makalah karet pembibitan

18
I. PENDAHULUAN A. Latar Belaka ng Tan aman kar et (  Hevea Brasiliensis) merup akan tanaman perkeb unan ya ng ber nilai ekonomis tinggi. Tan ama n tahuna n ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiat an perek onomian Indon esia dan menadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan de!isa negara diluar minyak dan gas. "ekitar #$% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Ind onesia me rupakan negara dengan keb un kar et terb esar di dunia mengungguli produsen utama lainnya yaitu Thailand dan &alaysia. &eskipun demikian produksi karet Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasi l produk si kar et Ind one sia. Kea daa n ini dis eba bka n kar ena ren dahny a  produkti!itas' terutama diperkebunan karet rakyat yang menyumbang % dari total produksi karet nasional serta karet yang dihasilkan dari perkebunan karet rakyat saat ini masih diual dalam bentuk gelondongan dengan mutu rendah karena industri pengolahan karet alam belum berkembang. "aat ini  pasar produksi karet dunia didominasi oleh enam negara yaitu Thailand' Indonesia' &alaysia' India' *hina dan +ietnam. ,eningkatan produksi karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi  budidaya yang dianurkan' mulai dari pemilihan bibit' penanganan bibit'  persiapan lahan' penanaman' pemeliharaan' panen dan pasca panen. &akalah mengenai ,ersemaian dan ,embibitan pada Tanaman Karet ini diharapkan dapat member ikan in ormasi-in ormasi kepa da pe rkebunan karet baik  perkebunan karet rakyat maupun perkebunan pemerintah sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas tanaman karet.

Upload: emma-femi-p

Post on 16-Oct-2015

941 views

Category:

Documents


115 download

TRANSCRIPT

18

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas. Sekitar 90% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Indonesia merupakan negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Meskipun demikian produksi karet Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet Indonesia. Keadaan ini disebabkan karena rendahnya produktivitas, terutama diperkebunan karet rakyat yang menyumbang 71% dari total produksi karet nasional serta karet yang dihasilkan dari perkebunan karet rakyat saat ini masih dijual dalam bentuk gelondongan dengan mutu rendah karena industri pengolahan karet alam belum berkembang. Saat ini pasar produksi karet dunia didominasi oleh enam negara yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan Vietnam.Peningkatan produksi karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi budidaya yang dianjurkan, mulai dari pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Makalah mengenai Persemaian dan Pembibitan pada Tanaman Karet ini diharapkan dapat memberikan informasi-informasi kepada perkebunan karet baik perkebunan karet rakyat maupun perkebunan pemerintah sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas tanaman karet.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah mengenai Persemaian dan Pembibitan pada Tanaman Karet, yaitu:

1. Bagaimana cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan generatif (benih) pada tanaman karet?

2. Bagaimana cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman karet?C. Tujuan

1. Mengetahui cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan generatif (benih) pada tanaman karet.2. Mengetahui cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman karet.II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15 LS dan 15 LU. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran rendah antara 0-200 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak tempat, pertumbuhannya semakin lambat dan hasil lateksnya rendah. Ketinggian lebih dari 600 mdpl kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet (Anwar 2001).Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi adalah salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya memiliki sifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari kedua tanaman tersebut dalam waktu yang relatif pendek dan dapat memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Dalam budidaya karet ada dikenal 3 macam teknik okulasi yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi cokelat. Pada dasarnya prinsip okulasi relatif sama, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan (Siregar 2007).Bibit stum mata tidur karet diperoleh dari bibit okulasi yang tumbuh di pembibitan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan. Bibit yang terbentuk berakar tunggang satu. Agar penyerapan unsur hara lebih optimal, sebelum penanaman dilakukan pemotongan akar tunggang hingga 35 cm dan akar lateralnya hanya 5 cm. Bibit stum mata tidur merupakan bibit yang mata tunasnya belum tumbuh (Setyamidjadja 2008).Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode tahun 2006 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara tepat (Anwar 2001).

Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini.

Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya

Teknik OkulasiUmur Batang BawahUmur, Ukuran, dan Warna Entres

Dini2-3 bulan3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda

Hijau4-6 bulan3-4 bulan, garis tengah 0.5 1 cm, hijau

Cokelat8-18 bulan1-2 tahun, garis tengah 2.5 4 cm, cokelat

Sumber: www.worldagroforestrycentre.orgIII. PEMBAHASANPembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20 25 tahun). Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetif selanjutnya.Bahan tanam yang digunakan untuk pertanaman karet di Indonesia pada awalnya berasal dari populasi introduksi berupa biji yang tidak terseleksi. Penanaman tersebut ternyata memberikan keragaman yang sangat tinggi, sehingga pada tahun 1910 mulai dilakukan seleksi awal untuk mendapatkan pohon induk seleksi. Dengan didapatkannya pohon induk terseleksi tersebut maka pengembangan karet selanjutnya berasal dari pohon induksi terseleksi tersebut. Menurut Siregar (2007) kegiatan pemuliaan sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1910. Bahan tanaman berupa seedling terseleksi merupakan hasil kegiatan seleksi periode tahun 1910 - 1935 yang selanjutnya dikelompokkan kedalam generasi I. Selanjutnya kegiatan pemuliaan berjalan terus sampai Generasi ke IV dan didapatkan klon-klon unggul yang berpotensi tinggi. A. Cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan generatif (benih) pada tanaman karet (Seedling)Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Budidaya tanaman karet yang dilakukan secara generatif umumnya dilakukan oleh perkebunan rakyat.

Keuntungan perkembangbiakan generatif diantaranya adalah biaya yang relatif murah, penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidupnya tetap tinggi bila disimpan dalam lingkungan yang menghindari kondisi favorable untuk respirasi dan kegiatan enzimatik, serta memungkinkan untuk memulai tanaman yang bebas penyakit, khususnya penyakit tertular biji (seedborne). Meskipun demikian terdapat pula kelemahan pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat untuk tanaman-tanaman heterozigot, sehingga dihasilkan beberapa tanaman keturunan yang sifatnya tidak sama dengan induknya.Pengujian kemurnian benih perlu dilakukan dengan cara mengambil secara acak 100 butir dari satu karung goni, kemudian dipecah untuk dinilai keseragamannya. Apabila belahan biji tersebut masih putih murni sampai kekuningan-kuningan dinilai baik, apabila berwarna kekuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik adalah 70% - 90%. Metode pemilihan benih karet adalah lentingan yaitu benih dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70 100 cm pada kotak kayu berukuran 40 x 40 x 40 cm. Apabila benih melenting keluar melewati dinding kotak, dinilai biji tersebut baik. Cara lain adalah dengan merendam di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka benih tersebut dianggap baik.Benih karet memiliki kecambah yang tinggi dan viabilitas yang tinggi tetapi biji karet memiliki cangkang yang kuat membuat perkecambahan agak sulit karena biji yang tumbuh terhalang cangkang keras. Benih karet sebelum ditanam harus diberi perlakuan misalnya pematahan dormansi. Dormansi benih dibedakan menjadi dua, yaitu dormansi primer dan dormansi sekunder. Dormansi primer adalah sifat dormansi yang disebabkan karena sifat fisik dan fisiologis benih. Kulit benih menjadi penghalang masuknya air dan atau gas ke dalam benih dalam proses perkecambahan sehingga proses perkecambahan tidak terjadi. Tipe dormansi ini dapat dipatahkan dengan memberi perlakuan terhadap kulit benih agar menjadi permeable (mudah dilalui) air dan gas, seperti perlakuan kulit dan perendaman dalam air panas (Wirawan dan Wahyuni 2002). Menurut Setiawan dan Andoko (2005), pematahan dormansi yang baik untuk benih karet adalah dengan skarifikasi, mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan guncangan untuk benih-benih yang memiliki kulit keras. Dimasa masaknya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga benih permeable terhadap air atau gas. Benih karet dalam bentuk biji memiliki masa dormansi yang sangat pendek, sehingga dalam waktu singkat benih akan tumbuh dan atau turun daya tumbuhnya apabila tidak mendapat perlakuan tertentu. Sebelum ditanam di lapangan, benih dikecambahkan dalam bedengan perkecambahan. Dalam bedengan perkecambahan tersebut, benih akan melalui beberapa tahapan stadia sampai akhirnya menjadi tanaman seedling. Tahapan stadia kecambah tersebut adalah stadium segitiga, stadium bintang, stadium pancing, stadium jarum, dan stadium berdaun. Gambar 1. Berbagai Jenis Stadia Perkecambahan Pada Biji Karet1. Persiapan Bedengan untuk PerkecambahanUkuran bedengan yang digunakan untuk perkecambahan adalah panjang 5 meter, lebar 1,2 meter tergantung kondisi tempat. Arah bedengan memanjang Utara Selatan, diberi naungan dari daun alang-alang atau rumbia. Tinggi tiang sebelah Timur 1,2 meter dan Barat 0,90 meter. Usahakan bedengan dekat dengan sumber air, sehingga dapat memudahkan penyiraman. Tanah untuk dasar perkecambahan harus bebas dari gulma, batu-batuan, gumpalan tanah dan sisa-sisa akar. Pinggir bedengan diperkuat dengan papan atau bambu, kemudian taburkan pasir sungai merata setebal 5 cm.

Gambar 2. Persiapan Persemaian dan Persemaian benih Karet

2. Perkecambahan

Benih yang digunakan sebagai bahan tanam merupakan biji yang telah lolos uji kemurnian dan uji pemilihan benih dan berasal dari pohon induk yang berumur minimal 10 tahun. Benih ditanam pada bedengan yang telah disiapkan dengan bagian perut menghadap ke bawah dan punggungnya terlihat dipermukaannya. Jarak antara benih +1 cm, sehingga dalam 1 m2 bedengan memuat 1.000 butir. Menurut Sianturi (2001) perkecambahan benih karet adalah dengan meletakkan biji dengan mikrofolia (mata lembaga) ke satu arah, biasanya ke arah yang lebih longgar (jarak tanam 1 cm). Perut biji (tuniculus) menghadap ke bawah dan ditekan dengan jari tangan sedemikian rupa sehingga bagian punggung biji masih berada di atas permukaan pasir dan mata lembaga telah berada di bawah permukaan pasir, atau 2/3 bagian biji terbenam dalam pasir. Dengan cara meletakkan biji demikian. Bakar akar (radikula) dan bakal batang (plumula) dapat muncul tanpa terganggu oleh biji yang lain.

Setelah benih ditanam dilakukan penyiraman dengan interval dua kali sehari untuk menjaga kelembaban benih akan mulai berkecambah pada hari ke-7. Bibit setelah stadia pancing dipindahkan ke pembibitan lapangan dengan menggunakan polybag. Benih yang berkecambah lebih dari 21 hari dibuang. Biji kecambah pada saat akar dalam stadia kaki cicak (bintang) atau stadia pancing segera dipindahkan ke pembibitan lapangan, jangan sampai keluar daun kepelnya. Menurut Balai Penelitian Getas, Salatiga terdapat beberapa cara penyediaan bibit karet melalui benih yaitu:a. Seedling Murni ditanam Langsung di LapanganSeedling murni adalah bibit yang disiapkan dari kecambah dan langsung dipindahkan ke lapangan. Pengadaan bibit karet dari seedling murni merupakan cara yang paling ideal untuk keperluan kehutanan. Biji karet yang telah diseleksi dideder di tempat pendederan selama 15-20 hari sampai terbentuk kecambah stadium pancing. Kecambah stadium pancing ini langsung ditanam di lapangan agar pertumbuhan akar tunggang dan tunas sempurna. Untuk mengantisipasi kecambah rusak atau hilang, kecambah diberi tanda yang jelas. Bibit seedling yang berasal dari stadium pancing ini pertumbuhannya cepat dan ideal. Bibit juga tidak perlu harus segera dipindahkan ke lapangan dan tingkat kerusakannya paling kecil. Pertumbuhan tunas maupun akar setelah dipindah ke lapangan sangat cepat. Daun akan terbentuk setelah 7 hari.

Hama yang paling rawan adalah belalang, semut, dan capung. Belalang dan capung biasanya merusak ujung tunas daun, sedangkan semut merusak tunas perakaran. Waktu yang dibutuhkan sejak biji karet disemai dalam bedengan perkecambahan sampai kecambah tertanam di lapangan adalah 25 hari. Penanaman dengan cara ini hanya bisa dilakukan pada musim panen biji. Bedengan perkecambahan juga harus berdekatan dengan lokasi penanaman di lapangan.b. Seedling Langsung ditanam dalam Polibag

Pertama yang harus dilakukan adalah mengisi polibag dengan tanah, kemudian diatur rapi 10 x 200 polibag. Benih karet diletakkan di atas tanah dengan posisi mendatar kemudian permukaan punggung biji ditimbun tanah, dan ditunggu sampai 3 bulan. Pekerjaan ini relatif cepat, namun apabila ada benih yang tidak tumbuh, untuk menggantinya cukup sulit terutama pada penanaman skala luas.c. Seedling Disiapkan sebagai Bibit Polibag

Pengadaan bibit seedling dalam polibag untuk hutan merupakan cara yang paling baik dalam arti tidak tergesa-gesa dan kondisi bibit prima. Polibag yang digunakan berukuran 10 cm x 30 cm, dengan volume tanah 2 kg. Bibit dalam polibag ini bisa diangkut untuk jarak yang cukup jauh sehingga tempat pembibitan tidak harus berdekatan dengan lokasi penanaman. Cara penyiapannya relatif sederhana dan mudah, demikian pula pemeliharaan dan perawatannya. Pertama-tama biji dikecambahkan dalam bedengan. Polibag diisi dengan tanah dan diatur secara tegak berkelompok. Kecambah yang sudah jadi dipindahkan ke dalam polibag. Apabila memungkinkan, kecambah jangan sampai pada stadium jarum agar akar tumbuh sempurna. Kecambah dibiarkan tumbuh sampai 3 bulan dalam polibag kemudian dipindahkan ke lapangan. Agar pertumbuhan tunas dan akar sempurna, penanaman tidak boleh terlambat.

Cara penanaman di lapangan relatif mudah. Setelah lubang disiapkan, polibag disobek atau digunting. Tanah dalam polibag dijaga jangan sampai hancur, kemudian bibit beserta tanahnya dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan, ditimbun tanah, dan dipadatkan.

d. Bibit dari Kecambah Berdaun Umur 2 Bulan dalam PolibagKecambah yang ada di bedengan kadang tidak dapat ditanam seluruhnya. Kecambah ini masih dapat digunakan sebagai bibit dengan cara memindahkannya ke dalam polibag. Sebelum dipindahkan ke dalam polibag, daun kecambah dipotong dengan menyisakan sepertiga bagian. Akar juga dipotong apabila sudah terlalu panjang. Untuk tanaman seedling harus dipelihara satu tunas saja sehingga bentuk tanaman lurus. Kemungkinan tumbuhnya tunas lebih dari satu harus dihilangkan.e. Bibit dari Kecambah Kadaluwarsa Umur Lebih dari 7 BulanKecambah kadaluwarsa dapat ditemukan di bedengan atau di bawah tanaman karet karena biji jatuh di sembarang tempat dan tumbuh menjadi tanaman kecil. Tanaman karet kecil ini bisa dimanfaatkan untuk tanaman penghijauan. Bibit dapat langsung ditanam di lapangan atau dimasukkan dulu dalam polibag. Kecambah atau tanaman karet kecil yang sudah tumbuh dicabut, kemudian bagian atas tanaman dipotong miring dari atas leher akar lebih kurang 10 cm dan bekas potongan dioles dengan lilin atau coolteer. Demikian pula bagian akar dipotong miring 15 cm dari leher akar dan akar lateral juga disisakan lebih kurang 7 cm. Akar lateral tidak boleh dihabiskan agar tunas lebih cepat tumbuh. Tunas akan tumbuh cepat dari bagian atas stum dan kemungkinan bisa tumbuh lebih dari satu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perempesan dengan menyisakan satu tunas yang pertumbuhannya normal.B. Cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman karetPerbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet yang biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Penempelan batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang. Oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut. Perbanyakan tanaman secara okulasi memiliki beberapa kelebihan antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.

Menurut Yardha et al (2007) klon-klon karet anjuran yang telah direkomendasikan Pusat Penelitian Karet saat ini adalah: (1) Klon anjuran komersial (BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, dan PB 260); (2) Klon penghasil lateks-kayu (BPM 1, PB 330, PB 340, RIIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118); (3) Klon penghasil kayu (IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78); (4) Klon Harapan (IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 144, IRR 208, IRR 211, dan IRR 220).Sebagai batang bawah dianjurkan menggunakan benih yang berasal dari klon Avros 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100. Klon-klon lama yang sudah dilepas seperti GT 1, PR 225, PR 261, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, masih dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain memperhatikan kepentingan pengguna untuk penanaman klon karet tersebut pada wilayah tertentu.

Gambar 3. Beberapa Jenis Klon UnggulUsaha pengembangan perkebunan karet yang efisien, mampu menghasilkan bahan tanaman yang berkualitas serta kemurnian terjamin, maka perlu dilakukan penyediaan bibit secara swadaya yaitu dengan membangun kebun bibit batang bawah dan kebun entres. Menurut Yardha et al (2007) langkah awal pengadaan bibit adalah sebagai berikut:1. Pengadaan Benih untuk Batang BawahBenih berasal dari benih terpilih atau biji yang diketahui pohon induknya yang berasal dari klon-klon anjuran (AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100) yang diambil dari pohon induk minimal berumur 10 tahun. Klon-klon lama yang sudah dilepas seperti GT 1, PR 225, PR 261, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, masih dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain memperhatikan kepentingan pengguna untuk penanaman klon karet tersebut pada wilayah tertentu. Jumlah bibit per hektar berkisar antara 65.000 73.000 populasi tanaman. Kebutuhan biji untuk jumlah tersebut sekitar 100.000 120.000.000 butir. 2. Pembibitan Batang Bawah di LapangAreal pembibitan usahakan pada tanah datar, gembur mengandung bahan organik tinggi dan dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman. Ukuran bedengan 4 x 15 meter (tergantung kondisi lapangan), dalam setiap 4 meter dibuat jalan sebesar 1 meter untuk memudahkan pemeliharaan dan pengontrolan tanaman. Jarak pengajiran pembibitan dilapangan 30 x 30 x 50 cm.

Gambar 4. Pembibitan Batang Bawah di Lapang3. Pemeliharaan Bibit di LapangPemeliharaan bibit karet pada umumnya sama dengan perawatan bibit tanaman lain. Perawatan dilakukan dengan penyiraman dua kali sehari. Penyiangan rumput atau gulma pengganggu dengan interval dua kali sebulan. Pupuk dasar mengunakan Rock Phosphate dengan dosis 1.200 kg/ha. Pengendalian hama rayap dapat diberantas dengan Insektisida Basudin dan Diazinon 10-G ditaburkan disekitar leher akar, sedangkan untuk pengendalian penyakit daun dengan fungisida Dithane 45 atau dihembus dengan asap belerang. Pupuk susulan dengan dosis seperti tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Dosis Pupuk Tanaman Karet di PembibitanWaktu PemupukanJenis Pupuk (kg/ha)

UreaSP-36KCLKieseritDolomit

Bulan Pertama90110454567,5

Bulan Kedua2252809090135

Bulan Ketiga2252809090135

Bulan Keempat2252809090135

Bulan Kelima s/d okulasi450550180180270

Sumber : Rosyid dkk, 20054. Kebun EntresMata ukulasi untuk bahan okulasi pada persemaian lapangan berasal dari kebun entres, untuk itu kebun entres harus dibangun terlebih dahulu sebelum membangun persemaian batang bawah di lapangan. Beberapa persyaratan pemilihan lokasi kebun entres adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan bedengan/petakan dengan ukuran 5 x 20 meter, diantara bedengan dibuat jalan selebar 150 cm termasuk parit, tiap bedengan/petak untuk penanaman satu jenis klon.

b. Jarak tanam 100 x 100 cm, tiap bedengan berisi 5 x 20 batang = 100 batang.c. Lubang tanaman berukuran 60 x 60 x 60 cm, 2-3 bulan sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam dipupuk dengan Rock posphat.

d. Penanaman bibit di sesuaikan dengan klon yang diharapkan sebagai sumber entres.5. Pemeliharaan dan Pemanenan Entres

Pemeliharaan entres dilakukan agar entres yang dihasilkan memiliki kualitas bibit yang baik. Pemeliharaan entres dapat dilakukan dengan; (1) penunasan (wiwilan), tunas liar perlu diwiwil sampai ketinggian 3 meter dari permukaan tanah; (2) Pemurnian klon, setelah tanam mempunyai 5-6 payung diadakan pemurnian oleh Balai Penelitian; (3) Penyiangan dilakukan dengan interval satu bulan sekali; (4) Pemberantasan dan pengendalian hama/penyakit di kebun entres dilakukan sesuai dengan prosedur untuk penyakit daun diberantas dengan belerang, Dithane dan lain-lain. Jamur diberantas dengan Calixin RP; (5) Pemupukan diberikan Urea, SP-36 dan KCl masing-masing 10 gr/pohon

Pemanenan entres dilakukan dengan memotong cabang pertama dilakukan 10 15 cm diatas pertautan okulasi. Pada tahun pertama diperoleh satu buah turus/batang entres. Pada tahun kedua diperoleh dua buah turus/batang entres dipotong 10 15 cm diatas potongan yang dilakukan pada tahun pertama, begitu juga untuk pemotongan selanjutnya sampai dengan ke lima. Dari satu meter batang/turus entres dapat diperoleh 16 20 mata okulasi.6. Kriteria Bibit yang Baik

Bibit yang baik digunakan sebagai bahan okulasi haruslah memiliki akar tunggang yang lurus atau tidak bercabang dengan panjang minimal 30 cm dan lateral 10 cm. Tinggi batang di atas okulasi sekitar 10 cm pada bagian besar pemotongan diolesi TB 192 atau parafin dan memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Pada bagian okulasi ditoreh berwarna hijau. Apabila terdapat bibit yang memiliki akar tunggang lebih dari satu sebaiknya pilih salah satu akar tunggang yang paling baik, sedangkan yang lainnya dibuang.

7. Bibit polybag

Pemindahan bibit hasil okulasi ke polybag bertujuan untuk memudahkan saat bibit akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan pembongkaran dengan cangkul pada bibit okulasi. Akar tunggang dipotong dan disisakan 20 25 cm kemudian dioles rootone yang merupakan zat perangsang tumbuh akar. Bibit ditanam pada polybag berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk kandang perbandingan 2 : 1, bagian bawah polybag diberi lubang lubang yang berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit ditata dengan posisi mata tunas saling berlawanan arah sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh dan tidak mengganggu satu sama lain. Bibit dalam polybag berumur + 5 bulan dan berpayung dua siap untuk ditanam.

Berikut kegiatan pemeliharaan benih polibag:

a. Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.b. Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan polibag dari gulma dengan cara manual.c. Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan dosis 5 gram / polybag.

d. Pengendalian hama penyakit, penyakit yang umum menyerang benih dalam polibag adalah penyakit mealdow, pengendalian biasanya dilakukan dengan pemberian belerang.e. Pewiwilan, kegiatan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan tunas utama dengan cara membuang tunas liar/tunas palsu.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain:1. Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas.2. Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi.3. Perbanyakan tanaman secara generatif, memiliki keuntungan antara lain biaya yang relatif murah, penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidupnya tetap tinggi bila disimpan dalam lingkungan yang menghindari kondisi favorable untuk respirasi dan kegiatan enzimatik, serta memungkinkan untuk memulai tanaman yang bebas penyakit, khususnya penyakit tertular biji (seedborne). Kelemahan pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat untuk tanaman-tanaman heterozigot, sehingga dihasilkan beberapa tanaman keturunan yang sifatnya tidak sama dengan induknya.4. Sebelum ditanam di lapangan, benih dikecambahkan dalam bedengan perkecambahan. Benih akan melalui beberapa tahapan stadia sampai akhirnya menjadi tanaman seedling. Tahapan stadia kecambah tersebut adalah stadium segitiga, stadium bintang, stadium pancing, stadium jarum, dan stadium berdaun.5. Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet yang biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya.

DAFTAR PUSTAKAAnonim 2010. Okulasi Karet. www.worldagroforestrycentre.org. Diakses pada 9 Maret 2014.

Anwar C 2001. Manajemen dan Teknik Budidaya Tanaman Karet. http://www.pdf-look.com/teknik okulasi.html. Diakses pada 9 Maret 2014.Balai Penelitian Karet Getas 2007. Mengenal Teknologi Baru untuk Pengembangan Hutan Karet. Salatiga.

Setiawan D H dan A Andoko 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta.Setyamidjadja D 2008. Karet Revisi Ke-9. Kanisius. Yogyakarta.

Sianturi H S 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.Siregar THS 2007. Teknik Penyadaan Karet Revisi ke-7. Kanisius. Yogyakarta.

Wirawan B dan S Wahyuni 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.Yardha, Syafri E, Mugiyanto 2007. Teknik Pembibitan dan Budidaya Karet Unggul Provinsi Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.

5

12

17

3

1