makalah isbd

Upload: riduan-drizzle-acquirella-mcqueen

Post on 09-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Pengertian Kearifan lokal (local wisdom) merupakan warisan nenek moyang dalam khasanah tata nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk kepercayaan, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungan dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa menyakiti sang ibu (alam). Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib (Keraf, 2002). Dalam devinisi lain, kearifan local dapat dikatakan sebagai suatu system, nilai dan norma yang disusun, dianut, dipahami dan diaplikasikan oleh masyarakat local berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Banyak kearifan lokal yang sampai sekarang terus menjadi panutan masyarakat di Indonesia antara lain di Jawa (pranoto mongso, nyabuk gunung, menganggap suatu tempat keramat); di Sulawesi (dalam bentuk larangan, ajakan, sanksi) dan di Badui Dalam (buyut dan pikukuh serta dasa sila). Kearifan lokal-kearifan lokal tersebut ikut berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya.

Namun sedemikian seiring dengan berkembangnya jaman. Lambat laun kearifan masyarakat bersahabat dengan alam mulai tergerus oleh teknologi dan kesenjangan ekonomi. Berujung peramabahan dan berakibat ketidak-seimbangan alam yang melahirkan bencana.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh (Francis Wahono, 2005).

1. Pentingnya Kearifan LokalSeperti kita ketahui local wisdom tidak hanya semata-mata mencegah bencana. Contohnya seperti kemaren adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa, Amerika dan Negara-negra maju. Masyarakat yang hidup bersahabat dengan alam dan mampu menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dengan kearifan lokal yang dimiliki dan dilakukan. Tidak begitu merasakan adanya krisis ekonomi, atau pun tidak merasa terpukul seperti halnya masyarakat yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh kehidupan modern. Seperti yang terjadi di Roma-Italy orang melakukan bunuh diri di tempat umum karena mengaku tidak tahan akan himpitan ekonomi dampak krisis tersebut (Kompas TV). Maka dari itu kearifan lokal penting untuk dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan lingkungannya.2. Perilaku ManusiaPerilaku manusia terhadap lingkungan disebabkan karena perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor dasar, pendukung, pendorong dan persepsi, serta faktor lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, seperti pada Gambar 1. Di antara faktor-faktor pengaruh adalah faktor dasar, yang meliputi pandangan hidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat. Faktor pendukung meliputi pendidikan, pekerjaan, budaya dan strata sosial. Sebagai faktor pendorong meliputi sentuhan media massa baik elektronik maupun tertulis, penyuluhan, tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Sejauh mana penyerapan informasi oleh seseorang tergantung dimensi kejiwaan dan persepsi terhadap lingkungan, untuk selanjutnya akan direfleksikan pada tatanan perilakunya. (Su Ritohardoyo, 2006:51)

Selanjutnya tatanan perilaku seseorang dapat digambarkan dalam suatu daur bagan, yaitu rangkaian unsur hubungan interpersonal, sistem nilai, pola pikir, sikap, perilaku dan norma (Ronald, 1988 dalam Su Ritohardoyo, 2006:52). Pada dasarnya manusia sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada lahan dan tempat tinggalnya. Di sini terdapat perbedaan antara lahan dan tempat tinggal. Lahan merupakan lingkungan alamiah sedangkan tempat tinggal adalah lingkungan buatan (binaan). Lingkungan binaan dipengaruhi oleh daur pelaku dan sebaliknya.

B. Pendekatan-Pendekatan yang Dilakukan Dalam Belajar Kearifan Lokala. Politik ekologi (Political Ecology)Politik ekologi sebagai suatu pendekatan, yaitu upaya untuk mengkaji sebab akibat perubahan lingkungan yang lebih kompleks daripada sekedar sistem biofisik yakni menyangkut distribusi kekuasaan dalam satu masyarakat. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran tentang beragamnya kelompok-kelompok kepentingan, persepsi dan rencana yang berbeda terhadap lingkungan. Melalui pendekatan politik ekologi dapat untuk melihat isu-isu pengelolaan lingkungan khususnya menyangkut isu right to environment dan environment justice dimana right merujuk pada kebutuhan minimal/standarindividu terhadap obyek-obyek right seperti hak untuk hidup, hak untuk bersuara, hak untuk lingkungan dan lain-lain. Adapun justice menekankan alokasi pemilikan dan penguasaan atas obyek-obyek right yaitu merujuk pada persoalan-persoalan relasional antar individu dan antar kelompok (Bakti Setiawan, 2006).b. Human Welfare EcologyPendekatan Human Welfare Ecology menurut Eckersley, 1992 dalam Bakti Setiawan, 2006 menekankan bahwa kelestarian lingkungan tidak akan terwujud apabila tidak terjamin keadilan lingkungan, khususnya terjaminnya kesejahteraan masyarakatnya. Maka dari itu perlu strategi untuk dapat menerapkannya antara lain :Strategi pertama, melakukan perubahan struktural kerangka perundangan dan praktek politik pengelolaan sumberdaya alam, khususnya yang lebih memberikan peluang dan kontrol bagi daerah, masyarakat lokal dan petani untuk mengakses sumberdaya alam (pertanahan, kehutanan, pertambangan, kelautan). Dalam hal ini lebih memihak pada masyarakat lokal dan petani dan membatasi kewenangan negara yang terlalu berlebihan (hubungan negara capital masyarakat sipil)Strategi kedua, menyangkut penguatan institusi masyarakat lokal dan petani.c. Perspektif AntropologiDalam upaya untuk menemukan model penjelas terhadap ekologi manusia dengan perspektif antropologi memerlukan asumsi-asumsi. Tasrifin Tahara dalam Andi M, Akhbar dan Syarifuddin (2007) selanjutnya menjelaskan bahwa secara historis, perspektif dimaksudkan mulai dari determinisme alam (geographical determinism), yang mengasumsikan faktor-faktor geografi dan lingkungan fisik alam sebagai penentu mutlak tipe-tipe kebudayaan masyarakat, metode ekologi budaya (method of cultural ecology) yang menjadikan variabel-variabel lingkungan alam dalam menjelaskan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan manusia. Neofungsionalisme dengan asumsi keseimbangan (equilibria) dari ekosistem-ekosietem tertutup yang dapat mengatur dirinya sendiri (self-regulating system), materialisme budaya (cultural materialism) dengan keseimbangan cost-benefit terlembagakan, hingga ekologi Darwinisme dengan optimal fitness dalam respon atau adaptasi untuk survival.d. Perspektif Ekologi ManusiaMenurut Munsi Lampe dalam Andi M, Akhbar dan Syarifuddin (2007) terdapat tiga perspektif ekologi manusia yang dinilai relefan untuk aspek kearifan lokal, yaitu 1) pendekatan ekologi politik, 2) pendekatan ekosistemik dan 3) pendekatan konstruksionalisme.1) Pendekatan ekologi politik memusatkan studi pada aspek pengelolaan sumberdaya milik masyarakat atau tidak termiliki sama sekali, dan pada masyarakat-masyarakat asli skala kecil yang terperangkap di tengah-tengah proses modernisasi. 2) Pendekatan ekosistemik melihat komponen-komponen manusia dan lingkungan sebagai satu kesatuan ekosistem yang seimbang dan 3) Paradigma komunalisme dan paternalisme dari perspektif konstruksionalisme. Dalam hal ini kedua komponen manusia dan lingkungan sumberdaya alam dilihat sebagai subyek-subyek yang berinteraksi dan bernegosiasi untuk saling memanfaatkan secara menguntungkan melalui sarana yang arif lingkungan.

e. Pendekatan Aksi dan Konsekuensi (Model penjelasan Konstekstual Progressif) Model ini lebih aplikatif untuk menjelaskan dan memahami fenomena-fenomena yang menjadi pokok masalahnya. Kelebihan dari pendekatan ini adalah mempunyai asumsi dan model penjelasan yang empirik, menyediakan tempat-tempat dan peluang bagi adopsi asumsi-asumsi dan konsep-konsep tertentu yang sesuai. Selanjutnya Vayda dalam Su Ritohardoyo (2006:25) menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual progressif lebih menekankan pada obyek-obyek kajian tentang :1) aktivitas manusia dalam hubungan dengan lingkungan2) penyebab terjadinya aktivitas dan3) akibat-akibat aktivitas baik terhadap lingkungan maupun terhadap manusia sebagai pelaku aktivitas.

Salah satu aspek penting yang tak terpisahkan dari budaya adalah kearifan lokal. Haryati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal merupakan suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara, Moendardjito mengatakan bahwa unsur budaya daerah berpotensi sebagai kearifan lokal karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah 1. mampu bertahan terhadap budaya luar,2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,4. mempunyai kemampuan mengendalikan, dan5. mampu memberi arah pada perkembangan budayaJenis-jenis kearifan local, antara lain;1. Tata kelola,berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial (kades).2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisional yang mengatur etika.3. Tata cara dan prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk melestarikan alam.4. Pemilihan tempat dan ruang.

Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain;1. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.2. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. 3. Candi borobodur, batik.

Kearifan lokal yang tidak berwujud; Petuah yang secara verbal, berbentuk nyanyian seperti balamut.

Fungsi kearifan lokal, yaitu;1. Pelestarian alam,seperti bercocok tanam.2. Pengembangan pengetahuan.3. Mengembangkan SDM.

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Kearifan Lokal Indonesia kiniDi daerah Kalimantan ini yang dihuni oleh penduduk aslinya yaitu suku Dayak. Kearifan lokal masih berusaha dipertahankan masyarakat disana. Diantaranya adalah dengan mematuhi hukum alam dan hukum adat yang mengikat hubungan mereka dengan Sang Pencipta dan dengan alam sekitarnya.Kepercayaan ini masih sangat dijunjung tinggi orang suku Dayak, khusunya Dayak pedalaman. Menurut mereka adat istiadat yang sudah diciptakan oleh nenek moyang mereka bertujuan baik, semuanya bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam tempat mereka hidup, tumbuh dan melaksanakan segala aktifitas mereka. Penduduk dayak tidak ada yang berani untuk menebang pohon yang berada disana (hutan), takut terjadi musibah (data; MRC Indonesia, 15 Mei 2012).Dari pernyatan diatas dapat ditarik kesimpulan, nenek moyang kita mengetahui betul dampak bencana apabila terjadi perambahan hutan dan pengerukan sumberdaya alam secara membabi buta. Makanya leluhur membuat mitos atau mengkeramatkan suatu tempat-tempat yang menjadi pondasi alam, agar terjadi keseimbangan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan mengacu pada UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang tertera dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan sumberdaya alam disebutkan dalam ayat 10 mencakup sumberdaya alam hayati maupun non hayati dan sumberdaya buatan.Masyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik lingkungan di sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di Indonesia, dan telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, sehingga mengenal berbagai cara memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Masyarakat pedusunan memiliki keunikan khusus seperti kesederhanaan, ikatan emosional tinggi, kesenian rakyat dan loyalitas pada pimpinan kultural seperti halnya konsep-konsep yang berkembang di pedusunan sebagai seluk beluk masyarakat dan konsep mengenai Sang Pencipta.Semua itu menjadi pedoman bagi orang Dayak dalam berperilaku, sehingga selalu mempertimbangkan pada besarnya Kekuasaan Tuhan dan harus menjaga apa saja yang telah diciptakannya. Di samping itu dalam berperilaku orang akan berpedoman pada berbagai macam hal yang pada hakekatnya mempunyai nilai baik dan buruk serta pada kegiatan yang didasarkan pada benar dan salah (Brennan, Andrew, Lo, Yeuk-Sze, 2002).Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.

Pemahaman tersebut menyatakan bahwa dalam budaya Dayak terdapat nilai-nilai yang muncul dalam kecerdasan masyarakat Jawa semasa masyarakat Jawa tersebut ada. Artinya, kearifan lokal masyarakat Dayak sudah teruji oleh waktu dan melekat pada masyarakat itu sendiri.

Kearifan lokal budaya Dayak pada umumnya dapat dilihat melalui pemahaman dan perilaku masyarakat Dayak. Pemahaman dan perilaku itu dapat dilihat melalui (1) norma-norma lokal yang dikembangkan, pantangan dan kewajiban, (2) ritual dan tradisi masyarakat Dayak serta makna di baliknya, (3) lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan cerita rakyat yang biasanya mengandung pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh masyarakat , (4) informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri sesepuh masyarakat, pemimpin spiritual, (5) manuskrip atau kitab-kitab kuno yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat , (7) cara-cara komunitas lokal masyarakat Dayak dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, (8) alat dan bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan (9) kondisi sumber daya alam atau lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Sartini, 2004).

Contoh kearifan Lokal Masyarakat Dayak Mali1. Pertanian Berladang dalam suku Dayak Mali merupakan suatu tradisi yang sudah ada pada masa nenek moyang hidup. Ladang berpindah-pindah merupakan hal yang harus dilakukan, bagi suku Dayak sebab ladang berpindah-pindah selalu berkaitan dengan alam dan kesuburan tanah. Kalau tanah yang sama dibuka setiap tahun akan mengurangi kesuburan tanahnya. Maka membuka ladang yang sama bisa tiga sampai empat tahun lamanya. Waktu membuka ladang harus diadakan perjanjian dengan alam semesta terutama penunggu tanah (Sisil) ladang tersebut. Suku Dayak Mali percaya bawah manusia harus memberi makan dan membuat perjanjian agar penunggu tanah (Sisil) ladang tersebuat mau pindah ke tempat yang lain. Kalau tidak maka penunggu tanah tersebut bisa marah dan mengutuk manusia yang membuka ladang itu.2. Hukum Adat dan Sanksi AdatHukum Adat adalah sanksi atau denda berupa barang-barang sebagai bukti adat itu sendiri. Sekalipun adatnya sederhana tetap akan menjadi bukti-bukti adat yang sah. Bagi orang Dayak adat merupakan hukuman yang sangat memalukan. Karena itu setiap orang Dayak harus tahu diri bahwa setiap orang yang bersalah sebenarnya ketika di adat maka sama harga dirinya telah hilang baginya sama dengan ditolak dalam masyarakat dayak Mali.~ Prinsip-prinsip kearifan lokal :1. Berlangsung lama.2. Terbukti positif dan bermanfaat.3. Secara sadar kemudian dilestarikan.Kearifan lokal memiliki masyarakat nusantara yang terbagi atas dua bagian, yaitu masyarakat kearifan di bidang agraris dan masyarakat di bidang maritim.~ Ragam kearifan lokal1. Pertanian2. Kesenian3. Pergaulan4. Mata pencaharian5. Kesehatan6. Hidup berumah tangga7. PemerintahanKearifan lokal bersifat mencegah perbuatan tidak baik dan membantuk melakukan aktivitas. Kedua hal tersebut merupakan pedoman berprilaku dalam kehidupan. Sebagai contoh ialah aktivitas yang dilakukan orang Baduy dalam membuat logam dan melompat batu yang ada di pulau Nias.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa berubahnya nilai kearifan lokal adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian di antara unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Pada perubahan nilai kearifan lokal, yang berubah adalah:

1) Struktur social, misalnya struktur dalam kelompok social, organisasi social, lembaga social dan lain-lain.

2) Pola hubungan social, misalnya berubahnya pola hubungan atau pola interaksi social antara individu atau kelompok satu dengan individu atau kelompok lainnya.

Perubahan nilai kearifan lokal di masyarakat akan segera diketahui karena perubahan mempunyai karateristik sebagai berikut:

1) Tidak ada satupun masyarakat yang stagnan (berhenti berubah).2) Setiap terjadi perubahan pada lembaga social tertentu akan diikuti oleh lembaga social yang lainnya.3) Perubahan yang terlalu cepat dan masyarakat belum siap dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi social.4) Perubahan tidak dapat diisolasikan pada aspek material atau spiriutual saja, sebab keduanya saling keterkaitan.5) Masyarakat cenderung dinamis atau cenderung untuk berubahan

Proses perubahan kearifan local ada 3 tahap yaitu : Invention yaitu ide baru yang diciptakan dan dikembangkan Diffusion yaitu merupakan nilai baru yang disampaikan melalui interaksi social tertentu Consequence yaitu perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai hasil adopsi maupun penolakan dari ide baru.

Perubahan kebudayaan dapat pula diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian di antara unsure kebudayaan yang berbeda sehingga menghasilkan keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Dalam perubahan kebudayaan yang berubah adalah unsur kebudayaannya, bisa berbentuk pergeseran, pengurangan, penambahan, pengembangan bahkan hilang sama sekali dan diganti yang baru. Unsure kebudayaan meliputi: system bahasa, system pengetahuan, system organisasi social, system teknologi, system mata pencaharian hidup, system religi, system kesenian. Ketujuh unsure tersebut oleh Ralp Linton dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1) Inti kebudayaan (covert culture), yaitu kebudayaan yang bersifat non materiil. Inti kebudayaan ini meliputi: system nilai budaya, keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, adat-istiadat yang dipelajari sejak dini dalam proses sosialisasi individu sebagai warga masyarakat, beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas (mengatur) dalam masyarakat.

2) Perwujudan lahiriyah kebudayaan (overt culture) yaitu kebudayaan yang bersifat materiil. Bentuk berupa alat atau benda yang berguna, ilmu pengetahuan, bahasa, teknologi dan lain-lain.

Perubahan struktur dan perubahan proses

1) Perubahan struktur adalah perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat. Contoh: perubahan alat pertanian dari tradisional kea lat modern dan canggih, hal ini bukan perubahan dalam system teknologi saja tetapi juga merubah system gotong royong masyarakat, system peternakan dan system pengetahuan masyarakat akan teknologi.2) Perubahan proses adalah perubahan yang sifatnya tidak mendasar, perubahan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari perubahan yang sebelumnya. Contoh: perubahan kurikulum 2004 ke kurikulum 2006 yang sifatnya hanya penyempurnaan belaka.

Faktor Penyebab, pendorong, dan penghambat perubahan nilai kearifan lokal

a) Faktor penyebab perubahan Sosial. Menurut Alfin L. Bertrand, penyebab utama terjadinya perubahan adalah komunikasi, sebab di dalamnya ada penyampaian berbagai informasi dari satu pihak ke pihak lain, terutama mengenai gagasan dan penemuan baru, unsure budaya fisik baru, nilai baru, hasil ilmu pengetahuan teknologi, dan sebagainya. Menurut David Mc. Clelland, penyebab terjadinya perubahan adalah virus n-ach (need of achievement- hasrat meraih prestasi), melalui buku, berbagai biografi, cerita anak dan sebagainya. Dari berbagai bacaan dan pendidikan modern inilah warga masyarakat memperoleh berbagai ide gagasan, nilai dan keyakinan baru yang mendorong etos kerja keras untuk meraih prestasi. Menurut Soerjono Soekanto, ada dua penyebab utama terjadinya perubahan Sosial, yaitu faktor intern dan ekstern.

1) Faktor Intern yaitu:(a) Bertambahnya atau berkurangnya penduduk.(b) Terjadi konflik dalam masyarakat.(c) Terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat.(d) Adanya penemuan baru (inovasi) yang meliputi dua proses

(1) Discovery adalah penemuan baru yang sebelumnya belum ada. Penemuan dalam bentuk discovery biasanya dilakukan di alam terbuka.(2) Invention adalah penemuan baru yang sudah dikembangkan lebih lanjut, sehingga masyarakat mengakui, menerima dan menerapkan dalam hidup bermasyarakat. Penemuan dalam bentuk invention biasanya dilakukan di laboratorium.

Penemuan baru tersebut didorong oleh beberapa faktor, yaitu:

(a) Kesadaran masyarakat atas kekurangannya dalam unsure kebudayan tertentu.(b) Kualitas yang tinggi dari para pakar kebudayaan.(c) Adanya perangsang atau penghargaan bagi aktivitas penciptaan baru.

Menurut Soerjono Soekanto, penemuan baru akan membawa pengaruh bermacam-macam dalam masyarakat, yaitu:

(a) Penemuan baru yang pengaruhnya memancarkan ke segala bidang kehidupan.(b) Penemuan baru yang pengaruhnya menjalar dari suatu lembaga ke lembaga lainnya.(c) Beberapa jenis penemuan baru dapat menimbulkan satu jenis perubahan.

2) Faktor eksternal, yang meliputi:(a) Berubahnya lingkungan alam.(b) Peperangan dengan bangsa lain(c) Ngaruh kebudayaan masyarakat lain, biasanya berbentuk difusi, akulturasi dan asimilasi.

Difusi dalam masyarakatDifusi adalah penyebaran kebudayaan dari masyarakat ke masyarakat lainnya. Difusi yang terjadi di masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Difusi Inframasyarkat yaitu penyebaran unsure kebudayaan yang terjadi dalam satu masyarakat. Difusi inframasyarakat dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:

(1) Adanya pengakuan bahwa unsure tersebut mempunyai kegunaan.(2) Ada tidaknya unsure kebudayaan yang mempengaruhinya sehingga mempengaruhi unsure baru tersebut bisa diterima atau tidak.(3) Suatu unsure baru yang berlawanan dengan fungsi unsure lama, kemungkinan besar tidak akan diterima.(4) Kedudukan dan peranan social dari individu penemu unsure baru mempengaruhi hasil penemuannya itu dengan mudah diterima atau tidak.(5) Penguasa membatasi proses difusi tersebut atau tidak.

Difusi antarmasyarakat yaitu penyebaran unsure kebudayaan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain. Difusi antarmasyarakat biasanya dilakukan dengan cara:(1) Penyebaran unsure kebudayaan dari satu tempat ke tampat lainnya yang dilakukan oleh kelompok yang berimigrasi.(2) Adanya individu tertentu dari suatu masyarakat yang menyebarkan unsure kebudayaan ke masyarakat lain.(3) Penyebaran unsure kebudayaan atas dasar pertemuan antara individu dari masyarakat tertentu dengan individu dari masyarakat yang lain.

Difusi antar masyarakat biasanya dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:(1) Adanya kontak antar masyarakat tertentu.(2) Kemampuan untuk mendemostrasikan manfaat penemuan baru tersebut.(3) Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.(4) Ada tidaknya unsure kebudayaan yang menyaingi unsure penemuan baru tersebut.(5) Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru tersebut.

(6) Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima suatu penemuan baru tersebut.

Difusi yang terjadi di masyarakat biasanya dilakukan dengan cara sebagai berikut:(1) Symbiotif yaitu penemuan antara individu dari masyarakat yang satu dengan individu dari masyarakat lainnya tanpa mengubah kebudayaan masing-masing.(2) Penetration pasifique yaitu masuknya kebudayaan asing dengan cara damai dan tidak disengaja serta tanpa paksaan. Misalnya penyebaran agama Hindu dan Islam di Indonesia yang dilakukan melalui proses perdagangan.(3) Penetration violente yaitu masuknya kebudayaan asing yang dilakukan dengan cara paksaan. Misalnya penyebaran agama Kristen di Indonesia yang dilakukan melalui peperangan dan penjajahan.(4) Stimulus diffusion yaitu suatu difusi yang dilakukan melalui serangkaian pertemuan antara suatu deret suku bangsa. Misalnya unsure kebudayaan didifusikan dari suku A ke suku B, suku B ke suku C, suku C ke suku D, demikian seterusnya.

Akulturasi dalam masyarakatAkulturasi adalah pengambilan kebudayaan asing ke dalam masyarakat sendiri dengan tidak mengubah kepribadian atau budaya dasar dari masyarakat yang bersangkutan.

Akuturasi dapat terjadi melalui bentuk sebagai berikut:(1) Substitusi yaitu unsure kebudayaan yang lama diganti dengan unsure kebudayaan yang baru yang lebih bermanfaat bagi masyarakatnya.(2) Sinkritisme yaitu unsure yang lama masih berfungsi dan bercampur dengan unsure baru sehingga membentuk system yang baru.(3) Adisi yaitu ditambahkannya unsure baru kepada unsure lama yang masih berlaku.(4) Dekulturasi yaitu adanya suatu unsure tertentu yang hilang sebagai akibat penerimaan unsure baru.(5) Originasi yaitu masuknya unsure budaya yang sama sekali baru sehingga menimbulkan perubahan yang besar dalam masyarakat.(6) Penolakan (rejection) yaitu proses akulturasi yang terlalu cepat atau terlalu dipaksakan sehingga banyak dari anggota masyarakat yang tidak siap menerima perubahan. Akibatnya mereka menolak terjadinya perubahan, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Misalnya melalui gerakan pemberontakan atau gerakan kebangkitan.

Asimilasi dalam masyarakat

Asimilasi adalah kebudayaan setempat membaurkan diri dengan kebudayaan pendatang sehingga kebudayaan setempat lama kelamaan kaburdan seperti lenyap.

Proses asimilasi bisa timbul apabila:(1) Terdapat kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.(2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi, saling bergaul secara langsung dan intensif dalam jangka waktu yang lama.(3) Kelompok manusia tersebut, masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Faktor Pendorong Perubahan kearifan lokal (1) Adanya system pendidikan yang maju.(2) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.(3) Toleransi terhadap perbuatan menyimpang.(4) Penduduk yang heterogen.(5) Sistem pelapisan social yang terbuka.(6) Ketidakpuasan masyarakat teradap bidang kehidupan tertentu.(7) Orientasi ke masa depan dan sikap terbuka terhadap penemuan baru.

Menurut Margono Slamet:(1) Ketidakpuasan terhadap situasi yang ada sehingga ingin mengubahnya.(2) Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan apa yang seharusnya ada.(3) Adanya tekanan dari luar (kompetisi, adaptasi dan sebagainya).(4) Kebutuhan dari dalam untuk mecapai efisiensi dan peningkatan produksi.

Contoh perubahan system kearifan local yang ada di sekitar kita adalah1. Kurangnya kesadaran untuk menjaga keletarian alam terutama karena adanya penebangan dan pembakaran hutan yang menyebabkan hancurnya ekosistem.2. Berubahnya budaya santun, ramah dan menjunjung adat istiadat local dan berganti dengan budaya hedonism, materialistis, pornografi3. Berkurangnya pemahaman tentang budaya, adat istiadat, agama yang menyebabkan kefanatikan suatu golongan yang berakibat pada peperangan dan pertikaian antar golongan.4. Berkurangnya nilai ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mengakibatkan berkurangnya kesadaran untuk beribadah dan rasa bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.

BAB IVSIMPULAN

Dalam kearifan lokal juga terwujud upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang juga merupakan wujud dari konservasi oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, maka Nababan (1995) mengemukaka prinsip-prinsip konservasi dalam pengelolaan sumberdaya alam secara tradisional sebagai berikut :1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) Hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat tradisional lebih condong memandang dirinya sebagai bagian dari alam itu sendiri2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan atau jenis sumberdaya alam tertentu sebagai hak kepemilikan bersama (communal property resource). Rasa memiliki ini mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankan sumberdaya bersama ini dari pihak luar.3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (lokal knowledge system) yang memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas.4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan hemat (input) energi sesuai dengan kondisi alam setempat.5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan sumberdaya milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh masyarakat luar (pendatang). Dalam hal ini masyarakat tradisional sudah memiliki pranata dan hukum adat yang mengatur semua aspek kehidupan bermasyarakat dalam satu kesatuan sosial tertentu.6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya milik bersama yang dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebihan di dalam masyarakat tradisional. Tidak adanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian atau penggunaan sumberdaya di luar aturan adat yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Jatna Supriatna, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Francis Wahono, 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta: Penerbit Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas Nababan, 1995. Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Analisis CSIS : Kebudayaan, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan. Tahun XXIV No. 6 Tahun 1995 Nasruddin Anshoriy dan Sudarsono, 2008. Kearifan Lingkugan, Dalam Perspektif Budaya Jawa. Yayasan Obor Indonesia Rimbo Gunawan, Juni Thamrin dan Endang Suhendar, 1998. Industrialisasi Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Adat. Bandung Sunarko dan Eddy Kristiyanto, 2008. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan Teologis atas Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius Suhartini. Jurnal: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. Jurusan Pedidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Data; MRC Indonesia, 15 Mei 2012. di Desa Rahtawu-Kudus.

Pertanyaan-pertanyaan;1. Apa hubungan kearifan lokal dengan budaya lokal?2. Jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan kearifan lokal dan berikan contohnya?Jawaban;1. Hubungannya adalah kearifan lokal itu merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu (budaya lokal) dan menecerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu (masyarakat lokal). Dan kalau budaya lokal itu merupakan suatu budaya yang dimiliki suatu masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain.2. Yang dimaksud dengan kearifan lokal adalah sesuatu yang berkaitan khusus dengan budaya tertentu dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu, serta memiliki nilai-nilai tradisi atau ciri lokalitas yang mempunyai daya-guna untuk mewujudkan harapan atau nilai-nilai kemapanan yang juga secara universal yang didamba-damba oleh manusia yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Contohnya dalam lingkungan, penebangan pohon yang ada di daerah Marabahan,mereka menebangnya tidak sembarang tebang saja tetapi dipilih pohon galam yang mana yang pantas untuk ditebang dan setelah ditebang pohon galam tersebut tidak dibiarkan lahan tersebut menjadi gundul, namun pohon-pohon tersebut ditanam kembali sehingga pohon-pohon galam tersebut tidak musnah dan alam menjadi rusak.

http://irwan-cahyadi.blogspot.com/2012/05/makalah-kearifan-lokal.html