makalah jar. perpipaan

15
Makalah Sistem Jaringan Perpipaan “Kualitas Air di Indonesia dengan Kualitas Air di Luar Negeri” Juniar Johansyah Susilo ( 105060407111016 ) “Kelas B” Jurusan Pengairan

Upload: juniar-johansyah-s

Post on 02-Aug-2015

129 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Jar. Perpipaan

Makalah

Sistem Jaringan Perpipaan

“Kualitas Air di Indonesia dengan Kualitas Air di Luar Negeri”

Juniar Johansyah Susilo

( 105060407111016 )

“Kelas B”

Jurusan Pengairan

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 2: Makalah Jar. Perpipaan

Sekilas Mengenai Kualitas Air

Akses masyarakat terhadap pelayanan air minum dirasakan masih rendah. Hadirnya

infrastruktur dalam sektor air minum dan sanitasi yang lebih baik. "Indonesia sudah mencapai jangkauan sanitasi air bersih. Tapi kualitas masih memprihatinkan," kata Mantan Duta Besar Millenium Development Goals (MDGs) Asia Pasifik, Erna Witoelar, di Departemen PU, Jalan Pattimura, Jakarta.

Menurut Erna, banyak negara terutama di kawasan Asia yang sudah memiliki target untuk menjangkau seluruh sanitasi. Jangkauan seluruh ini diperuntukkan bagi seluruh wlayah untuk jangkauan air bersih maupun kualitas serta sanitasinya.

Untuk mencapai target, kata dia, masyarakat harus menjaga kebersihan sumber daya air. Pemeliharaan sumber daya air terutama dengan menjaga kebersihan dengan tidak BAB (buang air besar) sembarangan.

"Untuk sampai menjangkau kebersihan aliran air dari hulu sampai ke masyarakat itu sangat penting. Air dari hulu mengalir harus diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan air salah satunya dengan penghijauan. Salah satu wilayah yang sudah dijadikan contoh antara lain di hulu sungai Sunter.

Senada dengan hal tersebut, pemerintah hingga kini bekerjasama dengan mitra kerjanya melakukan konsep pengembangan kawasan di bidang penyediaan akses air minum dan sanitasi. Konsep tersebut untuk pengembangan kawasan yang lebih baik dan ramah lingkungan.

"Kami mengundang 6 pemerintah lokal daerah untuk mengidentifikasi masalah tersebut," kata Sustainable Development dan Social Responsibility Director PT Tirta Investama Danone Aqua Yann Brault.

Daerah tersebut antara lain, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kota Medan, Kota Bekasi dan Surakarta.

Page 3: Makalah Jar. Perpipaan

Penelitian Kualitas Air Danau

Periode tahun 1928 -1993,

Penelitian kualitas air danau di Indonesia sesungguhnya sudah dilakukan sejak tahun 1928 yang dikenal dengan Sunda Expedition. Pada penelitian tersebut studi yang dilakukan baru pada taraf penelitian sifat fisika, kimia, dan biologi. Sesudah tahun tersebut penelitian danau dilakukan sporadis artinya hanya satu atau dua danau saja yang diteliti dan dilakukan oleh beberapa instansi termasuk Puslitbang Sumber Daya Air, yang dahulu dikenal dengan Direktorat Penelitian Masalah Air, yang diwakili oleh seksi Hidrokimia, kemudian pada tahun 1985 berubah menjadi Balai Lingkungan Keairan. Danau yang diteliti pada waktu itu antara lain Danau Batur, Bratan, Buyan, Tamblingan di Bali (1980), Danau Maninjau, Singkarak, Diatas, Dibawah di Sumatra Barat (1983 - 1984).

Pada periode 1993 - 2000,

Penelitian danau diseluruh Indonesia baru dilaksanakan kembali pada tahun 1992-1994 dengan kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan Republik Filandia. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air. Jumlah danau alamiah yang diteliti ada sebanyak 19 buah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke seperti pada Gambar - 1. Fokus penelitian masih terfokus pada karakteristik fisika, kimia, biologi, belum meneliti tentang beban pencemaran, dan daya dukung danau dan waduk.

Gambar – 1. Tingkat Kesuburan Danau dan Waduk di Indonesia

Page 4: Makalah Jar. Perpipaan

Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa beberapa danau mengalami masalah antara lain terjadi sedimentasi, (berkurangnya kedalaman), berkurangnya volume, berkurangnya luas, terjadinya pencemaran organik, berkurangnya populasi ikan bahkan beberapa jenis ikan endemik hampir hilang. Danau yang mengalami sedimentasi yang berat antara lain Danau Tondano, Tempe, Limboto di Sulawesi, Danau Jampang, Semayang, Melintang di Kalimantan. Danau Rawapening di Jawa Tengah dan danau lainnya mengalami sedimentasi ringan.

Danau yang mengalami pengurangan luas antara lain Danau Limboto, Rawapening, Cidanau di Banten. Danau yang ditumbuhi oleh eceng gondok sehingga menutupi luas danau lebih dari 10% antara lain danau Rawa Pening, Kerinci di Jambi. Danau yang mengalami penurunan muka air yang nyata, yang disebabkan airnya digunakan untuk membangkitkan listrik antara lain danau Toba, Maninjau, dan Singkarak. Danau yang mengalami pencemaran oleh bahan nutrien (nitrogen, posfat) yang berasal dari limbah penduduk, pertanian, akitifitas perikanan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) antara lain Danau Maninjau, Tondano, dan Toba. Danau yang mengalami berkurangnya populasi ikan dan hampir punah ikan yang bersifat endemik adalah ikan bilik di Danau Singkarak, ikan Depik di Danau laut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian Kualitas Air Waduk di Indonesia

Periode 1970-1980,

Penelitian kualitas air waduk yang dilakukan Puslitbang Sumber Daya Air sudah dilakukan sejak tahun 1970-an. Jumlah waduk yang diteliti tidak banyak mengingat waduk yang sudah selesai dibangun pada periode tersebut juga tidak banyak. Waduk yang sudah terbangun pada priode tersebut adalah Waduk Darma, Jatiluhur di Jawa Barat Karangkates di Jawa Timur (1972). Penelitian kualitas air waduk dilakukan terhadap waduk yang baru beroperasi digenangi dan waduk yang sudah lama beroperasi.

Berdasarkan hasil penelitian pada periode tersebut kondisi kualitas air waduk masih bagus baik pada lapisan epilimnion dan hypolimnion.atau dengan kata lain masih tercemar ringan. Hal ini kita dapat mengerti oleh karena penduduk, industri, perambahan hutan belum banyak sehingga limbahnya masih dapat dibersihkan oleh sungai atau waduk itu sendiri (self purification).

Periode 1980 - 1995,

Penelitian kualitas air waduk awal tahun 80-an dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya Air dan hasilnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan tahun periode 70-an. Akan tetapi penelitian kualitas air waduk yang dilakukan pada 90-an bersama Pemerintah Filandia hasilnya mengalami perubahan dibandingkan dengan hasil tahun 80-an. Hasil penelitian kualitas air waduk 90-an menunjukkan bahwa kualitas airnya sudah banyak menurun.

Page 5: Makalah Jar. Perpipaan

Penurunan kualitas air waduk tersebut disebabkan oleh pencemaran organik terutama senyawa nitrogen dan posfat yang berasal dari air limbah industri, penduduk, pertanian dan aktifitas perikanan KJA.

Tingkat pencemaran waduk yang diakibatkan senyawa nitrogen, posfat, dan zat organik dapat dibagi 3 kategori yaitu: pencemaran amat sangat berat (hypertrophic = penyuburan amat sangat berat), pencemaran berat (eutrophic = penyuburan berat), dan pencemaran sedang (oligotrophic = penyuburan sedang), dan mesotrophic (belum tercemar). Waduk yang masuk tingkat eutrophic adalah Waduk Saguling, Cirata, Karangkates, dan Sengguruh. Kategori oligotrofik adalah Waduk Lahor, Jatiluhur, Muara Nusa Dua, Mrica, Kedungombo, dan yang termasuk mesotrophic adalah Waduk Palasari, Wlingi, Malahayu, dan lain-lain.

Periode 1996 - 2010,

Pada periode tersebut penelitian kualitas air waduk baru dimulai pada tahun 2004. Pada tahun 2004-2005 penelitian baru dilakukan pada waduk di P. Jawa sebanyak 10 waduk terutama waduk yang mengalami pencemaran yang amat sangat berat dan berat. Dari penelitian terlihat bahwa pencemaran waduk makin berat dibandingkan dengan sebelumnya. Sebagai contoh Waduk Saguling, kadar oksigen pada lapisan hypolimnion-nya sangat rendah yaitu < 3 mg/L. Padahal secara umum kadar oksigen pada lapisan tersebut mendekati kadar oksigen pada lapisan epilimnion (lapisan dengan sinar matahari dapat tembus sampai kedalaman tsb.).

Selain itu kualitas airnya telah tidak memenuhi baku mutu untuk keperluan sebagai sumber air baku, air perikanan, air industri, air irigasi. Contoh waduk lain yang mengalami pencemaran berat adalah waduk Karangkates sehingga sering terjadi algal bloom.

Dampak algal bloom tersebut air waduk Karangkates mulai berwarna hijau pekat kemudian berubah menjadi coklat, ikan mati, timbul bau busuk, Mesin-mesin PLTA makin cepat terkorosi. Pencemaran di Waduk Karangkates yang menyebabkan terjadi algal bloom adalah limbah penduduk, peternakan, pertanian. Dampak yang paling serius dari algal bloom pada waduk adalah adanya produksi toksin oleh ganggang Microcystis yang disebut Mycrocystein yang dapat menyerang syaraf dan mengakibatkan kematian. Selain pencemaran kimia, juga terjadi pencemaran fisik, yaitu sedimentasi yang berat kepada waduk.

Waduk yang sedimentasinya tinggi disebabkan oleh tingkat erosi yang tinggi di DAS-nya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perambahan hutan, sistem pertanian yang kurang memperhatikan prinsip – prinsip konservasi air dan tanah. Selain faktor tersebut diatas juga disebabkan oleh perubahan tataguna lahan dan tekanan kemiskinan penduduk serta kepadatan penduduk. Sebagai contoh akibat kemiskinan dan perambahan hutan adalah di hulu Kali Brantas yaitu pada saat terjadi krisis moneter tahun 1997, hutan di hulu Kali Brantas hampir 70% habis dijarah oleh penduduk.

Page 6: Makalah Jar. Perpipaan

Waduk yang mengalami tingkat sedimentasi yang tinggi adalah Sengguruh dan Karangkates di DAS Kalibrantas Hulu, Waduk Wonogiri di DAS Bengawan Solo, Waduk Mrica di DAS Serayu, Waduk Saguling dan Cirata di DPS Citarum Tengah, Waduk Bili-bili di Sulawesi Selatan serta lainnya.

Beberapa faktor yang menyebabkan kendala dalam melakukan pengelolaan sumber daya air antara lain: a. Banyaknya instansi yang terkait dalam melakukan pengelolaan DAS waduk, yaitu setiap instansi lebih mementingkan sektornya dari pada konservasinya. b. Banyaknya instansi yang terkait dalam pemanfaatan air danau atau waduk sehingga menimbulkan konflik kepentingan. c. Perbedaan batas ekologis dan administratif, sehingga ada keengganan pemerintah tempat berlokasinya danau/waduk untuk melakukan upaya konservasi yang optimal. d. Masih lemahnya kapasitas kemampuan instansi pengelola dalam melakukan konservasi. e. Kurangnya pemahaman dan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan konservasi bagi penduduk yang ada di sekitar DAS ataupun penduduk yang bermukim di sekitar danau/waduk.

Kesimpulan Kualitas Air dan Waduk di Indonesia

Berdasarkan hasil ulasan tersebut di atas, ada beberapa simpulan sebagai berikut:1. Kualitas air danau pada umumnya masih baik, kecuali di lokasi yang DAS yang telah rusak, misalnya tutupan hutannya kurang dari 15%, sistem pertanian tidak memperhatikan konservasi air dan tanah, dan pemanfaatan air yang tidak memperhatikan water balance, 2. Aktifitas Keramba Jaring Apung yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya 3. Kualitas air (parameter kimia-biologi) waduk yang di DAS-nya banyak industri, penduduk mengalami pencemaran yang sangat berat, 4. Kualitas air (parameter fisika) waduk pada umumnya sudah tercemar berat oleh sedimen, kecuali waduk yang dilengkapi check dam atau terdapat penampungan di bagian hulunya.

Page 7: Makalah Jar. Perpipaan

Contoh Kualitas Air Sungai Barito

Muara Teweh, Pelita. Ini peringatan buat masyarakat Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah (Kalteng) yang suka mengkonsumsi secara langsung air mentah di sungai. Hasil uji sample Laboratorium . Badan Lingkungan Hidup Barut menunjukan posisi tak aman dikonsumsi bagi air Sungai Barito di wilayah setempat.

Kepala unit pelaksana teknis badan (UPTB) Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Barut, Akhmad Rizalie membenarkan, saat ini kualitas air Sungai Barito dan sejumlah anak sungai sudah tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat.

Namun menurutnya, tingkat bahayanya bagi tubuh manusia masih pada batas tahap toleransi. Bisa dikonsumsi dengan pengecualian misalnya setelah diproses melalui pengolahan Termasuk masih cukup aman untuk kebutuhan mandi dan cuci pakaian.

“Air sungai masih tercemar ringan dengan kategori sesuai polutan indeks (PI). Artinya baru bisa dikonsumsi bila dengan pengolahan. Seperti direbus dulu atau disimpan di penampungan guna menurunkan tingkat kekeruhan yang tercemar,”

Air Sungai Barito di wilayah Kalimantan Tengah hingga saat ini masih menjadi bahan baku air bagi PDAM Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya, PDAM Muara Teweh Kabupaten Barito Utara dan PDAM Buntok Kabupaten Barito Selatan.

Menurut Akhmad Rizalie, pengujian air Sungai Barito dalam tiga tahun terakhir ini menunjukkan hasil bahwa kandungan bahan kimia berbahaya seperti merkuri tak terdeteksi. Terpisah, Kepala Badan Lingkungan Hidup Barut, Muhlis menambahkan, pengujian kualitas air musim kemarau atau sewaktu debit air sungai surut telah dilaksanakan Juni lalu, Tapi hasilnya belum bisa ditafsirkan karena masih dalam data mentah.

Page 8: Makalah Jar. Perpipaan

Kualitas Air di Negara Eropa

Air tawar yang bersih sangat penting untuk kehidupan. Sayangnya, sejak Revolusi Industri, sebagian besar sungai di Eropa telah diperlakukan lebih seperti cara yang nyaman untuk pengangkutan sampah ke laut, menghancurkan keanekaragaman hayati ribuan kilometer jalur air, membahayakan kesehatan manusia, dan mencemari perairan pesisir dalam proses. Dekade terakhir telah melihat kemajuan yang signifikan dalam mengobati limbah limbah dan industri yang sedang dipompa ke dalam sistem Eropa sungai, mengakibatkan rendahnya tingkat polutan yang paling dan peningkatan terukur dalam kualitas air.

Sektor pertanian, di sisi lain, tidak dibuat sebagai banyak kemajuan. Nitrat tingkat di sungai Eropa masih setinggi mereka pada awal dekade terakhir. Tidak hanya kualitas air tetapi juga kuantitas yang tersedia untuk penggunaan manusia adalah penting, dan lebih dan lebih sering, ada masalah dengan kelangkaan air di sekitar air adalah salah satu daerah yang paling komprehensif diatur undang-undang lingkungan Uni Eropa.

Uni Eropa telah prinsip-prinsip perusahaan yang di atasnya pendekatan untuk pengelolaan air berdasarkan: tingkat tinggi perlindungan: Dalam konteks pengelolaan air, ini mensyaratkan bahwa tingkat perlindungan kesehatan manusia, sumber daya air dan ekosistem alam harus ambisius, tidak menetapkan untuk tingkat minimum yang dapat diterima tetapi bertujuan pada tingkat perlindungan yang tinggi; Prinsip Pencegahan: Mengingat fakta bahwa basis pengetahuan ilmiah tidak lengkap - baik dalam kaitannya dengan pemahaman kita tentang sistem air dan, khususnya, mengenai dampak dari polusi pada kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan - prinsip kehati-hatian daun margin untuk kesalahan.

Menurut prinsip ini, kebijakan harus selalu didasarkan pada pengetahuan ilmiah yang diakui, tetapi harus berbuat salah di sisi hati-hati setiap kali ada keraguan atau informasi yang tidak memadai; Prinsip Pencegahan: Prinsip ini mengakui kewajiban moral untuk mencegah kerusakan lingkungan. Hal ini juga mengakui kesulitan dan biaya membalikkan atau perbaikan kerusakan lingkungan; Pencemar membayar prinsip: Mereka yang menggunakan air dan menghasilkan limbah atau mencemari lingkungan harus membayar biaya penuh dari tindakan mereka. Prinsip ini membantu mencegah distorsi dalam persaingan dengan memastikan bahwa biaya eksternal dimasukkan dalam biaya produksi, dan bertindak sebagai insentif terhadap kontrol yang efektif dari pencemaran pada sumber; Perbaikan pencemaran pada sumber: Prinsip ini secara logis dari prinsip pencegahan " ", tetapi berlaku sekali kerusakan lingkungan telah diidentifikasi. Jika memungkinkan, tindakan harus diambil untuk memperbaiki pencemaran pada sumbernya, daripada mencari solusi teknis untuk memecahkan masalah "hilir".

Gelombang pertama dari undang-undang air Eropa dimulai dengan Petunjuk Air Permukaan pada tahun 1975 dan memuncak dalam Petunjuk Air Minum pada tahun 1980. Legislasi berfokus terutama pada tujuan kualitas air untuk jenis air tertentu dan menggunakan, seperti memancing perairan, air kerang, air mandi dan air tanah. Sebuah tinjauan 1988 undang-undang air Eropa lebih didasarkan pada pendekatan emisi batas nilai, yang menghasilkan arahan baru yang penting pada tahun 1991 pada pengolahan air limbah perkotaan dan perlindungan terhadap pencemaran perairan oleh nitrat dari sumber-sumber pertanian. Untuk masa depan, sebuah Eropa baru "Air Kerangka Petunjuk" diadopsi pada tahun 2000.

Page 9: Makalah Jar. Perpipaan

Hal ini membutuhkan perencanaan pengelolaan terpadu air di daerah aliran sungai didasarkan pada pendekatan gabungan dari standar kualitas air dan nilai-nilai batas emisi. Ini undang-undang baru ini juga akan memperluas lingkup perlindungan air untuk semua air, air permukaan dan air tanah, dan menetapkan kewajiban untuk mencapai status yang baik untuk semua perairan dalam batas waktu yang ditetapkan. kota besar dan di selatan Eropa.

Kualitas air Eropa umumnya membaik tapi pertanian masih tantangan utama. Perlindungan dan kualitas air Eropa umumnya membaik tapi ada sedikit kemajuan atau tidak dalam memerangi beberapa jenis polusi atau berlebihan air di daerah tertentu, baik masalah yang terkait terutama untuk pertanian. Hal ini membuat penting untuk memonitor efek pembesaran tahun depan Uni Eropa pada sumber daya pertanian dan air di Negara Anggota yang baru. Restrukturisasi ekonomi di pusat dan timur Eropa selama tahun 1990-an umumnya menyebabkan tekanan berkurang pada lingkungan air, tetapi setiap intensifikasi pertanian luas setelah perluasan Uni Eropa kemungkinan untuk membalikkan tren ini. Badan Lingkungan Eropa hari ini menerbitkan sebuah kertas briefing singkat, Status air Eropa, meringkas gambaran secara keseluruhan dan menyoroti isu-isu yang kemajuan dan tidak sedang dibuat.

Hampir 30 tahun undang-undang Uni Eropa lingkungan, bersama dengan aksi nasional dan internasional, untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan air yang berbuah di banyak daerah, meskipun kesenjangan besar dalam data pada beberapa isu berarti bahwa kesimpulan terkait harus diperlakukan dengan hati-hati. Dimana kemajuan keseluruhan ini dicapai pada suatu masalah masih dapat masalah spesifik dan geografis 'hot spot, "namun. Bidang kemajuan termasuk umumnya meningkatkan kualitas sungai di 14 negara yang informasi tersedia.

Polusi sungai dan danau dengan fosfor dan bahan organik dari industri dan rumah tangga telah melihat penurunan penting, dan pembuangan zat ini ke laut juga jatuh. Pencemaran sungai oleh logam berat dan zat-zat berbahaya lain umumnya menurun dan ada bukti bahwa ini juga menurunkan konsentrasi di laut Eropa. Jumlah total tumpah minyak dari kapal menurun selama tahun 1990-an. Ada juga kemajuan dalam mengurangi penarikan air secara keseluruhan ('abstraksi') dan gunakan, kecuali di bagian barat selatan Eropa. Selanjutnya, perbaikan signifikan dalam informasi tentang air Eropa telah dicapai melalui penerapan Eurowaternet, data air dan pengumpulan informasi jaringan dikoordinasikan oleh EEA.

Sebaliknya, tidak ada kemajuan keseluruhan sedang dibuat dalam mengurangi nitrat dan polusi pestisida atau air untuk irigasi penarikan, penggunaan energi dan pariwisata. Nitrat polusi, terutama dari pupuk yang digunakan dalam pertanian, telah tetap konstan dan tinggi. Nitrat konsentrasi di sungai tetap tertinggi di negara-negara Eropa barat di mana pertanian yang paling intensif. Tidak ada bukti perubahan konsentrasi nitrat dalam air tanah, dan nitrat dalam air minum tetap menjadi masalah umum di seluruh Eropa.

Pestisida dari pertanian terus hadir pada konsentrasi yang memprihatinkan dalam air baku yang digunakan untuk produksi air minum, namun kurangnya data membuat tidak mungkin untuk membangun tren. Mengenai penarikan air, telah terjadi tren peningkatan yang sedikit dalam penggunaan air pertanian, seperti untuk irigasi, di barat selatan Eropa. Kecenderungan yang sama dapat dilihat dalam air untuk produksi energi di negara-negara pusat dan Eropa Timur yang akan bergabung dengan Uni Eropa Mei mendatang.