makalah kdrt

26
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin pen ulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW . Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Asuhan Keperawatan Pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga" . Dalam penyusunan makalah ini banyak rintangan yang dihadapi oleh penulis, b aik itu yang datang dari diri pen ulis maupun yang datang dari luar. Namun , dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. M akalah ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan perbaikan te tapi dapat dijadikan salah satu referensi bagi pemba ca. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Demi kesempurnaan makalah ini p en ulis me ngajak pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih. Pekanbaru, 24 September 20114 Penulis 1

Upload: lisma-ria

Post on 22-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kdrt kuliah

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Asuhan Keperawatan Pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga". Dalam penyusunan makalah ini banyak rintangan yang dihadapi oleh penulis, baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan perbaikan tetapi dapat dijadikan salah satu referensi bagi pembaca.Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Demi kesempurnaan makalah ini penulis mengajak pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 24 September 20114

Penulis

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia. Dalam keluarga, manusia belajar untuk mulai berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itulah umumnya orang banyak menghabiskan waktunya dalam lingkungan keluarga. Sekalipun keluarga merupakan lembaga sosial yang ideal guna menumbuhkembangkan potensi yang ada pada setiap individu, dalam kenyataannya keluarga sering kali menjadi wadah bagi munculnya berbagai kasus penyimpangan atau aktivitas ilegal lain sehingga menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan, yang dilakukan oleh anggota keluarga satu terhadap anggota keluarga lainnya seperti penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan. Situasi inilah yang lazim disebut dengan istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga. Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Pada umumnya, dalam struktur kekerabatan di Indonesia kaum laki-laki ditempatkan pada posisi dominan, yakni sebagai kepala keluarga. Dengan demikian, bukan hal yang aneh apabila anggota keluarga lainnya menjadi sangat tergantung kepada kaum laki-laki. Posisi laki-laki yang demikian superior sering kali menyebabkan dirinya menjadi sangat berkuasa di tengah-tengah lingkungan keluarga. Bahkan pada saat laki-laki melakukan berbagai penyimpangan kekerasan terhadap anggota keluarga lainnya dimana perempuan dan juga anak menjadi korban utamanya tidak ada seorang pun dapat menghalanginya.Oleh karena itu para aktivis dan pemerhati perempuan sangat memperjuangkan lahirnya. Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).Hal ini sangat dipahami bahwa bukan saja Konstitusi Indonesia telah secara tegas dan jelas melindungi hak-hak asasi manusia dan perlindungan terhadap tindakan diskriminasi, namun kejadian-kejadian Kekerasan dalam Rumah Tangga dengan berbagai modus operandinya, mengakibatkan korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menderita, pada umumnya mereka menjadi stress, depresi, ketakutan, trauma, takut bertemu pelaku, cacat fisik, atau berakhir pada perceraian. Dari sisi pelaku, apabila kasusnya terungkap dan dilaporkan, biasanya timbul rasa menyesal, malu, dihukum, dan atau memilih dengan perceraian pula. Sehingga memerlukan pengaturan yang memadai, termasuk perlindungan terhadap bentuk-bentuk diskriminasi hak asasi perempuan dalam rumah tangga.Bangsa Indonesia patut merasa bersyukur, karena pada tanggal 22 September 2004 pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), yang diharapkan dapat dijadikan sebagai perangkat hukum yang memadai, yang didalamnya antara lain mengatur mengenai pencegahan, perlindungan terhadap korban, dan penindakan terhadap pelaku Kekerasan dalam Rumah Tangga, dengan tetap menjaga keutuhan demi keharmonisan keluarga. Menurut UU RI No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Secara umum Undang-Undang ini menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh undang-Undang ini adalah meminimalisir tindak pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga dan pada akhirnya adalah terwujudnya posisi yang sama dan sederajat di antara sesama anggota keluarga. Posisi yang seimbang antara suami dan istri, anak dengan orang tua, dan juga posisi yang setara antara keluarga inti dengan orang-orang yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi bagian dari keluarga sementara saat itu dalam keluarga. Seperti pembantu rumah tangga maupun sanak saudara yang kebetulan tinggal dalam keluarga tersebut dengan tidak memberi pembatasan apakah mereka laki-laki atau perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga2. Apa efidemiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga3. Apa etiologi Kekerasan dalam Rumah T angga4. Apa dampak Kekerasan dalam Ruamah Tangga pada keluarga : usia sekolah, dewasa, lansia5. Bagaimana pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga6. Bagaimana Asuahan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah Tangga

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga2. Memahami efidemiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga3. Memahami etiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga4. Mmahami dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga pada keluarga : usia sekolah, dewasa, lansia5. Memahami pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga6. Memahami Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB IIPEMBAHASANSKENARIO 1Pak Somad, usia 37 tahun tinggal serumah bersama istri, seorang anak laki-lakinya, Arman yang berusia 7 tahun dan ibunya yang sudah berusia lanjut dan sering sakit-sakitan. Ayah Pak Somad sudah meningal dunia sejak Pak Somad 15 tahun, dan sejak itulah Pak Somad dan ibunya hidup dengan sumber ekonomi dari pensiunan ayahnya yang seorang PNS.Pak Somad bekerja sebagai tukang ojek dengan penghasilan pas-pasan, sedangkan istrinya ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluargab yang serba kekurangan membuat Pak Somad sering marah. Pak Somad kerap kali melakukan kekerasan dan penganiayaan kepada anggota keluarganya sejak beberapa tahun terakhir ini, seperti membentak dan memukuli istri, anak, dan ibunya. Arman sering kali pergi ke sekolah dengan kondisi memar pada lengan, kaki, dan pelipisnya, bahkan luka bakar di telapak tangannya. Kepada guru di sekolah Arman menyampaikan bahwa dirinya habis jatuh terpeleset dan tidak sengaja kena lilin saat listrik mati. Istri Pak Somad juga sering mengalami memar pada lengan maupun sekitar wajahnya. Istri Pak Somad tetap bertahan dengan kondisi yang ada karena ia tidak memiliki penghasilan dan tidak ingin membebani orang tuanya. Pak Somad juga sering marah kepada ibunya, menuduh ibunya merepotkan dan menyebabkan hidupnya sulit. Pak Somad selalu meminta dengan paksa dana pensiun alm. ayahnya yang masih diterima tiap bulan.Setiap kali selesai marah atau menganiaya istri, anak, atau ibunya, Pak Somad selalu menyatakan penyesalan, meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun hal ini selalu terulang lagi dan lagi.

STEP 11. Kerasan : respon maladaptif yang tidak dapat mengontrol rasa marah, dengan tindakan yang dapat melukai seseorang.2. Penganiayaan : suatu tindakanyang disengaja dilakukan pada seseorang biasanya tindakannya berulang kali.3. Membentak : suatu tindakan dengan menggunakan kata-kata kasar atu melontarkan kata-kat dengan nada tinggi.4. Memar : penggumpalan darah pada kulit ditandai dengan lebam yang disebabkan oleh pukulan, benturan, jatuh.5. Pelipis : bagian dari wajah yang terletak antara kelopak mata dan alis6. Marah : suatu respon dalam bentuk ungkapan atau ekspresi ditujukan pada seseorangSTEP II1. Apakah ada hubungan status ekonomi dengan kasus!2. Bagaimana peranan perawat jiwa menangani kasus!3. Apa rentang sehat-sakit pada keluarga Pak Somad?4. Apa dampak kekerasan yang terjadi pada anak?5. Apa dampak terhadap perkembanga keluarga?6. Apa yang harus dilakukan perawat jiwa dalam segi status ekonomi pasien?7. Apakah faktor yang melatarbelakangi kekerasan terjadi berulang-ulang!8. Apa yang menyebabkan Pak Somad melakukan tindakan kemudian sadar, namun terkadang diulangi lagi?9. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan prilaku kekerasan?

STEP III1. Ada hubungannya, karena tanggungan Pak Somad yang tidak hanya kepada anak dan istrinya, tapi kepada ibunya juga2. - Penatalaksanaan RPK Kolaborasi pemberan obat3. Rentang maladaptif (gangguan jiwa)4. Dampak : Psikososial :- Berisiko melakukan kekerasan juga- Merasa dirinya rendah, merasa terasingkan- Trauma berulangFisik: Gangguan integritas kulit5. Dampak terhadap perkembangan keluarga : Keluarga tidak dapat melaksanakan fungsi dan peran dengan baik Tidak terjadi komunikasi yang baik6. - Memberikan motivasi koping agar lebih efektif Menggali kemampuan dari anggota keluarga7. Sistem koping pada Pak Somad tidak efektif dalam menanggapi masalah8. Sistem koping Pak Somad yang tidak efektif dalam menghadapi masalah sehingga walaupun sesudah melakukan tindakan kekerasan kemudian sadar tapi setelah itu akan diulangi lagi9. - Status ekonomi Pola asuh Stress Koping yang tidak efektif

STEP IVASKEP PADA KDRTFaktor predisposisi (ekonomi)

Mekanisme koping tidak efektif

Prilaku kekerasan

KDRT ASKEP

Penganiayaan dan Kekerasan

Dampak terhadap keluarga

Usia sekolah Dewasa Lansia

STEP V1. Mengetahui definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga2. Mengetahui efidemiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga3. Mengetahui etiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga4. Mengetahui dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga pada keluarga : usia sekolah, dewasa, lansia5. Mengetahui pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga6. Mengetahui Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah Tangga

STEP VI(Belajar Mandiri)

STEP VIIA. DEFINISI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Berdasarkan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) No. 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan setiap perbuatan pada seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara hukum dalam lingkup rumah tangga. Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan.

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu dari permasalahan sosial yang penting sekali dimana perempuan ditempatkan dalam posisi lebih rendah dibandingkan laki-laki. (Darmono & Diantri, 2008)

Kekerasan dalam keluarga mencakup penganiayaan fisik, emosional, dan fisik pada anak-anak, pemukulan pasangan, pemerkosaan, dan penganiayaan lansia.(Sheila L.Videbeck.2008)

Kesimpulan : Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang terutama pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik, emosional, seksual pada anak, pengabaian anak dan lansia yang berakibat timbulnya kesengsaraan, kekerasan dalam lingkup rumah tangga.

B. EPIDEMIOLOGI Data kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung meningkat setiap tahun secara drastis. Pada tahun 2012 lebih dari 600 kasus, tahun 2013 tercatat lebih 992 kasus. (komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan, 2013) Selama tahun 2011 tercatat kejadian KDRT sebanyak 139.000 kasus, dan antara Januari-Maret 2013, kasus KDRT dilaporkan sebanyak 919 kasus. (KPAI) Data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada awal tahun 2004 menunjukkan peningkatan serius dalam jumlah kasus kekerasan berbasis gender yang menimpa perempuan. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus yang dilaporkan ke lembaga layanan tersebut. Pada tahun 2002 angka itu meningkat menjadi 5.163 kasus dan tahun 2003 terdapat 5.934 kasus. Sedangkan tahun 2006, catatan dari Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kamala Chandrakirana, menunjukkan kekerasan terhadap perempuan (KTP) sepanjang tahun 2006, mencapai 22.512 kasus, dan kasus terbanyak adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga sebanyak 16.709 kasus atau 76%.

C. ETIOLOGISecara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian kekerasan dalam rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi :a. Faktor individual (korban/perempuan) : kepercayaan/agama, umur, status kependudukan, urutan anak dalam keluarga, pekerjaan diluar rumah, pendidikan rendah, riwayat kekerasan saat masih anak-anak.b. Faktor individual (pelaku/ laki-laki) : perbedaan umur, pendidikan rendah, pekerjaan, riwayat mengalami kekerasan saat masih anak-anak, penggunaan obat-obatan atau alkohol , kebiasaan berjudi, gangguan mental, penyakit kronis, mempunyai hubungan diluar nikah dengan wanita lain.1. Faktor sosial budaya : Menurut Helse et all, (2005) budaya patrilineal yang menempatkan peran laki-laki sebagai pengontrol kekayaan, warisan keluarga (termasuk nama keluarga) dan pembuat keputusan dalam keluarga serta konflik perkawinan merupakan predictor yang kuat untuk terjadinya kekerasan. Ada budaya yang menganggap perilaku kekerasan suami terhadap istri adalah hal yang biasa. Perilaku kekerasan yang di lakukan oleh suami ini di maksudkan untuk mengontrol keluarga.c. Faktor sosio ekonomi : salah satu faktor utama terjadinya tindakan kekerasan adalah kemiskinan. Faktor lain yang berhubungan adalah pengangguran, urbanisasi, pengisolasian, diskriminasi, gender dalam lapangan pekerjaan.d. Faktor religi : pemahaman ajaran agama yang keliru : suami salah persepsi dalam agama memukul istri adalah hal yang wajar untuk mendidik istrinya dan persepsi seperti itu terjadilah kekerasan dalam rumah tanggae. Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas yang tinggif. Kehidupan keluarga yang kacau, tidak saling mencintai dan menghargai, serta tidak menghargai peran wanitag. Kurang adanya keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluargah. Adanya perilaku meniru yang diserap oleh anak karena terbiasa melihat kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku juga memiliki perilaku yang temperamen tinggi, mudah tersinggung dan cepat marah kepada istri karena tidak patuh terhadap suami.i. Beban pengasuhan anak : istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. ketika terjadi hal yang tidak diinginkan terjadap anak, maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.j. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik : tindakan ini merupakan faktor dominan yang dilakukan suami sebagai pelampiasan dari ketersinggungan atau kekecewaan karena tidak dipenuhi keinginan suami. tindakan inni juga biasanya dilakukan dengan tujuan agar istri jadi penurut. sehingga apa kata suami dapat dituruti oleh istrik. Frustasi : teori frustasi - agresi menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal dari suatu pendapat yang masuk akal bahwa sesorang yang frustasi sering menjadi terlibat dalam tindakan agresif. Orang frustasi sering menyerang sumber frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang lain. Misalnya : belum siap kawin, suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang mencukupi kebutuhan rumah tangga.l. Pendidikan yang rendahBagi pasangan suami-istri yaitu karna tidak ada nya pengetahuan bagi kedua nya dalam hal bagaimana cara mengimbangi pasangan dan mengatasi keuangan yang dimiliki pasangan dalam menyelaraskan sifat-sifat yang tidak cocok diantara keduanya.m. Cemburu yang berlebihanJika tidak adanya rasa kepercayaan antara satu dan lain maka akan timbul rasa cemburu dan curiga dalam kadar yang sangat berlebihan. Sifat cemburu yang terlalu tinggi ini bisa memicu terjadi nya kekerasan dalam rumah tangga.Menurut teori biologik : Neurobiologik Ada 3 cara pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif. Sistem limbic, lobus frontal dan hypothalamus, neurotransmitor, juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Biokimia Berbagai neurotransmitor terapinefrine, norefinefrine, dopamine, asetikoline, dan serotonin sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.

D. DAMPAKDampak KDRT terhadap Anak menurut Marianne James, Senior Research pada Australian Institute of Criminology (1994) adalah : Dampak terhadap Anak berusia bayi Usia bayi seringkali menunjukkan keterbatasannya dalam kaitannya dengan kemampuan kognitif dan beradaptasi, menyatakan bahwa anak bayi yang menyaksikan terjadinya kekerasan antara pasangan bapak dan ibu sering dicirikan dengan anak yang memiliki kesehatan yang buruk, kebiasaan tidur yang jelek, dan teriakan yang berlebihan. Bahkan kemungkinan juga anak-anak itu menunjukkan penderitaan yang serius. Hal ini berkonsekuensi logis terhadap kebutuhan dasarnya yang diperoleh dari ibunya ketika mengalami gangguan yang sangat berarti. Kondisi ini pula berdampak lanjutan bagi ketidaknormalan dalam pertumbuhan dan perkembangannya yang sering kali diwujudkan dalam problem emosinya, bahkan sangat terkait dengan persoalan kelancaran dalam berkomunikasi. Dampak terhadap anak toddlerDalam tahun kedua fase perkembangan, Dampak yang terjadi seperti seringnya sakit, memiliki rasa malu yang serius, dan memiliki masalah selama dalam pengasuhan, terutama masalah sosial, misalnya : memukul dan menggigit. Dampak terhadap Anak usia pra sekolah Cumming (1981) melakukan penelitian tentang KDRT terhadap anak-anak yang berusia TK, pra sekolah, sekitar 5 atau 6 tahun. Dilaporkannya bahwa Anak-anak yang memperoleh rasa distress pada usia sebelumnya. Ini dapat dijelaskan bahwa anak-anak prasekolah yang dipisahkan secara sosial dari teman sebayanya, bahkan tidak berkesempatan untuk berhubungan dengan kegiatan atau minat teman sebayanya juga, maka mereka cenderung memiliki beberapa masalah yang terkait dengan orang dewasa. Dampak terhadap Anak SekolahAnak-anak mengalami masalah dalam kesehatan mentalnya, termasuk didalamnya prilaku anti sosial dan depresi, anak mengalami mimpi buruk, ketakutan, nafsu makan menurun, lamban dalam belajar, anak akan mengalami luka, cacat fisik, cacat mental, bahkan kematian, menunjukkan perubahan perilaku dan kemampuan belajar, memiliki gangguan belajar dan sulit berkonsentrasi, selalu curiga dengan orang lain.

Dampak kekerasan dalam rumah tangga pada dewasa (istri) Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan istri menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan kekerasan tersebut Kekerasa seksual mengakibatkan menurunkan atau bahkan hlangnya gairah seks, karena istri menjadi ketakutan Kekerasan psikologis dapat berdampak istri merasa tertekan, shock, trauma, rasa takut, marah meningkat, meledak-ledak, depresi. Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang diperlukan istri dan anaknya.

Dampak kekerasan dalam rumah tangga pada lansia : Merasa tidak dihargai Merasa gagal mendidik anak

E. PENCEGAHAN

Pencegahan primer : dengan cara memberikan penguatan pada individu dan keluarga dengan membangun koping yang efektif dalam menghadapi stress dan menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan. Pencegahan sekunder : dengan cara mengidentifikasi keluarga dengan resiko kekerasan, penelataran, atau eksploitasi terhadap anggota keluarga, serta melakukan deteksi dini terhadap keluarga yang mulai menggunakan kekerasan. Pencegahan tersier : dilakukan dengan cara menghentikan tindak kekerasan yang terjadi bekerja sama dengan badan hukum yang berwenang untuk menangani kasus kekerasan. Menyelenggarakan pendidikan orang tua untuk dapat menerapkan cara mendidik dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-waktu terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku kekerasan dalam rumah tangga. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin, kondisi, dan potensinya. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena kekerasan dalam rumah tangga, tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga. Perlu nya keimanan yang kuat dan aklaq yang baik juga berpegang teguh pada agama nya masing-masing, sehingg kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi. Harus ada nya komunikasi yang baik antar suami dan juga istri agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun, harmonis. Seorang istri mampu mengkoordinir berapa pun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan keluaga yang minim, sehingga kekurangan enkonomi yang minim dapat teratasi.

F. TIPE KEKERASAN

1. Kekerasa fisik : perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat seperti menampar, menendang, mencakar, dan lain sebagainya.2. Kekerasan psikis : perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan rasa tidak berdaya. Seperti : berkata kasar, menghina, dan lain sebagainya.3. Kekerasan seksual : setiap perbuatan yang memaksa hubungan seksuala. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.b. Pemaksaan hubungan seksual dengan keluarga (yang tidak serumah).4. Penelantaran rumah tangga : yaitu seseorang yang menelantarkan org dalam lingkup rumah tangganya.

G. TIPE PENGANIAYAAN

Isolasi sosialBiasanya anggota yang mengalami kekerasan cenderung menutupi apa yang terjadi di dalam keluarga karena pelaku mengancam anggota keluarga seperti mengancam memukul jika anggota keluarga memberi tahu kejadian tersebut. Kekuasaan dan kontrolPelaku kekerasan biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dari anggota-anggota keluarga sehingga pelaku hampir selalu berada dalam posisi yang berkuasa dan memiliki kendali terhadap korban. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan50% - 90% pria yang memukul pasangannya dalam rumah tangga memiliki riwayat penyalahgunaan zat. Proses transmisi antar generasiBerarti bahwa pola perilaku kekerasan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui model peran dan pembelajaran sosial. Misalnya pelaku kekerasan dahulunya adalah korban kekerasan.

H. RENTANG RESPON MARAHRespon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adatif dan maladatif.

Adatif Maladatif

Asertif Furstasi Pasif AgresifAmuk/PK

Asertif Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dunyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. Frustasi Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Pasif Individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu. Agresif Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk asertif dan masih terkontrol. Amuk Perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri.

I. SIKLUS KEKERASAN

Kekerasan terjadi berulang-ulang dan kekerasan itu memang bersiklus seperti lingkaran setan. Pada periode awal kekerasan terjadi suami sadra akan kesalahannya dan segera meminta maaf kepada istrinya dan berusaha berdamai dengan berbagai cara seperti memberikan hadiah ataupun mengucapkan aku sayang kamu. Dan pada tahap ini berlangsung periode bulan madu dimana suami dan istri membaik dan harmonis, pada periode ini bisa berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Dan ketika periode ini telah habis waktunya dengan timbulnya ketegangan kembali yang kedua kalinya, maka kekerasan itu kembali terjadi dan dampak buruknya bagi istri lebih besar dari kekerasan yang pertama.

J. TUJUAN PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Mencegah segala bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga. Melindungi korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Menidak pelaku Kekerasan dalam Rumah Tangga. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

K. PERAN PERAWAT1. Peran sebagai pendidik (educator)Meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kekerasan dalam rumah tangga khususnya mengenai pengertian, jenis, serta dampak.2. peran sebagai pemberi konseling (counselor)Disini perawat maternitas dapat berperandengan fokus meningkatkan harga diri korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban dan terutama untuk memberikan informasi dan dukungan agar korban korban dapat mengambil langkah pengamanan. konseling tidak hanya ditujukan untuk perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. tetapi juga untuk pelaku. tujuannya adalah untuk mendorong pelaku untuk mengambil tanggung jawab dalam menghentikan tindak kekerasan dan meningkatkan kualitas hidupnya sendiri.3. Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan (caregiver)peran perawat maternitas sebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga pemberian inteervensi dan evaluasi.perawat harus meningkatkan kepekaan dengan tidak mengabaikan tanda- tanda bekas perlakuan kekerasan, secara cepat dan dapat mengidentifikasikan masalah, menentukan apakah wanuta terebut membutuhkan penanganan medis ataupun terapi khusus.4. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti (case finder researcher)meningkatkan riset dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan deteksi dini.5. Peran sebagai pembela (advokat)berperan sebagai advokat, perawat harus senantiasa terbuka untuk suatu kerja sama yang baik dengan lembaga penyedia layanan pendampingan dan bantuan hukum, mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, melatih kader- kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan korban kekerasan.6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan segera lakukan pemeriksaan visum).7. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif (Ruang Pelayanan Khusus).9. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, serta lembaga sosoal yang dibutuhkan korbanSosialisasi Undang-Undang KDRT kepada keluarga dan masyarakat.

L. ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian : Latar belakangKlien memiliki riwayat mengalami trauma atau penganiayaan, berupa penganiayaan pada masa kanak-kanak atau penganiayaan dalam hubungan saat ini atau yang terbaru. Penampilan Umum dan Penampilan MotorikKlien sering tampak waspada secara berlebihan dan bereaksi bahkan terhadapkeributan kecil di sekitarnya dengan respon terkejut. Klien mungkin terlihat cemas atau agitasi dan mungkin mengalami kesulitan untuk duduk tenang. Klien kadang dapat duduk tenang dengan kedua lengan memeluk kedua lututnya. Mood dan AfekKlien mungkin nampak takut atau ngeri, atau agitasi dan bermusuhan, yang bergantung pada apa yang ia alami saat itu. Klien mungkin melaporkan bahwa ia merasa sangat marah atau mengamuk atau merasa hampa dalam dirinya, tidak mampu mengidentifikasi perasaan atau emosi pada dirinya. Proses dan Isi PikirKlien yang mengalami penganiayaan atau trauma melaporkan bahwa ia mengingat kembali trauma tersebut, sering kali melalui mimpi buruk atau kilas balik. Sensorium dan Proses IntelektualKlien disorientasi terhadap realitas, kecuali jika mengalami kilas balik atau episode disosiatif. Klien tidak dapat berespon terhadap perawat atau mungkin tidak dapat berkomunikasi sama sekali. Penilaian dan Daya TilikDaya tilik klien sering kali berkaitan dengan lamanya waktu ia mengalami masalah disosiasi. Konsep DiriBiasanya klien mengalami harga diri rendah. Mereka mungkin yakin bahwa mereka orang jahat, mereka pantas dianiaya atau mereka yang menyebabkan penganiayaan terjadi. Klien mungkin menganggap diri mereka sebagai orang yang tidak berdaya, putus asa, dan tidak berharga. Pengkajian fisikadanya lebam/memar. Luka gores/tusuk

DIAGNOSIS KEPERAWATAN1. Ketidakefektifan koping individu

INTERVENSIRASIONAL

Meluangkan waktu dengan klien mengekspresikan perasaannya, dengan berbincang,menulis,menangis,dan sebagainya. Terima perasaan klien termasuk rasa marah ,takut, dan peduli terhadap orang lain Situasi yang abusive menimbulkan berbagai perasan yang perlu klien ekspresikan termasuk rasa duka terhadap kehilangn suatu hubungan yang sehat atau ideal, rasa percaya, kesehatan, harapan, rencana keamanan finansial, dan rumah. Selain itu, korban penganiayaan sering kali merasa bahwa mereka pantas dianiaya atau penganiayaan seharusnya tidak terjadi. Pada akhirnya,penganiayaan dalam suatu hubungan tidak menghentikan rasa peduli

Ketika berinteraksi dengan klien,beri petunjuk dan dukungan kepada klien dalam membuat keputusan,mencari bantuan,mengekspresikan kekuatan,menyelesaikan masalah dan mencapai keberhasilan. Akui usaha klien dalam berinteraksi, aktivitas dan rencana terapinya Klien mungkin tidak melihat kekuatan dan upayanya sebagai hal yang berharga, dan mungkin pernah dianiaya ketika memperlihatkan kekuatannya di masa lalu. Dukungan yang positif dapat membantu menguatkan upaya klien dan meningkatkan pertumbuhan dan harga diri klien

Gunakan teknik bermain peran dan terapi kelompok untuk menggali dan menguatkan perilaku yang efektif. Klien dapat mencoba perilaku baru atau perilaku yang tidak biasanya dalam lingkungan yang tidak mengancam dan suportif.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang terutama pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik, emosional, seksual pada anak, pengabaian anak dan lansia yang berakibat timbulnya kesengsaraan, kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu faktor individual, sosio budaya, ekonomi, religi. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik, psikologi, seksual, dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga bisa berdampak pada korban seperti sakit fisik, cacat mental, merasa ketakutan, menurunkan seksualitas, keterlambatan dalam belajar, merasa tidak dihargai, depresi, dan bisa berakibat kematian.

3.2 Saran

Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti, mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah tangga, serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat Asuhan Keperawatan yang bermutu dan bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan atau lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar. Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan Asuhan Keperawatan kelak.

DAFTAR PUSTAKAAtThahirah, Almira. 2006. Kekerasan Rumah Tangga Produk Kapitalisme (Kritik Atas Persoalan KDRT). Bandung: UNDarmono & Diantri, 2008. Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa. Jakarta: FK.UIEfendy, Ferry Makhfudi.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Malikah. 2004. Eksplorasi Kinerja UU RI No 23 Tahun 2004. Tentang Penghapusan KDRT dan Pengembangan Strategi Sosialisasi dan Edukasi. JakartaSheila L.Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGCStuart, Gail Wiscarz. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

18