makalah islam dan lingkungan_rani
DESCRIPTION
iiiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan (bi’ah) secara garis besar adalah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes, begitu juga
dalam pendidikan islam, karena tidak ada dikotomik antar pendidikan, maka
definisi lingkungan pendidikan adalah sama seperti yang telah diungkapkan
diatas.
Dari pengertian diatas ada sebuah benang merah yang dapat diambil yakni
“pengaruh” artinya lingkungan akan berpengaruh baik positif maupun negative.
sehingga tidak aneh banyak orang yang mengatakan bahwa manusia
merupakan ahlu bi’ah yang tidak lepas dari lingkungan karena faktanya pun,
secara kasat mata manusia hidup di lingkungan tertentu. Muhammad Irfan Helmy
mengatakan bahwa lingkungan berbanding lurus dengan kualitas hidup manusia,
jika lingkungannya baik, maka akan baik pula lah perangai orang yang
menempatinya. demikian pula sebaliknya jika lingkungannya jelek maka akan
jelek pula lah perangainya.
Dalam kajian keislaman pun hal itu sudah ada haditsnya yakni hadits
Rasulullah yang mengatakan bahwa al-jaar Qabla daar (tetangga sebelum
membangun rumah). Hadits ini memberikan pengertian agar sebelum membangun
rumah, perhatikan terlebih dahulu siapa lingkungan terdekat yakni tetangga yang
akan hidup berdekatan nanti, hal ini perlu diperhatikan agar nanti terkena dampak
pengaruh yang baik setelahnya ada proses peninjauan dalam mendirikan ruamh.
kemudian dalam haditsnya yang lain, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap
bayi yang terlahir itu membawa potensi, setelah itu maka kedua orang tuanya lah
yang akan menjadikan ia seorang yahudi atau pun majusi.
Berbicara lingkungan dalam konteks pendidikan maka tidak akan terlepas
dari apa yang dinamakan ki hajar dewantara dengan penamaan tripusat
pendidikan. ki hajar dewantara mengatakan bahwa pendidikan berlangsung dalam
tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. jika dikaitkan dengan
lingkungan pendidikan dalam perspektif islam, maka ada beberapa konsep yang
dilahirkan baik itu dari Al-Quran itu sendiri, Nabi Muhammad maupun dari para
cendikiawan muslim.
Pendidikan yang baru dan termasuk yang penting untuk masa sekarang
adalah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkenaan dengan
kepentingan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang
dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasululloh SAW kepada para
sahabatnya. Abu Darda ra pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang
diasuh oleh Rasululloh SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan
menanam pepohonan, serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus
menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang
besar disisi Alloh SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal
ibadah kepada Alloh SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasullloh SAW berdasarkan
wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an yang membahas
tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan
prospektif.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas
secara luas mengenai al-qur’an dan lingkungan, karena al-qur’an telah
menjelaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan meletakkan dasar
dan prinsipnya secara global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sebenarnya lingkungan dan bagaimana kondisinya pada saat ini?
2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an yang berkaitan dengan lingkungan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Lingkungan Pada Masa Kini
Masalah lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena
menyangkut berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini
terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer
terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis,
kenaiakan suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang
baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau
yang terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bisa dikatakan telah menyebar
di berbagai belahan dunia. Khususnya Indonesia yang memiliki potensi alam yang
sangat melimpah. Dengan potensi alam yang sedemikian melimpahnya telah
membuat orang-orang berusaha untuk mengolah secara maksimal. Bahkan potensi
alam tersebutdapat menarik masuk investor-investor asing untuk berbisnis di
negeri ini. Dengan adanya potensi yang begitu melimpahnya memang kita akui
dapat membantu memajukan perekonomian negara, tapi di sisi lain keadaan ini
dapat membuat orang untuk mengeksploitasinya secara maksimal untuk
kepentingan pribadi. Inilah yang kita takutkan, akan banyak pengusaha yang
bergerak disektor pengolahan lingkungan yang tidak mengindahkan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Mungkin saat ini kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbawa
oleh sistem kapitalisme. Kapitalisme telah memperhadapkan umat manusia
kepada problem kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Di dorong motif
kepentingan diri (self-interest), kebebasan (fredom), dan kompetisi tak bermoral,
rezim kapitalisme telah berhasil mendudukan alam sebagai objek eksploitasi tanpa
batas. Perubahan sistem ekonomi dengan adanya liberalisasi perdagangan telah
disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam
perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan adanya
peningkatan kapasitas penggunaan sumber daya alam. Peningkatan pengolahan
sumber daya alam tentunya dapat memunculkan kerusakan lingkungan. Tentunya
keruskan itu kelak akan menjadi sumber bencana alam akibat ulah manusia.
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagian besar adalah
hasil perbuatan manusia. Karena manusialah yang diberi tanggung jawab sebagai
khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan
makhluk-makhluk lainnya tidak memiikinya. Kebudayaan manusia makin lama
makin maju sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengtahuan dan
teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangann persenjataan dan
alat perusak lingkungan makin maju pula. Kerusakan lingkungan diperparah lagi
dengan banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik yang menimbulkan
pencemaran udara atau polusi. Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan
hidup manusia dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali
dibuang seenaknya ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula
kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,
sehinggga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya, air sungai dan laut beracun
yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling sering dilanda bencana
karena ulah masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki
penduduk mayoritas umat Islam telah mencatat sejarah kehancuran alamnya,
seperti bencana banjir bandang, tanah longsor, kekringan, dll. Pemerintah yang
diharapkan dapat memberikan jalan keluar dari persoalan ini malah mengeluarkan
kebijakan yang aneh. Padahal dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang
membahas lingkungan dan cara memanfaatkannya. Apakah umat Islam mayoritas
saat ini telah meninggalkan agamanya dan melupakan sumber ajarannya. Apakah
mayoritas muslim saat ini telah menjadi orang-orang yang hedonis dan
materialistik. Inilah yang menjadi masalah kita bersama sebagai umat Islam.
Mungkin selama ini manusia terlau jumawa dengan kemampuan yang
mereka miliki untuk mengolah lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia
sebagai makhluk yang dimulyakan dengan akal, seharusnya mampu berbuat
apapun asalkan dalam memegang amanah dan tanggung jawab dalam mengolah
bumi. Dominasi manusia terhadap alam memang menjdai suatu fitrah. Kelebihan
karunia yang diberikan Allah SWT , tersirat dalam kalamnya :
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam , Kami angkut mereka
di daratn dan di alautan, Kami beri merka rezeki yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang
telah Kami ciptakan “ (Q.SS Al-Isra’ (17);(70)
Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia
akal yang dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan
segala apa yang ada di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan
akal yang luar biasa terebut menjadi sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka
tidak menjadi khalifah yang amanah. Parahnya, keadaan seperti inilah yang
sekarang sedang terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan
akibat dari keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi
lingkungannya secara habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak
awal Allah telah memperingatkan adanya akibat ulah manusia
tersebut yaitu sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang
yang tidak berbuat kerusakan. Seharunya umat islam menjaga lingkungannya
sesuai dengan firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.”( QS Al-Araf: 56 )
Seharusnya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an
dalam hal mengolah lingkungan.Supaya kita dapat lebih bijak dan bertanggung
jawab. Sehingga nantinya dengan sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan
berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.
B. Jenis-Jenis Lingkungan Secara Umum
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial memiliki
berbagai jenis lingkungan yang umum kita temui. Berikut beberapa diantara
lingkungan kehidupan sehari-hari yang akan kita bahas.
b.1 Lingkungan Keluarga
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam keluarga akan terjadi proses
pendidikan, bahkan lingkungan keluarga sebagimana disebutkan dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS) No 20 tahun 2003
merupakan lembaga pendidikan informal. Dari sini nampak secara yuridis maka
keluarga memilki tanggung jawab dan peran yang besar dalam pendidikan anak-
anaknya. orang tua pada lingkungan ini menjadi pendidik dan anak menjadi
peserta didik.
Dalam ajaran-ajaran Al-Quran, banyak sekali ayat-ayat yang
berhubungan dengan lingkungan khusunya lingkungan kelaurga ini. Al- Quran
telah mewanti-wanti agar keluarga memperhatikan pendidikan bagi anaknya
supaya anaknya terhindar dari kelemahan baik lemah jasmani maupun rohani baik
fisik maupun psikis sebagimana intisari dari Al-Quran surat ayat. demikian pula
Al-Quran memerintahkan agar menjaga keluarga dari api neraka sebagaimana
yang di sebutkan dalam Al-Quran surat ayat At-Tahrim (66) ayat 6.
Dalam membentuk lingkungan keluarga yang kondusif, al-Quran menyebutkan
agar keluarga membina segala sesuatunya dengan penuh rasa kasih sayang dan
ketenangan sebagaimana tertera dalam Al-quran surat rum (20) ayat 2 yang
artinya
� و�اجا �ز� أ �م� ك �نف�س أ م�ن� �م �ك ل �ق� ل خ� �ن� أ ه �ات آي و�م ن�
ف ي ن� إ ح�م�ة� و�ر� م�و�د�ة� �م �ك �ن �ي ب و�ج�ع�ل� �ه�ا �ي ل إ �وا �ن ك �س� �ت ل
ون� �ر� �ف�ك �ت ي 0 �ق�و�م ل �ات0 ي آل� ك� ذ�لArtinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.(Q.S. ar-Rum/30: 21)
b.2 Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana peserta didik
menyerap nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman
sekolah. mengenai hal ini Zarnuzi penulis buku ta’limul muta’allim memberikan
arahan tentang guru dan teman. menurut Zarnuzi, Idealnya seorang guru memiliki
sifat ‘alim wara’ dan lebih tua.
Demikian pula anak di sekolah tidak akan lepas dari pergaulan dengan
teman sebayanya. dalam hal ini Zarnuzi menyarankan agar memilih teman tidak
sembarangan. hendaknya teman itu memiliki sifat yang tekun belajar, wara’ dan
berwatak istiqomah karena hal itu secara langsung maupun tidak langsung akan
saling mempengaruhi. teman yang satu akan terpengaruh dengan teman yang
lainnya. sebagiman diungkapkan Zarnuzi dalam syairnya:
Janganlah bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa
temannya. karena biasanya orang itu mengikuti temannya. kalau temanmu berbudi
buruk, maka menjauhlah segera. dan bila berlaku baik maka bertemanlah
dengannya, tentu kau akan mendapat petunjuk.
c.3 Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat memilki peran penting dalam pendidikan,
bagaimanapun peserta didik hidup di lingkungan masyarakat sehingga pola
prilaku dan gayanya akan dipengaruhi oleh masyarakat. masyarakat yang baik
akan membentuk pola peserta didik yang baik pula. peran masayrakat sangat besar
pengaruhnya karena anak tinggal lama di masyarakat. oleh karena itu maka
masyarakat harus mengambil bagian dari proses belajar di sekolah dan
memindahkannya di masyarakat agar pendidikan tidak hanya di sekolah, dengan
demikian maka prinsip long life education akan tercipta. Hendaknya masyarakat
dijadikan tempat penimbaan ilmu. Masyarakat dapat menyediakan akses
pendidikan non formal seperti pesantren, kursus-kursus dan lain sebagainya yang
dapat memacu dan menumbuh kembangkan potensi warganya terutama anak-
anak.
Dalam pandangan islam, masyarakat hendaknya di desain agar menjadi
masyarakat yang madani yang terhindar dari kejahiliyahan. Madani dapat
diartikan maju dalam peradaban, memilki tata nilai islami dan tidak tertinggal
sedangkan jahiliyah identik dengan kebodohan, kegelapan dan penuh dengan
hidup paganism dan kemusyrikan. oleh karena itu masyarakat islam harus dapat
menunjukan identitasnya yang dilandasi dengan nilairahmatan lil ‘alamin.
C. Pandangan Al-Qur’an yang Berkaitan Dengan Lingkungan
Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak
terangkum ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk
menjaga lingkungan, larangan untuk merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas
berikut ini.
c.1 Alam Adalah Kenyataan yang Sebenarnya
Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam semesta
yang indah ini adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan salah satu bukti
keagungan penciptanya. Allah juga telah menciptakan hukum-hukumnya yang
berlaku umum yang menunjukkan ke Maha Kuasaan-Nya dan Keesaan-Nya.
Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Allah secara serasi dan
teratur. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan
(Dialah juga) pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu
terjadilah ia. Firman-Nya itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan
pada hari ditiupkan sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan
yang nyata dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam
pengetahuan-Nya.” (QS. Al-An’am : 73)
Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan yang
sebenarnya. Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idelisme yang
menyatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif,
melainkan semu, palsu, ilusi, dan maya, atau sekedar emanasi[1] atau pancaran
dari dunia lain yang kongkrit yang disebut dunia ideal.
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,
maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS.
As-Shadd : 27)
Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran materialism.
Aliran materialism memang menyatakan bahwa alam ini benar-benar ada, riil, dan
obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam dugaan aliran materialism adalah ada
dengan sendirinya. Sedangkan menurut pandangan Islam, alam raya ini diciptakan
oleh Allah atau Tuhan YME. Allah yang menciptakan sekaligus memelihara alam
ini serta mengatur segala urusannya.
“Katakanlah : “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-
gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian
Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan
suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Fusshilat : 10-12)
Pada ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan
ke-Esaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit dengan
bintang-bintang yang tak terhingga banyaknya. Dia mengetahui segala sesuatu,
tidak sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya itulah Tuhan yang berhak
disembah. Tuhan yang menciptakan, menguasai , mengatur, memelihara
kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir keadaan semseta ini.
c.2 Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT, untuk
tinggal di bumi, beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa
dan relung waktu terbatas. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 36
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari
keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
“...dan bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan.”
Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu
amanah. Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia
telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu.
Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan.
Dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini,
sebenarnya manusia telah diberi tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini
dengan segala isinya.
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu”. Q.S. Al-Baqarah :29
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menganugrahkan
karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia,
untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan
hidupnya dengan menjaga alam dan agar manusia berbakti kepada Allah
penciptanya,kepada keluarga, dan masyarakat.
Apa yang telah ditegaskan Allah dalam dalam firman-firman-Nya di atas
adalah untuk mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun manusia
diciptakan melebihi makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi
keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini perlu disadari
oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada Allah, maka
manusia cenderung akan merusak.
Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu yang ada di
alam ini untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam merupakan
upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara berksinambungan.
Sebaliknya, membuat keruskan di muka bumi,akan mengakibatkan timbulnya
bencana terhadap manusia. Allah sendiri membenci orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi. Firman Allah :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah
kepadamu(kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain )
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas :77)
Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah
telah menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan
terhadap alam sangat dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat dikejar secara
seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan kerusakan
dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya bencana, yang
kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.
Islam meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di bumi
merupakan karunia yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil dan
terpelihara. Allah telah memberian karunia yang besar kepada semua mahluk
dengan menciptakn gunung, mengembangbiakan segala jenis binatang dan
menurunkan partikel hujan dari langit agar segala tumbuhan dapat berkembang
dengan baik. Sebagaimana dengan Firman Allah SWT QS. Luqman : 10
“Dia meciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnyadan Dia meletakan
gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
Dia memperkembangbiakan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami
turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkn padanya segala macam
tumbuh-tumbuhan yang baik”.
Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya
yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang
masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang
suatu daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung
itu, dalam syariat dikenal dengan istilah hima. Rasululloh mencadangkan hima
semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi
kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya
mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Melihat banyaknya kandungan Al-Qur’an yang membahas perintah
menjaga lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan
merenungkan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Semoga dengan tumbuhnya
kesadaran umat Islam dalam beragama khusunya tentang perintah menjaga
keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber daya alam yang ada
dengan bijak.
c.3 Tidak Membuat Kerusakan Lingkungan
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan akibat
perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah
di bumi telah menyallahgunakan amanah. Manusia mempunyai daya inisiatif dan
kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memilikinya.
Kelebihan manusia yang disalahgunakan mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia
terhadap alam dan pengolahan lingkungan yang tidak beraturan membuat segala
unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan sering
berakhir dengan bencana.
Dalam firman Allah Q.S Ar-Ruum ayat 41. Sesungguhnya Allah telah
menetapkan dan menggambarkan akibat dari kedurhakaan manusia terhadap
syariat. Manusia hanya bisa menguras dan menggali isi bumi saja tanpa
memperhatikan dampaknya. Maka terjadilah bencana dan kerusakan di atas muka
bumi. Padahal semua itu, menurut Yang Maha Kuasa, adalah akibat dari tangan-
tangan manusia itu sendiri:
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS.Ar-Rum : 41 )
Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, ini
disebabkan manusia mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan
tuntunan Allah. Sebagaimana dengan yang terkandung dalam Firman Allah SWT:
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian
yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakn apa yang telah
diperintahkan Allah itu , niscaya akn terjadi ke kekacuan di muka bumi dan
kerusakan yang besar”. Q.S Al-Anfal 73
Orang-orang yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai orang-
orang munafik atau fasik, sesuai dengan Firman Allah :
“Dan bila dikatakan kepada mereka “ Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi”,merka menjawab:”sesungguhnya kami orang yang mengdakan
perbaikan”. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Q.S Al-Baqarah 11-12
Apabila mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan
menganggap dirinya yang membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke
jalan kebenaran merka tidak mendengarnya dan mengabaikannya. Hal ini terbukti
dengan kokohnya perusahaan-perusahaan asing yang berada disektor pengolahan
alam dari tekanan pemerintah karena terjerat persoalan perusakan
lingkungan. Persoalan-persoalan tersebut juga terdapat dalam Firman Allah Surat
Al-Baqarah ayat 6-7 :
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan
atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak akan beriman”. (Ayat 6)
“Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan
merekaditutup. Dan bagi merka siksa yang amat berat”. (Ayat 7)
Sesungguhnya Allah telah melarang manusia membuat kerusakan di
muka bumi ini. Seperti yang terdapat dalam Firman Allah di bawah ini:
“......... Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan
memperbaikinya” Q.S Al-A’raf:85
Kerusakan yang terjadi selama ini tidak lain karena manusia telah
diperbudak oleh sistem yang kapitaldan juga tumbuhnya sifat materalistik
hedonistik, sehingga berusaha sebisa mungkin mengeksploitsi alam secara
maksimal dengan tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal
ini karena manusia terlalu berorientasi pada keuntungan semata. Dalam ayat lain,
Allah memberi tuntunan agar manusia tidak menuruti orang yang membuat
kerusakan.
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang
membuat kerusakan di muka bumi bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.( Q.S.
Asy-Syu’ara 151-152).
Sebagai motivasi, Allah telah menjajikan kebahagiaan akhirat bagi orang
yang tidak berbuat kerusakan atau bahkan melarang orang berbuat kerusakan.
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan di muka bumi, dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang
yang bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah : 83
Demikianlah tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita bersikap
terhadap lingkungan hidup kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada
taranya bagi kita yang senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup
serta tidak selalu membuat kerusakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi
alasan mengapa Alloh menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang
pentingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai
teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT
untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Secara umum, lingkungan dalam keseharian yang kita kenal antara lain
yaitu Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat.
Dengan kita bersosialisasi dan melakukan kegiatan pada setiap lingkungan
tersebut, memiliki manfaat, kebaikan dan keburukan yang akan kita dapat
bergantung dari apa yang kita perbuat.
Adanya bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi
berdasarkan kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang
sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia
tersebut tidak mempunyai pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik
perbuatannya yang salah tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur’an disebutkan
sebagai manusia yang dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan, maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan
Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun”. (Q.S Ar-Rum 30:29)
Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas
dampaknya pada kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang
berlebihan dan tidak memepertimbangkan daya dukung lingkungan,pemborosan,
menguras sesuatu yang tidak penting dan tidak efisien, bermewah-
mewahan dalam konsumsi dan gaya hidup dan seterusnya.Manusia yang
melakukan cara seperti itu tentu mengelola bumi tanpa landasan dan petunjuk Al-
Khalik sesuai dengan apa yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan.
Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya
tersebut. Bila sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi
kefatalan.Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung melihat
kebenaran menurut hawa nafsu.
A. Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan.
Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika
menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon
dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan
diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia
berbuat kerusakan di muka bumi.
Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita
dalam mengolah lingkungan. Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia
menjadi lebih bijak dalam mengolah lingkungannya. Sehingga nantinya
diharapkan apabila dalam kegiatan pengolahan lingkungan akan tumbuh
pemahaman pembangunan berwawasan lingkungan maupun spirit pembangunan
berkelanjutan.
Hal diatas bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia
mau kembali kepada ajaran agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga
nantinya akan tumbuh kesadaran umat manusia dalam mengelola lingkungannnya.
Sangat jelas dalam Al-Qur’an terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang
membahasprosedur pengolahan alam yang bijak,perintah untuk tidak berbuat
kerusakan di muka bumi,dll.
Sungguh beruntung umat Islam memiliki kitab suci seperti Al-Qur’an.
Kitab suci ini begitu luas cangkupan pembahsannya terlebih persoalan tentang
pengolahan alam. Kami percaya jika umat Islam mau kembali kepada agamanya
dengan membuka, memahami apa yang ada di Al-Qur’an pasti kehidupa di muka
bumi ini akan lebih teratur dan tertata dengan baik.
Daftar Pustaka
Azzarnui. 1995. Ta’limul muta’allim terj. Surabaya: Mutiara Ilmu
Bidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Magelang : Resist
Book
Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor
Harahap, Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press
Prasetyo, Eko. 2008. Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!.
Yogyakarta: Resist Book
MAKALAH
“ISLAM DAN LINGKUNGKAN”(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam)
Disusun oleh :
RENITA CAHAYANI
(M3511050)
D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013