baru 40-60% desa yang memiliki bidan. Dari penyebarannya terlihat,sebagian besar masih berkumpul di pulau Jawa. Kendala bagi keberadaan bidan di desa antara lain:

• Di kabupaten tertentu jumlah bidan tidak sesuai dengan jumlah desa. Untuk itu perlu dilihat ketersediaan danpemanfaatan perawat di desa.

Bidan desa tidak bertempat di desa sesuai dengan Surat Keputusan Bupati• Tidak adanya reward dan punishment bagi bidan desa

Demikian juga dengan ketersediaan dan penyebaran dokter spe-

sialis anak. Belum semua kabupaten memiliki dokter spesialisanak yang merupakan tempat rujukan pelayanan kesehatan anak.

Page 4: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 4/10

 

Pembiayaan dan Anggaran 

Berbagai kegiatan dan program kesehatan anak untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita yang telah terbukti efektif 

perlu dilaksanakan oleh pemerintah daerah ,baik kabupaten maupun provinsi, dan pemangku kepentingan (stakeholders).Karenanya dibutuhkan alokasi dana APBD yang sesuai dengan kebutuhan program dan kegiatan tersebut.

Sumber pembiayaan KIA sendiri dapat dirinci sebagai berikut:

• APBD Kabupaten/Kota

• APBD Provinsi

• Dana APBN, melalui dana dekonsentrasi (dana dekon), TP (Tugas Perbantuan), DAK (Dana Alokasi Khusus), DAU (DanaAlokasi Umum), BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), Jamkesmas Nasional

• Donor, dapat berupa Company Social Responsibillities (CSR), dana masyarakat mandiri, dana hibah yang tidak mengikat,bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik dalam negeri maupun luar negeri.

Beranjak dari pengalaman selama ini, banyak daerah yang mengandalkan dana dari pusat. Sudah diketahui bersama, banyak

kendala pengucuran dana dari pusat ke daerah. Antara lain karena alokasi dana yang tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan -karena sifatnya yang supporting-, pencairan dana yang membutuhkan proses panjang, ataupun penggunaannya yang terbatas.Untuk itu pemerintah daerah haruslah mengalokasikan dana yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan proses pemetaan danperencanaan yang matang demi tercapainya tujuan program ini.

Mengacu pada PP 38/2007 tentang pembagian urusan pemerintahan, sudah selayaknya pemerintah daerah menjadikan APBD

sebagai prioritas penggunaan dana dalam kegiatan KIA. Adapun dana yang berasal dari pemerintah provinsi dan pusat, lebihbersifat sebagai pendukung.

Gambaran kondisi anggaran KIA selama ini kurang lebih dapat di jabarkan dalam tabel di bawah .

Page 5: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 5/10

 

Millenium Development Goals

Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millenium adalah komitmen 189 kepala negara yang ber-tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia yang akan dicapai pada tahun 2015. Komitmen ini ditindak lanjutidengan perencanaan masing-masing negara, sesuai kebutuhan masing-masing. Tersedia kerangka konsep internasionaluntuk bekerja bersama menuju tujuan yang sama, memastikan pembangunan manusia menyentuh semua orang di semuatempat. Bila tujuan pembangunan milenium tercapai, separuh dari kemiskinan dunia bisa teratasi, puluhan juta jiwa tertolongdan milyaran lainnya akan mendapat kesempatan memperoleh keuntungan dari ekonomi global.

8 Tujuan Pembangunan Millenium

MDGs telah diterjemahkan ke dalam Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJM) tahun 2005-2009 dan RPJM2010-2014 melalui Peraturan Presiden no 7 tahun 2005 dan no 5 tahun 2010.

Targetnya adalah menurunkan kematian balita sebesar dua pertiganya dari keadaan tahun 1990 dengan indikator proksi

• Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup

• Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup

• Proporsi imunisasi campak pada anak yang berusia 1 tahun, mencakup 90 % dari seluruh sasaran

Penurunan angka kematian bayi dan balita dapat dikatakan sesuai harapan (on track). Namun perlu upaya yang keras agar 

dapat mencapai target MDG bila dilihat lambatnya penurunan angka kematian baik bayi maupun balita. Untuk itu perlu du-kungan pemerintah daerah, DPRD, organisasi profesi, organisasi terkait, dan stakeholders lainnya dalam menurunkanangka kematian bayi dan balita tersebut.

Intervensi yang sudah dilakukan dalam program kesehatan anak :

• Pemberdayaan masyarakat melalui penggunaan buku KIA, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Perawatan Metode Kanguru• Peningkatan akses dan kualitas pelayanan dengan penerapan MTBS, manajemen asfiksia, manajemen BBLR, per-

salinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan rumah, pengadaan obat program, dan peningkatan kompetensi petugas

• Pembiayaan kesehatan dengan Jamkesmas, Jamkesda, dana dekonsentrasi dan BOK (Banatuan Operasional Ke-sehatan);

• Survailans kesehatan melalui penggunaan kohort bayi, kohort anak balita, PWS KIA, Otopsi Verbal, Audit MaternalPerinatal

MDG 4

Menurunkan Angka Kematian Anak 

Page 6: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 6/10

 

Angka Usia Harapan Hidup -yang memberikan kontribusi

terhadap nilai HDI- dipengaruhi oleh 3 hal. Pertama,

Angka Kematian Bayi dan Balita. Kedua, Angka Kematian

Ibu, Ketiga,Angka gizi kurang dan gizi buruk. Jika UHH

meningkat, maka HDI akan meningkat. Karenanya, agar peringkat HDI Indonesia naik, salah satu cara yang dapat

ditempuh adalah dengan menurunkan AKB dan AKBal. 

Indeks Pembangunan Manusia 

Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dariproses pembangunan. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan ling kungan yang memungkinkan bagi penduduknya untuk menikmati umur panjang, sehatdan menjalankan kehidupan yang produktif.

United Nation Development Program (UNDP) telah mengembangkan Human Deve lopment Index (HDI) yang mencakup 3 komponen dasar yang secara operasional da pat menghasilkan suatu ukuran untuk merefeksikan upaya pembangunan manusia di

suatu wilayah, yaitu:

• peluang hidup (longevity) yang diukur berdasarkan rata rata usia harapan hidup,• akses terhadap pengetahuan (knowledge) yang diukur berdasarkan prosentase

kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat partisipasi bersekolah yangdiperoleh dari rasio gabungan pendaftaran bersekolah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas atau , dalam bahasa yang lebih mudah, rata rata lamasekolah.

• standard hidup yang layak (decent living) yang diukur berdasarkan pendapatan per kapita dalam paritas daya beli dalamdollar AS.

Ketiga dimensi ini mempunyai nilai standar antara 0 dan 1, yang kemudian diambil reratanya untuk mendapatkan nilai HDIdalam kisaran 0 sampai 1.

Apabila diperhatikan dengan seksama terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia, indeks HDI mengalami ke

naikan dari 0.729 menjadi 0.734, namun tetap berada pada peringkat ke 111 dan berada dalam kategori Menengah sepertitahun sebelumnya. Kenaikan indeks tersebut disebabkan oleh kenaikan indikator PDB per kapita (dari US$ 3,532 menjadiUS$ 3,712) dan usia harapan hidup (dari 70,1 menjadi 70,5 tahun), sedangkan tingkat kemampuan baca tulis orang dewasadan rasio pendaftaran bersekolah tetap sama (yaitu 90% dan 68,2%).

Perkembangan indeks pembangunan manusia di Indonesia :

Page 7: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 7/10

 

Indikator Kesehatan Bayi dan Balita 

Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan

kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itudipakai indikator-indikator yang bisa menjadi ukuran keber-

hasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita yaitu :1. Pemeriksaan neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari)

melalui kunjungan neonatal I, II, dan III

2. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

3. Pelayanan kesehatan bayi

4. Pelayanan kesehatan anak balita

Pengertian cakupan kunjungan neonatal adalah

pelayanan kepada neonatus pada masa 6 jam sampaidengan 28 hari setelah kelahiran sesuai standar.

Pelayanan Neonatus minimal 3 kali yaitu :

Satu kali pada 6-48 jam (KN 1)

Satu kali pada 3-7 hari (KN 2)

Satu kali pada 8-28 hari (KN 3)

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang

ditangani adalah neonatus dengan komplikasi di satuwilayah kerja pada satu tahun yang ditangani sesuaidengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih diseluruh sarana pelayanan kesehatan.

Neonatus dengan komplikasi adalah Neonatus

dengan penyakit atau kelainan yang dapatmenyebabkan kesakitan, kecacatan atau kematian

seperti asfiksia, ikterus (kuning), hipotermia, tetanusneonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (bayiberat lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguanpernapasan, kelainan kongenital, dll

Kunjungan neonatal lengkap adalah bila neonatusmelakukan kunjungan ke tenaga/fasilitas kesehatan ataudikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali sesuaiwaktu yang telah ditentukan. Dalam melaksa-nakantugas ini, tenaga kesehatan menggunkan algoritma bayimuda < 2 bulan pada Manajemen Terpadu Balita Sakit.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk menemukan secara

dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya padaneonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikanuntuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapatmenyebabkan kematian

Pemeriksaan Neonatus

Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk 

menurunkan kematian bayi baru lahir 

Page 8: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 8/10

 

 Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi postneonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuaidengan standar oleh dokter, bidan, dan perawat yangmemiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4kali disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Standar pelayanan minimal:

• satu kali pada umur 29 hari-2 bulan

• satu kali pada umur 3-5 bulan

• satu kali pada umur 6-8 bulan

• satu kali pada umur 9-11 bulan

Pelayanan yang diberikan :• Penimbangan berat badan

• Imunisasi dasar lengkap

• Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini TumbuhKembang

• Pemberian Vitamin A setiap bulan Februari danAgustus (untuk bayi 6 bulan ke atas)

• Konseling perawatan bayi termasuk ASI eksklusif dan pemberian makan tambahan

Cakupan pelayanan kesehatan balita adalah anak

balita (12—59 bulan) yang memperoleh pelayananpemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun,pemberian vit. A 2 kali setahun.

Standar pelayanan minimal yang diberikan:

• Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggibadan minimal 8 kali dalam 1 tahun

• Pemberian vitamin A setiap bulan Februari dan

Agustus• Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang balita minimal 2 kali dalam 1 tahun

Pelayanan kesehatan bayi

Pelayanan kesehatan balita

Indikator Kesehatan Bayi dan Balita 

Sumber: laporan rutin 2009

DOK: PUSKOMLIK KEMENKES RI

 

DOK: PUSKOMLIK KEMENKES RI

Page 9: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 9/10

 

Upaya Meningkatkan Kesehatan Anak 

APA YANG BISA KITA LAKUKAN……..? 

Antara lain:

1. Perawatan anak di tingkat rumah tangga dan keluarga, deteksi

dini penyakit serta perilaku mencari pertolongan.• Mendorong peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat

termasuk partisipasi mereka dalam kesehatan ibu dan anak.

• Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahandan deteksi dini penyakit

• Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam upaya kese-hatan dengan penggunaan buku KIA.

• Penggunaan bagan MTBS dalam penanganan balita sakit

• Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga danmasyarakat

3. Advokasi pada pemerintah daerah / penentu kebijakan,

untuk:

• Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat / ke-luarga

• Memperbaiki sistem dan manajemen program

• Mobilisasi dukungan keuangan di daerah untuk KIAuntuk pembiayaan yang lebih proporsional

• Peningkatan anggaran KIA di daerah denganpendekatan investasi (lebih promotif-preventif).

• Berdasarkan kebijakan desentralisasi dan SPM,

mengambil keputusan dengan memprioritakaninvestasi dan intervensi efektif KIA

• Membangun kemitraan yang efektif dengan lintasprogram dan lintas sektor 

• Penyediaan SDM Kesehatan di seluruh puskesmas,pustu dan desa.

2. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan

kesehatan

• Penempatan bidan di semua desa

• Penempatan dokter, bidan, dan perawat di semua

puskesmas dan jaringannya• Kunjungan rumah

• Pengadaan obat program

• Penyediaan alat kesehatan

• Memperbaiki fasilitas dan sistem rujukan

• Pelatihan, penyegaran pengetahuan, kursus bagitenaga kesehatan

• Perbaikan kurikulum dan metode pendidikan disesuai-kan dengan kebutuhan program (pre service), pening-katan in service training

Dokumen Puskomlik kemenkes RI

Page 10: Materi Advokasi BBL

5/10/2018 Materi Advokasi BBL - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-advokasi-bbl 10/10

 

Peran Pengambil Kebijakan 

dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak 

APA YANG BISA DILAKUKAN……………?

Pemerintah

• Mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat madani

• Penyediaan sistem pelayanan kesehatan untuk Daerah Terpencil, Tertinggal, Perbatasan

• Peningkatan kualitas petugas kesehatan melalui perbaikan kurikulum dan metode pendidikan disesuaikan dengan kebu-tuhan program, peningkatan in service training dalam perawatan bayi baru lahir dan anak, pelayanan kesehatan anaksesuai standar, penanganan komplikasi dan rujukan

• Regulasi untuk memberikan kewenangan lebih bagi tenga kesehatan

• Mengembangkan kebijakan dalam upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi pangan

Pemerintah daerah di tingkat propinsi dapat melakukan

• Mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat madani

• Revitalisasi UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)

• Meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu termasuk pelatihan tenaga terampil dan meningkatkan danaoperasional

• Public Private Mix di daerah perkotaan (sinergi pemerintah dan swasta)• Pembiayaan Operasional Program Kesehatan bayi baru lahir, balita dan anak.

• Mobilisasi dukungan keuangan di daerah untuk KIA

Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota dapat melakukan

• Lebih mendorong peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat dengan a.l. meningkatkan partisipasi mereka dalamkesehatan ibu dan anak.

• Menjadikan posyandu sebagai focal point untuk mendorong upaya perilaku hidup sehat

• Mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat madani

• Peningkatan anggaran KIA di daerah dengan pendekatan investasi (lebih promotif-preventif).

• Peningkatan jangkauan & kualitas pelayanan bayi baru lahir dan anak, termasuk distribusi tenaga kesehatan di tingkatpuskesmas dan desa/kampung.

• Mobilisasi dukungan keuangan di daerah untuk KIA berkaitan dengan pemecahan masalah berdasarkan inisiatif daerahsebagai respon dari keberagaman masalah

• Peningkatan kemitraan, dukungan organisasi profesi dengan stakeholders (Lintas Program/Lintas Sektor)

SKEMA KOORDINASI LINTAS SEKTOR

Kerja sama dari ketiga pihak diatas, Menteri Kesehatan sebagai pimpinan teknis sektor kesehatan, para Gubernur, Bupati

dan Walikota sebagai pimpinan daerah, dan lembaga dalam sistem rujukan dimotori oleh dokter spesialis anak, dokter umum, bidan, dan perawat yang bertugas langsung di lapangan.

Lembaga-lembaga yang berada dalam

sistem rujukan kesehatan Ibu dan Anak

Ilmu Kedokteran dan

kesehatan  

Administrasi Publik danPenyusun Kebijakan Publik

Politik Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah

Partai Politk

dan berbagai  pressure 

Kemenkes dan Dinas Kesehatan