makalah jerome bruner

41
”JEROME BRUNER: BELAJAR PENEMUAN” Filed under: Uncategorized by arifwidiyatmoko — 7 Komentar Juli 29, 2008 A. Pendahuluan Manusia dewasa mempunyai lebih dari 100 milyar neuron, yang satu sama lain berhubungan secara spesifik dan rumit sehingga memungkinkan untuk mengingat, melihat, belajar, berpikir, kesadaran dan lain-lain (Schatz 1992). Struktur otak terbentuk sesuai dengan program yang secara biologis tersimpan dalam DNA, dan organ tersebut baru bekerja setelah selesainya seluruh penataan yang rumit tersebut. Pada saat baru lahir, hampir seluruh neuron yang harus dimiliki sudah ada, tapi berat otaknya hanya ¼ dari otak dewasa. Otak menjadi bertambah besar karena pembesaran neuron, bertambahnya jumlah akson dan dendrit sesuai dengan perkembangan hubungan antar sesamanya. Untuk menyempurnakan perkembangan maka anak kecil harus diberi rangsangan melalui raba, speech (berbicara) dan images (daya hayal) (Bloom 1988, Schatz 1992). Menurut Bloom (1988) defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai proses memperoleh informasi . Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari pengalaman .

Upload: santos-santosoku

Post on 25-Jun-2015

1.234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Jerome Bruner

”JEROME BRUNER: BELAJAR   PENEMUAN” Filed under: Uncategorized by arifwidiyatmoko — 7 Komentar Juli 29, 2008A.     Pendahuluan

            Manusia dewasa mempunyai lebih dari 100 milyar neuron, yang satu sama lain

berhubungan secara spesifik dan rumit sehingga memungkinkan untuk mengingat,

melihat, belajar, berpikir, kesadaran dan lain-lain (Schatz 1992). Struktur otak  terbentuk

sesuai dengan program yang secara biologis tersimpan dalam DNA, dan  organ tersebut

baru bekerja setelah selesainya seluruh penataan yang rumit tersebut.

            Pada saat baru lahir, hampir seluruh neuron yang harus dimiliki sudah ada, tapi

berat otaknya hanya ¼ dari otak dewasa. Otak menjadi bertambah besar karena

pembesaran neuron, bertambahnya jumlah akson dan dendrit sesuai dengan

perkembangan  hubungan antar sesamanya. Untuk menyempurnakan perkembangan

maka anak kecil harus diberi rangsangan melalui raba, speech (berbicara) dan images

(daya hayal) (Bloom 1988, Schatz 1992).

            Menurut Bloom (1988) defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang

relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai

proses memperoleh informasi . Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana

manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari pengalaman .

            Memori ingatan adalah proses dimana informasi belajar disimpan dan dapat

dibaca kembali (dikeluarkan kembali). Ingatan atau memory tidaklah sesederhana seperti

ini. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa

dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita. Menurut Jerome Bruner manusia

mempunyai kapasitas dan  kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian

yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat

(extremely short term)/ingatan segera (immediate memory) (item hanya dapat disimpan

dalam beberapa detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam

beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa

jam sampai seumur hidup).

 

B.     Bruner dan Teorinya.

Page 2: Makalah Jerome Bruner

Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli

psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran,

proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahawa

perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau

bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan iaitu mengolah

apa yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada

prinsip konstruktivisme).

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di Amerika

Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961

sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek Madison di

Amerika Syarikat.  Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Universiti

Oxford di England.

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi

belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang

demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam

mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta

informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu

memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai

konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang

tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan

model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh

bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu

tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi

suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut

peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada

orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai

efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan

Page 3: Makalah Jerome Bruner

kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk

menemukan dan memecahkan masalah.

Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:

1.      Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau

dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.

2.      Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara

penyajian, ekonomi dan kuasa.

3.      Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan

memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat

materi pelajaran dan perbedaan individu.

4.      Bentuk dan pemberian reinforsemen.

Beliau berpendapat bahawa seseorang murid belajar dengan cara menemui

struktur konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan

mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu,

pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan

pengetahuan sedia ada. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan

mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat

kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam

kategori segitiga.

Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan

berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau

kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap

itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau

pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan

menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin

bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah

hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

C.     Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

1. Empat Tema tentang Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini

perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk

Page 4: Makalah Jerome Bruner

melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat

dihubungkan satu dengan yang lain.

Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner

kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana

yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang

lebih tinggi.

Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.

Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi

tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-

formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.

Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan

cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi

pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.

Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang

belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya

terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.

Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan

menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang

diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini

mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi

dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan

membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk

mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal

yang diketahui.    

3. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang

berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi

baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan

pengetahuan (Bruner, 1973).

Page 5: Makalah Jerome Bruner

Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya

yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga

berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam

transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok

dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan

pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tig sistem keterampilan

untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu

adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966).

Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.

Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif.

Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa

menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-

kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak

yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan

disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi

tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan

konsep kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik

dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau

pernyataan daripada objek-objek,  memberikan struktur hirarkis pada konsep-

konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara

kombinatorial.

Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan

timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip”

timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu

bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak

yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu

model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang

terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan

Page 6: Makalah Jerome Bruner

menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara

matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

4. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain

Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu

tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping

itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain

yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat,

kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi

setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya

sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi

baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari

suatu ilmu pengetahuan secara utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui

struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan

melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu,

pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan konsep yang baru

dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran

penemuan.

 

D. Belajar Penemuan       

             Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome

Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner

menganggap bahwa belajar peneuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif

oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner

menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan

melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep

dan prinsip itu sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa

kebaikan. Diantaranya adalah:

1.      Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.

Page 7: Makalah Jerome Bruner

2.      Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.

3.      Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan

untuk berfikir secara bebas.

Asumsi umum tentang teori belajar kognitif: a. Bahwa pembelajaran baru berasal

dari proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses informasi

(active learning). c. Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar

mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.

Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap

teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model  kognitif ini memiliki

perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui

upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan  hubungan antara

pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada

bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. 

Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.  Ausubel

menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama

terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan

struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada

pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas  bagaimana

peserta didik  memperoleh informasi dari lingkungan.  Bruner mengembangkan teorinya

tentang perkembangan intelektual, yaitu:

1.      enactive, dimana seorang peserta didik  belajar tentang dunia melalui tindakannya

pada objek, siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami

lingkungan.

2.      iconic,  dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar

3.      symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai

gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi

dilkukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini

samakin dominan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah

ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan

Page 8: Makalah Jerome Bruner

pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan

perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang

akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum

spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar

sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka.

Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan

hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery

learning).

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas (Burner, Ausubel, dan gagne), ternyata

teori kognitif melibatkan hal-hal mental atau pemikiran seseorang individu. Teori ini ada

kaitan dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Sesuatu pengetahuan

yang diperolehi melalui pengalaman atau pendidikan formal akan disimpan dan disusun

melalui proses pengumpulan pengetahuan supaya dapat digunakan kemudian. 

 

Penerapan Model  Kognitif dalam pembelajaran:

Belajar Karakteristik Teori Penerapan Dalam pembelajaran

Kognitif

Bruner

Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.

1.   Menentukan tujuan-tujuan instruksional2.   Memilih materi pelajaran3.   Menentukan topik-topik yang akan

dipeserta didiki4.   Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi

dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar

5.   Mengatur topik peserta didik  dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks

6.   Mengevaluasi proses dan hasil belajarBermakna

Ausubel

Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik

1.   Menentukan tujuan-tujuan instruksional2.   Mengukur kesiapan peserta didik (minat,

kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.

3.   Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci

4.   Mengidentifikasikan prinsip-prinsip

Page 9: Makalah Jerome Bruner

yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.

5.   Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik

6.   Membuat dan menggunakan “advanced organizer” paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan

7.   Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada

8.   Mengevaluasi proses dan hasil belajar 

D.    Penerapan dalam Pembelajaran IPA

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada

siswa, ditinjau dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam

pembelajaran IPA.

1.      Metode dan Tujuan

Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan

belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya

ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan

intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan

mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar

penemuan.

Jadi kalau kita mengajar sains (IPA) misalnya, kita bukan akan menghasilkan

perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat

anak-anak kita berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses

perolehan pengetahuan. Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.

2.      Peranan Guru 

Page 10: Makalah Jerome Bruner

Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan

adalah:

a.       Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada

masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b.      Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk

memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal

siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang berlawanan. Dengan demikian

terjadi onflik dengn pengalaman siswa. Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan

yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang

para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba

menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.

 

 

c.       Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah

melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing).

Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui

gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-

kata atau bahasa-bahasa.

d.      Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya

berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan

mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi

hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru

hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.

e.       Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis

besar belajar penemuan ialah mempelajarai generalisasi-generalisasi dengan

menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan

meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan

konsep itu ke dalam situsi baru dan situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.

Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses

pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan

Page 11: Makalah Jerome Bruner

masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada

situasi yang baru.

 

 

Daftar Pustaka

 Max Darsono, Prof. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka 

Cipta.  

            Ratna Wilis Dahar, Prof. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Sumber : http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/

A study of thinking Oleh Jerome Seymour Bruner,Jacqueline J. Goodnow,George A. Austin

Teori-teori pembelajaran matematika menurut aliran psikologi kognitif                                         

A. Teori Tahap-tahap Belajar dari Jerome Bruner

Bruner dan Teorinya.

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner dilahirkan tahun 1915. Ia seorang ahli psikologi  dari Universitas Harvard, Amerika Serikat,  yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan Yaitu mengolah apa yang diketahui pelajar

Page 12: Makalah Jerome Bruner

itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip konstruktivisme). Bruner telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan  agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di Amerika Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek Madison di Amerika Syarikat.  Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Universiti Oxford di England.

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Maka dalam pengajaran di Sekolah Brunner mengajukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencangkup:

1) Pengalaman – pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar. Pembelajaran dari segi siswa adalah membantu siswa dalam hal mencari alternative pemecahan masalah. Dalam mencari masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya bahwa kegiatan

Page 13: Makalah Jerome Bruner

belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu.

2) Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman optimal. Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak – anak. Dengan perkataan lain, anak dibimbing dalam memahami sesuatu dari yang paling khusus (deduktif) menuju yang paling kompleks (induktif), bukanya konsep yang lebih dahulu diajarkan, akan tetapi contoh-contoh kongkrit dari kejujuran itu sendiri.

3). Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

4). Bentuk dan pemberian reinforsemen.

Beliau berpendapat bahawa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia ada. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.

Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

1. Empat Tema tentang Pendidikan

Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun dalam proses belajar juga ada empat tema pendidikan yang perlu diperhatikan yaitu:

1. mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.2

2. tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

3. menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.

4. tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori

Page 14: Makalah Jerome Bruner

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.

3. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu

(1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,

(2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru

serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang

lain, dan

(3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar

atau tidak.

Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain.Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.

Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.

Page 15: Makalah Jerome Bruner

Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.

1) Cara penyajian enaktif

ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

2) Cara penyajian ikonik

didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakuka anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.  Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.

3) Penyajian simbolik

menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek, memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakuka anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya

Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu,(dalam Hudoyo, 1990:48) Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan    pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).Dengan

Page 16: Makalah Jerome Bruner

mengajukan masalah kontekstual,peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan tekhnologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya.

Bruner melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak baiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.Melalui alat peraga yang ditelitinya anak akan melihat langsung bagaiman keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya.Peran guru adalah :

1. perlu memahami struktur pelajaran2. pentingnya belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri konsep-

konsep sebagai dasar  untuk memahami dengan benar

1. pentingnya nilai berfikir induktif.

4. Teorema atau dalil

Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif ,Bruner mengemukakan teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika.Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh Bruner pada tahun 1963 mengemukakan empat teorema /dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika yang masing-masing disebut “teorema atau dalil” .Keempat dalil tersebut adalah :

a. Dalil Konstruksi / Penyusunan ( Contruction theorem)

Didalam teorema konstruksi dikatakan cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk mempelajari sesuatu  atau prinsip dalam matematika adalah dengan mengkontruksi atau melakukan penyusunan sebuah representasi dari konsep atau prinsip

b.  Dalil Notasi (Notation Theorem)

Menurut teorema notasi representase dari suatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila didalam representase itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.

c.  Dalil Kekontrasan dan Variasi ( Contras and Variation Theorem)

Menurut teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa suatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain sehingga perbedaan antar konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.

d. Dalil Konektivitas dan Pengaitan (Conectivity Theorem)

Page 17: Makalah Jerome Bruner

Didalam teorema konektivitas disebut bahwa setiap konsep, setiap prinsip, dan setiap ketramplan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan lain.

Namun demikian, di antara dalil-dalil yang paling erat kaitannya dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan pengajuan masalah adalah dalil penyusunan dan dalil pengaitan (Ruseffendi, 1988).   Istilah lain dari cara belajar seperti di atas adalah pengembangan kategori atau pengembangan sistem pengkodean (coding), di mana sasarannya adalah mengubah kategori atau model tertentu. Hal ini terjadi dengan cara mengubah kategori atau menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru atau dengan menambah kategori baru (Dahar, 1989).Dari beberapa pandangan tentang dalil penyusunan Bruner, maka dapat disimpulkan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dalam memahami konsep, prinsip, aturan dan teori. Hal ini dapat diperoleh melalui pengalaman dalam melakukan eksperimen atau percobaan yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep, prinsip, aturan dan teori itu sendiri. Pada akhirnya Bruner menunjukkan beberapa keutamaan tentang pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan. Keutamaan pertama adalah pengetahuan bertahan lama dan lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara lain. Selain itu, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain konsep atau prinsip yang menjadi milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru. Secara menyeluruh, belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan siswa untuk berpikir secara bebas (Dahar, 1989). Akibat dari keunggulan belajar penemuan yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa teori belajar penemuan dapat membantu siswa dalam mempercepat proses keingintahuan suatu konsep atau prinsip tertentu

5. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain

Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.

Belajar Penemuan

Page 18: Makalah Jerome Bruner

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar peneuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.

Satu hal yang membuat Bruner terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar, menurutnya belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan (dicovery).Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang melambangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dalam prinsip konstruksitivis dan discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri.  Menurut Bloom (1988) defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai proses memperoleh informasi . Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari pengalaman .

Memori ingatan adalah proses dimana informasi belajar disimpan dan dapat dibaca kembali (dikeluarkan kembali). Ingatan atau memory tidaklah sesederhana seperti ini. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita. Menurut Jerome Bruner manusia mempunyai kapasitas dan  kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely short term)/ingatan segera (immediate memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup).

Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah :

1. Stimulus ( pemberian perangsang)2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah)3. Data collection ( pengumpulan data)4. Data Prosessing (pengolahan data)5. Verifikasi6. Generalisasi

Pendahuluan Teori kognitif menerangkan bahwa pembelajaran adalah perubahan dalam pengetahuan yang disimpan di dalam memori. Teori kognitif ini bermaksud penambahan pengetahuan ke dalam ingatan jangka panjang atau perubahan pada skema atau struktur pengetahuan. Pengkajian terhadapTeori belajar kognitif memerlukan penggambaran tentang perhatian, memori dan elaborasi reheashal, pelacakan kembali, dan pembuatan informasi yang bermakna. Manusia memilih, mengamal, memberi perhatian, menghindar,

Page 19: Makalah Jerome Bruner

merenung kembali dan membuat keputusan tentang peristiwa- peristiwa yang berlaku dalam persekitaran untuk mencapai matlamat secara aktif.

Pandangan kognitif yang lama utamakan perolehan pengetahuan. Pandangan yang baru mengutamakan pembinaan atau pembangunan ilmu pengetahuan Dalam proses pembelajaran kognitif ini melibatkan dua proses mental yang penting yaitu persepsi dan pembentukan konsep (penanggapan). Penemuan Jarome Brunner ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam bagaimana upaya Jerome Brunner untuk memperbaiki sistem pendidikan di Sekolah Dasar dan Menengah. Oleh karena itu, Jarome Bruner melihatnya sebagai proses pembentukan konsep dan proses penemuan. Teori Belajar menurut Bruner

Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka. Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif, dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.

Bruner juga mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Misalnya teori belajar yang memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan materi penjumlahan. Oleh karena itu, Burnner mengkaitkan pembelajaran dengan tahap – tahap perkembangan mental yaitu

§ Peringkat ikonik 2 – 4 tahun

§ Peringkat enaktif 0 – 2 tahun

§:  Peringkat simbolik 5 – 7 tahun

Selain itu, Brunner juga mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada anak untuk menemukan sesuatu aturan melalui contoh-contoh yang digambarkan atau yang menjadi sumbernya.Untuk lebih jelasnya, Brunner

§ menemukan proses pembelajaran tersebut melalui beberapa cara yaitu :   Guru menghendaki

pelajar menyiasat

§ Guru memperkenalkan satu fenomena   Siasatan atau kajian dibuat

Page 20: Makalah Jerome Bruner

§ bagaimana fenomena itu berlaku  dari beberapa sumber:

o buku di perustakaan

o perbincangan dengan kawan

o  Guru

§ perbincangan dengan guru

o pemerhatian

o membuat uji kaji  bincang bersama pelajar di  dalam kelas setelah jawapan diperolehi

Dalam teorinya Burnner juga mengemukakan bentuk hadiah atau pujian dan hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar mengajar. Sebab Ia mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik, bisa berubah menjadi dorongan bersifat intrinsik.Demikian juga pujian dan guru dapat menjadi dorongan yang bersifat ekstrinsik, dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat intrinsik. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa merasa puas.

Kesimpulan Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, dan guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka. Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa. Dan cara mengatur kegiatan kognitif dengan menggunakan sistematika alur piker dan sistematik proses belajar itu sendiri. Orang yang menggunakan alur pikir dalam pemecahan masalah, Ia akan berfikir sistematis dan dapat mengkontrol kegiatan kognitifnya, sehingga pembelajaran akan lebih efisien.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:

1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan

kemampuan untuk

berfikir secara bebas.

Page 21: Makalah Jerome Bruner

Asumsi umum tentang teori belajar kognitif:

a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya.

b. Belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning).

c. Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada

sebel   hubungan dan strategi.

Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang umnya. Model  kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan  hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.  Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.  Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas  bagaimana peserta didik  memperoleh informasi dari lingkungan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).

1. Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas (Burner, Ausubel, dan gagne), ternyata teori kognitif melibatkan hal-hal mental atau pemikiran seseorang individu. Teori ini ada kaitan dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Sesuatu pengetahuan yang diperolehi melalui pengalaman atau pendidikan formal akan disimpan dan disusun   melalui proses pengumpulan pengetahuan supaya dapat digunakan kemudian.

Page 22: Makalah Jerome Bruner

Penerapan Model  Kognitif dalam pembelajaran:

Belajar Karakteristik Teori Penerapan Dalam pembelajaran

Kognitif Bruner

Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini

1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional2. Memilih materi pelajaran3. Menentukan topik-topik yang akan dipeserta

didiki

4. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang

Belajar Karakteristik Teori Penerapan Dalam pembelajaran

mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.

dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar 1. Mengatur topik peserta didik  dari konsep yang

paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana

ke kompleks

1. Mengevaluasi proses dan hasil belajar

Bermakna Ausubel

Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik

1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional2. Mengukur kesiapan peserta didik (minat,

kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal,

interviw, pertanyaan dll.

1. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam

bentuk penyajian konsep-konsep kunci

1. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus

dikuasai peserta didik dari materi tsb.

1. Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh

tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik

1. Membuat dan menggunakan “advanced organizer”

paling tidak dengan cara membuat rangkuman

Page 23: Makalah Jerome Bruner

terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi

dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi

(keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan

yang akan diberikan

1. Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-

konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan

dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin

antara konsep yang ada

1. Mengevaluasi proses dan hasil belajar

B.Teori Permainan dari Zoltan P. Dienes

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori pieget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-anak, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika.

ZP. Dienes meyakini  bahwa degan menggunakan berbagai sajian (representasi) tentang suatu konsep matematika, anak-anak akan dapat memahami secara penuh konsep tersebut jika dibandingkan dengan hanya menggunakan satu konsep sajian saja. Sebagai contoh, jika guru ingin mengajarkan konsep tentang persegi, maka guru disarankan untuk menyajikan beberapa gambar persegi dengan ukuran berlainan.

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur dan mengkatagorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.

Makin banyak bentuk-bentuk yang berlainan yang diberikan dalam konsep-konsep tertentu, akan makin jelas konsep yang dipahami anak, karena anak-anak akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajarinya itu.

Page 24: Makalah Jerome Bruner

Dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih anak-anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan yang satu ke bentuk permainan lainnya. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula..

Menurut Dienes konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:

1. Permainan Bebas (Free Play)

Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi.

2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)

Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah, dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu.

Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan permainan block logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak merah (biru, hijau, kuning).

3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)

Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan

Page 25: Makalah Jerome Bruner

kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta  mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota kelompok).

4. Permainan Representasi (Representation)

Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak untuk menemukan banyaknya diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan pendekatan induktif seperti berikut ini.

Segitiga Segiempat Segilima Segienam Segiduapuluhtiga

0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal ….. diagonal ……. diagonal

5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)

Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.

6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)

Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut. Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan peserta sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika.

Page 26: Makalah Jerome Bruner

Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.

Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas perseptual (perseptual variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment) juga membuat adanya manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel matematika. Variasi matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai sejauh mana sebuah konsep dapat digeneralisasi terhadap konsep yang lain. Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.

Berhubungan dengan tahap belajar, suatu anak didik dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan berbagai sajian. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk membantu anak didik menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya. Langkah selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan pelajaran tanda material kongkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan akhirnya memadukan simbolo – simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi melalui percobaan matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan anak didik pada kegiatan belajar secara aktif dari pada hanya sekedar menghapal. Pentingnya simbolisasi adalah untuk meningkatkan kegiatan matematika ke satu bidang baru.

Dari sudut pandang tahap belajar, peranan guru adalah untuk mengatur belajar anak didik dalam memahami bentuk aturan-aturan susunan benda walaupun dalam skala kecil. Anak didik pada masa ini bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk kongkret dan mereka memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan Anak harus mampu mengubah fase manipulasi kongkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait dengan pengalaman kongkretnya.

c. Sumber

Kristiyanto, AL. 2007. Pembelajaran matematika berdasar teori Dienes.http://209.85. 175. 132/search?q=cache:NHYYF7Lz-rQJ:kris-21.blogspot.com/2007/12/ pembelajaran-matematika-berdasar-teori_04.html+jurnal+teori+belajar+ZP+ Dienes&hl=id&ct= clnk&cd=2&gl=id&client=firefox-a (di Akses tanggal 6 Maret 2009)

Staicd.wordpress.2009. Matematika dan hasil belajar.http://209.85.175.132/search?q= cache:

Page 27: Makalah Jerome Bruner

nJOLFgykPGMJ:staicd.wordpress.com/2009/01/04/12/+gambar+ZP+Dienes&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id&client=firefox-a (di Akses tanggal 6 Maret 2009)

Nely. 2008.  Teori Belajar Matematika http://209.85.175.132/search?q=cache:CFlURU2Yz_sJ: www.manmodelgorontalo.com/index.php%3Foption%3Dcom_content%26task%3Dview%26id%3D73%26Itemid%3D43%26limit%3D1%26limitstart%3D1+Tahap-tahap +Belajar+dari+Jerome+Bruner&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl =id&client=firefox-a  (di Akses tanggal 6 Maret 2009)

Arini, Dita. 2008. Pembelajaran menurut Aliran Kognitif ( JA Brunner ) . http://209.8 5.175. 132/search?q=cache:Pm_4XLevB1gJ:teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-menurut-aliran-kognitif-ja.html+Tahap-tahap+Belajar+dari +Jerome+Bruner &hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id&client=firefox-a

Upu Hamzah. 2008. Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah Matematika

http://209.85.175.132/search?q=cache:hUQc2-vsYW4J:www.bpgupg.go.id/index.php %3Fview%3Darticle%26catid%3D49%253Avol1no1%26id%3D132%253A111%26option%3Dcom_content+Tahap-tahap+Belajar+dari+Jerome+Bruner&hl=id&ct=clnk& cd=2&gl=id&client=firefox-a

Arifwidiyatmo. 2008. Teori Belajar Jerome S. Bruner.http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/

http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%e2%80%9djerome-bruner-belajar-penemuan%e2%80%9d/

http://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=xDZlQgt-xa0C&oi=fnd&pg=PR9&dq=A+Study+in+Thinking&ots=vnEcSFYSfi&sig=YXtx2DS1MAvdRuCJCQaIe-zzZws#v=onepage&q&f=false