makalah isbd

Upload: okta-harti

Post on 06-Jul-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Kelompok Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)

Pengangguran Intelektual (Intelectual Unemployment) di Indonesia

Kelompok: 3 Devi Yulianty (3215076838) Okta Harti Setiari (3215076852) Ratna Intanningrum (3215076839)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Faktor produksi yang penting dalam perekonomian Indonesia adalah tenaga kerja. Penduduk Indonesia menurut Badan Kependudukan PBB pada tahun 2010, berkisar 241.973.879 jiwa. Data ini membawa Indonesia menempati posisi keempat dunia, sebagai salah satu penyedia pasar tenaga kerja. Hal ini merupakan karunia yang besar, jika kita memandang manusia sebagai sebuah sumber daya. Namun, banyaknya tenaga kerja ini tidak diiringi dengan peningkatan kualitas pengetahuan dan keahlian yang baik. Sehingga tingkat pengangguran tetap tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik, pengangguran Indonesia masih berkisar 9 10 juta jiwa, atau masih sekitar 10% usia produktif Indonesia, seperti ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:

Data tersebut merupakan data pengangguran terbuka, sehingga orang yang bekerja di kurang dari 35 jam seminggu dikatakan tidak sebagai pengangguran. Dari data itu, lulusan universitas atau perguruan tinggi baik negeri atau swasta yang masih menganggur pada tahun 2009 mencapai 626.621. Kemendiknas mencatat, dalam setiap tahun sekitar 30 % lulusan perguruan tinggi tidak terserap di dunia kerja. Salah satu penyebabnya adalah muncul ketidakcocokan antara kualifikasi lulusan dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal inilah yang menjadikan banyak lulusan perguruan tinggi yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya (hasil Susenas 2003 BPS). Oleh karena itu, makalah ini disusun sebagai referensi mengenai salah satu problematika sosial yang masih belum bisa diatasi oleh pemerintah Indonesia. Kami harap makalah ini dapat membangkitkan semangat sesama mahasiswa, untuk berusaha

semaksimal mungkin dalam meningkatkan potensi dan kreativitas diri. Serta peka terhadap hal-hal yang dibutuhkan di dunia kerja, sehingga mahasiswa mempunyai kualifikasi yang diinginkan.B. Pembatasan Masalah (Ruang Lingkup) 1. Mengapa lulusan perguruan tinggi masih menganggur ? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengurangi

tingkat pengangguran intelektual ? 3. Bagaimana dampak pengangguran terhadap sektor ekonomi di Indonesia ?

BAB IIPERMASALAHAN Lulusan Perguruan Tinggi Masih Menganggur Persoalan pengangguran terus melekat di negeri ini. Penyumbang paling dominan pengangguran tersebut adalah para angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kemendiknas mencatat, dalam setiap tahun sekitar 30 % lulusannya tidak terserap di dunia kerja. Penyebabnya, muncul ketidakcocokan antara kualifikasi lulusan dengan lowongan perkerjaan yang tersedia. Sehingga banyak lulusan PT yang menganggur atau bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. (hasil Susenas 2003 BPS)

3.28 PT 6.14 3.12 15.13 7.5 2.55 SLM P/MT s 18.8 10. 3 2.03 13.52 1.78 20.07 20% 14.98 1.49 40 % 60% 80% 100%

83.18 60.872.26

3.93 0.35 11.69

SMA/M A

39.2 28.59 22.56

6.23

23.44

Gambar 1. Hasil Susenas 2003 BPS (Makin tinggi pendidikan, makin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya)

SD/MI

19.71

9.87

26.53

Tdk/Blmtmt SD 0%

12. 22

28.67

Sendiri Buruh/Karyawan

D ibantu buruh ti dak tetap Pekerja bebas

Dibantu buruh tetap Pekerja keluarga

Sumb er : BP S, Susenas 2003

Pada Gambar 1 terlihat bahwa hampir semua lulusan perguruan tinggi bekerja sebagai

buruh/karyawan. Fakta tersebut didukung pula oleh temuan dalam tracer study lulusan UGM, 2003 (dikutip dari HELTS, Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 20032010 Mewujudkan Perguruan Tinggi Berkualitas, hal. 74). Temuan ini antara lain menunjukkan bahwa: (1) Indeks Prestasi mahasiswa yang tinggi bukan merupakan jaminan sukses di dunia kerja, (2) mahasiswa yang aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler cenderung lebih cakap dalam mengembangkan karir, dan (3) belum adanya keseimbangan antara mata kuliah keahlian dan pembentukan karakter mahasiswa sebagai manusia kerja. Selain itu, The World Bank (2005) menemukan perbandingan akses dan kualitas tentang prestasi pendidikan di beberapa negara, seperti Jepang, Korea, Hongkong, Australia, Thailand dan Indonesia, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2. Tampak bahwa pendidikan di Indonesia hanya mencapai tingkat-tingkat berpikir (ranah kognitif) rendah, yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk tingkat-tingkat berpikir yang tinggi seperti analisis, evaluasi dan kreatif masih sangat rendah.

Indonesia

Gambar 2. Perbandingan akses dan kualitas tentang prestasi pendidikan di beberapa negara

Hal ini menunjukkan adanya kekurangan dalam pembelajaran atau perkuliahan di perguruan tinggi, antara lain: a. Proses perkuliahan yang dilakukan kebanyakan dosen hanya terbatas pada memberikan pengetahuan hafalan, dan kurang menekankan pada aspek kognitif yang

120

tinggi, seperti ketajaman daya analisis dan evaluasi, berkembangnya kreativitas, kemandirian belajar, dan berkembangannya aspek-aspek afektif. Mahasiswa pasif dan pengetahuan yang diperoleh seringkali tidak berguna dalam hidup dan pekerjaannya.b. Materi perkuliahan kurang berorientasi pada bidang ilmunya, hasil penelitian

lapangan, dan kebutuhan jangka panjang. Dosen menggunakan pola pembelajaran yang cenderung sama dari tahun ke tahun. Perubahan kurikulum tidak memberikan dampak pada perubahan materi ajar, metode, dan strategi pembelajaran. Upaya Pemerintah dan Perguruan Tinggi untuk Mengurangi Tingkat Pengangguran Intelektual Adanya pengangguran intelektual ini melatarbelakangi pemerintah, dalam hal ini Kemenakertrans bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membuat program baru, yakni menyebar informasi lowongan kerja. Mulai tahun 2011, informasi lowongan kerja akan disebar secara lebih luas dengan memanfaatkan televisi dan lembaga pendidikan. Terdapat tiga kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini, yaitu dunia industri, dunia pendidikan, dan pemerintah sebagai fasilitator. Dengan adanya program ini, masyarakat diharapkan lebih proaktif mengakses program ini. Selain itu, perguruan tinggi harus membuat program career development yang dimaksudkan agar hubungan antara perguruan tinggi dengan dunia industri menjadi lebih kuat, dan kualifikasi lulusan yang dibutuhkan pun dapat diperoleh. Career development ini juga diarahkan untuk menjadikan lulusan perguruan tinggi yang mampu menciptakan suatu lapangan pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan yang hanya bisa melamar pekerjaan.

Dampak Pengangguran terhadap Sektor Ekonomi di Indonesia Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat

kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah. b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan

menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun. c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu. Mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari:tingkat pengangguran=jumlah yang menganggurjumlah angkatan kerja100%

BAB III PEMBAHASANA. Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. B. Jenis-Jenis Pengangguran Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :1. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment), adalah tenaga kerja yang

tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.2. Setengah Menganggur (Under Unemployment), adalah tenaga kerja yang tidak

bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-

sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal. Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Pengangguran konjungtural (cycle unemployment), adalah pengangguran yang

diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian atau siklus ekonomi.2. Pengangguran struktural (struktural unemployment), adalah pengangguran yang

diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Cara mengatasi pengangguran jenis ini, yaitu: a. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja b. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan c. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan d. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.3. Pengangguran friksional atau pengangguran sukarela (frictional unemployment),

adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran jenis inilah yang dialami oleh lulusan perguruan tinggi. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.4. Pengangguran musiman, adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim

misalnya pergantian musim tanam ke musim panen. Cara mengatasi pengangguran jenis ini, yaitu:a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan

b. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.5. Pengangguran teknologi, adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau

penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.6. Pengangguran siklus, adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya

kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand). A. Mekanisme Pemerintah untuk Mengurangi Pengangguran Mekanisme yang dilakukan oleh khalifah (pemerintah) dalam mengatasi pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan secara garis besar dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu: mekanisme individu dan sosial ekonomi. 1. Mekanisme Individu Dalam mekanisme ini khalifah secara langsung memberikan pemahaman kepada individu, terutama melalui sistem pendidikan, tentang wajibnya bekerja dan kedudukan orang-orang yang bekerja di hadapan Allah SWT serta memberikan keterampilan dan modal bagi mereka yang membutuhkan. Islam pada dasarnya mewajibkan individu untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Banyak nash Al Quran maupun as-Sunnah yang memberikan dorongan kepada individu untuk bekerja, antara lain: a. Firman Allah SWT, QS. Al Mulk: 67, Berjalanlah kalian di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekinya.

b. Imam Ibnu Katsir menyatakan, Maksudnya, bepergianlah kalian semua ke

daerah di bumi manapun yang kalian kehendaki, dan bertebaranlah di berbagai bagiannya untuk melakukan beraneka ragam pekerjaan dan perdagangan. c. Hadis Rasulullah SAW menyatakan, Cukuplah seorang Muslim berdosa jika tidak mencurahkan kekuatan menafkahi tanggungannya. (HR Muslim). Jelas, Islam mewajibkan kepada individu untuk bekerja. Ketika individu tidak bekerja, baik karena malas, cacat, atau tidak memiliki keahlian dan modal untuk bekerja maka khalifah berkewajiban untuk memaksa individu bekerja serta menyediakan sarana dan prasarananya, termasuk di dalamnya pendidikan. Hal ini pernah dilakukan khalifah Umar ra. ketika mendengar jawaban orang-orang yang berdiam di masjid pada saat orang-orang sibuk bekerja, bahwa mereka sedang bertawakal. Saat itu beliau berkata, Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak. Kemudian Umar ra. mengusir mereka dari masjid dan memberi mereka setakar bijibijian. 1. Mekanisme sosial ekonomi Mekanisme ini dilakukan oleh khalifah melalui sistem dan kebijakan, baik kebijakan di bidang ekonomi maupun bidang sosial yang terkait dengan masalah pengangguran. Negara wajib menciptakan lapangan kerja agar setiap orang yang mampu bekerja dapat memperoleh pekerjaan. Rasullah saw. bersabda: Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat); ia akan diminta pertanggungjawabannya atas urusan rakyatnya. (HR alBukhari dan Muslim). Dalam bidang ekonomi kebijakan yang dilakukan khalifah adalah meningkatkan dan mendatangkan investasi yang halal untuk dikembangkan di sektor real baik di bidang pertanian dan kehutanan, kelautan, dan tambang maupun meningkatkan volume perdagangan. Di sektor pertanian, di samping intensifikasi juga dilakukan ekstensifikasi, yaitu menambah luas area yang akan ditanami dan diserahkan kepada rakyat. Karena itu, para petani yang tidak memiliki lahan atau modal dapat mengerjakan lahan yang diberi oleh pemerintah. Dalam sektor industri khalifah akan mengembangkan industri alat-alat (industri penghasil mesin) sehingga akan mendorong tumbuhnya industri-industri lain.

BAB IV KESIMPULAN DAN SOLUSIA. Kesimpulan 1. Meningkatnya pengangguran intelektual di Indonesia disebabkan ketidaksesuaian antara kualifikasi lulusan dengan lowongan pekerjaan yang tersedia.

2. A. Solusi

DAFTAR PUSTAKANasution, Mulia. 1997. Teori Ekonomi Makro: Pendekatan pada Perekonomian Indonesia. Jakarta: Djambatan. http://www.jurnal-ekonomi.org/2008/07/23/apa-penyebab-pengangguran-dan-sulitnyalapangan-kerja-dalam-perekonomian-kapitalis/ http://bambangwsuharto.wordpress.com/2010/07/19/fokus-mengatasi-pengangguran/ http://idorastafara.blogspot.com/2009/11/masalah-sosial-yang-ada-di-masyarakat.html http://lowonganterbaru.uni.cc/news/permulaan-tahun-2011-pengangguran-indonesiamasih-925-juta.html http://koranbaru.com/sepertiga-lulusan-pt-sumbang-pengangguran/ www.dikti.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc http://iniblogdhani.blogspot.com/2010/09/pasar-tenaga-kerja-sumber-daya-manusia.html