makalah kerang darah

8
 BUDIDAYA KERANG DARAH (An adar a gr anos a)  Tugas Dasar    Dasar Teknologi Menejemen Budidaya Perikanan 1. Adib Khairushubhi Azhar(26010313140 101) 2. Aninda Renggani (26010313130059) 3. Renata Revaneli(260103131200 14) 4. Wisnu Galuh Nusa Putra(2601031313 0073) 5. Yuni Mulyanti(2601031019 0088) PRODI : PEMANFAATAN SD PERIKANAN (PSP) FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

Upload: azhar-ab

Post on 16-Oct-2015

710 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

tugas bdp

TRANSCRIPT

BUDIDAYA KERANG DARAH (Anadara granosa)Tugas Dasar Dasar Teknologi Menejemen Budidaya Perikanan

1. Adib Khairushubhi Azhar(26010313140101)2. Aninda Renggani(26010313130059)3. Renata Revaneli(26010313120014)4. Wisnu Galuh Nusa Putra(26010313130073)5. Yuni Mulyanti(26010310190088) PRODI : PEMANFAATAN SD PERIKANAN (PSP)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGORO2014PENDAHULUANKerang darah(Anadara granosa) adalah sejeniskekeranganyang biasa dimakan oleh wargaAsia TimurdanAsia Tenggara. Anggota sukuArcidaeini disebut kerang darah karena ia menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang dihasilkannya.Kerang ini menghuni kawasanIndo-Pasifikdan tersebar dari pantaiAfrikatimur sampai kePolinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke dalam pasir atau lumpur dan tinggal di mintakat pasang surut. Dewasanya berukuran 5 sampai 6cm panjang dan 4 sampai 5cm lebar. Budidaya kerang darah sudah dilakukan dan ia memiliki nilai ekonomi yang baik. Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve tersebut.Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1) periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memilikikelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.Selain itu habitat yang biasa digunakan dalam proses budidaya baik pembenihan maupun dalam proses pembesaran adalah area atau pantai yang landau dan mempunyai subtract atau lumpur yang cukup, karena daerah tersebut adalah daerah yang disukai oleh biota ini, dan kerang darah juga dapat memijah selama sepanjang tahun dan menagalami puncak pemijahan pada bulan-bulan agustus atau September, dengan ukran indukan sebesar 20mm dan berumur 1 tahun.PEMBAHASANPada dasarnya budidaya kerang dibedakan menjadi usaha untuk mengumpulkan benih atau Spat dan usaha untuk pembesaran. Usaha pengumpulan spat banyak dilakukan oleh para nelayan karena usaha pembenihan sendiri secara ekonomis belum dilakukan secara berkelanjutan . Dalam usaha pengumpulan spat ini yang harus dipertimbangkan adalah jenis kolektor dan waktu penempatan. Kolektor adalah benda yang dimasukan ke dalam air yang bertujuan untuk mengumpulkan spat tiram. 1. Pengumpulan spat / anak kerang. Secara umum burayak akan mencari benda-benda air yang terumbai atau berupa filament. Ada berbagai jenis kolektor yang telah digunakanoleh nelayan untuk mengumpulkan kerang. Sebagai contoh untuk mengumpulkan kerang hijau (Perna viridis) telah digunakan kolektor seperti tambang plastic yang berdiameter 5 mm, dan pada setiap jarak 5-6 cm diselingi sabut kelapa yang dibuat setengah lingkaran (seperti pada gambar). Kolektor atau tambang-tambang tersebut digantungkan pada rak bambu yang terapung. Jenis lain adalah baerupa kolektor kupu-kupu (butterty collector) yaitu kolektor yang terbuat dari tambang palsting yang setiap jarak 30 cm disisipkan potongan jaring. Kolektor-kolektor ini diikatkan pada rakit pada waktu-waktu tertentu. Pemasangan kolektor harus mempertimbangkan waktu pemijahan, dan tidak setiap saat ada burayak. Kolektor yang dipasang jauh sebelum waktu pemijahan, maka akan dihinggapi teritip, lumut atau lumpur sehingga spat tidak mau menempel. Cara menempel kerang berbeda dengan cara menempel tiram. Kerang biasanya menempel dengan bissusnya, sedang tiram menempel erat dengan salah satu cangkangnya. Beberapa nelayan Jakarta juga menggunakan cangkang kerang untuk menjadi kolektor. kolektor ini disebar di dasar peraiaran pada bulan Februari dan meraka akan panen pada bulan Oktober - November. Spat kerang mutiara sering dikumpulkan menggunakan kolektor yang berupa daun-daunan atau serabut plastik. Kerang-kerangan yang hidup di dasar perairan pengumpulan spat-nya agak sulit dilakukan, seperti pengumpulan kerang suku Archida.

Berikut ini adalah tahapan- tahapan dalam budidaya Kerang darah yang biasa dilakukan oleh masyarakat atau pembudidaya :1. PEMILIHAN LOKASIKerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara. 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Tiap jenis Anadara menghendaki lingkungan yang berbeda. A. antiguata, misalnya, hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Sementara itu, kerang bulu menghendaki perairan berdasar pasir dan jernih. Pentingnya pemilihan lokasi karena lokasi sangat berpengaruh terhadap bagaiman suatu biota dapat berkembang dengan baik dan sesuai dengan target yang kita buat, dan usaha budidaya merupakan salah satu kegiatan bisnis yang memerlukan modal, ketrampilan, ketekunan, dan kemampuan memprediksi perkembangan pasar ( Setyono. 2007)

2. PERSIAPAN WADAH

Untuk biota jenis ini tidaklah rumit dalam persiapan wadahnya, wadah yang dibutuhkan dalam budidaya ini adalah wadah berupa kolam atau tambak yang memiliki dasar pasir halus atau pasir bercampur lumpur. Tambak yang dasarnya berupa tanah liat atau lumpur hitam hutan mangrove tidaklah cocok untuk budidaya kerang darah (Kordi dan Ghufran.2001)

3. PERSIAPAN BENIHDalam proses budidaya ini benih yang kita gunakan adalah benih yang berasal dari alam karena pada saat ini masih cukup rumit apabila kita akan melakukan pemijahan sendiri, untuk menangkap biota ini dilakukan dengan pengumpulan dimulai pada saat air pasang rendah dan kedalaman air sekitar 6o cm. pengumpulan benih dilaksanakan dengan mengeruk dasar perairan sedalam kurang lebih 3 cm dengan menggunakan keranjang pengumpul benih tersebut di atas. Pengerukan dilakukan dengan menggunakan papan selancar.Papan tersebut berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan benih yang berhasil dikumpulkan dan sekaligus memudahkan pergerakan si pengumpul. Proses pengumpulan selesai pada saat dasar perairan kering tidak berair.4. PENEBARAN BENIH

Benih ditebar dengan cara dibenamkan kedalam lumpur/pasir. dasar Padat tebar awal sekitar 2.000 ekor/m2, kemudian dijarangkan sampai kepadatan 200-300 ekor/m. pembenaman benih kerang darah sebaiknya diatur sejajar, bila perlu diberi tali pengarah sebagaimana menanam padi. Jarak antar benih adalah 7-15cm atau 10-15 cm. (Kordi dan Ghufran.2001)

5. PEMELIHARAAN Dalam pemeliharaan komoditas ini tidak lah serumit memelihara komoditas penting lainya karena dalam pemeliharaan kerang darah tidak membutuhkan makanan seperti pellet dadn lain-lainya, tetapi harus dilakukan pemeliharaan kualitas air secara ketat, karena sifat komoditas ini adalah filter feeder.Pertumbuhan kerang darah termasuk cukup lama , yaitu selama 6-9 bulan. Bila pada saat awal penebaran adalah 1-2m maka jika dipelihara dalam waktu 6-9bulan akan berukuran 4-5cm.Kerang darah adalah biota yang memendamkan dirinya kedalam dasar perairan oleh karena itu relung atas dasar perairan akan kosong dengan demikian dapat kita manfaatkan untuk membudidayakan komoditas lainnya dengan cara system polyculture.

6. HAMA DAN PENYAKITDalam budidaya biota ini sedikit ditemukan penyakit ,tetapiterdapat hambatan yang ada yaitu Kerang darah yang dibudidayakan kerap kali dimangsa oleh siput gastropoda, khususnya pada fase benih. Mortalitas missal lebih sering terkait dengan perubahan kondisi lingkungan, khususnya salinitas. Kematian kerang ini sering terjadi pada saat hujan yang berkepanjangan yang menyebabkan turunnya salinitas. Kerang akan mati dalam air bersalinitas di bawah 15ppt

7. PANEN DAN PENJUALANCara pemanenan adalah dengan cara penyurutan kolam atau tambak yangd igunakan dalam budidaya ini, lalu mengunakan alat pengeruk untuk mengambil kerang yang ada didasar perairan. Setelah dilakukan pemanenan dilakuakn proses penyortiran untuk memisahkan kerang sesuai ukuran jual, dan setelah itu dilakukan penjualan secara langsung maupun diolah terlebih dahulu.

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Budidaya kerang darah adalah alternatif usaha bagi keberlangsungan kehidupan perekonomian masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan. Budidaya kerang darah yang mudah, murah dan efektif menjadikannya sebagai jawaban solusi dari keterpurukan keadaan perekonomian nelayan yang rendah. Di ibaratkan manusia yang memiliki penyakit anemia (kekurangan darah) tampak letih dan lesu, membutuhkan suplemen penambah darah untuk kehidupannya yang lebih bertenaga dan cerah. Maka, kerang darah dapat dikiaskan sebagai suplemen penambah darah pemulihan perekonomian masyarakat pesisir yang dalam hal ini adalah para nelayan, lebih jauh lagi akan meningkatkan perekonomian negara disektor hasil budidaya laut. 2. Secara teknis budidaya kerang darah ini tidaklah rumit dan dapat dengan mudah kita lakukan .

DAFTAR PUSTAKAKordi dan M.Gufran H.2001. Marikultur.Lily Publisher.Yogyakarta.Setyo Dwi En Djoko.2006. Krakterstik Biologi dan Produk Kekerangan laut.Oseana Vol XXXI.