makalah kelompok kasus eklamsia

27
Pasien Primigravida dengan Gejala Eklamsia KELOMPOK E7 Ain Nabila Binti Zulkufli 102010389 Elisabeth 102011082 Andre C. Cundawan 102011110 Pratami F. Rieuwpassa 102011195 Ryan Gustomo 102011209 Priskila Regina Maria 102011281 Stefanus Jonathan 102011376 Mendy 102011413 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JL. ARJUNA UTARA NO.6

Upload: ryan-gustomo

Post on 06-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Pasien Primigravida dengan Gejala Eklamsia

KELOMPOK E7

Ain Nabila Binti Zulkufli 102010389

Elisabeth 102011082

Andre C. Cundawan 102011110

Pratami F. Rieuwpassa 102011195

Ryan Gustomo 102011209

Priskila Regina Maria 102011281

Stefanus Jonathan 102011376

Mendy 102011413

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JL. ARJUNA UTARA NO.6

JAKARTA BARAT

Page 2: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah

satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas

dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi.

Dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi

kronik dengan superimposed preeklampsia, dan hipertensi gestasional (transient hypertension).

Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau

hipertensi pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap

selama 12 minggu pascapersalinan. Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20

minggu kehamilan disertai dengan proteinuria, eklampsia memiliki gejala yang sama dengan pre-

eklampsia ditambah dengan kejang-kejang sampai koma. Hipertensi kronik dengan

superimposed pre-eklampsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda pre-eklampsia atau

hipertensi kronik disertai proteinuria. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada

kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan

atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia tetapi tanpa proteinuria.

BAB II

ISI

Skenario

Ny. SP 18 tahun, primigravida dibawa secara tergesa-gesa oleh suaminya ke UGD karena

kejang-kejang. Haid terakhir 25 september 2013. Selama hamil tidak pernah memeriksakan diri

ke bidan maupun dokter. Pasien tidak sadar. T 180/120 mmHg. N 72/menit. Bengkak dikaki,

tangan, perut dan muka. Fundus uteri setinggi 3 jari dibawah processus xyphoideus, anak letak

kepala punggung kiri. Denyut jantung anak 132/menit teratur.

Istilah yang tidak diketahui

Tidak didapatkan istilah yang tidak diketahui

Hipotesis

1

Page 3: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Ny. SP yang sedang hamil datang dengan kejang-kejang, dan terdapat bengkak di kaki, tangan,

perut dan muka menderita eklampsia.

Pembahasan skenario

Setiap pasien yang akan berobat ke dokter tentu saja tidak hanya diberikan obat, untuk

mencapai hal itu perlu pemeriksaan secara verbal dan fisik. Serta diperlukan perlu pemeriksaan

penunjang baru setelah itu pasien akan mendapatkan terapi, baik secara farmako maupun non-

farmako. Setelah diberikan terapi pun pasien akan dikontrol. Dan bila pasien sudah sembuh total

dapat dilakukan pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan untuk individu maupun kelompok.

I. Anamnesis

Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga

dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan.

Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap

keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk

diwawancarai.1

Sebelum sesi wawancara dilakukan kita juga harus menilai keadaan umum pasien dan

kesadarannya. Keadaan umum pasien adalah bagaimana kondisi dia saat itu apakah pasien

terlihat dalam keadaan sakit ringan, sedang sampai berat. Pada sakit berat biasa pasien datang

bersama keluarga dan sudah dibantu untuk berjalan, bahkan sudah sampai digendong atau

dibopong (diangkat badannya). Berikut adalah pertanyaan yang diberikan :

Identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan, sudah menikah atau belum, agama, suku,

pendidikan.

Keluhan sekarang : mendengar keluhan penderita sangat penting untuk pemeriksaan.

Pertanyaan yang sangat sederhana seperti “datang kemari dengan keluhan apa ?” ada

kasus ini karena pasien tidak sadarkan diri, ditanyakan pada suami (alo-anamnesis).

Riwayat penyakit umum : perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit

berat, atau penyakit tuberculosis, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit darah,

penyakit diabetes melitus, dan penyakit jiwa. Riwayat operasi nonginekologik perlu juga

diperhatikan, misalnya strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.

2

Page 4: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Riwayat obstetric : perlu diketahui riwayat tiap-tiap kehamilan sebelumnya ; apakah itu

berakhir dengan keguguran, ataukah berakhir dengan persalinan ; apakah persalinannya

normal atau dengan tindakan atau section sesarea, dan bagaimana nasib anaknya (bayi

lahir hidup atau bayi lahir mati). Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi sumber infeksi

panggul menahun dan kemandulan.

Riwayat haid : haid merupakan peristiwa sangat penting dalam kehidupan wanita. Perlu

diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar waktu

haid, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Selalu harus

ditanyakan tanggal terakhir yang masih normal. Jikalau haid terakhirnya tidak jelas

normal, maka perlu ditanyakan tanggal haid sebelum itu. Dengan cara demikian, dicari

apakah haid penderita terlambat (satu,dua atau tiga minggu), ataukah ia mengalami

amenorea (dua, tiga bulan atau lebih).

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keadaan sakit berat,

kesadaran koma, mengalami kejang-kejang, selama kehamilan tidak pernah memeriksakan diri

ke bidan atau dokter. Haid terakhir tanggal 25 september 2013.

II. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umum

Dari pemeriksaan umum sering didapat keterangan yang menuju ke arah tertentu dalam

usaha membuat diagnosis. Bentuk konstitusi tubuh mempunyai kolerasi dengan keadaan jiwa

penderita. Penimbunan dan penyebaran lemak mempunyai hubungan dengan makanan,

kesehatan badan, penyakit menahun, dan faal kelenjar-kelenjar endokrin. Pertumbuhan rambut,

terutama di daerah pubis, betis, dan kumis, menunjuk kearah gangguan endokrin.

Perlu diperhatikan apakah penderita terlampau gemuk (obesitas) atau terlampau kurus

(cachexia), dan sudah berapa lama keadaan demikian itu, perlu pula ditanyakan. Cachexia dapat

dijumpai pada tuberculosis dan pada tumor ganas stadium lanjut dan anoreksdia nervosa.

Selanjutnya, perlu diperiksakan nadi, suhu, tekanan darah, pernafasan, mata

(anemia,ikterus,eksoftalmus), kelenjar gondok (struma), payudara, kelenjar ketiak, jantung, paru-

paru, dan perut. Adanya edema, asites, gambaran vena yang jelas/melebar, dan varises-varises

perlu pula mendapat perhatian yang seksama.

3

Page 5: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Untuk kasus ini akan lebih di fokuskan untuk melakukan pemeriksaan pada abdomen,

pemeriksaan sebagai berikut.

Inspeksi

Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernafasan, kondisi kulit

(tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi), lesi bekas operasi.

Palpasi

Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus diyakini bahwa kandung kencing dan rectum

kosong karena kandung kencing penuh teraba sebagai kista dan rectum penuh menyulitkan

pemeriksaan. Jikalau perlu, penderita disuruh kencing/ buang air besar terlebih dahulu, atau

dilakukan kateterisasi.

Kedua tungkai ditekuk sedikit untuk melunakan organ-organ dalam, meraba dan menekan

menggunakan jari 2,3,4 dan sebelum melakukan perabaan gosokkan kedua tangan supaya pasien

merasa lebih nyaman.

Gambar 1. Tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan 2

Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :3

Leopold I             : untuk mengetahui TFU (Tinggi Fundus Uteri),  usia kehamilan

dan mengetahui bagian janin yang berada di fundus.

Leopold II           : untuk mengetahui bagian janin yang berada di samping (punggung

dan ekstremitas janin).

Leopold III          : menentukan apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu apakah

sudah masuk PAP (Pintu Atas Panggul) / belum. Bila kepala janin sudah dipastikan

masuk ke dalam pintu atas panggul, pemeriksaan Leopold IV baru boleh dilakukan.

4

Page 6: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Leopold IV          : Menentukan berapa bagian terbawah janin yang sudah masuk ke

dalam rongga panggul. Posisi pemeriksa di sebelah kanan pasien, dan menghadap kearah

kaki ibu.lk,

Gambar 2. Pemeriksaan Leopold I,II,III dan IV 2

Auskultasi

Mendengerkan menggunakan alat bantu stetoskop. Untuk detak jantung bayi dapat

menggunakan stetoskop Laennec atau Doppler. Dimana akan terdengar detik jantung dan

gerakan janin. Bila terdengar bising uterus maka curiga uterus gravidus atau mioma uteri yang

besar.

Gambar 3. Stetoskop kebidanan ( Laennec)2 Gambar 4. Doppler2

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, didapatkan hasil tekanan darah 180/120 mmHg,

Frekuensi nadi 72x/menit, terdapat edema di kaki, tangan, perut dan muka. Funfus uteri teraba

setinggi 3 jari dibawah processus xyphoideus, letak anak kepala punggung kiri , denyut jantung

janin 132/menit dan teratur.4

III. Pemeriksaan penunjang

5

Page 7: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Tes darah (CBC) : Hb, Ht, jumlah eritrosit, leukosit, trombosit, Laju endap darah,

golongan darah, rhesus.

Tes urine      : Kemungkinan ditemukan protein dalam urine 10 gram sehari atau lebih.

Atau mungkin ditemukan adanya darah.

USG       : Untuk mengetahui keadaan janin baik tunggal atau tidak dan baik intrauterine

atau tidak.

Gambar 5. Ultrasonografi (USG)2

IV. Diagnosis banding

Epilepsi

Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem saraf otak manusia karena terjadinya

aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan berbagai

reaksi pada tubuh manusia mulai dari melamun sesaat, kesemutan, gangguan kesadaran sampai

kejang-kejang. 3

Gejala yang timbul ketika serangan datang adalah sebagai berikut kedua mata penderita

terus menatap, sering berkedip, dan berkedutnya kelopak mata serta anggota tubuh lainnya.

Selain itu penderita bisa mengalami pusing, hingga pingsan, disertai kehilangan ingatan setelah

sadar. Jari-jari berkerut, posisi bibir miring, gigi menggertak, lidah berada di antara gigi, dan

keluar air liur merupakan gejala yang sering terjadi pada epilepsi.

6

Page 8: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Gambar 6. Serangan epilepsi2

Kejang karena obat anastesia lokal

Seharusnya obat anestesi local diserap dari tempat pemberian obat. Jika kadar obat dalam

darah menigkat terlalu tinggi, maka akan timbul efek pada berbagai sistem organ.

Efek terhadap SSP (Susunan Saraf Pusat) antara lain mengantuk, kepala terasa ringan,

gangguan visual, pendengaran, dan kecemasan. Pada kadar yang lebih tinggi, akan timbul pula

nistagmus dan menggigil. Akhirnya kejang tonik klonik yang terus menerus diikuti oleh depresi

SSP dan kematian yang terjadi untuk semua anestesi local termasuk kokain.

Reaksi toksik yang paling serius dari obat anestesi local adalah timbulnya kejang karena

kadar obat dalam darah yang berlebihan. Keadaan ini dapat dicegah dengan hanya memberikan

anestesi local dalam dosis kecil sesuai dengan kebutuhan untuk anestesi yang adekuat saja. Bila

harus diberikan dalam dosis besar, maka perlu ditambahkan premedikasi dengan benzodiapedin;

seperti diazepam, 0,1-0,2 mg/kgBB parenteral untuk mencegah bangkitan kejang.

Koma karena sebab lain (perdarahan otak, meningitis, ensefalitis)

Meningitis adalah peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi otak yang

disebabkan oleh bakteri atauvirus. Organism meningitis bacterial memasuki meninges secara

langsung sebagai akibat cedera traumatic atau cedera tidak alngsung bila dipindahkan dari

tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinalis. Pada umumnya infeksi mencapai

otak melalui peredaran darah (hematogen). Tahap awal infeksi akan memberikan gejala otitis

media, sinusitis, dan saluran pernafasan. Defisiensi imun meningkatkan kemungkinan timbulnya

penyakit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah kejang, kelumpuhan, dehidrasi, dan koma akibat

terjadinya thrombosis pada pembuluh darah di otak.

7

Page 9: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Gambar 7. Menigoensefalitis2

Sama halnya dengan perdarahan otak, koma terjadi akibat terbentuknya thrombosis pada

pembuluh darah di otak.

Ensefalitis merupakan peradangan pada otak. Bila ensefalitis diikuti dengan meningitis

disebut menigoensefalitis. Gejala pada ensefalitis adalah pusing, demam, bingung, lelah,

mengantuk, kejang, tremor, halusinasi dan gangguan daya ingat.

V. Diagnosis kerja

Eklampsia

Eklampsia merupakan kasus akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita

dalam nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria.

Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukuran tekanan

darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30

mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah

tidak dipakai.4

Proteinuria adalah protein dalam urin, dimana seharusnya protein tidak keluar di urin

karena akan diabsorpsi dalam ginjal. Pengukuran proteinuria dapat dilakukan dengan

pengumpulan urin selama 24 jam, dianggap patologis bila hasil ≥ 300 mg/24 jam atau

menggunakan urin dipstick dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dengan selang 6 jam, bila

hasil 100 mg/L atau +1 dianggap patologis.4

Edema merupakan penimbunan cairan pada tubuh terutama pada bagian ekskremitas

bawah karena hukum gravitasi. Dulu edema tungkai dipakai sebagai tanda pre-eklampsia, tetapi

sekarang sudah tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan

8

Page 10: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

faktor risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata atau

kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.4

Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada kehamilan

mempunyai banyak interprestasi, misalnya 40% edema dijumpai pada hamil normal, 60% edema

dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80% edema dijumpai pada kehamilan dengan

hipertensi dan proteinuria.4

Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang

patologik adalah edema yang nondependent pada muka dan tangan, atau edema generalisata, dan

biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.4

Eklampsia selalu dimulai dengan pre-eklampsia. Kejang-kejang dimulai dengan kejang

tonik. Tanda-tanda kejang tonik ialah dengan dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari

otot-otot muka khusunya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot

tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita

mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua

tungkai dalam posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonik.

Keadaan ini berlangsung 15-30 detik.4

Kejang tonik akan disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan

terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka

dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi intermiten pada otot-otot

muka dan seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini sehingga seringkali penderita

terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang yang

terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari mulut keluar liur berbusa yang terkadang disertai bercak

darah. Wajah tampak memerah karena kongesti dan pada konjungtiva mata dijumpai bintik-

bintik perdarahan.

Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernafasan tertahan, kejang

klonik berlangsung kurang dari 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah, dan

akhirnya penderita diam tidak bergerak. Ketika kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat.

Demikian juga dengan suhu badan akan meningkat, yang mungkin oleh karena gangguan

serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertia oliguria atau anuria dan kadang-kadang

terjadi aspirasi bahan muntah.

9

Page 11: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Eklampsia sering terjadi pada primigravida dibandingkan multipara. Sama halnya dengan

pre-eklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum.

Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini yang paling

sering terjadi), eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan, dan eklampsia

postpartum ialah eklampsia setelah persalinan. Eklampsia postpastum umumnya hanya terjadi

dalam waktu 24 jam pertama pasca persalinan. Biasa terjadi pada trimester akhir dan semakin

besar kemungkinan mendekati saat cukup bulan.

Eklampsia lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hidroamnion, dan mola

hidatidosa, pada mola hidatidosa eklampsia dapat terjadi sebelum bulan ke enam.

VI. Etiologi

Penyebab eklampsia masih belum diketahui dengan pasti. Salah satu teori yang

dikemukakan bahwa eklampsia disebabkan iskemia rahim dan plasenta (ischaemia

uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola

hidatidosa, hidroamnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan,

juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding rahim kurang,

maka keluarlah zat-zat plasenta atau deciduas yang menyebabkan vasospasme dan hipertensi.5

Penelitian yang sedang dikembangkan saat ini untuk mencari etiologi preeklampsia-

eklampsia gangguan transformasi trofoblas saat trofoblas melakukan invasi ke dalam intervillous

sisi maternal. Sehingga menjadikan suatu reaksi penolakan plasenta oleh pihak maternal yang

mengakibatkan perubahan sistem keseimbangan imunologis dan perubahan aktivitas sel baik

pihak maternal maupun paternal.6,7

VII. Epidemiologi

Kejadian preeklampsia-eklampsia antara 2-8% dari seluruh kehamilan diseluruh dunia

dan masih merupakan salah satu dari penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

ibu dan bayi pada negara berkembang.

Eklampsia umumnya terjadi pada wanita kulit berwarna, nulipara, dan golongan sosial

ekonomi rendah. Insiden tertinggi pada usia remaja atau awal 20-an, tetapi prevalensinya

meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Eklampsia jarang terjadi pada usia kehamilan dibawah

20 minggu, dapat meningkat pada kehamilan mola atau sindroma antifosfolipid. Insiden

10

Page 12: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

eklampsia secara keseluruhan relatif stabil, 4-5 kasus /10.000 kelahiran hidup di negara maju. Di

negara berkembang, insiden bervariasi luas antara 6-100/ 10.000 kelahiran hidup.

VIII. Patofisiologi

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, rennin, dan

aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung.

Pada pre-eklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, rennin, dan aldosteron, tetapi

dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan

trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap

angiotensin II, rennin dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam

dan air.

Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya spasme pembuluh darah

disertai dengan retensi garam dan air. Bila dianggap bahwa spasmus arteriolar juga ditemukan

diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat nampaknya

merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.

Telah diketahui bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan kadar

prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan

volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklampsia permeabilitas pembuluh

darah terhadap protein meningkat.5,8

Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, paru-paru,

dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan nekrosis, haemorrhagia, edema, hiperaemia atau

iskemik dan thrombosis.9

Pada plasenta terdapat infark-infark karena degenerasi sinsitium. Perubahan lain yang

terdapat ialah retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang-kadang asidosis

IX. Manifestasi klinik

Tekanan darah

Kelainan dasar pada preeklampsi adalah vasospasme arteriol, sehingga tidak

mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah peningkatan

tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang lebih andal

11

Page 13: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

dibandingakan tekanan sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap

menunjukan keadaan abnormal. 10

Kenaikan Berat badan

            Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia,

dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada

wanita. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg perminggu adalah normal tetapi bila melebihi

dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia

harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan

oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang

terlihat jelas, seperti kelopak mata yang membengkak, kedua tangan atau kaki yang membesar. 10

Proteinuria

Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu penyebab fungsional

(vasospasme) dan bukannya organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya

minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat, proteinuria biasanya

dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan

dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan daripada kenaikan berat badan yang berlebihan. 10

Gambar 8. Gejala klinik eklampsia2

Nyeri kepala

            Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada kasus-kasus

yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak

12

Page 14: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan

eklampsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului serangan kejang pertama. 10

 Nyeri epigastrium

             Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering

ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan

ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat oedem atau perdarahan. 10

 Gangguan penglihatan

            Seperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga  kebutaan sebagian atau total.

Disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan ptekie pada korteks oksipital.10

X. Komplikasi

Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

1. Komplikasi ibu:

a. Menimbulkan sianosis

b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

c. Tekanan darah meningkat menimbulkan pendarahan otak dan kegagalan jantung

mendadak.

d. Lidah dapat tergigit

e. Jatuh daru tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka

f. Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria

g. Pendarahan atau ablasio retina

h. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus

2. Komplikasi janin dalam rahim:

a. Asfiksia mendadak, karena spasme pembuluh darah menimbulkan kematian

b. Solusia plasenta

c. Persalinan prematuritas.

XI. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum

Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital

yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah

13

Page 15: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,

mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada

waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.

Pengobatan medikamentosa

Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat. Magnesium sulfat

(MgSO4) pemberian obat ini pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat pada pre-

eklampsia berat. Dimana magnesium akan menghambat atau menurunkaan kadar asetilkolin

pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuscular. Transmisis

neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps, disini magnesium akan menggeser kalsium

sehinggaa aliran rangsangan tidak terjadi. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk

gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan untuk memperbaiki asidosis,

mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.

Bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,

misalnya thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternatif pilihan, namun harus diberikan

dalam dosis tinggi sehingga hanya dilakukan pada mereka yang telah berpengalaman. Pemberian

diuretikum hendaknya selalu monitoring plasma elektrolit. Obat kardiotonika ataupun obat-obat

anti hipertensi hendaknya sellau disiapkan dan diberikan benar-benar atas indikasi.

Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan ialah mencegah

penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut. Sehingga dirawat di kamar isolasi

cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis dapat segera diketahui. Penderita

dibaringkan di tempat tidur yang lebar, dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci

dengan kuat. Kepala direndahkan dan daerah orofaring diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan

ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda keras di

sekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, berguna untuk menghindari

fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen.

Penatalaksanaan secara obstetrik

Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri (terminasi), tanpa memandang umur

kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai syabilisasi (pemulihan)

14

Page 16: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan per

vaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.5

XII. Pencegahan

Yang dimaksud dengan pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia

pada perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Pre eklampsia adalah

suatu sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah.

1. Meningkatkan jumlah dan kualitas tempat pemeriksaan hamil

2. Menemukan gejala dini pre-eklampsia serta mengobatinya

3. Bila gagal mengobati pre-eklampsia berat kehamilan diakhiri, sehingga eklampsia dapat

dicegah.

XIII. Prognosis

Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan

tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan

patofisiologik akan segera mengalami perbaikan.5

Prognosis janin tergolong buruk, seringkali janin mati intrauterine atau mati pada fase

neonatal karena kondisi bayi sudah sangat inferior. Bukan hanya janin, untuk ibu juga memiliki

prognosa buruk yaitu kematian. Penyebab kematian adalah edema paru-paru, apoplexy dan

asidosis.

Prognosa akan semakin memburuk jika umur ibu >35 tahun, koma yang lama, nadia

diatas 120x/menit, suhu diatas 39oC, tekanan darah di atas 200 mmHg, serangan kejang >10x,

proteinuria 10 gr sehari/lebih, tidak ada edema.

Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu

hipertensi kronik.

Bab III

Penutup

15

Page 17: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

Eklampsia memiliki gejala tekanan darah tinggi (hipertensi), proteinuria, edema dan

kejang. Karena memiliki hipertensi, preeklampsia-eklampsia termasuk hipertensi dalam

kehamilan.

Untuk mendiagnosis eklampsia pertama lakukan anamnesis, dalam kasus ini karena

pasien tidak sadarkan diri maka dilakukan alo-anamnesis (suaminya yang mengantar). Kemudian

lakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan umum, inspeksi, palpasi dan auskultasi.

Pada palpasi untuk ibu hamil melakukan palpasi Leopold yang dibagi menjadi 4 tahap.

Dari palpasi bisa diketahui posisi bagian atas, samping dan bawah janin serta umur kehamilan.

Umur kehamilan dilihat patokan dari symphisis dan processus xyphoideus.

Kemudian lakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Penunjang yang

dilakukan adalah pemeriksaan lab darah lengkap, tes urine, dan ultrasonografi. Diagnosis

banding untuk eklampsia adalah meningitis, ensefalitis, perdarahan serebri, koma karena efek

obat analgesia.

Eklampsia didahului oleh pre-eklampsia, dimana memiliki gejala klinik hipertensi,

edema, proteinuria, sakit kepala, gangguan penglihatan, kenaikan berat badan, dan kejang.

Penatalaksanaan secara umum perhatikan jalur nafas, sirkulasi darah, kemudian untuk

tatalaksana obstetric lakukan terminasi (persalinan) karena akan membahayakan ibu dan janin.

Bab IV

Daftar pustaka

1. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. dalam : at a glance anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.1-17.

16

Page 18: Makalah Kelompok Kasus Eklamsia

2. Gambar diunduh dari www.google.com

3. Odendal HJ. Severe preeclampsia eclampsia in Sibai BM : Hipertensive disorders in

woman. USA : WB Saunders Company, 2001, p.41-59.

4. Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, Saifuddin AB. Ilmu kebidanan sarwono

prawirohardjo. Ed 4. Cet 1. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009,

h.531-54.

5. Sibai BM. Diagnosis, prevention, and management of eclampsia ; obstetrics &

gynecology. USA : WB Saunders Company, 2005, p.405-10.

6. Manuaba, Gde IB. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.

Jakarta: EGC, 2000.h.239-51\

7. Mochtar R. Synopsis obstetric: obstetric fisiologi, obstetric patologi. Jilid I. Jakarta: EGC;

2003. h. 141-43

8. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Pt Bina Pustaka Srawono

Prawirohardjo; 2011. h. 531-54

9. Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, Saifuddin AB. Ilmu kandungan sarwono

prawirohardjo. Ed 2. Cet 7. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009,

h.132-42.

10. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKU Padjadjaran. Obstetri patologi. Bandung : Elstar

Offset, 2002, h.99-104.

17