makalah jantung koroner

9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2000). Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010). Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas. B. Rumusan masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien yang menderita penyakit jantung koroner. C. Tujuan penulisan Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui definisi, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pengobatan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Selain itu penulisan laporan kasus ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas praktek keperawatan dewasa I. D. Manfaat penulisan 1. Meningkatkan pemahaman mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit jantung koroner 2. Memberikan pengetahuan tentang penyakit jantung koroner dan gejala-gejalanya di sertai tindakan yang harus diambil untuk pencegahannya sebagai langkah awal dalam mengantisipasi penyakit jantung koroner. BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga- rongga jantung (Kartohoesodo, 1982). Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang ruang terletak rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri stemum (Elizabeth J.Corwin, 2009, 441).

Upload: medhagitta

Post on 15-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: makalah jantung koroner

BAB I

PENDAHULUAN 

A.    Latar belakang

Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan

pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan

hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah

aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner.

Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri

(Yuet Wai Kan, 2000).

Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara

berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan

epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat

meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010).

Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko

seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis

terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah

mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya

perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok

yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas.

B.     Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan

penyakit pasien yang menderita penyakit jantung koroner.

C.    Tujuan penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui definisi, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi,

komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,  pengobatan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Selain itu

penulisan laporan kasus ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas praktek keperawatan dewasa I.

D.    Manfaat penulisan

1.      Meningkatkan pemahaman mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit jantung koroner

2.      Memberikan pengetahuan tentang penyakit jantung koroner dan gejala-gejalanya di sertai tindakan yang harus diambil untuk pencegahannya sebagai langkah awal dalam

mengantisipasi penyakit jantung koroner.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang

mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang ruang terletak rongga dada, di bawah perlindungan tulang

iga, sedikit ke sebelah kiri stemum (Elizabeth J.Corwin, 2009, 441).

Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan,

atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila

aktifitas berhenti.  (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996).

Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena  sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo;

1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke

jaringan oto jantung.

B.     MANIFESTASI KLINIS

Page 2: makalah jantung koroner

1.      Gambaran klinis penyekit jantung koroner :

Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung

berdenyut keras ,napas tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan banyak.

Dalam kondisi sakit :

a.       Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah sampai ke telapak tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan

tenang

b.      Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38 derajat celcius

c.       Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit

d.      Debar jantung banormal

e.       Tekanan darah rendah atau stroke

f.       Mua pucat pasi

g.      Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh

h.      Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)

i.        Pingsan

j.        Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya perasaan mau mati saja.

2.      Gambaran klinis penyakit angina pectoris :

Nyeri seperti diperas atau tertekan di daerah perikardium atau substemum dada, kemungkinan menyebar ke lengan, rahang atau

thoraks.

Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat. Angina prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi

biasanya menhilang dalam 5 menit.

3.      Gambaran klinis penyakit infark miokard akut :

Nyeri dengan awitan yang biasanya mendadak, sering di gambarkan memiliki sifat meremukkan dan patah.

Terjadi mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah

ke otot rangka. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokontriksi simpatis. Pengurangan urine berkurang karena penurunan aliran darah

ginjal serta penignkatan aldosteron dan ADH. Takikardi akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung. Keadaan mental berupa

keadaan sangat cemas disertai perasaan mendekati kematian, berhubungan dengan pelepasan hormone stress dan ADH

(vasopressin).

C.    ETIOLOGI

Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makan makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar

lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan di serap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol (Yenrina,

Krisnatuti, 1999).

Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di

seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media (Elizabeth J. Corwin, 2009, 477).

Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :

1.      Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi penyempitan terhadap akan memungkinkan berkembangnya

koleteral yang cukup sebagai pengganti.

2.      Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK

3.      Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis yang mengenai arteri coronaria, dll.

Salah satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina pectoris dan infark  miokardium.

1.    Angina pectoris

Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke

sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Elizabeth

J .corwin, 2009, 492).

a.       Ateriosklirosis

b.      Spasmearterikoroner

c.       Anemia berat

d.      Artritis

e.       Aorta insufisiensa

Adapun jenis-jenis angina :

a.       Angina stabil

Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu

kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga atau naik tangga.

b.      Angina prinzmental

Page 3: makalah jantung koroner

Terjadi tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina

prinzmental terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan

dengan arterosklerosis.

c.       Angina tak stabil

Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina

ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandi oleh

trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.

2.    Infark miokardium

Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran

darah ke seluruh miokardium yang di perdarahi oleh pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit yang

melekat di arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang jantung mengalami hipertrofi

berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. (Elizabet J. Corwin, 2009, 496)

D.    PATOFISIOLOGI

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan

terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak  ini membuat intima menjadi kasar, jaringan

akan berkurang oksigen dan   zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark

miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectoris.

Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan

densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High

Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh  kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit

jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan  di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit

jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).

1.    Angina pectoris

Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat pada jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi

dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke oto jantung namun  jika arteria koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat

arterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemi miokardium, sel-

sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Cara ini tidak efesien dan

menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri yang berkaitan dengan

nagina pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke

proses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam

laktat, maka nyeri angina pectoris mereda. Dengan demikian angina pectoris merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.

( Elizabeth J. Corwin, 2009, 492)

2.    Infark miokardium

Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis

sel melepaskan simpanan kalium intra sel dan enzim intra sel yang menyederai sel-sel di sekitarnya. Protein intra sel mulai mendapat

akses ke sirkulasi sistemik dan ruang intertisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan intertisial di sekitar miokardium,

akibat kematianj sel, tercetus reaksi inflamsi . di tempat inflamsi, terjadi penimbunan trombosit dfan pelepasan faktor pembekuan.

Terjadi degranulasi sel mast yang menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat vasokontriktif dan

sebagian merangsang pembekuan (tromboksan). (Elizabeth J. Corwin, 2009, 495)

Secara singkat semakin bayak arah (peningkatan preload) di salurkan ke jantung, jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan

arteri yang menyempit (peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks tersebut, terjadi akibat penurunan

kontaktilitas jantung dan tekanan darah, adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen jantung

meningkat. Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat di penuhi, maka terjadi peluasan daerah sel yang cedera dan

iskemia di sekitar zona nekrotik (mati). Sel- sel yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan memompa

jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ, termasuk bagian jantung yang masih sehat. Akhirya, karena

darah di pompa secara tidak efektif, dan kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai

akumulasi trombosit dan factor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah. (Elizabeth J. Corwin, 2009,

496)

E.     KOMPLIKASI

1.      Komplikasi jantung koroner :

Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering memberikan komplikasi adalah ventrikel vibrilasi. Ventrikel vibrilasi

95% meninggal sebelum sampai rumah sakit. Komplikasi ini meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal jantung dan hipotensi/syok

kardiogenik.

2.      Komplikasi angina pectoris :

a. Infarks miokardium yang akut terjadi akibat aliran darah yang berisi nutrisidan oksigen ke otot terganggu dan mengakibatkan nekrosis

b. Aritmia kardiak me,rupakan suatu respon yang timbul akibat ada jaringanyang tidak mendapatkan suplai darah

Page 4: makalah jantung koroner

c. Unstable angina terjadi karena iskemia pada otot jantung yang sudah meluassehingga nyeri yang dirasakan akibat penimbunan asam

laktat lebih seringterjadi.

d. Sudden death ; terjadi akibat kelelahan jantung yang memompa darah terusmenerus dengan frekuensi yang tidak stabil dan diperberat

oleh nekrosis otot jantung yang makin meluas.

3.      Komplikasi infark miokard akut :

Aritmia, bradikardia sinus, irama nodal, gangguan hantaran atrioventrikular, gangguan hantaran intraventrikel, Asistolik, takikardia

sinus, kontraksi atrium prematur, takikardia supraventrikel, flutter atrium, fibrilasi atrium, takikardia atrium multifokal, kontraksi prematur

ventrikel, takikardia ventrikel, takikardia idioventrikel, renjatan kardogenik, tromboembolisme, perikarditis, Aneurisme ventrikel,

regurgitasi mitral akut, ruptur jantung dan septum.

F.     PEMERIKSAAN FISIK

1.      Keadaan umum

Pengkajian keadaan umum meliputi kesan secara umum pada keadaan sakit termasuk ekspresi wajah (cemberut, grimace,

lemas), dan posisi pasien. Kesadaran yang meliputi penilaian secara kualitatif (komposmentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma,

koma) dapat juga menggunakan GCS. Lihat juga keadaan status gizi secara umum (kurus, ideal, kelebihan berat badan).

2.      Pemeriksaa tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi (frekuensi, kualitas, irama), pernapasan

(frekuensi, kedalaman, irama pola pernapasan), suhu tubuh, skala nyeri.

3.      Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening

Kulit meliputi warna (adanya pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema), turgor, kelembaban edema, bekas luka dll.

Rambut dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi, bau keadaan, kusut dan kering dll.

Kelenjar getah bening dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang ada di daerah sevikal anterior, inguinal

oksipital dan retroaurikular.

4.      Pemeriksaan kepala dan leher

Periksa bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kepala, ubun-ubun ( fontenal), struktur wajah (simetris atau tidak), ada

tidaknya pembengkakan, dll.

Pada mata dapat dilihatdari visus, palpebra, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil dan lensa.dll

Pada telinga dapat dilihat dari daun telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran.dll

Hidung dan mulut, ada atau tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi atau tidaknya tanda radang, perdarahan

lidah, salvias, faring, laring dll.

Periksa ada atau tidaknya kaku kuduk, massa di leher (jika ada periksa ukuran, bentuk, posisi, konsistensi) dan ada atau

tidaknya nyeri telan dll.

5.      Pemeriksaan dada

Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung. Secara umum periksa bentuk dada dan keadaan paru (simetris atau

tidak), pergerakan napas, ada atau tidaknya fremitus suara, krepitasi, perkusi daerah dada untuk menentukan batas kelainan, dan

auskultasi untuk menentukan abnormalitas sistem pernapasan. Pada saat pemeriksaan jantung, periksa denyut apeks 9dikenal dengan

iktus kordis) dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thrill) bunyi jantung tambahan atau bising jantung dll.

6.      Pemeriksaan abdomen

Data yang dikumpulkan antara lain adalah ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding

perut, atau adanya nyeri tekan. Selanjutnya lakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing untuk memeriksa ada aau

tidaknya nyeri dan pembesaran pada organ tersebut. Kemudian periksa anus, rektum dan genetalia.

7.      Pemeriksaan ekstremitas dan neurologis

Pemeriksaan anggota gerak ini meliputi adanya rentang gerak, keseimbangan dan gay berjalan, genggam tangan, dan otot

kaki. Periksa apakah ada kontraktur atau tidak dll.

Kemudian, pada pemeriksaan neurologis periksa tanda-tanda gangguan neurologis seperti kejang, tremor, parese, dan

paralisis, pemeriksaan reflek, kaku kuduk, pemeriksaan brudzinzki, dan tanda keming ( hambatan atau rasa sakit daerah ekstremitas

bawah ketika dilakukan flesksi), uji kekuatan otot tonus, periksa sarah otak dll.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      EKG : Menunjukan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datanya gelombang T, menunjukan cedera dan adanya

gelombang Q, nekrosis berarti.

2.      Enzim jantung dan iso enzim : CPK-MB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung), meningkat dalam 12-24 jam, kembali

normal  dalam 36-48 jam . LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali

normal.

3.      Elektrolit : Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh, hipokalemia/

hiperkalemia.

4.      Sel darah putih : Leukosit (10.000-20.000). biasanya tampak pada hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.

5.      Kecepatan sedimentasi : meningkat pada hari kedua – ketiga setelah IM menunjukan inflamasi.

Page 5: makalah jantung koroner

6.      Kimia : mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ akut/kronis.

7.      GDA/Oksimetri nadi : dapat menunjukan hipoksia atau proses penyakit paru akut/kronis.

8.      Kolesterol/trregliserida serum : meningkat, menunjukan arteriosklesis sebagai penyebab IM.

9.      Foto dada : mungkin normal atau menunjukan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisme ventrikuler

10.  Ekokardiogram : mungkin dilakukan untuk menetukan dimensi serambi, gerakan katup/ dinding ventrikuler, dan konfigurasi/fungsi katup.

11.  Pencitraan darah jantung : Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran

darah).

12.  Angiografi koroner : Menggambarkan penyempitan/penyumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan sehubungan dengan

pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase akut IM kecuali

mendekati bedah jantung angioplasti.

13.  Digital Substraction Angiography (DSA) : tekhnik yang digunakan untuk menggambarkan status penanaman arteri dan untuk mendeteksi

penyakit arteri perifer.

14.  Nuclear Magnetic Resonance (NMR) : memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung/katup ventrikel, katup, lesi veskuler,

pembentukan plak, are nekrosis/infark, dan bekuan darah.

15.  Tes stress olahraga : menetukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada

fase penyembuhan).           

                            

H.    PENATALAKSANAAN

1.      Perubahan gaya hidup :

a.       Diet sehat, mencegah atau menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan mempertahankan berat badan sehat.

b.      Berhenti merokok

c.       Olahraga

d.      Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas

e.       Kurangi stress

2.      Obat obatan

Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko

serangan jantung dan kematian mendadak.

a.       Obat penurunan kolesterol

b.      Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri

c.       Penyekat ACE

d.      penyekat beta

e.       penyekat kalsium

f.       nitroligserin

g.      nitrat

h.      obat trombolitik

3.      prosedur kasus :

a.       Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningkatkan aliran darah ke otot

jantung, menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.

b.      Coronary arteri by pass surgery/operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati /by

pass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung.

c.       Latihan/exercise

Pencegahan :

Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya

hidup dan oabt-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.

I.     DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunagn dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria

2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard

3.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan peruabahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau

peningkatan SVR, miocardial infark.

4.      Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubunagn dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia

5.      Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisas

J.    NOC (TUJUAN)

PENURUNAN CURAH JANTUNG

Page 6: makalah jantung koroner

   Cardiac Pump effectiveness

   Circulation Status

   Vital Sign Status

   Tissue perfusion: perifer

Setelah dilakukan asuhan selama…penurunan curah jantung klien teratasi dengan kriteria hasil:

 Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

 Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

 Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

 Tidak ada penurunan kesadaran

 AGD dalam batas normal

 Tidak ada distensi vena leher

 Warna kulit normal

INTOLERANSI AKTIFITAS

      Self Care : ADLs

      Toleransi aktivitas

      Konservasi eneergi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan, Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

 Keseimbangan aktivitas dan istirahat

KECEMASAN

      Kontrol kecemasan

      Koping

Setelah dilakukan asuhan selama..…klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:

 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

 Vital sign dalam batas normal

 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

 menunjukkan berkurangnya kecemasan

K.    NIC (INTERVENSI)

PENURUNAN CURAH JANTUNG

   Circulation management

 Evaluasi adanya nyeri dada

 Catat adanya disritmia jantung

 Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

 Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

 Monitor balance cairan

 Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

 Monitor toleransi aktivitas pasien

 Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

 Anjurkan untuk menurunkan stress

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

 Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung

Monitor fINTOLERANSI AKTIFITAS

              Self care management

  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

  Monitor nutrisi  dan sumber energi yang adekuat

Page 7: makalah jantung koroner

  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

  Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas yang disukai

  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

  Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

KECEMASANAnxiety Reduction (penurunan kecemasan)

 Gunakan pendekatan yang menenangkan

 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

 Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

 Dengarkan dengan penuh perhatian

 Identifikasi tingkat kecemasan

 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

 Kelola pemberian obat anti cemas

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Penyakit  jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh

penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain

adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi

Page 8: makalah jantung koroner

alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola

makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja

B.     Saran

1.      Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.

2.      Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol, kontrol tekanan darah dan gula darah, serta

kontrollah kesehatan secara rutin.

3.      Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga meningkatkan

pengerasan pembuluh darah arteri yang memicu stroke.

4.      Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Chesebro,J.H. et al: Thrombolysis in myocardial infarction. (TIMI) trial, Phase I: A

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.

Anwar,T.B.,Sutomo,K. Penatalaksanaan penderita infark miokard akut. Naskah Ceramah

Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta : EGC, 2009

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung